Anda di halaman 1dari 11

Kamis, 06 Juli 2017

TEORI BELAJAR REVOLUSI-SOSIOKULTURAL DAN PENERAPANNYA


DALAM PEMBELAJARAN”

MAKALAH KELOMPOK VI

“ TEORI BELAJAR REVOLUSI-SOSIOKULTURAL DAN


PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampuh :Kristoforus Dowa Bili, S.Pd, M. Pd

Oleh:

1. ANTONIUS TALLU POPO

2. ANTONIUS BILI LEDE

3. ADRIANA SUSANTI BULU

4. DELVIANA YATI MALO

5. DOLVINO KRISTIAN P HELA

6. FRANSISKA MARSELA OLE AWA


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

YAYASAN PENDIDIKAN NUSA CENDANA (YAPNUSDA)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


WEETEBULA

2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat serta
penyertaanya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik.Dalam penyusunan makalah ini, ada berbagai pihak yang telah membantu.
Oleh karena itu, saya mengucapkan limpah terimah kasih kapada :

1. Kristoforus Dowa Bili, S.Pd, M. Pd.sebagai dosen pengasuh Mata Kuliah


Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan arahan dan petunjuk sehingga
makalah ini bisa diselesaikan.

2. Teman-teman semua tanpa terkecuali, yang telah memberikan masukan


dansaran sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Demi kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan


saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesumpurnaan penulisan ini.Akhir kata kami sekelompok mengucapkan limpah
terimah kasih.

Penyusun

Kelompok VI
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata
pengantar.......................................................................................................... ii

Daftar
isi................................................................................................................... iii

BAB I PENUTUP
.................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

B. Tujuan Masalah ......................................................................................... 1

C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
........................................................................................ 2

A. Teori Belajar Revolusi-Sosiokultural dan Penerapnnya dalam


Pembelajaran 2

1. Teori Belajar Piagetan........................................................................ 2

2. Teori Belajar Vygotsy ....................................................................... 3

a. Hukum Genetik Tentang Perkembangan..................................... 4

b. Zona Perkembangan Proksimal ................................................... 4

c. Mediasi ....................................................................................... 5

3. Aplikasi Teori Belajar Revolusi Sosiokltural Dalam Pembelajaran ... 7

BAB III PENUTUP


................................................................................................. 9

A. KESIMPULAN ................................................................................... 9

B. SARAN ................................................................................................ 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa teori belajar revolusi
sosiokultural dan penerapannya dalam pembelajaran adalah sebuah aliran atau
pandangan yang tidak hanya terdiri dari satu pihak(ahli) saja,melainkan dari
beberapa ahli yang kemudian berhasil berumuskan sebuah pandangan yang saat
ini kita kenal dengan pandangan revolusi sosiokultural.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Teori Belajar Menurut Piaget?

a. Jelaskan Mengenai Hukum Genetik Tentang Perkembangan?

b. Jelaskan Mengenai Zona Perkembangan Proksimal?

c. Jelaskan Mengenai Mediasi?

2. Jelaskan Mengenai Aplikasi Teori Belajar Revolusi-Sosiokultural Dalam


Pembelajaran?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Agar Dapat Menjelaskan Mengenai Hukum Genetik Tentang


Perkembangan!

2. Agar Dapat Menjelaskan Mengenai Zona Perkembangan Proksimal!

3. Agar Dapat Menjelaskan Mengenai Apa Itu Mediasi!


BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR REVOLUSI-SOSIOKULTURAL DAN


PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

1. TEORI BELAJAR PIAGETAN

Teori Kognitif Piagetan yang kemudian berkembang pula aliran konstruktivitas,


menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya karsa
individu.Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar
sebagaimana yang dikemukakan oleh aliran behavioristik, tetapi sekedar
memindahkan belajar.

Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu


proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan
sistem syaraf. Makin bertambah umur seseorang, makin komplekslah susunan
sel syarafnya dan makin meningkat pula tahap-tahap perkembangan tertentu dan
umur seseorang.

Perolehan kacakapan intelektual akan berhubungan dengan proses mencari


keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi
dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau
persoalan.

Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu


dan umur seseorang. Perolehan kecakapan intelektual akan berhubungan dengan
proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada
satu sisi dengan apa yang mereka liat suatu fenomena baru sebagai pengalaman
atau persoalan.

