Anda di halaman 1dari 18

Lo1:perdarahan pada kehamilan

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.

1. Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar
kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.2 Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan
kurang dari 22 minggu, bila berat janin tidak diketahui.

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:


1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
biasanya menyebabkan abortus padakehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor
yang menyebabkan kelainan ini adalah:-Kelainan kromosomKelainan yang
sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi,dan kelainan
kromosom seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurnaBila lingkungan di


endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurnasehingga
menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsiterganggu.-
Pengaruh dari luar Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

3) Kelainan pada plasenta. Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis
dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

4) Faktor maternal.Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,


pielonefritis, malaria, danlain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri,
virus atau plasmodium dapatmelalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dankemudian terjadilah abortus. Anemia berat,
keracunan, laparotomi, peritonitis umum,dan penyakit menahun juga dapat
menyebabkan terjadinya abortus.

5) Kelainan traktus genitalia.Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan


uterus dapat menyebabkan abortus.
Gejala Klinis

Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-


muntah,mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif. Pada
pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, sertasuhu badan
normal atau meningkat.-Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi.-Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri
pinggang akibatkontraksi uterus.

Pemeriksaan ginekologi

 Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil


konsepsi,tercium/tidak bau busuk dari vulva.

 Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.

 Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usiakehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa,dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang

(1) Laboratorium

Darah Lengkap :Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik. LED dan
jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.-Tes KehamilanTerjadi penurunan atau
level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif.Hasil positif menunjukkan
terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum,abortus spontan atau kehamilan
ektopik).

Ultrasonografi :USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5


minggu,Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia
kehamilan5 - 6 minggu),Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat,
pemeriksaan USG dapatdigunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau
non-viabel.
Penatalaksanaan
1. Abortus imminens

 Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.

 Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi


kerentananotot-otot rahim.

 Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.

 Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

 Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.

 Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.

2. Abortus insipiens

 Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusidarah. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan,tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau
cunam abortus,disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan
ergometrin 0,5 mgintramuskular.

 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU


dalamdekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai
kontraksiuterus sampai terjadi abortus komplet.

 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kuretase.

 Memberi antibiotik sebagai profilaksis.

3. Abortus inkomplet

 Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atauringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.

 Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin
0,2mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

 Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.


4. Abortus komplet

 Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah.

 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

 Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

5. Missed abortion

 Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.

 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu.Lakukan pembukaan serviks dengan


gagang laminaria selama 12 jam laludilakukan
 dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsidiambil dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu.Infus intravena oksitosin 10 IU dalam
dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulaidengan 20 tetes per menit dan naikkan
dosis sampai ada kontraksi uterus.Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam
8 jam. Bila tidak berhasil, ulanginfus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.

 Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsidengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui
dinding perut.

6. Abortus infeksius dan septik

 Tingkatkan asupan cairan

 Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.

 Penanggulangan infeksi:

 Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.

 Chloromycetin 4 x 500 mg.

 Cephalosporin 3 x 1.

 Sulbenicilin 3 x 1-2 gram.


 Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa-sisa
abortusmencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang
bertindak sebagai medium perkembangbiakan bagi jasad renik.

 Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi
misalnyaSulbenicillin 3 x 2 gram.

 Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan
histerektomitotal secepatnya.

7. Abortus Habitualis2

 Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat


yangcukup, larangan koitus, dan olah raga

 Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.

 Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac


Donald(cervical cerclage).

Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah


kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan
sebelum 22 minggu.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta seperti kelainan
serviks biasanya tidak terlalu berbahaya.

Plasenta previa

Plasenta previa adalah keadaan letak plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (pada
keadaan normal, plasenta terletak di bagian fundus atau segmen atas uterus).

Disebut sebagai
1. Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis : jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup jaringan
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : jika tepi plasenta berada tepat pada tepi pembukaan
jalan lahir.
4. Plasenta letak rendah : jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus, tetapi
tidak sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
Etiologi : tidak jelas. Diperkirakan karena adanya gangguan distribusi vaskularisasi
uterus atau atrofi desidua misalnya akibat perdarahan persalinan sebelumnya. Jika ada
massa tumor di korpus / segmen atas uterus (misalnya, mioma), kemungkinan plasenta
juga akan berimplantasi di bawah, tetapi belum jelas hubungannya.

Gejala / tanda
1. perdarahan per vaginam, warna merah segar.
2. bagian terbawah janin belum masuk panggul.
3. atau ada kelainan letak janin.
4. tidak disertai gejala nyeri (tanda khas plasenta previa).
5. pada pemeriksaan jalan lahir teraba jaringan plasenta (lunak).
6. dapat disertai gawat janin sampai kematian janin, tergantung beratnya

Diagnosis
Anamnesis : riwayat perdarahan, tidak nyeri, darah merah segar. Pemeriksaan fisis
umum : keadaan umum / tanda vital ibu mungkin dapat baik sampai buruk, tergantung
beratnya perdarahan. Pemeriksaan obstetrik : bagian terbawah janin biasanya belum
masuk pintu atas panggul. Inspekulo tampak darah dari ostium. Pemeriksaan
penunjang : konfirmasi USG jika mungkin.

Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan pasif:pada perdarahan PERTAMA, prinsipnya, jika usia


kehamilan belum optimal, kehamilan masih dapat dipertahankan, karena
perdarahan pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti dengan
sendirinya. Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total di rumah sakit,
dengan persiapan transfusi darah dan operasi sewaktu-waktu. TETAPI jika
pada perdarahan pertama itu telah dilakukan pemeriksaan dalam / vaginal
touché, kemungkinan besar akan terjadi perdarahan yang lebih berat sehingga
harus diterminasi.

b. Pilihan persalinan : tergantung dari letak / derajat plasenta previa, keadaan


umum ibu, keadaan janin. Pada plasenta previa totalis / parsialis, sebaiknya
dilakukan sectio cesarea. Pada perdarahan yang berat dengan keadaan ibu
dan/atau janin yang buruk, harus juga dilakukan sectio cesarea segera

c. Jika persalinan yang dipilih adalah per vaginam, misalnya pada kasus plasenta
previa marginalis atau plasenta letak rendah, dilakukan pemecahan selaput
ketuban (amniotomi). Diharapkan penurunan janin akan dapat menekan
plasenta dan menghentikan perdarahan. TETAPI penekanan terhadap
plasenta juga berarti supresi terhadap sirkulasi feto-maternal, yang jika
berlangsung lama dapat menyebabkan kematian janin. Tampaknya sectio
cesarea tetap menjadi alternatif terbaik. Persalinan per vaginam hanya
dilakukan pada keadaan di mana sectio cesarea tidak mungkin dilakukan,
tetap dengan pemahaman bahwa prognosis keselamatan janin pada
persalinan per vaginam adalah buruk

Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta (placental abruption) dari tempat
implantasinya pada korpus uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat
dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis) atau seluruhnya
(totalis), atau hanya ruptur pada tepinya (ruptura sinus marginalis).

Gejala / tanda
1. Perdarahan per vaginam, warna merah kehitaman
2. MUNGKIN JUGA tidak tampak perdarahan, karena darah tidak keluar melalui
ostium tetapi menumpuk di retroplasenta - hati-hati (gambar kiri). Selain itu, jika
ada perdarahan yang keluar, jumlah perdarahan yang tampak bukan merupakan
gambaran sesungguhnya jumlah perdarahan yang terjadi (gambar kanan).
3. Rasa nyeri / mules yang terus-menerus, karena uterus berkontraksi dan tegang.
4. Dapat disertai gawat janin sampai kematian janin.

Diagnosis
1. anamnesis : riwayat perdarahan per vaginam (tidak menggambarkan beratnya
solusio ,nyeri dan mules terus-menerus (menjadi tanda / kecurigaan UTAMA),
gerakan janin dirasakan berkurang atau menghilang.
2. pemeriksaan fisis : keadaan umum dapat baik sampai buruk (syok), uterus
tegang terus menerus, nyeri tekan pada uterus, denyut jantung janin bradikardia
atau menghilang.
3. Jika memungkinkan, periksa konfirmasi USG : perhatikan perdarahan
retroplasenta.

Penatalaksanaan
PRINSIP :
a. mencegah kematian ibu,
b. menghentikan sumber perdarahan,
c. jika janin masih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin lahir
hidup.

1. optimalisasi keadaan umum ibu : transfusi darah, infus


2. terminasi kehamilan : persalinan segera, pervaginam atau bila perlu
perabdominam (sectio cesarea). Diharapkan dapat menyelamatkan nyawa janin,
dan, dengan lahirnya plasenta, diharapkan dapat menghentikan perdarahan.
Namun jika diputuskan sectio cesarea, tidak perlu menunggu sampai darah
tersedia, karena tindakan terbaik sesungguhnya adalah menghentikan
perdarahan.
3. Untuk mengurangi tekanan intrauterin yang dapat menyebabkan nekrosis ginjal
(refleks utero-renal), selaput ketuban segera dipecahkan, meskipun belum tentu
persalinan akan dilakukan pervaginam
Prognosis
Prognosis ibu : tergantung dari :
1. luas daerah plasenta yang mengalami solusio
2. jumlah perdarahan
3. derajat gangguan hemostasis yang terjadi
4. ada-tidaknya faktor pemberat lain (pre-eklampsia, infeksi, dan sebagainya),
serta, terutama,
5. waktu antara terjadinya solusio dengan pengeluaran isi uterus

Prognosis bayi : tergantung dari :


1. keadaan pada saat ditegakkan diagnosis solusio : sebagian besar janin
meninggal dalam waktu yang sangat cepat.
2. jika janin masih hidup, tergantung waktu antara terjadinya solusio dengan
pengeluaran / persalinan
3. ada tidaknya fasilitas / kemampuan resusitasi dan perawatan intensif yang baik
pascapersalinan.

Lo2:mual muntah pada ibu hamil

Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung
yang berkurang. Pada umumnya wanita hamil dapat menyesuaikan dengan keadaan
ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai
empat bulan. Jika pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut Hyperemesis gravidarum. Keluhan gejala
dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.

A. Definisi
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan
sehari – hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999).
Hyperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan
gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba,
2001).
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut Hyperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004).
Hyperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama
masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi
nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004).
Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana
penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
B. Etiologi
Penyebab Hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi.
Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

1. Hyperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak


habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang

3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi


lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak
hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan
pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan
akibat perdarahan gastro intestinal.

Gejala dan Tanda


Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan Hyperemesis
gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai Hyperemesis gravidarum. Hyperemesis gravidarum menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi:
1. Tingkatan I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
 Dehidrasi : turgor kulit turun
 Nafsu makan berkurang
 Berat badan turun
 Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke
esofagus.
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun.
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit.
e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkatan II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
 Turgor kulit makin turun
 Lidah kering dan kotor
 Mata tampak cekung dan sedikit ikteris

b. Kardiovaskuler
 Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
 Nadi kecil karena volume darah turun
 Suhu badan meningkat
 Tekanan darah turun
c. Liver :Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus

d. Ginjal :Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :


 Oliguria
 Anuria
 Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam
hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya
mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkatan III
A. Keadaan umum lebih parah
B. Muntah berhenti
C. Sindrom mallory weiss
D. Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
E. Terdapat ensefalopati werniche :
o Nistagmus
o Diplopia
o Gangguan mental
f. Kardiovaskuler :Nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal

 Ikterus semakin berat


 Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin
tajam
h. Ginjal :Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

Diagnosis
Diagnosis Hyperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis,
hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hyperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu
segera diberikan

Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi Hyperemesis
gravidarum dengan cara:

a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu


proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh
hangat.

e. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.


f. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Defekasi teratur.
h. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan:
1. Obat – obatan
A. Sedativa : phenobarbital
B. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
C. Anti histamin : Dramamin, avomin
D. Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau
khlorpromasin Penanganan Hyperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.

2. Isolasi
A. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik.
B. Catat cairan yang keluar masuk.
C. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita,
sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
D. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang – kadang
dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologik

A. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan.


B. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan.
C. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4. Cairan parenteral
A. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam
cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari).
B. Dapat ditambah kalium, dan vitamin (vitamin B kompleks, Vitamin C).
C. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena.
D. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat
diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan
akan bertambah baik

5. Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus,
delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus

Lo3:faktor yang mempengaruhi AKI&AKB

 Masih ada kesenjangan akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, yang


berhubungan erat dengan kondisi ekonomi dan sosial.
 Keterlambatan mendapat pertolongan pada keadaan darurat, yang
berhubungan dengan lokasi kelahiran dan proses pengambilan keputusan
untuk mencari pertolongan tenaga ahli
 Pengetahuan tentang pendidikan kesehatan reproduksi yang belum memadai.
 Deteksi awal dan upaya pencegahan yang belum maksimal untuk penyakit
komplikasi kehamilan, seperti malaria, tuberculosis, hepatitis B, diabetes
melitus, jantung, dan obesitas.
 Belum terpadunya data dan sistem informasi kesehatan yang berpengaruh
pada pengambilan kebijakan.

Lo4:upaya menurunkan AKI&AKB

1. Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan


memiliki akses terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk
merencanakan waktu, jumlah, dan jarak kehamilan.
2. Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-
faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan
bahwa segala bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani
dengan baik.
3. Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat
dalam proses persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat
kesehatan untuk mendukung persalinan yang aman; serta menjamin
ketersediaan perawatan darurat bagi perempuan yang membutuhkan, terkait
kasus-kasus kehamilan berisiko dan komplikasi kehamilan.
4. Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan
diberikan kepada ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan
keluarga berencana, serta mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu
dan anak.
5. Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa
komplikasi aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas
tentang permasalahan kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta
memberikan layanan keluarga berencana jika dibutuhkan.
6. Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi,
mencegah, dan mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi;
menghitung risiko infeksi di masa yang akan datang; menyediakan fasilitas
konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS untuk mendorong upaya pencegahan; dan
– jika memungkinkan – memperluas upaya kontrol pada kasus-kasus transmisi
IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.
Lo5:tataaksana informed consent dan choice

Informed Consent

2.1.1. Pengertian
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan
kepada pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut.

Lo6:gangguan pertumbuhan janin


janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami
kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan
usia kehamilannya.
IUGR (intrauterine growth restriction) adalah gangguan pertumbuhan pada janin
dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan,
panjang badan), yang beratnya dibawah 10 persentil untuk usia gestasionalnya. Bayi-
bayi antara persentil 10 dan 90 diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai
usia gestasional.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu
keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan
berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya

Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:


1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:


1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
2. Tidak adanya proses patologis.

Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:


a. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress
yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan
lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya
masih di bawah gestasi yang sebenarnya.

b. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress


subakut.Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal
akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste
dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering
keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan
lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badanpun mengalami perubahan,
misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah
sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thymus berkurang dibandingkan bayi
prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai
dengan masa gestasinya.

PERKEMBANGAN PJT INTRAUTERIN

Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet
rendah nutrisi terutama protein
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh
makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum
implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi
pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal
sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada
kehamilan lanjut

2. Kondisi kekurangan nutrisi pada perte ngahan kehamilan


Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga
terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran
plasenta yang luas.

3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan


Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin
dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada
kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang
diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan
pertumbuhan yang irreversibel.

ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas yang
mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel menurun. Hal
tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena
infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan
PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal
 Tekanan darah tinggi
 Penyakit ginjal kronik
 Diabetes Melitus
 Penyakit jantung dan pernapasan
 Malnutrisi dan anemia
 Infeksi
 Pecandu alkohol dan obat tertentu
 Perokok

2. Uterus dan Plasenta


 Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
 Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma.
 Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
 Twin-to-twin transfusion syndrome

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris
dibedakan menjadi:

1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak
simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal
ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ(terutama jantung), infeksi TORCH
(Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan
wanita hamil yang merokok. Faktor-faktor lainnya:
a. Pertambahan berat maternal yang jelek
b. Infeksi janin
c. Malformasi congenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf

2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama
dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh
dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk
pertama kali,
kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan
diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi
(tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk
diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan
Faktor-faktor lainnya:
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri

3. Kombinasi Simetris dan Asimetris (Intermediate):


a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa preparat
antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat

PENATALAKSANAAN

Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang


mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah
ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-
pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal. Untuk mengenali
pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung
janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit
ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu
diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk
menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa
pasien tersebut mengandung janin PJT. Tatalaksana kehamilan dengan PJT ditujukan
karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, yaitu untuk melahirkan bayi yang
sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang
harus dilakukan adalah :
1. Pada PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan

2. Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari pada janin ini,
dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan

a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan


kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai
dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi
dengan menambah 300 kal perhari, Ibu
dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin
dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di
rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan
pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan
janin menggunakan USG setiap 3-4minggu

b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya


dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah
nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok
berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi
setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care
segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin
selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan

3. Kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah
melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan
pertumbuhan
bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat
“catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.

Lo7:faktor penyebab anemia dan penatalaksanaanya

Anda mungkin juga menyukai