Anda di halaman 1dari 9

1.

Angina

Penyakit pada peredaran darah yang pertama adalah angina yang ditandai dengan berat dan
berulang ketidaknyamanan dada dan nyeri, disebabkan karena kurangnya pasokan darah atau
suplai oksigen pada otot jantung. Pada dasarnya, itu diwujudkan sebagai komplikasi yang
disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah. Angina sering dianggap sebagai tanda peringatan
serangan jantung yang akan datang. Jadi, sesegera mungkin menghubungi dokter untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.

Gejala Angina Pektoris

Angina pektoris umumnya ditandai dengan rasa nyeri pada dada seperti ditekan, berat, dan
tumpul. Nyeri juga dapat menyebar atau hanya dirasakan di lengan kiri, leher, rahang, dan
punggung, khususnya pada penderita wanita. Beberapa gejala lainnya yang dapat dialami
meliputi:

 Sesak napas.
 Merasakan nyeri seperti gejala penyakit asam lambung (GERD).
 Mual.
 Pusing.
 Mudah lelah.
 Gelisah.
 Keringat berlebih.

Pengobatan Angina Pektoris

Angina pektoris dapat ditangani dengan:

 Perubahan gaya hidup. Penderita umumnya disarankan untuk berhenti merokok atau
menjauhi asap rokok, mengonsumsi makanan bergizi dan rendah lemak dalam porsi kecil,
melakukan olahraga sesuai petunjuk dokter, dan menjaga kadar glukosa bagi penderita
diabates. Perubahan gaya hidup disarankan bukan hanya pada saat pengobatan, tetapi
untuk jangka panjang agar serangan angina pektoris berkurang atau berhenti sepenuhnya.
 Obat-obatan. Saat angina menyerang, obat glyceryl trinitrate bisa dikonsumsi untuk
meredakan gejala dalam waktu singkat. Glyceryl trinitrate termasuk dalam golongan nitrat
yang berfungsi untuk menenangkan dan melebarkan pembuluh darah agar memudahkan
darah mengalir menuju jantung. Efek samping seperti pusing dan kulit kemerahan
mungkin akan terjadi. Hindari mengonsumsi alkohol, mengoperasikan alat berat, atau
menyetir saat dalam pengobatan ini. Glyceryl trinitrate dapat dikonsumsi dalam dua dosis,
saat angina menyerang dan saat gejala tidak mereda dalam jangka waktu 5 menit. Jika
gejala masih dirasakan, kunjungi rumah sakit terdekat agar cepat ditangani. Glyceryl
trinitrate juga dapat digunakan sebagai pencegah sesaat sebelum berolahraga atau
melakukan aktivitas berat lainnya. Pastikan Anda menanyakan dokter sebelum
mengonsumsi obat ini. Jika angina sering terjadi, dokter mungkin akan meresepkan salah
satu atau beberapa obat berikut ini:
o Aspirin, termasuk golongan obat antiplatelet (pengencer darah) yang berfungsi
untuk meredakan atau menghindari penggumpalan darah, dan menekan risiko
serangan jantung. Efek samping yang mungkin dialami adalah iritasi pada perut,
mual dan masalah pencernaan. Hindari pemberian obat ini pada anak-anak atau
remaja berusia 16 tahun ke bawah sebelum berkonsultasi dengan dokter.
o Obat penghambat beta (beta blocker), membantu menurunkan tekanan darah
dengan menghambat efek hormon epinephrine atau adrenalin yang dapat
meningkatkan denyut jantung secara berlebihan. Obat ini juga membantu
melebarkan pembuluh darah dan melancarkan aliran darah. Efek samping yang
mungkin dialami adalah mudah lelah, diare, mual, dan keringat dingin.
o Obat anti pembekuan darah, digunakan untuk menghambat pembekuan darah
dengan cara mencegah sel platelet darah menempel. Efek samping yang mungkin
dialami adalah pusing hebat, pendarahan, rambut rontok, dan memar pada kulit.
o Obat penghambat kanal kalsium (calcium channer blockers). Obat ini
berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dengan merelaksasi otot dinding
arteri. Efek samping yang mungkin dialami adalah wajah kemerahan, pusing, dan
