Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN OSTEOATRITIS DI BANGSAL CENDANA 5

RSUP Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Puput Irma Setiyani
2520142606

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
Konsep Dasar Osteoartritis

A. Definsi

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini

bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya

gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.( Price,

2005)

Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh

pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai

penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang

menyebabkan degenerasi sendi (Corwin, 2009).

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau

osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang

paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan

(disabilitas). (Smeltzer &Suzanne, 2002).

Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu

penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak

diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa factor resiko yang

berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi

tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis ditandai

oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.


B. Proses Terjainya Masalah

1. Etiologi

Menurut Soeroso (2006), Osteoartritis terjadi karena tulang rawan

yang menjadi ujung dari tulang yang bersambung dengan tulang lain

menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan

menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,

akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang

menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan

ngilu.

Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain

adalah :

a. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis

semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir

tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan

sering pada umur diatas 60 tahun.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki

lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.

Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang

lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini

menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

c. Riwayat Trauma sebelumnya

Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa

mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko

terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler,

ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika sendi

menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature.

d. Pekerjaan

Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya

sering memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan

juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis.

sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di

daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah

pinggang.

e. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya

resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada

pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada

sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain

(tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan

beban mekanis pada tulang dan sendi.

f. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,

pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter

falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi

tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali

lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa

osteoarthritis.

g. Faktor Gaya hidup

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup

mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya

adalah kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan

kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan

kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan

(Pratiwi, 2007).

2. Manifestasi klinik

Menurut Soeroso et all (2007), Gejala-gejala utama ialah adanya

nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul

secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri

yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,

kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.

Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA

yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul

fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.

Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :


a. Fase Nyeri Akut.

Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan

diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang

dengan istirahat.

b. Fase Nyeri kronis

Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur

(tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita

akan merasakan gerakan sendi tidak licin disertai bunyi gemeretak

(Krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah istrahat. Perlahan-lahan

sendi akan bertambah kaku.

Gambar : Perbandingan sendi sehat dan sendi yang terkena


Osteosrtritis
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan
adalah sebagai berikut :

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya


bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.

Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa

nyeri yang melebihi gerakan lain.

b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan

sejalan dengan pertambahan rasa nyeri.

c. Kaku pagi

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau

tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil

dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi

hari.

d. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit.

Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya

hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk

oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan

perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak

tertentu.

e. Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada

sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya

osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah.

f. Tanda – tanda peradangan


Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan,

gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan )

dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda –

tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit

yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.

g. Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan

merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA,

terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan

dengan nyeri kastrena menjadi tumpuan berat badan terutama pada

OA lutut.

3. Patofisiologi

Menurut Smeltzer&Suzanne (2002), Penyakit sendi degeneratif

merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan progresif lambat,

yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami

kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada

bagian tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit

yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga

diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom

menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di

sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.

Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung
berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi

interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya

gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau

diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi

tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena

peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas

congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan

trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga

menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme

sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi

dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga

sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya

hipertropi atau nodulus.

4. Klasifikasi

Menurut Pratiwi (2007), Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2

kelompok yaitu, OA Primer dan OA sekunder. OA primer disebut

idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik yaitu adanya

abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder

adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin, trauma,

kegemukan, dan inflamasi.


5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi

apabila penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam

komplikasi yaitu :

a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.

b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang

terparah ialah terjadi kelumpuhan (Ismayadi, 2007)

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Corwin (2009), Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat

dilakukan untuk lebih mendukung adanya Osteoartritis, antara lain

sebagai berikut :

a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa

kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang,

pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan

bentuk sendi, dan destruksi tulang.

b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan

cairan sendi.

c. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan

sebelum tampak di foto polos.

d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local,

sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan

diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan

bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan


dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal paa

peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat

apabila ada sinovitis yang luas.

7. Penatalaksanaan

Menurut Ismayadi (2007), penatalaksanaan Osteoartritis terdiri atas:

a. Terapi non-farmakologi

1) Edukasi

Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar

pasien mendapat pengetahuan serta memahami tentang

penyakitnya tidak semakin parah, dan agar persendiannya tetap

terpakai

2) Terapi fisik atau rehabilitasi

Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit.

Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang

sakit

3) Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat

osteoartritis. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar

tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat

badan apabila berat badan berlebih


b. terapi farmakologi

1) Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Inhibitor Siklooksigenase-

2 (COX-2), dan Asetaminofen

untuk mwngobati rasa nyeri yang timbul pada osteoartritis lutut,

peggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif

daripada asetaminofen. Namun karena resiko toksisitas obat AINS

lebih tinggi dari asetaminofen, maka asetaminofen tetep menjadi

pilihan utama penanganan nyeri pada osteoartritis. Cara lain untuk

mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara

mengkombinasikannya dengan menggunakan inhibitor COX-2.

2) Chondroprotective Agent

Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga

atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien osteoartritis.

Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah:

tetrasiklik, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan,

vitamin c, dan sebagainya.

3) Terapi pembedahan

Terapi ini diberikan akibat terapi farmakologis tidak berhasil untuk

mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila

terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronis

2. Hambatan Mobilitas Fisik


3. Risiko jatuh

D. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri kronis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

dengan kriteria hasil :

NOC : kontrol nyeri

a. Pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi

b. Pasien mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa

analgesic

NOC : tingkat nyeri

a. Ekspresi wajah tidak menahan nyeri

b. Pasien dapat melaporkan skala nyeri berkurang

NIC RASIONAL

Manajemen nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi Ajarkan
tehnik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri (relaksasi nafas
dalam)

2. Observasi reaksi nonverbal dari


ketidaknyamanan Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien

3. Eduukasi pasien dan keluarga istirahat


secara adekuat untuk membantu
penurunan nyeri

4. Ajarkan tentang teknik non


farmakologi
5. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri

6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada


keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

2. Hambatan Mobilitas Fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hambatan mobilitas

fisik dapat teratasi.

NOC : Mobiltas

Dengan kriteria hasil:

a. Klien meningkat dalam aktivitasfisik

b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

d. Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisas (walker)

Tabel 1.3 rencana keperawawatan hambatan mobilitas fisik


NIC RASIONAL
Exercise therapy : ambulation
1. Konsultasi dengan terapi
fisik tentang rencana
ambulansi sesuai kebutuhan

2. Bantu klien untuk


menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadapcedera

3. Kaji kemampuan klien dalam


mobilisasi
4. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuaikemampuan

5. Dampingi dan bantu pasien


saat mobilisasi dan bantu
penuhi ADLsps.

6. Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi dan berikan
bantuan jikadiperlukan

7. Konsultasi dengan terapi


fisik tentang rencana
ambulansi sesuai kebutuhan

8. Bantu klien untuk


menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadapcedera

9. Kaji kemampuan klien dalam


mobilisasi

10. Latih pasien dalam


pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuaikemampuan

11. Dampingi dan bantu pasien


saat mobilisasi dan bantu
penuhi ADLsps.

12. Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi dan berikan
bantuan jikadiperlukan
3. Resiko Jatuh

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien berkurang

resiko jatuhnya dengan kriteria hasil :

Noc : kejadian jatuh

a. Pasien tidak jatuh saat berdiri, saat berjalan

b. Pasien tidak jatuh saat ke kamar mandi

Tabel 1.3 rencana keperawawatan hambatan mobilitas fisik


NIC RASIONAL
Pencegahan jatuh

1. Identifikasi kekurangan pasien


baik kognitif atau fisiknya, yang
mungkin meningkatkan potensi
jatuh pada lingkungan tertentu

2. Identifikasi perilaku dan faktor


yang mempengaruhi resiko jatuh

3. Sediakan alas kaki yang tidak licin


dan aman

4. Instruksikan pasien menggunakan


kaca mata sesuai dengan ajuran

5. Ajarkan anggota keluarga


mengenai faktor resiko yang dapat
menyebabkan kejadian jatuh dan
bagaimana keluarga bisa
menurunkan resiko ini

6. Anjurkan keluarga menyediakan


lantai yang tidak licin
Daftar Pustaka

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses


Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC

Soeroso, Joewono,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Smeltzer &Suzanne, 2002.Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Alih Bahasa
Andry Hartono, dkk.Jakarta:EGC
Soeroso , Joewono, dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam 4th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.
Pratiwi, Eka Maharani. 2007. Tesis Faktor-faktor Risiko Osteoartritis Lutut. Serial
online http://enprints.undip.ac.id diakses tanggal 8 Juli 2017

Ismayadi. 2007. Penyakit Muskuloskeletal Osteoartritis. Jakarta: Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai