Step 6 Blajar Mandiri Minggu 2
Step 6 Blajar Mandiri Minggu 2
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar
kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.2 Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan
kurang dari 22 minggu, bila berat janin tidak diketahui.
3) Kelainan pada plasenta. Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis
dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Pemeriksaan ginekologi
Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usiakehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa,dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
(1) Laboratorium
Darah Lengkap :Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik. LED dan
jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.-Tes KehamilanTerjadi penurunan atau
level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif.Hasil positif menunjukkan
terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum,abortus spontan atau kehamilan
ektopik).
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.
2. Abortus insipiens
Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusidarah. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan,tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau
cunam abortus,disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan
ergometrin 0,5 mgintramuskular.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kuretase.
3. Abortus inkomplet
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atauringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin
0,2mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah.
5. Missed abortion
Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsidengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui
dinding perut.
Penanggulangan infeksi:
Cephalosporin 3 x 1.
Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi
misalnyaSulbenicillin 3 x 2 gram.
Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan
histerektomitotal secepatnya.
7. Abortus Habitualis2
Perdarahan Antepartum
Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan letak plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (pada
keadaan normal, plasenta terletak di bagian fundus atau segmen atas uterus).
Disebut sebagai
1. Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis : jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup jaringan
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : jika tepi plasenta berada tepat pada tepi pembukaan
jalan lahir.
4. Plasenta letak rendah : jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus, tetapi
tidak sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
Etiologi : tidak jelas. Diperkirakan karena adanya gangguan distribusi vaskularisasi
uterus atau atrofi desidua misalnya akibat perdarahan persalinan sebelumnya. Jika ada
massa tumor di korpus / segmen atas uterus (misalnya, mioma), kemungkinan plasenta
juga akan berimplantasi di bawah, tetapi belum jelas hubungannya.
Gejala / tanda
1. perdarahan per vaginam, warna merah segar.
2. bagian terbawah janin belum masuk panggul.
3. atau ada kelainan letak janin.
4. tidak disertai gejala nyeri (tanda khas plasenta previa).
5. pada pemeriksaan jalan lahir teraba jaringan plasenta (lunak).
6. dapat disertai gawat janin sampai kematian janin, tergantung beratnya
Diagnosis
Anamnesis : riwayat perdarahan, tidak nyeri, darah merah segar. Pemeriksaan fisis
umum : keadaan umum / tanda vital ibu mungkin dapat baik sampai buruk, tergantung
beratnya perdarahan. Pemeriksaan obstetrik : bagian terbawah janin biasanya belum
masuk pintu atas panggul. Inspekulo tampak darah dari ostium. Pemeriksaan
penunjang : konfirmasi USG jika mungkin.
Penatalaksanaan
c. Jika persalinan yang dipilih adalah per vaginam, misalnya pada kasus plasenta
previa marginalis atau plasenta letak rendah, dilakukan pemecahan selaput
ketuban (amniotomi). Diharapkan penurunan janin akan dapat menekan
plasenta dan menghentikan perdarahan. TETAPI penekanan terhadap
plasenta juga berarti supresi terhadap sirkulasi feto-maternal, yang jika
berlangsung lama dapat menyebabkan kematian janin. Tampaknya sectio
cesarea tetap menjadi alternatif terbaik. Persalinan per vaginam hanya
dilakukan pada keadaan di mana sectio cesarea tidak mungkin dilakukan,
tetap dengan pemahaman bahwa prognosis keselamatan janin pada
persalinan per vaginam adalah buruk
Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta (placental abruption) dari tempat
implantasinya pada korpus uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat
dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis) atau seluruhnya
(totalis), atau hanya ruptur pada tepinya (ruptura sinus marginalis).
Gejala / tanda
1. Perdarahan per vaginam, warna merah kehitaman
2. MUNGKIN JUGA tidak tampak perdarahan, karena darah tidak keluar melalui
ostium tetapi menumpuk di retroplasenta - hati-hati (gambar kiri). Selain itu, jika
ada perdarahan yang keluar, jumlah perdarahan yang tampak bukan merupakan
gambaran sesungguhnya jumlah perdarahan yang terjadi (gambar kanan).
3. Rasa nyeri / mules yang terus-menerus, karena uterus berkontraksi dan tegang.
4. Dapat disertai gawat janin sampai kematian janin.
Diagnosis
1. anamnesis : riwayat perdarahan per vaginam (tidak menggambarkan beratnya
solusio ,nyeri dan mules terus-menerus (menjadi tanda / kecurigaan UTAMA),
gerakan janin dirasakan berkurang atau menghilang.
2. pemeriksaan fisis : keadaan umum dapat baik sampai buruk (syok), uterus
tegang terus menerus, nyeri tekan pada uterus, denyut jantung janin bradikardia
atau menghilang.
3. Jika memungkinkan, periksa konfirmasi USG : perhatikan perdarahan
retroplasenta.
Penatalaksanaan
PRINSIP :
a. mencegah kematian ibu,
b. menghentikan sumber perdarahan,
c. jika janin masih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin lahir
hidup.
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung
yang berkurang. Pada umumnya wanita hamil dapat menyesuaikan dengan keadaan
ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai
empat bulan. Jika pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut Hyperemesis gravidarum. Keluhan gejala
dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
A. Definisi
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan
sehari – hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999).
Hyperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan
gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba,
2001).
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut Hyperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004).
Hyperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama
masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi
nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004).
Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana
penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
B. Etiologi
Penyebab Hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi.
Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
2. Tingkatan II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
Turgor kulit makin turun
Lidah kering dan kotor
Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
Nadi kecil karena volume darah turun
Suhu badan meningkat
Tekanan darah turun
c. Liver :Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
Diagnosis
Diagnosis Hyperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis,
hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hyperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu
segera diberikan
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi Hyperemesis
gravidarum dengan cara:
2. Isolasi
A. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik.
B. Catat cairan yang keluar masuk.
C. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita,
sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
D. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang – kadang
dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologik
5. Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus,
delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus
Informed Consent
2.1.1. Pengertian
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan
kepada pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut.
Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet
rendah nutrisi terutama protein
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh
makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum
implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi
pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal
sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada
kehamilan lanjut
ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas yang
mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel menurun. Hal
tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena
infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan
PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal
Tekanan darah tinggi
Penyakit ginjal kronik
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia
Infeksi
Pecandu alkohol dan obat tertentu
Perokok
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris
dibedakan menjadi:
1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak
simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal
ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ(terutama jantung), infeksi TORCH
(Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan
wanita hamil yang merokok. Faktor-faktor lainnya:
a. Pertambahan berat maternal yang jelek
b. Infeksi janin
c. Malformasi congenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf
2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama
dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh
dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk
pertama kali,
kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan
diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi
(tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk
diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan
Faktor-faktor lainnya:
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri
PENATALAKSANAAN
2. Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari pada janin ini,
dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
3. Kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah
melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan
pertumbuhan
bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat
“catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.