Teori konflik-sosiokognitif Piaget ini mampu berkembang luas dan merajai


bidang psikologi dan pendidikan.Namun bila dicermati ada beberapa aspek dari
teori Piaget yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduksi pada
kegiatan pembelajaran jika dilihat dari perspektif revolusi sosiokultural saat ini
(Supraktiknya,2002).

Menurut Piaget dalam fenomena belajar lingkungan sosial hanya berfungsi


sebagai sekunder, sedangkan faktor utama yang menentukan terjadinya belajar
semacam ini lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya belajar
sokratiik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat yang mengungulkan”self-
generated knowledge”atau “individualistic pursuit of truth”yang dipelopori oleh
Sokrates.

Disamping itu, dalam kegiatan belajar Piaget lebih mementingkan interaksi


antara siswa dengan kelompoknya.Pembenaran terhadap teori Piaget ini jika
diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan kurang sesuai
dengan perspektif revolusi-sosiokultural yang sedang diupayakan saat ini.

Pandangan yang mampu mengakomodasi sociokultural-revolution dalam teori


dan pembelajaran dikemukakan oleh Lew Vygotsky .ia mengatakan bahwa jalan
pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya.
Artinya untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa
yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul
tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya
(Moll dan Greenberg,1990). Peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang
berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan dari individu itu
sendiri.

2. Teori Belajar Vygotsky

Atas dasar pemikiran Vygotsky, Moll dan Grennberg (dalam Moll 1994)
melakukan studi etnogarfi dan menemukan adanya jaringan-jaringan erat ,luas
dan kompleks didalam dan diantara keluarga-keluarga. Jaringan-jaringan
tersebut berkembang atas dasar confianzayang membentuk kondisi sosial
sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan,keterampilan, dan nilai-
nilai sosial budaya.Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan
keterampilan melalui interaksi sosial sehari-hari.

Menurut Vygotsky,perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seturut


dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer,sedangkan
dimensi individualnya bersifat derivatif atau merupakan turunan dan bersifat
skunder ( palincsar, wertsch dan tulviste,dalam supratiknya,2002). Artinya
pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber sosial di
luar dirinya.Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam
perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran
aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Konsep-konsep penting teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembngan


kognitif yang sesuai dengan revolusi-sosiokultural dalam teori belajar dan
pembelajaran adlah hukuman genetik tentang perkembangan, zona
perkembangan proksimal dan mediasi.

a. Hukum genetik tentang perkembagan ( genetic law of devel-opment)

Menurut Vygotsky,setiap kemampuan seseorangakan tumbuh dan berkembang


melewati dua tataran,yaitu tataran tempat orang-orang membentuk lingkungan
sosialnya dan tataran psikologis di dalam diri oarang yang bersangkutan.

Pada mulanya anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial tertentu tanpa


memahami maknanya. Pemaknaan atau konstruksi pengetahuan baru muncul
atau terjadi melalui proses internalisasi.Maka belajar dan berkembang
merupakan satu kesatuan dan saling menentukan.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal developmen)

Vygotsky juga mengemukakan konsepnya tentang Zona perkembangan


proksimal.Menurutnya perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan
ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari
kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan
berbagai masalah secara mandiri.Ini disebut sebagai kemampuan
intramental.Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemapuan
seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di
bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkalaborasi sengan teman sebaya
ang lebih kompeten.

Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungi-fungsi atau kemampuan-


kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan.
Ibarat sebagai embrio, kuncup atau bunga dengan teman sebaya yang lebih
kompeten.

Gagasan Vygotsy tentang zona perkembangan proksimal ini mendasri


perkembagan teori belajar dan perkembangan untuk meningkatkan kualitas dan
mengoptimalkan perkembangan kognitif anak.Beberapa konsep kunci yang
perlu dicatat adalah bawha perkembangan kemampuan seseorang bersifat
context dependent atau tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai
bentuk fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosal.

c. Mediasi

Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan


psikologis adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagi
mediator.Tanda-tanda tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio-
kultural di mana seseorang dimediasikan dengan psychological tools atau alat-
alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang atau semiotika.

Anak mengalami proses internalisasi yang selanjutnya alat-alat ini berfungsi


sebagai mediator bagi proses psikologis lebih lanjut dalam diri
anak.bmekanisme hubungan antara pendekatan sosiokultural dan fungsi mental
didasari oleh tema mediasi semiotik, artinya tanda-tanda atau lambang beserta
makna yang terkandung didalamnya berfungsi sebagai penghubung antara
rasionalitas sosio-kultural dengan individu sebagai tempat berlangsungnya
proses mental.

