Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN
“PENETAPAN KADAR AIR DENGAN METODE OVEN”

1.1 LATAR BELAKANG


Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai
bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang
pertanian. Komoditi pertanian yang cukup penting untuk diketahui kadar airnya adalah
beras. Mutu beras terutama ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air
beras, mutunya semakin jelek. Tingginya kadar air beras dapat berakibat tumbuhnya
jamur-jamur penghasil mikotoksin (racun) yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia. Kadar air juga perlu diketahui untuk biji-bijian yang lain.
Di samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas
di alam dalam berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian,
pencucian dan sanitasi umum maupun pribadi, teknologi pangan dan sebagai air
minum. Air yang digunakan untuk keperluan khusus mungkin harus mengalami
perlakuan terlebih dahulu misalnya sterilisasi, pengurangan kesadahan, penurunan
BOD dan sebagainya.
Praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar air dalam suatu bahan
makanan seperti tepung, roti tawar dan kacang tanah. Metode yang digunakan adalah
oven pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut
dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi
sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya.
Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam
suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105ºC selama
waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar
air.

1.2 TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar air bahan pangan kering
yaitu tepung, roti tawar dan kacang tanah, dan untuk mengetahui prinsip kerja
penetapan kadar air dengan metode oven.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN AIR


Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air mempunyai sifat
yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling
penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat
ini selain matahari yang merupakan sumber energi (Salmin, 2000).
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan
aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti
suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan
Sjarief, 2010).
Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengadilan Kualitas
Air dan Pengadilan Kualitas Pencemaran, Bab I Ketentuan Umum pasal 1,
menyatakan bahwa : “Air tawar adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah
permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil”, sedangkan menurut Undang-Undang
RI No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Bab I, Pasal I), butir 2 disebutkan
bahwa “Air adalah semua air yang terdapat pada di atas ataupun dibawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat”. Butir 3 menyebutkan “Air tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan atau batua dibawah permukaan tanah”. Karakteristik kandungan sifat fisik dari
air tawar tergantung dari tempat sumber air itu berasal dan teknik pengolahan air
tersebut apakah menghasilkan air yang baik dikonsumsi (Nanawi, 2001).

2.2 KARAKTERISTIK AIR


Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa lain
menurut Effendi (2007), karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32° F) – 100°C, air
berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C
merupakan titik didih (boiling point) air.
b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang
medadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini
juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi
cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini
merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat.
Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.
d. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit,
sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter.
Sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh
makhluk hidup dan memungnkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam
jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga
memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan
pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air.
e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi
suatu bahan secara baik (higher wetting ability).

2.3 BENTUK DAN TIPE AIR DALAM SUATU BAHAN


Air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam berbagai bentuk :
1. Air bebas, air ini terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan pori-
pori yang terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah, air ini teradsorbsi pada pemukaan kolloid
makromolekuler seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga
terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam
sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan
dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air bebas dengan kolloid
tersebut merupakan ikatan hidrogen.
3. Air dalam keadaan terikat kuat, air ini membentuk hidrat. Ikatannya bersifat ionik
sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku
meskipun pada 0ºF (Achmadi, 2001).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya
tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan
terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri
(Asfawi,2004).
Menurut derajat keterikatan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe:
1. Tipe I adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu
ikatan hidrogen yang berenergi besar. Air tipe ini tidak dapat membeku pada
proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan dengan cara
pengeringan biasa. Air tipe ini terikat kuat dan sering kali disebut air terikat dalam
arti sebenarnya.
2. Tipe II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul
air lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dengan air minum.
Air ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan mengakibatkan
penurunan Aw (water activity). Jika air tipe II dihilangkan seluruhnya, kadar air
bahan akan berkisar 3-7 % dan kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai,
kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat adanya
kandungan lemak tidak jenuh.
3. Tipe III adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti
membran, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III inilah yang sering kali disebut
dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air tipe ini
diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar antara 12-25 % dengan
Aw(water activity) kira-kira 0,8% tergantung dari jenis bahan dan suhu.
4. Tipe IV adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni
dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh (Winarno,1992).
Selain tipe-tipe air tersebut di atas, beberapa penulis membedakan pula air
imbibisi dan air kristal. Air imbibisi merupakan air yang masuk kedalam bahan
pangan dan akan menyebabkan pengembangan volume, tetapi air ini tidak merupakan
komponen penyusun bahan tersebut. Misalnya air dengan beras bila dipanaskan akan
membentuk nasi, atau pembentukan gel dari bahan pati. Air kristal adalah air terikat
dalam semua bahan, baik pangan maupun non pangan yang berbentuk kristal, seperti
gula, garam, CuSO4 dan lain-lain (Winarno,1992).
2.4 KADAR AIR DALAM BAHAN MAKANAN
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini
disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat
menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat
hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif (Fardiaz, 1980).
Penentuan kadar air dilakukan dengan memasukkan sampel dalam oven pada
suhu 105˚C selama 3 jam. Kemudian berat sampel ditimbang kadar air dalam bahan
dapat dihitungan dengan rumus :
berat awal−berat akhir
% Kadar Air = × 100 % (Malangi, 2015).
berat akhir
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanannya dan merupakan cara penanganan yang baik bagi suatu bahan untuk
menghindari pengaruh aktifitas mikroba. Jumlah kadar air yang rendah membuat
bahan akan lebih tahan disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama (Malangi,
2015).
Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban
relatif pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan
aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap
bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut dapat
diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw yang sama
tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu memberikan Aw
yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin bahan yang satu
disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas relatif menjadi lebih
kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang rendah (Fardiaz, 1980).

2.5 METODE OVEN


Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam
penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada
suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan
setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan
jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang
stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah
kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC
1984).
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven.
Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat
konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan
dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat
dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar
terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui
persen kadar air dalam bahan (Crampton 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven
temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur
rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama 17 ± 1
jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang
diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam
desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan
dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang beserta wadahnya.
Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang laboratorium harus kurang dari 70%
(AOAC 1970).
Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama
dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu
130-133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah (Crampton 1959).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap
air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain
b. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak
mengalami oksidasi
c. Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun
sudah dipanaskan (Soedarmadji 2003).
BAB III
METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Februari 2019 pukul
10:00 s/d 11:40 WIB di Laboratorium Kimia, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jambi.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan adalah oven, cawan (stainless, aluminium, nikel, atau
porselen), desikator dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tepung,
roti tawar dan kacang tanah yang sudah di keringkan dan yang tidak di keringkan.

3.3 PROSEDUR KERJA


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dikeringkan cawan kosong
dan tutupnya dalam oven selama 15 menit dan dinginkan dalam desikator, kemudian
ditimbang (untuk cawan aluminium di dinginkan selama 10 menit dan cawan porselen
didinginkan selama 20 menit). Ditimbang dengan cepat lebih kurang 5 g sampel yang
sudah dihomogenkan dalam cawan. Diangkat tutup cawan dan tempatkan cawan
beserta isi dan tutupnya di dalam oven selama 6 jam. Hindarkan kontak antara cawan
dengan dinding oven. Untuk produk yang tidak mengalami dekomposisi dengan
pengeringan yang lama, dapat dikeringkan selama 1 malam (16 jam). Dipindahkan
cawan ke desikator, ditutup dengan penutup cawan, lalu didinginkan, setelah dingin
ditumbang kembali. Dikeringkan kembali kedalam oven sampai diperoleh berat yang
tetap.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air Sampel Bahan
No Sampel Berat Berat Berat Berat Persen Persen Total
cawan sampel cawan + sampel kadar kadar padatan
basah berat kering air/dry air/ wet (%)
sampel basis basis
kering
1 Tepung 6.6 gr 5 gr 11.6 gr 5 gr 0% 0% 100%
2 Roti 6.6 gr 5 gr 11.1 gr 4.5 gr 11% 10% 90%
3 Kacang 6.6 gr 5 gr 10.6 gr 4 gr 25% 20% 80%
tanah

4.2 PEMBAHASAN
Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung dalam suatu bahan
termasuk bahan pangan. Kadar air merupakan presentase kandungan air suatu bahan
yang dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) dan berat kering (dry basis) kadar
air ini adalah parameter penentu mutu bahan. Air dalam bahan pangan sangat
berpengaruh terhadap kualitas dan daya simpan. Selain itu juga sebagai penentu dalam
proses pengolahan dan pendistribusian agar ditangani secara tepat. Penentuan kadar air
dalam suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
metode pengeringan atau Oven (thermogravimetri), metode oven vakum, metode
destilasi, metode kemis, metode fisis, metode khusus dengan kromatografi, rapid
mosture dilakukan dengan metode Oven. Metode pengeringan untuk penentuan kadar
air prinsipnya adalah penguapan air atau menguapkan air yang ada dalam bahan
dengan jalan pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang
berarti semua air telah di uapkan.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu sampel.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung, roti tawar dan kacang
tanah. Penetapan kadar air dalam sampel-sampel tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode oven pengering, yang mana pengeringan tersebut dengan cara
memasukkan sampel ke dalam oven pengering pada suhu 105˚C selama 8 jam atau
sampai beratnya konstan atau tetap. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan
adalah banyaknya air yang diuapkan (kadar air).
Dari data yang diperoleh dan dimasukkan dalam perhitungan maka didapatkan
kadar air pada sampel tepung adalah 0%, roti tawar 10% dan kacang tanah 20%. Dari
data kadar ini diketahui bahwa kadar air tertinggi yaitu pada sampel kacang tanah
sebesar 20% sedangkan yang terendah adalah pada sampel tepung sebesar 0% yang
artinya tidak ada kadar air dalam tepung. Dari kadar air ini dapat dicari besarnya berat
kering dan didapatkan data bahwa berat kering pada sampel tepung adalah 100%, roti
tawar 90% dan kacang tanah 80%. Dari data ini maka dapat disimpulkan bahwa kadar
air berbanding terbalik dengan berat kering.
Perbedaan kadar air dalam suatu bahan disebabkan karena perbedaan bahan,
metode dan suhu serta proses penyimpanannya Selain itu perbedaan ini dapat
disebabkan karena pengaruh alat-alatnya seperti timbangan analitik yang sulit stabil
dan karena bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan bahan lain ketika
penyimpanan atau ketika berada dalam desikator.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering
Yang termasuk golongan ini antara lain suhu yaitu makin tinggi suhu udara
maka pengeringan akan semakin cepat, kecepatan aliran udara pengering yaitu
semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat, kelembaban udara yaitu
makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat dan arah aliran udara
yaitu makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat
kering.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
Yang termasuk golongan ini adalah ukuran bahan yaitu makin kecil ukuran
benda, pengeringan akan makin cepat dan kadar air yaitu makin sedikit air yang
dikandung, pengeringan akan makin cepat.
Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang
menyebabkan terjadinya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat
dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan
dihasilkan kadar air yang sebenarnya.
Untuk bahan-bahan yang mengandung kadar gula tinggi maka pemanasan
dengan suhu yang tinggi dapat mengakibatkan pergerakan pada permukaan bahan.
Sehingga terlihat masih memiliki berat kering yang cukup tinggi.
Penentuan kadar air dengan metote pengeringan atau oven ini cukup mudah
dan murah namun memiliki kelemahan diantaranya bahan air selain air juga ikut
menguap dan ikut hilang bersama uap air. Selain itu, dapat terjadi reaksi selama
pemanasan yang menghasilkan air dan zat mudah menguap lain. Dengan metode ini
bahan yang mengandung senyawa yang dapat mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar air suatu bahan pangan adalah daya simpan bahan, air bebas dan air terikat,
kadar air basis basah dan kering, aktifitas air, kelembaban relatif dan kelembaban
mutlak serta sifat fisik dari bahan.penentuan kadar air suatu bahan pangan bergantung
pada sifat bahan pangan itu sendiri. Penentuan ini terkadang tidak mudah dilakukan
karena terdapat bahan yang mudah menguap. Dari bahan yang telah di uji kadar airnya
maka bahan yang kadar airnya rendah memiliki daya simpan yang lebih baik. Kedelai
adalah bahan yang kadar airnya rendah dan daya simpanya lebih lama.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut:
1. Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung dalam suatu bahan termasuk
bahan pangan.
2. Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan metode pengeringan atau oven, oven
vakum, destilasi, kemis, fisis, rapid mosture analyzer dan nuclear magnetic
resonance.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan diketahui bahwa kadar air tepung
yaitu 0%, roti tawar yaitu 10% dan kacang tanah yaitu 20%.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air bahan pangan yaitu daya simpan
bahan, air bebas dan air terikat, aktifitas air, kelembaban relatif dan kelembaban
mutlak serta sifat fisik bahan.

5.2 SARAN
Pada praktikum selanjutnya disarankan praktikan pada saat melakukan
praktikum harus dilakukan dengan teliti dan lebih hati-hati agar tidak terjadi kesalahan
dan mendapatkan hasil yang tepat sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi U. F., 2001. Peranan Air dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat.
Disampaikan dalam Peringatan Hari Air Sedunia No. 4 Tahun XXVIII 2001.
Jakarta: Departemen Kimpraswil.
Amin, Jaksen. 2015. Penuntun Praktikum Teknologi Pangan. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Asfawi Supriyono. 2004. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis
Air Minum Isi Ulang di Tingkat Produsen di Kota Semarang. Thesis. Magister
Kesehatan Lingkungan. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.
AOAC, 1984. Official Methods of Analysis. Association of Official. Agricultural Chemists.
Crampton, E.W., and L.E. Lloyd. 1959. Fundamental of Nutrition. San Fransisco, W.H.
Freeman and Company. pp 216 – 231
Effendy. 2007. Kimia Koordinasi Jilid I. Malang: Jurusan Kimia Fakultas. Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri.
Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta: Gramedia
Kodoatie, Robert J., dan Hadimoeljono. 2005. Kajian Undang – Undang Sumber Daya Air.
Yogyakarta: Andi.
Malangi, L.P. 2015. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktifits Antioksidan Ekstrak Biji
Buah Alpukat (persea americana mill). JURNAL MIPA UNSRAT vol. 1 (1):
5-10.
Nanawi. 2001. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam Dan Air Tawar Dengan Menggunakan
Energi Matahari. Bogor: Universitas Gajah Mada.
Salmin. 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton. Pekanbaru: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar

Gambar 1. Tepung ditimbang Gambar 2. Roti tawar ditimbang

Gambar 3. Kacang tanah ditimbang Gambar 4. Sampel didinginkan

Gambar 5. Penimbangan tepung setelah Gambar 6. Penimbangan roti setelah


dikeringkan dikeringkan

Gambar 7. Penimbangan kacang tanah setelah dikeringkan


Lampiran 2. Perhitungan

Diketahui: Berat cawan sebelum = 6 gr


Berat cawan setelah = 6,6 gr
a. Tepung
Dik: Sampel awal (w1) = 11,6 gr – 6,6 gr = 5 gr
Sampel kering (w2) = 11,6 gr – 6,6 gr = 5 gr
Kehilangan berat (w3) = 5 gr – 5 gr = 0 gr
1. % Kadar Air (dry basis)
w3
= x 100 %
w2
0 gr
= x 100 %
5 gr

=0%
2. % Kadar Air (wet basis)
w3
= x 100 %
w1
0 gr
= x 100 %
5 gr

=0%
3. Total Padatan
w2
= x 100 %
w1
5 gr
= x 100 %
5 gr

= 100 %

b. Roti Tawar
Dik: Sampel awal (w1) = 11,6 gr – 6,6 gr = 5 gr
Sampel kering (w2) = 11,1 gr – 6,6 gr = 4,5 gr
Kehilangan berat (w3) = 5 gr – 4,5 gr = 0,5 gr
1. % Kadar Air (dry basis)
w3
= x 100 %
w2
0,5 gr
= x 100 %
4,5 gr

= 11 %

2. % Kadar Air (wet basis)


w3
= x 100 %
w1
0,5 gr
= x 100 %
5 gr

= 10 %
3. Total Padatan
w2
= x 100 %
w1
4,5 gr
= x 100 %
5 gr

= 90 %

c. Kacang Tanah
Dik: Sampel awal (w1) = 11,6 gr – 6,6 gr = 5 gr
Sampel kering (w2) = 10,6 gr – 6,6 gr = 4 gr
Kehilangan berat (w3) = 5 gr – 4 gr = 1 gr
1. % Kadar Air (dry basis)
w3
= x 100 %
w2
1 gr
= x 100 %
4 gr

= 25 %
2. % Kadar Air (wet basis)
w3
= x 100 %
w1
1 gr
= x 100 %
5 gr

= 20 %
3. Total Padatan
w2
= x 100 %
w1
4 gr
= x 100 %
5 gr

= 80 %

Anda mungkin juga menyukai