mudah lelah. Salah satu contoh obat penghambat kanal kalsium adalah
amlodipine.
o Statin, digunakan untuk menghambat enzim pembuat kolesterol dalam hati dan
menekan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke. Obat ini juga membantu
tubuh meresap kolesterol yang terakumulasi sebagai plak yang menempel di
dinding arteri, dan memberikan efek positif lainnya. Efek samping yang mungkin
dialami adalah konstipasi, diare, dan nyeri perut.
o Obat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), bekerja dengan
menghambat hormon angiotensin II sebagai pemicu penyempitan pembuluh darah
dan menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Obat ini dapat mengurangi pasokan
darah ke ginjal, karena itu sangat disarankan untuk memeriksa kondisi ginjal
melalui tes darah dan urine sebelum dan saat mengonsumsi obat ini. Efek samping
yang mungkin dialami adalah pusing, mudah lelah, dan batuk kering yang
umumnya hanya bersifat sementara.
o Ivabradine. Obat ini menurunkan kecepatan denyut jantung seperti obat
penghambat beta, tetapi memiliki tingkat keamanan lebih bagi penderita infeksi
paru, atau penyakit lainnya yang tidak diperbolehkan mengonsumsi obat
penghambat beta. Efek samping yang mungkin dialami adalah penglihatan buram
atau silau untuk beberapa saat. Penderita disarankan untuk tidak mengemudi
setelah mengonsumsi obat ini.
o Ranolazine, digunakan untuk melemaskan otot jantung dan meningkatkan aliran
darah. Obat ini umumnya diresepkan bagi penderita gagal jantung dan aritmia
karena tidak mempengaruhi kecepatan denyut jantung. Efek samping yang
mungkin dialami adalah pusing, mudah lemas, dan konstipasi.
o Nicorandril. Obat ini mengandung penggerak kanal kalium yang berfungsi
melebarkan pembuluh arteri dan melancarkan peredaran darah menuju jantung.
Nicorandil umumnya digunakan sebagai pengganti obat penghambat kanal
kalsium bagi penderita dengan kondisi medis tertentu. Efek samping yang
mungkin dialami adalah mual dan pusing.
 Operasi. Jika gelaja angina pektoris tidak mereda dengan pengobatan, tindakan operasi
dapat disarankan. Terdapat dua jenis tindakan operasi untuk kasus angina pektoris, di
antaranya:
o Coronary artery bypass graft (CABG). Tindakan bedah yang dilakukan dengan
menciptakan aliran baru pada titik penyempitan atau penyumbatan arteri melalui
pencangkokan pembuluh darah dari anggota tubuh lainnya. Operasi bypass
biasanya disarankan bagi penderita angina dengan penyakit diabetes, berusia di
atas 65 tahun, dan memiliki lebih dari 3 penyumbatan pada arteri.
o Percutaneous coronary intervention (PCI). Tindakan bedah yang disebut juga
dengan angioplasti koroner ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada
bagian luar arteri yang mengalami penyempitan, dan ditahan menggunakan cincin
besi (sten) agar aliran darah kembali lancar. Tindakan ini tidak direkomendasikan
bagi penderita dengan kelainan struktur pembuluh darah.
 Terapi dan tindakan medis lainnya. Jika pengobatan dan tindakan operasi tidak dapat
dilakukan atau tidak membantu banyak, saran untuk melakukan terapi perilaku kognitif
atau cognitive behaviour therapy (CBT) dapat menjadi pilihan. Terapi ini dilakukan
dengan mengubah pola pikir penderita dengan respons positif dengan tujuan mengurangi
gejala-gejala yang berkaitan dengan stres pikiran dan memudahkan proses penyembuhan.
Terapi ini juga dapat dilakukan jika penderita mengalami depresi atau kegelisahan
dikarenakan gejala angina pektoris yang berulang kali menyerang. Terkadang, terapi
akupuntur menjadi pilihan alternatif terapi. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
sebelum melakukannya, guna menghindari efek samping yang dapat membahayakan.

2. Aritmia

Penyakit sistem peredaran darah juga munculnya gejala aritmia. Gejala utama aritmia jantung
adalah irama jantung yang tidak teratur, di mana jantung berdetak tidak normal, baik pada tingkat
lebih lambat atau lebih cepat. Dalam kebanyakan kasus, ditemukan menjadi masalah bawaan dan
hasil dari cacat jantung. Berdasarkan tingkat keparahan aritmia, mengonsumsi obat, menjalani
prosedur bedah, dan menanamkan alat pacu jantung yang diadopsi dalam rangka untuk mengatur
irama jantung.

Gejala Aritmia

Aritmia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala, sehingga kadang tidak disadari oleh penderitanya.
Gejala aritmia yang dapat muncul antara lain:

 Jantung berdetak lebih cepat dari normal (takikardia)


 Jantung berdetak lebih lambat dari normal (bradikardia)
 Pusing
 Pingsan
 Cepat lelah
 Sesak napas
 Nyeri dada

Penyebab Aritmia

Aritmia terjadi ketika impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan
baik. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi di bawah ini:

 Konsumsi obat pilek atau obat alergi


 Sleep apnea
 Hipertensi
 Diabetes
 Gangguan elektrolit
 Gangguan tiroid, misalnya hipertiroidisme
 Kelainan katup jantung
 Penyakit jantung bawaan
 Penyakit jantung koroner
 Serangan jantung

Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti:

 Tidak dapat mengelola stres dengan baik


 Kurang tidur
 Merokok
 Konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan
 Penyalahgunaan NAPZA

Pengobatan Aritmia
Pengobatan aritmia bertujuan untuk mengatasi irama jantung yang tidak teratur. Metode yang
digunakan tergantung pada jenis gangguan irama jantung yang dialami, apakah terlalu cepat atau
terlalu lambat.

Metode pengobatan aritmia meliputi:

Obat-obatan

Obat-obatan yang diresepkan dokter untuk mengatasi aritmia adalah obat antiaritmia. Dokter juga
akan meresepkan warfarin untuk menurunkan risiko terjadinya penggumpalan darah.

Ablasi

Dokter akan memasang satu atau lebih kateter di pembuluh darah yang menuju ke jantung.
Elektroda yang terdapat di ujung kateter akan menghancurkan sebagian kecil jaringan di jantung
yang menyebabkan gangguan irama jantung, sehingga irama jantung menjadi normal kembali.

Alat pacu jantung

Dokter akan memasang alat pacu jantung di bawah kulit, tepat di bawah tulang selangka. Alat
pacu tersebut berfungsi mengembalikan irama jantung yang terlalu lambat menjadi normal.

ICD

Implantable cardioverter-defribilator (ICD) adalah alat kecil yang dipasang di dada. Alat ini
digunakan pada penderita yang berisiko mengalami henti jantung mendadak. Implan alat ini akan
mendeteksi tanda henti jantung dan otomatis mengalirkan listrik untuk mengatasinya.

Komplikasi Aritmia

Pada beberapa kasus, aritmia dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi serius, seperti:

 Demensia
 Penyakit Alzheimer
 Stroke
 Gagal jantung
 Henti jantung mendadak
 Kematian mendadak pada bayi (SIDS)
3. Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah penyakit sistem peredaran darah, akibat akumulasi deposit lemak dalam
dinding pembuluh darah, terutama arteri. Dengan kata lain, arteri terutama dipengaruhi oleh
aterosklerosis. Selama periode waktu, arteri mengeras dan dinding kehilangan elastisitasnya.
Komplikasi aterosklerosis termasuk penyakit jantung dan serangan jantung.

Penyebab Aterosklerosis

Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui dengan pasti, namun penyakit ini diawali akibat
kerusakan atau cedera pada lapisan dalam arteri (endothelium). Beberapa penyebab kerusakan
ini, antara lain:

 Diabetes atau resisten terhadap insulin.


 Kadar kolesterol, trigliserida, serta tekanan darah yang tinggi.
 Kebiasaan merokok.
 Obesitas atau berat badan berlebih.
 Penyakit yang menyebabkan peradangan, seperti artritis, infeksi, atau lupus.
 Riwayat keluarga dengan aterosklerosis, penyakit jantung koroner, atau stroke.

Faktor Risiko Aterosklerosis

Beberapa faktor risiko aterosklerosis, antara lain:

 Diabetes.
 Kadar kolesterol tinggi dalam darah.
 Kebiasaan merokok.
 Kelebihan berat badan atau obesitas.
 Kurang aktivitas fisik, lebih banyak duduk, dan jarang berolahraga.
 Riwayat keluarga mengidap aterosklerosis, penyakit jantung koroner, atau stroke.
 Tekanan darah tinggi.

Pengobatan Aterosklerosis

Pada penyakit jantung koroner, dokter akan memberikan obat yang berguna untuk melebarkan
pembuluh darah, mengatasi nyeri dada, serta mencegah penggumpalan dan penyumbatan lebih
lanjut. Tujuan dari pengobatan ini adalah agar oksigen dan nutrisi yang dialirkan ke jantung dan
otak tetap terjaga.

Pada serangan jantung atau stroke sumbatan, pengobatan yang diberikan berupa obat infus yang
dapat menghancurkan plak (dapat diberikan jika pasien datang dalam 3 jam setelah serangan
jantung atau stroke, dan memenuhi persyaratan medis tertentu) serta obat yang dapat mencegah
penggumpalan darah. Prosedur operasi juga dapat dilakukan untuk mengatasi serangan jantung,
yaitu angiografi, pemasangan stent untuk membuka sumbatan akibat plak (dapat dilakukan jika
pasien datang dalam 3 jam setelah serangan jantung, dan memenuhi persyaratan medis tertentu),
serta operasi bypass.

4. Kardiomiopati

Penyakit dan gangguan sistem peredaran darah termasuk kardiomiopati, yang disebabkan karena
melemahnya otot jantung atau miokardium. Pada tahap awal, otot-otot ventrikel atau otot ruang
jantung yang lebih rendah terpengaruh. Jika tidak diobati, menyebar ke otot-otot jantung atas.
Dalam kasus yang parah, kardiomiopati dapat menyebabkan gagal jantung kongestif dan bahkan
menyebabkan kematian.

Penyebab Kardiomiopati

Biasanya penyebab kardiomiopati tidak diketahui. Untuk beberapa orang, dokter akan mencari
tahu kemungkinan faktor lain yang dapat mencetuskan kardiomiopati, termasuk:

 Kelainan genetik.
 Penyakit tiroid.
 Irama jantung cepat yang tidak tertangani.
 Gangguan metabolic, seperti obesitas atau diabetes.
 Kekurangan vitamin dan mineral.
 Komplikasi akhir kehamilan sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan (peripartum
cardiomyopathy).
 Konsumsi alkohol berlebihan.
 Penyalahgunaan kokain, amfetamin, dan steroid anabolik (disalahgunakan untuk
membesarkan otot tubuh).
 Pengguna obat kemoterapi dan radiasi.
 Infeksi.
 Hemokromatosis, amiloidosis, sarkoidosis.

Gejala Kardiomiopati

Kardiomiopati dapat muncul pada usia muda, serta dapat menyebabkan henti jantung mendadak.
Waspadai munculnya gejala kardiomiopati, khususnya pada mereka yang memiliki sejarah gagal
jantung dalam keluarga. Berikut ini adalah gejala kardiomiopati yang patut dikenali dan
diperhatikan:

 Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan tungkai.


 Batuk saat berbaring.
 Perut kembung yang diakibatkan oleh adanya cairan.
 Rasa lelah.
 Sesak, bahkan saat beristirahat.
 Irama jantung tidak beraturan.
 Pusing, rasa melayang, dan pingsan.
 Nyeri dada.

Pengobatan Kardiomiopati

Kardiomiopati memiliki beberapa pilihan pengobatan tergantung dari gejala serta jenis penyakit
yang diderita. Fokus pengobatan penyakit ini adalah untuk mengendalikan gejala dan mencegah
terjadinya komplikasi.

Berikut ini adalah metode-metode pengobatan yang dilakukan berdasarkan tipe kardiomiopati
yang diderita, di antaranya:

 Dilated cardiomyopathy. Kondisi ini dapat ditangani dengan obat-obatan atau


implantable cardioverter-defibrilator (ICD) yang berfungsi untuk mengamati irama
jantung dan bila diperlukan akan memberikan aliran listrik tambahan secara otomatis.
Obat yang diberikan berfungsi untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran
darah, memperlambat irama jantung, mencegah darah menggumpal, dan mengeluarkan
kelebihan cairan dalam tubuh. Pemasangan alat pacu jantung juga dapat
direkomendasikan untuk mempertahankan irama jantung normal.
 Hypertrophic cardiomyopathy. Kondisi ini dapat ditangani dengan tindakan medis
maupun pemberian obat. Obat-obatan dapat mengurangi tenaga pompa jantung,
menstabilkan irama, dan membuat jantung menjadi lebih lemas. Jika pasien mengalami
gangguan irama jantung yang serius, maka ICD dapat digunakan. Tindakan medis lainnya
yang dapat dilakukan adalah tindakan operasi yang bernama septal myectomy, yaitu
memotong sebagian dinding otot jantung yang menebal guna melancarkan aliran darah.
Selain itu, dapat dilakukan ablasi untuk menghancurkan otot jantung yang menebal agar
darah dapat mengalir melalui area tersebut. Prosedur yang disebut dengan septal ablation
ini menggunakan suntikan alkohol pada otot jantung yang ingin dihancurkan.
 Restrictive cardiomyopathy. Dokter akan memantau asupan garam dan air serta berat
badan setiap hari. Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obatan diuretik yang dapat
menambah frekuensi buang air kecil, bila pasien memiliki masalah dengan natrium dan
air yang tidak dapat keluar melalui urine. Obat lain juga dapat diresepkan untuk
mengurangi tekanan darah atau mengatur irama jantung yang abnormal. Jika penyakit ini
disebabkan oleh penyakit lain, maka pengobatan akan ditujukan untuk mengatasi
penyebabnya.
 Arrhythmogenic right ventricular cardiomyopathy. Kondisi ini dapat ditindaklanjuti
dengan pemberian obat-obatan yang dapat mengatur irama jantung dan pemasangan ICD.
Selain pemasangan ICD, kondisi ini dapat ditangani dengan prosedur radiofrequency
ablation, yaitu dilakukan penghancuran sebagian kecil jaringan jantung yang tidak normal
dengan menggunakan kateter dan elektroda.

Selain itu, pada kardiomiopati dapat juga dilakukan penanganan dengan:

 Ventricular assist devices (VAD). Ini merupakan alat yang dipasang pada tubuh dan
digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah di dalam jantung. Alat ini dapat digunakan
dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Misalnya, digunakan selama pasien
menunggu proses transplantasi jantung atau saat prosedur lain tidak memberikan hasil
yang memuaskan.
 Transplantasi jantung. Prosedur ini adalah pilihan pengobatan terakhir yang diambil
ketika semua prosedur pengobatan tidak efektif atau sudah pada kondisi gagal jantung
tahap akhir.

Anda mungkin juga menyukai