Ada dua jenis mediasi, yaitu mediasi metakognitif dan mediasi


kognitif(supraktinya,2002). Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat
semiotik yang bertujuan untuk melakukan regulasi diri, meliputi self-
planning,self monitoring,self checking dan self evaluating. Mediasi
metakognitif ini berkembang dalam komunikasi anat pribadi.

Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan


masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-dominan
problem.Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan dan konsep
ilmiah. Konsep-konsep ilmiah yang berhasil diinternalisasikan anak akan
berfungsi sebagai mediator dalam pemecahan masalah.Konsep-konsep ilmiah
dapat berbentuk pengetahuan deklaratif. Menurut Vygotsky, unuk membantu
anak mengembangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna dengan
cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan
praktek.

Berdasarkan pada teori Vygotsky di atas, maka akan diperoleh keuntungan jika:

a. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona


perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
b. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya dari pada tingkat perkembangan aktualnya.

c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan stategi untuk


mengembangkankemampuanintermentalnya
daripadakemampuanintramentalnya.

d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan


deklaratif yang telah dipelajari dengan pengetahuan prosedural yang dapat
digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan maslah.

e. Prose belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi


lebih merupakan kokonstruksi yaitu suatu peose mengonsturksi pengetahuan
atau makna baru secara besama-sama antara semua pihak yang terlibat di
dalamnya.

3. Aplikasi Teori Belajar Revolusi-Sosiokultural Dalam Pembelajaran

Gagasan Vygotsky mengenai reconstruction of kowledge in social setting bila


diterapkan dalam konteks pembelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal
berikut, pada setiap perencana dan implementasi pembelajran perhatian guru
harus dipusatkan kepada siswa.Dalam kosa kata Psikologi Kognitif, bantuan-
bantuan ini dikenal sebagai cognitif scaffolding.Bantuan-bantuan tersebut dapat
dalam bentuk pemberian contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan
atau alur, langkah-langkah atau prosedor melakukan tugas, pemberian balikan,
dan sebagainya.

Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman lebih kompeten sangat
efektif untuk meningkatkan produktifitas belajar.Bantuan tersebut tentunya
harus sesuai dengan konteks ssosiokultural atau karakteristik anak. Bimbingan
oleh orang dewasa atau oleh teman sebaya yang lebih kompeten bermanfaat
untuk memahami alat-alat semiotik, seperti bahasa, tanda dan lambang-
lambang. Anak mengalami proses internalisasi yang selanjutnya alat-alat ini
berfungsi sebagai mediator bagi proses-proses psikologis lebih lanjut dalam diri
anak. Maka bentuk-bentuk pembelajaran koorperatif-kolaboratif, serta
pembelajaran kontekstual sangat tepat diterapkan.s

Kelompok anak yang cannot solve problem meskipun telah diberikan berbagai
bantuan,perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah kesiapan belajarnya
sehingga setelah diturunkan, mereka juga berada pada zone of proximal
development nya sendiri dan oleh karena itu, siap memanfaatkan bantuan atau
scaffolding yang disediakan.

Dengan pengkonsepsian kesiapan belajar demikan, maka pemahaman tentang


karakteristik siswa yang berhubungan dengan sosiokultural dan kemampuan
awalnya sebagai pijakan dalam pembelajaran perlu lebih dicermati
artikulasinya, sehingga dapat dihasilkan perangkat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget
yang kemudian berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih
dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang
dipandang dapat menimbulkan impilasi kotraproduksi dalam kegiatan
pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya
belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan dunia nyata.

Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic low of develpment,zona of


proximal development, dan mediasi, akan mampu membuktikan bahwa jalan
pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya.

B. SARAN

Menurut kami alangkah lebih baiknya jika ke tiga pandangan ini tidak sekedar
untuk diperkenalkan saja melainkan juga perlu untuk sangat diterapkan,
mengingat keadaan yang terjadi saat ini sangat jauh dari pandangan ke tiga ahli
tersebut.Sebut saja untu teori Piagetan yang mengatakan bahwa jaminan untuk
mencapai hasil belajar adalah belajar mandiri. Menurut kami pandangan ini
sedikit bertolak belakang dengan keadaan kami, karena seperti yang kita ketahui
anak-anak akan lebih mampu dalam belajar jika memiliki banyak teman, karena
dengan demikian mereka akan mudah bertukar pikiran dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai