Anda di halaman 1dari 14

Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah...

( Ali Marwan Hsb )

KEGENTINGAN YANG MEMAKSA DALAM PEMBENTUKAN


PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
( COMPELLING CIRCUMSTANCES OF THE ENACTMENT
GOVERNMENT REGULATION IN LIEU OF LAW)

Ali Marwan Hsb


Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara
Jl. Putri Hijau No. 4 Medan Sumatera Utara Indonesia
E-mail : ali.marwan13@gmail.com
(Naskah diterima 19/01/2017, direvisi 23/03/2017, disetujui 27/03/2017)

Abstrak
Dalam dinamika sejarah di Indonesia frasa “kegentingan yang memaksa” memiliki pengertian yang multitafsir dan
menjadi wewenang dari Presiden untuk menafsirkan kegentingan yang memaksa tersebut dalam pembentukan
peraturan pemerintah pengganti undang-undang. Seyogianya, dalam menetapkan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang, harus ada batasan yang objektif mengenai kegentingan yang memaksa tersebut. Hal inilah yang
menjadi pokok pembahasan dalam tulisan ini, apa saja syarat agar suatu keadaan dapat dikatakan sebagai
kegentingan yang memaksa? Dari penelitian dalam tulisan ini, ditemukan bahwa dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 menyatakan bahwa kegentingan yang memaksa harus memenuhi 3 (tiga)
syarat yaitu adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara cepat
berdasarkan undang-undang, undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan
hukum atau ada undang-undang tetapi tidak memadai dan kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi
dengan cara membuat undang-undang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama
sedangkan kendala yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.
Kata Kunci: kegentingan yang memaksa, menetapkan, peraturan pemerintah pengganti undang-undang

Abstract
In the historical in Indonesia phrase “compelling circumstances” have multiple interpretation and understanding
of the authority of the President to interpret the crunch that forced in the enactment government regulation in lieu
of law. The government should enact government regulation in lieu of law, there must be limits objective of the
crunh that forced. This is what is in issue in this article, what are the requirements that a state can be said to be a
crunch that forced? The research in this paper, it was found that the Constitutional Court Decision No. 138 / PUU-
VII / 2009 states that the crunch is forcing must meet three (3) conditions are their situation is an urgent need to
resolve the legal issues quickly by the act, act is needed does not exist yet so that a legal vacuum or there is act but
inadequate and The legal void can not be overcome by making laws is the usual procedure because it would require
considerable time while constraints such urgent need certainty to be resolved.
Keywords: compelling circumstances, enactment, government regulation in lieu of law.

A. Pendahuluan
Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar memaksa ditetapkan dalam bentuk peraturan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD pemerintah.1 Yang menjadi pertanyaan adalah
NRI 1945) menyatakan bahwa “dalam hal siapa yang menentukan kapan dan dalam
ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden keadaan seperti apakah kondisi yang disebut
berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai hal ihwal kegentingan yang memaksa
sebagai pengganti undang-undang”. Peraturan telah terpenuhi sehingga Presiden berhak
pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) menetapkan Perppu dimaksud?
yaitu suatu peraturan yang dari segi isinya Rumusan tersebut sebenarnya dapat disebut
seharusnya ditetapkan dalam bentuk undang- termasuk kategori objective wording seperti
undang, tetapi karena keadaan kegentingan yang yang dimaksud oleh Cora Hoexter. Artinya,

1 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, Rajawali Press, Jakarta, 2008, hlm. 3.

109
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 109 - 122

hak Presiden dimaksud tidak meniadakan hak Selanjutnya, mengacu pada ketentuan Pasal
DPR untuk mengontrol penetapan Perppu yang 87 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
dibuat oleh Presiden. Jika DPR menyatakan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
persetujuannya, barulah Perppu itu diakui dan mengenai keberlakuan suatu peraturan
berlaku sebagai undang-undang. Jika ditolak oleh perundang-undangan, menentukan bahwa
DPR, maka Perppu tersebut selanjutnya harus “peraturan perundang-undangan mulai berlaku
dicabut sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat dan mempunyai kekuatan hukum mengikat pada
(3) UUD NRI 1945. Dengan kata lain, penentuan tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain
keadaan darurat itu sendiri tidak semata-mata di dalam peraturan perundang-undangan yang
tergantung kepada kehendak subjektif Presiden, bersangkutan”. Hal ini sesuai dengan kelaziman
melainkan tergantung pula kepada kehendak yang berlaku di dunia ilmu hukum di mana pun,
para wakil rakyat di DPR.2 Namun demikian, yaitu kecuali ditentukan lain maka semua norma
dari sudut pandang kekuasaan Presiden, hukum mulai berlaku mengikat sejak tanggal
hak untuk menetapkan Perppu atas dasar ditetapkan atau diundangkan.6 Hal ini berlaku
penilaian Presiden sendiri yang bersifat sepihak juga terhadap Perppu, bahwa sejak ditetapkan
mengenai adanya hal ihwal kegentingan yang atau diundangkan maka Perppu mempunyai
memaksa dapat dikatakan bersifat subjektif. kekuatan hukum yang mengikat.
Artinya, ketika suatu Perppu ditetapkan oleh Dikarenakan Perppu sudah mempunyai
Presiden berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat kekuatan hukum mengikat setelah ditetapkan
(1) Undang-Undang Dasar 1945, penentuan atau diundangkan dan untuk menghindari
adanya hal ihwal kegentingan yang memaksa penyalahgunaan kewenangan Perppu, maka
sebagai prasyarat dapat dikatakan semata- seyogianya harus ada penafsiran yang objektif
mata berdasarkan subjektivitas kekuasaan mengenai kegentingan yang memaksa, sehingga
Presiden sendiri. Penilaian mengenai hal ihwal kewenangan untuk mengeluarkan Perppu oleh
kegentingan yang memaksa itu baru menjadi Presiden tidak disalahgunakan. Hal ini menarik
objektif setelah hal itu dinilai dan dibenarkan untuk diketahui, apakah syarat atau kriteria
adanya oleh DPR berdasarkan ketentuan Pasal dari kegentingan yang memaksa sebagai dasar
22 ayat (2) UUD NRI 1945.3 menetapkan Perppu oleh Presiden dan apakah
Dinamika sejarah peraturan perundang- Perppu yang dikeluarkan tersebut sudah sesuai
undang di Indonesia menunjukkan bahwa dengan syarat kegentingan yang memaksa.
latar belakang penetapan Perppu oleh Presiden
umumnya berbeda-beda. Hal ini disebabkan B. Pembahasan
karena ukuran kegentingan yang memaksa
B.1. Fungsi dan Materi Muatan Perppu
selalu bersifat multitafsir dan sangat bergantung
pada subyektifitas Presiden dalam menafsirkan Secara hierarki semua jenis peraturan
frasa kegentingan yang memaksa sebagai dasar perundang-undangan mempunyai fungsi
untuk menetapkan suatu Perppu.4 Menafsirkan tertentu. Tetapi secara umum menurut Bagir
istilah kegentingan yang memaksa dengan Manan fungsi peraturan perundang-undangan
beragam penafsiran akan memberikan peluang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu:7
bagi Presiden untuk berlaku sewenang-wenang. 1. Fungsi Internal, yaitu fungsi peraturan
Artinya bahwa dengan kewenangan mutlak yang perundang-undangan sebagai sub-sistem
dimiliki Presiden dalam mengeluarkan Perppu, hukum terhadap sistem kaidah hukum
ditambah lagi dengan tidak adanya batasan pada umumnya. Secara internal, peraturan
yang jelas tentang pengertian kegentingan yang perundang-undangan menjalankan beberapa
memaksa akan sangat berpeluang menciptakan fungsi antara lain:
pemerintahan yang otoriter.5

2 Ibid., hlm. 12 – 13.


3 Ibid., hlm. 13.
4 J. Ronald Mawuntu, “Eksistensi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam Sistem Norma Hukum Indonesia”, Jurnal
Hukum Unsrat, Vol. XIX, No. 5, Oktober – Desember 2011, hlm. 122.
5 Janpatar Simamora, “Multitafsir Pengertian “Ihwal Kegentingan yang Memaksa” dalam Penerbitan Perppu”, Mimbar Hukum, Volume 2,
Nomor 1, Februari 2010, hlm. 68.
6 Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 219.
7 Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun & Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoretis &
Praktis Disertai Manual, Kencana, Jakarta, 2013, hal. 61-64.

110
Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah...( Ali Marwan Hsb )

a. Fungsi penciptaan hukum (rechtschepping) b. Fungsi stabilitas. Peraturan perundang-


yang melahirkan sistem kaidah hukum undangan dibidang pidana, ketertiban,
yang berlaku umum dilakukan atau dan keamaan merupakan kaidah-kaidah
terjadi melalui beberapa cara, yaitu yang terutama bertujuan menjamin
melalui keputusan hakim, kebiasaan stabilitas masyarakat.
yang timbul di dalam praktik dalam c. Fungsi kemudahan. Fungsi kemudahan
kehidupan masyarakat atau negara, dapat berfungsi sebagai sarana mengatur
dan peraturan perundang-undangan. berbagai kemudahan peraturan yang
Di Indonesia, peraturan perundang- berisi insentif, seperti keringan pajak.
undangan merupakan cara utama Fungsi peraturan perundang-undangan yang
penciptaan hukum. disebutkan di atas sejalan dengan fungsi hukum
b.
Fungsi pembaharuan hukum. yang dikemukakan oleh Sjahran Basah. Menurut
Pembentukan peraturan perundang- Sjahran Basah, ada 5 (lima) fungsi hukum yang
undangan dapat direncanakan, disebut dengan panca fungsi hukum, yaitu:
sehingga pembaruan hukum dapat Pertama, direktif, artinya hukum sebagai
pula direncanakan. Fungsi pembaruan pengarah dalam membangun untuk membentuk
terhadap perundang-undangan antara masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan
lain dalam rangka mengganti peraturan tujuan kehidupan bernegara. Kedua, integratif,
perundang-undangan masa Belanda dan yaitu sebagai pembina kesatuan bangsa.
peraturan perundang-undangan nasional Ketiga, stabilitatif, yaitu untuk memelihara
yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan menjaga keselarasan, keserasian, dan
dan perkembangan baru. keseimbangan dalam kehidupan bernegara
c. Fungsi integrasi pluralisme sistem dan bermasyarakat. Keempat, perfektif, yaitu
hukum. Pluralisme sistem hukum yang sebagai penyempurna, baik terhadap sikap
berlaku hingga saat ini merupakan tindak administrasi negara maupun sikap tindak
salah satu warisan kolonial yang harus warga negara apabila terjadi pertentangan dalam
ditata kembali. Pembaruan sistem kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dan
hukum nasional adalah dalam rangka kelima, korektif, yaitu sebagai pengoreksi atas
mengintegrasikan berbagai sistem hukum sikap tindak, baik administrasi negara maupun
tersebut sehingga tersusun dalam satu warga negara apabila terjadi pertentangan hak
tatanan yang harmonis satu sama lain. dan kewajiban untuk mendapatkan keadilan.8
d. Fungsi kepastian hukum. Kepastian Dalam negara hukum yang modern, menurut
hukum merupakan asas penting di dalam A. Hamid S. Attamimi, peraturan perundang-
tindakan hukum dan penegakan hukum undangan mempunyai fungsi sebagai berikut:9
dan peraturan perundang-undangan 1. memberikan bentuk pada endapan-endapan
dapat memberikan kepastian hukum yang nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
lebih tinggi daripada hukum kebiasaan dan hidup dalam masyarakat;
dan hukum adat atau yurisprudensi. 2. produk fungsi negara di bidang pengaturan;
2.
Fungsi eksternal adalah keterkaitan dan
peraturan perundang-undangan dengan 3. metode dan instrumen ampuh yang
tempat berlakunya. Fungsi eksternal bisa tersedia untuk mengatur dan mengarahkan
juga disebut fungsi sosial hukum, dan dapat kehidupan masyarakat menuju cita-cita yang
dibedakan menjadi: diharapkan.
a. Fungsi perubahan. Fungsi perubahan Adanya berbagai jenis peraturan perundang-
yaitu hukum sebagai sarana rekayasa undangan di Negara Republik Indonesia yang
sosial dimana peraturan perundang- tersusun secara hierarki, mengakibatkan pula
undangan diciptakan atau dibentuk adanya perbedaan dalam hal fungsi maupun
untuk mendorong perubahan masyarakat materi muatan dari berbagai jenis peraturan
dibidang ekonomi, sosial, maupun perundang-undangan tersebut.10 Dalam hierarki
budaya.

8 Sjahran Basah, Perlindungan Hukum terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 13 – 14.
9 Haposan Siallagan dan Efik Yusdiansyah, Ilmu Perundang-undangan di Indonesia, UHN Press, Medan, 2008, hlm. 38.
10 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan; Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta, 2008, hlm. 215.

111
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 109 - 122

peraturan perundang-undangan disebutkan undang”. Hal ini dikarenakan kedudukan


bahwa undang-undang dan perppu mempunyai perppu dan uu sama secara hierarki, bedanya
kedudukan yang sama. Berdasarkan hal itu pula hanya perppu dikeluarkan oleh presiden dalam
sehingga fungsi undang-undang dan perppu hal ihwal kegentingan yang memaksa.
adalah sama, yaitu: Menurut Maria Farida Indrati Soeprapto,
1. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut karena perppu ini merupakan peraturan
ketentuan dalam Undang-Undang Dasar pemerintah yang menggantikan undang-
1945 yang tegas-tegas menyebutnya. Fungsi undang, materi muatannya adalah sama dengan
ini terlihat jelas di dalam pasal-pasal Undang- materi muatan dari undang-undang.14 Hal
Undang Dasar Tahun 1945, karena pasal- senada juga dikemukakan oleh Bagir Manan
pasal tersebut menyatakan secara tegas yang menyatakan bahwa materi muatan perppu
hal-hal yang harus diatur dengan undang- merupakan materi muatan undang-undang.
undang;11 Dalam keadaan biasa materi muatan tersebut
2. pengaturan dibidang materi konstitusi harus diatur dengan undang-undang.15 Tetapi
seperti: 1) organisasi, tugas, dan susunan lebih lanjut Bagir Manan menyebutkan bahwa
lembaga negara dan 2) tata hubungan antara materi muatan perppu semestinya mengenai
negara dan warga negara dan antar warga hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
negara/penduduk secara timbal balik.12 pemerintahan (administrasi negara). Jadi
Istilah “materi muatan” pertama kali tidak boleh dikeluarkan perppu yang bersifat
diperkenalkan oleh A.Hamid S. Attamimi, yang ketatanegaraan dan hal-hal yang berkaitan
menurut pengakuannya mulai diperkenalkan dengan lembaga-lembaga negara, kekuasaan
kepada masyarakat sejak tahun 1979 kehakiman, pelaksanaan kedaulatan rakyat,
sebagaimana dimuat dalam Majalah Hukum dan dan lain-lain di luar jangkauan penyelenggaraan
Pembangunan Nomor 3 Tahun 1979. Menurutnya, administrasi negara.16
istilah materi muatan sebagai pengganti atau Sedangkan yang menjadi materi muatan
alih bahasa dari istilah Belanda het onderwerp suatu undang-undang berdasarkan Pasal 10
dalam ungkapan Thorbecke het eigenaardig ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
onderwerp der wet yang diterjemahkan dengan tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
materi muatan yang khas dari undang-undang, undangan yaitu berisi:
yakni materi pengaturan khas yang hanya a.
pengaturan lebih lanjut mengenai
semata-mata dimuat dalam undang-undang dan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
oleh karena itu menjadi materi muatan undang- Republik Indonesia Tahun 1945;
undang.13 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang b. perintah suatu undang-undang untuk
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan diatur dengan undang-undang;
Peraturan Perundang-undangan memberikan c. pengesahan perjanjian internasional
pengertian mengenai materi muatan peraturan tertentu;
undang-undangan yaitu sebagai materi yang
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah
dimuat dalam peraturan perundang-undangan
Konstitusi; dan/atau
sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam
peraturan perundang-undangan.
masyarakat.
Mengenai materi muatan perppu, diatur
dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 12 B.2.
Proses Pembentukan Peraturan
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Perundang-undangan, yaitu bahwa “materi Istilah perppu sepenuhnya adalah ciptaan
muatan peraturan pemerintah pengganti undang- UUD NRI 1945,17 yaitu sebagaimana yang
undang sama dengan materi muatan undang- tertuang dalam ketentuan Pasal 22 UUD NRI

11 Ibid, hlm. 219.


12 Ibid, hlm. 221.
13 A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi,
Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 193 – 194.
14 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan........., Op. Cit., hlm. 131.
15 Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia, Ind-Hill.Co, Jakarta, 1992, hlm. 50.
16 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2000, hlm. 217.
17 Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-.........., Op. Cit., hlm. 55.

112
Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah...( Ali Marwan Hsb )

1945. Berdasarkan Pasal 22 UUD NRI 1945 5. Karena materi Perppu seharusnya dituangkan
tersebut, dapat diketahui beberapa hal yaitu:18 dalam bentuk undang-undang, maka masa
1.
Peraturan tersebut disebut peraturan berlakunya Perppu dibatasi hanya untuk
pemerintah sebagai pengganti undang- sementara. Menurut ketentuan Pasal 22
undang, yang berarti bahwa bentuknya ayat (2) dan (3) UUD NRI 1945 yaitu sampai
adalah peraturan pemerintah sebagaimana dengan mendapat persetujuan dari Dewan
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) Undang- Perwakilan Rakyat, dan jika tidak mendapat
Undang Dasar Negara Republik Indonesia persetujuan maka perppu tersebut harus
Tahun 1945 bahwa: “Presiden menetapkan dicabut.
peraturan pemerintah untuk menjalankan
B.3. Kegentingan yang Memaksa menurut
undang-undang sebagaimana mestinya”.
Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009
Jika biasanya bentuk peraturan pemerintah
itu adalah peraturan yang ditetapkan untuk Perkara Nomor 138/PUU-VII/2009 merupakan
menjalankan undang-undang sebagaimana permohonan pengujian atas Perppu Nomor 4
mestinya, maka dalam keadaan kegentingan Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-
yang memaksa bentuk peraturan pemerintah Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
itu dapat dipakai untuk menuangkan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam
ketentuan-ketentuan yang semestinya putusan ini, pertama Mahkamah Konstitusi
dituangkan dalam bentuk undang-undang menilai apakah Perppu mempunyai kedudukan
dan untuk menggantikan undang-undang; yang sama dengan undang-undang sehingga
dapat diuji di Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya
2. Pada pokoknya, perppu sendiri bukanlah
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa dasar
nama resmi yang diberikan oleh UUD
hukum dibuatnya Perppu diatur dalam Pasal
NRI 1945. Namun, dalam praktik selama
22 ayat (1) UUD NRI 1945. Kemudian Pasal 7
ini, peraturan pemerintah yang demikian
ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
itu lazim dinamakan sebagai Peraturan
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau
Undangan yang mengatur mengenai jenis dan
disingkat Perppu.
hierarki peraturan perundang-undangan, telah
3. Perppu tersebut pada pokoknya hanya dapat
mendudukkan Perppu sejajar dengan Undang-
ditetapkan oleh Presiden apabila persyaratan
Undang. Dalam hal ini, ketentuan Pasal 22 UUD
kegentingan yang memaksa terpenuhi
NRI 1945 pada intinya berisikan:
sebagaimana mestinya. Keadaan “kegentingan
1. pemberian kewenangan kepada Presiden
yang memaksa” yang dimaksud disini berbeda
untuk membuat peraturan pemerintah
dan tidak boleh dicampuradukkan dengan
sebagai pengganti undang-undang;
pengertian “keadaan bahaya” sebagaimana
ditentukan oleh Pasal 12 Undang-Undang 2. kewenangan tersebut hanya dapat digunakan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun apabila dalam keadaan kegentingan yang
1945 yang berbunyi “Presiden menyatakan memaksa; dan
keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya 3.
perppu tersebut harus mendapatkan
keadaan bahaya ditetapkan dengan undang- persetujuan dari DPR pada persidangan
undang”; berikutnya.
4. Karena pada dasarnya Perppu itu sederajat UUD NRI 1945 membedakan antara Perppu
atau memiliki kekuatan yang sama dengan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana
undang-undang, maka Dewan Perwakilan dimaksud Pasal 5 ayat (2) yang tujuannya
Rakyat harus secara aktif mengawasi baik adalah untuk menjalankan Undang-Undang
penetapan maupun pelaksanaan Perppu sebagaimana mestinya. Karena perppu diatur
di lapangan, jangan sampai bersifat eksesif dalam Bab tentang DPR sedangkan DPR adalah
dan bertentangan dengan tujuan awal yang pemegang kekuasaan untuk membentuk
melatarbelakanginya. Dengan demikian, Undang-Undang maka materi Perppu
Perppu harus dijadikan sebagai objek seharusnya adalah materi yang menurut UUD
pengawasan yang sangat ketat oleh Dewan diatur dengan Undang-Undang dan bukan
Perwakilan Rakyat sesuai dengan tugasnya materi yang melaksanakan Undang-Undang
di bidang pengawasan; sebagaimana dimaksud oleh Pasal 5 ayat (2)
18 Ibid., hlm. 55 – 62.

113
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 109 - 122

UUD NRI 1945 dan materi Perppu juga bukan peraturan pemerintah yang dimaksud pada pasal
materi UUD. Apabila terjadi kekosongan Undang- ini adalah sebagai pengganti Undang-Undang,
Undang karena adanya berbagai hal sehingga yang artinya seharusnya materi tersebut
materi Undang-Undang tersebut belum diproses diatur dalam wadah Undang-Undang tetapi
untuk menjadi Undang-Undang sesuai dengan karena kegentingan yang memaksa, UUD NRI
tata cara atau ketentuan yang berlaku dalam 1945 memberikan hak kepada Presiden untuk
pembuatan Undang-Undang namun terjadi menetapkan Perppu dan tidak memberikan hak
situasi dan kondisi yang bersifat mendesak yang kepada DPR untuk membuat peraturan sebagai
membutuhkan aturan hukum in casu Undang- pengganti Undang-Undang. Apabila pembuatan
Undang untuk segera digunakan mengatasi peraturan diserahkan kepada DPR maka proses
sesuatu hal yang terjadi tersebut, maka Pasal di DPR memerlukan waktu yang cukup lama.
22 UUD NRI 1945 menyediakan pranata khusus Hal ini dikarenakan DPR sebagai lembaga
dengan memberi wewenang kepada Presiden perwakilan dimana pengambilan putusannya ada
untuk membuat Peraturan Pemerintah (sebagai) di tangan anggota. Artinya, untuk memutuskan
Pengganti Undang-Undang. Pembuatan Undang- sesuatu hal harus melalui rapat-rapat DPR
Undang untuk mengisi kekosongan hukum sehingga kalau harus menunggu keputusan DPR
dengan cara membentuk Undang-Undang seperti kebutuhan hukum secara cepat mungkin tidak
proses biasa atau normal dengan dimulai tahap dapat terpenuhi.
pengajuan Rancangan Undang-Undang oleh Di samping itu, dengan disebutnya ”Presiden
DPR atau oleh Presiden akan memerlukan waktu berhak” terkesan bahwa pembuatan Perppu
yang cukup lama sehingga kebutuhan hukum menjadi sangat subjektif karena menjadi hak
yang mendesak tersebut tidak dapat diatasi. dan tergantung sepenuhnya kepada Presiden.
Dengan demikian perppu diperlukan apabila: Pembuatan Perppu memang di tangan Presiden
1. adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak yang artinya tergantung kepada penilaian
untuk menyelesaikan masalah hukum secara subjektif Presiden, namun demikian tidak
cepat berdasarkan Undang-Undang; berarti bahwa secara absolut tergantung kepada
2. Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut penilaian subjektif Presiden. Sebagaimana telah
belum ada sehingga terjadi kekosongan diuraikan di atas, penilaian subjektif Presiden
hukum, atau ada Undang-Undang tetapi tersebut harus didasarkan kepada keadaan
tidak memadai; yang objektif, yaitu adanya tiga syarat sebagai
3. kekosongan hukum tersebut tidak dapat parameter adanya kegentingan yang memaksa.
diatasi dengan cara membuat Undang- Dalam kasus tertentu dimana kebutuhan akan
Undang secara prosedur biasa karena Undang-Undang sangatlah mendesak untuk
akan memerlukan waktu yang cukup lama menyelesaikan persoalan kenegaraan yang
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut sangat penting yang dirasakan oleh seluruh
perlu kepastian untuk diselesaikan. bangsa, hak Presiden untuk menetapkan Perppu
Dalam hal ini pengertian kegentingan yang bahkan dapat menjadi amanat kepada Presiden
memaksa tidak dimaknai sebatas hanya adanya untuk menetapkan Perppu sebagai upaya untuk
keadaan bahaya sebagaimana dimaksud oleh menyelesaikan persoalan bangsa dan negara.
Pasal 12 UUD NRI 1945. Memang benar bahwa Perppu melahirkan norma hukum dan sebagai
keadaan bahaya sebagaimana dimaksud oleh norma hukum baru akan dapat menimbulkan:
Pasal 12 UUD NRI 1945 dapat menyebabkan (a) status hukum baru, (b) hubungan hukum
proses pembentukan Undang-Undang secara baru, dan (c) akibat hukum baru. Norma hukum
biasa atau normal tidak dapat dilaksanakan, tersebut lahir sejak perppu disahkan dan
namun keadaan bahaya bukanlah satu- nasib dari norma hukum tersebut tergantung
satunya keadaan yang menyebabkan timbulnya kepada persetujuan DPR untuk menerima
kegentingan memaksa sebagaimana dimaksud atau menolak norma hukum perppu, namun
oleh Pasal 22 ayat (1) UUD NRI 1945. demikian sebelum adanya pendapat DPR untuk
Pasal 22 ayat (1) UUD NRI 1945 menyatakan. menolak atau menyetujui perppu, norma hukum
”Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, tersebut adalah sah dan berlaku seperti undang-
Presiden berhak menetapkan peraturan undang. Oleh karena dapat menimbulkan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang”. norma hukum yang kekuatan mengikatnya
Dari rumusan kalimat tersebut jelas bahwa sama dengan undang-undang maka terhadap

114
Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah...( Ali Marwan Hsb )

norma yang terdapat dalam perppu tersebut Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24
Mahkamah dapat menguji apakah bertentangan Tahun 2013 tentang Pemerintahan Daerah;
secara materiil dengan UUD NRI 1945. Dengan • Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
demikian Mahkamah berwenang untuk menguji Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
perppu terhadap UUD NRI 1945 sebelum adanya Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30
penolakan atau persetujuan oleh DPR, dan Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
setelah adanya persetujuan DPR karena perppu Tindak Pidana Korupsi;
tersebut telah menjadi undang-undang. • Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Berdasarkan pertimbangan putusan Mahkamah Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Konstitusi tersebut dapat disimpulkan bahwa Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
pengertian “hal ihwal kegentingan yang Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
memaksa” menurut tafsir Mahkamah Konstitusi Selanjutnya akan dilihat apa dasar
bukan hanya menyangkut keadaan bahaya pembentukan perppu tersebut dan apakah
tetapi juga harus diartikan dalam keadaan yang syarat kegentingan yang memaksanya sudah
harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu: sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi
1. adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak Nomor 138/PUU-VII/2009 sebagai berikut:
untuk menyelesaikan masalah hukum secara 1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
cepat berdasarkan undang-undang; Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang
2. undang-undang yang dibutuhkan tersebut Perubahan Kedua atas Undang-Undang
belum ada sehingga terjadi kekosongan Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
hukum, atau ada undang-undang tetapi Konstitusi
tidak memadai; Dalam konsideran menimbang huruf b
3. kekosongan hukum tersebut tidak dapat menyatakan bahwa alasan pembentukan Perppu
diatasi dengan cara membuat Undang- tersebut adalah untuk menyelamatkan demokrasi
Undang secara prosedur biasa karena dan negara hukum Indonesia serta untuk
akan memerlukan waktu yang cukup lama mengembalikan kewibawaan dan kepercayaan
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut masyarakat terhadap Mahkamah Konstitusi
perlu kepastian untuk diselesaikan. sebagai lembaga negara yang menjalankan
fungsi menegakkan Undang-Undang Dasar.
B.4. Perppu yang Diundangkan Pasca Putusan
Lebih lanjut dalam penjelasan umum
MK Nomor 138/PUU-VII/2009
disebutkan bahwa pada saat ini kewibawaan
Setelah dikeluarkannya Putusan Mahkamah
dan kepercayaan masyarakat terhadap hakim
Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 tentang
konstitusi menurun, padahal hakim konstitusi
Pengujian atas Peraturan Pemerintah Pengganti
mengemban amanah sangat penting untuk
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
menjaga tegaknya demokrasi dan pilar negara
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30
hukum, sehingga perlu dilakukan upaya
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
penyelamatan terhadap hakim konstitusi secara
Tindak Pidana Korupsi pada 08 Februari 2010,
cepat, khususnya menjelang pelaksanaan
yang dalam putusannya memberikan penafsiran
pemilihan umum 2014 yang sangat strategis bagi
mengenai syarat kegentingan yang memaksa
keberlanjutan kehidupan demokrasi di tanah
dalam mengeluarkan perppu, sudah ada
air. Jika ketidakpercayaan masyarakat terhadap
beberapa perppu yang diundangkan yaitu antara
hakim konstitusi tidak segera dipulihkan,
lain:
dikhawatirkan akan berimplikasi terhadap
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- legitimasi hasil pemilihan umum 2014 yang
Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang sengketanya merupakan kewenangan hakim
Perubahan Kedua atas Undang-Undang konstitusi untuk mengadili.
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Mengingat pelaksanaan pemilihan umum
Konstitusi;
2014 sudah sangat dekat, diperlukan langkah-
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- langkah cepat dan mendesak untuk memulihkan
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang kewibawaan dan kepercayaan masyarakat
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota; terhadap hakim konstitusi dengan melakukan
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- perubahan atas Undang-Undang Nomor 24
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

115
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 109 - 122

terutama mengenai syarat dan tata cara seleksi, pada subjektifitas Presiden, namun subjektifitas
pemilihan, dan pengajuan calon Hakim Konstitusi itu harus ada dasar objektifitasnya, dan
serta pembentukan Majelis Kehormatan Hakim pembatasan tersebut disyaratkan oleh
Konstitusi melalui Peraturan Pemerintah konstitusi. Pembentukan perppu tidak boleh
Pengganti Undang-Undang tentang Perubahan disalahgunakan, mengingat sebenarnya
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun materi perppu adalah materi undang-undang
2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Perppu yang tidak dapat diputuskan sendiri oleh
tentang Mahkamah Konstitusi ini kemudian Presiden tanpa persetujuan DPR. Ketiga syarat
ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 konstitusionalitas sebagaimana disebutkan di
Tahun 2014 tentang Penetapan atas Peraturan atas adalah sebagai indikasi kegentingan yang
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor memaksa, atau dengan kata lain karena adanya
1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas keadaan tertentu yang harus diatasi segera
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang supaya tidak terjadi ketidakpastian hukum.
Mahkamah Konstitusi menjadi undang-undang. Hal tersebut dilakukan dengan pembentukan
Undang-Undang ini kemudian diajukan hukum, dalam hal ini perppu.
pengujian ke Mahkamah Konstitusi dalam Perppu harus mempunyai akibat prompt
perkara Nomor 1-2/PUU-XII/2014, di mana immediately atau “sontak segera” untuk
para pemohon mendalilkan bahwa pengaturan memecahkan permasalahan hukum. Menurut
mengenai penambahan persyaratan untuk Mahkamah Konstitusi, Perppu 1/2013 tidak ada
menjadi Hakim Konstitusi, mekanisme proses akibat hukum yang “sontak segera”. Hal tersebut
seleksi dan pengajuan Hakim Konstitusi, sistem terbukti bahwa meskipun Perppu telah menjadi
pengawasan hakim konstitusi; komposisi dan Undang-Undang, Perppu tersebut belum pernah
kualifikasi anggota Panel Ahli, pembentukan menghasilkan produk hukum apapun.
Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi; yang Konsideran (menimbang) Perppu tidak
ditetapkan dalam undang-undang a quo serta mencerminkan adanya kesegeraan tersebut,
kewenangan Komisi Yudisial untuk turut yaitu apa yang hanya dapat diatasi secara segera.
serta mengawasi Hakim Mahkamah Konstitusi Panel Ahli sampai sekarang belum kunjung
adalah bertentangan dengan UUD NRI 1945. terbentuk, perekrutan Hakim Konstitusi untuk
Menurut para Pemohon pula, UU 4/2014 telah menggantikan M. Akil Mochtar belum dapat
menyinggung kewenangan beberapa lembaga dilakukan, justru semakin tertunda karena
negara yang telah diatur secara limitatif dalam adanya ketentuan yang terdapat dalam Perppu.
UUD NRI 1945. Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi belum
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor terbentuk dan kalaupun terbentuk pun tidak
138/PUU-VII/2009 tanggal 8 Februari 2010, ada masalah mendesak yang harus diselesaikan.
menetapkan tiga syarat adanya kegentingan Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
yang memaksa sebagaimana dimaksud oleh pembentukan Perppu 1/2013 tidak memenuhi
Pasal 22 ayat (1) UUD NRI 1945 yaitu: syarat konstitusional kegentingan yang
1. adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak memaksa. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang
untuk menyelesaikan masalah hukum secara dikemukakan oleh ahli Prof. H.A.S Natabaya,
cepat berdasarkan Undang-Undang; S.H., LL.M. bahwa “ke atas tak berpucuk, ke
2. Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut bawah tak berakar, di tengah digerek kumbang”.
belum ada sehingga terjadi kekosongan Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
hukum, atau ada Undang-Undang tetapi menurut Mahkamah Konstitusi keadaan
tidak memadai; dan kegentingan yang memaksa yang disyaratkan
oleh UUD NRI 1945 dan Putusan Nomor 138/
3. kekosongan hukum tersebut tidak dapat
PUU-VII/2009 tersebut, dalam penetapan
diatasi dengan cara membuat Undang-
Perppu tidak terpenuhi.
Undang secara prosedur biasa karena
akan memerlukan waktu yang cukup lama 2. Peraturan Pemerintah Pengganti
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
perlu kepastian untuk diselesaikan. tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota
Dengan demikian, meskipun kegentingan
yang memaksa menjadi kewenangan Presiden Dikeluarkannya Perppu Nomor 1 Tahun
untuk menafsirkannya, yang artinya diserahkan 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati

116
Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah...( Ali Marwan Hsb )

dan Walikota pada dasarnya berkaitan dengan Tahun 2014 adalah penolakan secara luas dari
konstelasi politik pada saat itu yang dikuasai oleh masyarakat dan bahwa pemilihan Gubernur,
Koalisi Merah Putih yang menguasai sebagian Bupati, dan Walikota secara tidak langsung oleh
besar Dewan Perwakilan Rakyat. Pada saat itu Dewan Perwakilan Rakyat tidak mencerminkan
Koalisi Merah Putih berhasil “meng-golkan” dan prinsip demokrasi.
mengesahkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun Terhadap hal tersebut, Mahkamah Konstitusi
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan dengan Putusan Nomor 97/PUU-XI/2013
Walikota yang pada intinya mengubah cara beranggapan bahwa latar belakang pemikiran
pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota lahirnya rumusan Pasal 18 ayat (4) UUD NRI
dari pemilihan secara langsung menjadi 1945 saat itu adalah sistem pemilihan Kepala
tidak langsung melalui Dewan Perwakilan Daerah yang akan diterapkan disesuaikan
Rakyat Daerah. Diundangkannya Undang- dengan perkembangan masyarakat dan kondisi
Undang Nomor 22 Tahun 2014 ini kemudian di setiap daerah yang bersangkutan. Pembentuk
menimbulkan polemik dan mendapat penolakan undang-undang dapat merumuskan sistem
di berbagai daerah termasuk penolakan dari pemilihan yang dikehendaki oleh masyarakat
beberapa kepala daerah. di dalam pemilihan Kepala Daerah, sehingga
Dalam konsideran huruf a Perppu Nomor masyarakat mempunyai pilihan apakah akan
1 Tahun 2014 tersebut disebutkan bahwa menerapkan sistem perwakilan yang dilakukan
untuk menjamin pemilihan Gubernur, Bupati, oleh DPRD atau melalui sistem pemilihan secara
dan Walikota dilaksanakan secara demokratis langsung oleh rakyat. Tujuannya adalah agar
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat menyesuaikan dengan dinamika perkembangan
(4) Undang-Undang Dasar Negara Republik bangsa untuk menentukan sistem demokrasi
Indonesia Tahun 1945 maka kedaulatan rakyat yang dikehendaki oleh rakyat. Hal ini
serta demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan merupakan opened legal policy dari pembentuk
untuk rakyat wajib dihormati sebagai syarat undang-undang dan juga terkait erat dengan
utama pelaksanaan pemilihan Gubernur, penghormatan dan perlindungan konstitusi
Bupati, dan Walikota. Disebutkan pula bahwa terhadap keragaman adat istiadat dan budaya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang masyarakat di berbagai daerah yang berbeda-
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota beda. Ada daerah yang lebih cenderung untuk
yang mengatur mekanisme pemilihan Kepala menerapkan sistem pemilihan tidak langsung
Daerah secara tidak langsung melalui Dewan oleh rakyat dan ada pula daerah yang cenderung
Perwakilan Rakyat Daerah telah mendapatkan dan lebih siap dengan sistem pemilihan langsung
penolakan yang luas oleh rakyat dan proses oleh rakyat. Baik sistem pemilihan secara
pengambilan keputusannya telah menimbulkan langsung (demokrasi langsung) maupun sistem
persoalan serta kegentingan yang memaksa pemilihan secara tidak langsung (demokrasi
sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor perwakilan) sama-sama masuk kategori sistem
138/PUU-VII/2009. Bahkan dalam Penjelasan yang demokratis.
Umum Perppu Nomor 1 Tahun 2014 disebutkan Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi
bahwa pembentukan Undang-Undang Nomor Nomor 97/PUU-XI/2013 dapat disimpulkan
22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, bahwa baik pemilihan secara langsung oleh rakyat
Bupati, dan Walikota yang mengatur mekanisme maupun pemilihan secara tidak langsung, sama-
pemilihan kepala daerah secara tidak langsung sama masuk dalam kategori demokratis, dengan
melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah telah syarat bahwa pemilihan tersebut dilaksanakan
mendapatkan penolakan yang luas oleh rakyat dengan menerapkan asas-asas pemilihan umum
dan proses pengambilan keputusannya tidak secara demokratis, yaitu langsung, umum, bebas,
mencerminkan prinsip demokrasi. rahasia, jujur dan adil. Oleh karena itu, dalam
Perppu tersebut memang menyebutkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 072–073/
bahwa dasar pembentukan Perppu Nomor 1 PUU-II/2004 dinyatakan bahwa merupakan
Tahun 2014 adalah syarat kegentingan yang wewenang pembentuk undang-undang untuk
memaksa sebagaimana disebutkan dalam menentukan apakah pemilukada dilakukan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/ secara langsung atau tidak. Bahkan, sesuai
PUU-VII/2009. Akan tetapi, jika kita perhatikan dengan latar belakang pembahasan ketentuan
alasan utama diundangkannya Perppu Nomor 1 pemilukada dalam UUD NRI 1945, pembuat

117
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 109 - 122

undang-undang sesungguhnya juga dapat Perppu Nomor 2 Tahun 2014 ini diundangkan
menentukan sistem pemilukada berbeda-beda sebagai akibat dari diundangkannya Perppu
sesuai dengan daerah masing-masing. Jika di Nomor 1 Tahun 2014 yang mengganti sistem
Jakarta pemilukada dilakukan secara langsung, pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
tidak berarti di Yogyakarta juga harus demikian, dari sistem secara tidak langsung oleh Dewan
demikian pula di Papua serta daerah lain. Hal ini Perwakilan Rakyat Daerah pada Undang-
sesuai dengan keragaman masyarakat Indonesia, Undang Nomor 22 Tahun 2014 menjadi sistem
baik dilihat dari adat, struktur masyarakat, langsung oleh rakyat. Sehingga wewenang
maupun tingkat kesiapannya.19 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk memilih
Hal ini juga senada dengan pendapat dari Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi hilang
Jimly Asshiddiqie dalam bukunya Komentar setelah diundangkannya Perppu Nomor 1 Tahun
atas Undang-Undang Dasar Negara Republik 2014.
Indonesia Tahun 1945 bahwa ketentuan Dikarenakan alasan kegentingan memaksa
pemilihan secara demokratis dalam ayat (4) ini dalam mengeluarkan Perppu Nomor 1 Tahun
dapat dilaksanakan baik melalui cara langsung 2014 tidak sesuai dengan Putusan Mahkamah
atau dengan cara tidak langsung melalui DPRD. Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009, maka
Kedua cara itu sama-sama demokratis dan demikian juga dengan Perppu Nomor 2 Tahun
sesuai dengan konstitusi. Hanya saja, dewasa 2014.
ini ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang-undang, yaitu bahwa pemilihan itu Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
dilakukan melalui pemilihan umum kepala Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30
daerah atau disingkat pemilukada. Namun Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
apabila suatu ketika akan diadakan perubahan Tindak Pidana Korupsi
sehingga pemilihan cukup diadakan secara tidak Dikeluarkannya Perppu Nomor 1 Tahun
langsung melalui DPRD, maka hal itu juga harus 2015 ini dikarenakan pada saat itu 3 (tiga)
dipandang sama demokratisnya dan sama-sama orang Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
konstitusional.20 diberhentikan sementara terkait dengan status-
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi nya sebagai tersangka tindak pidana, yang
Nomor 97/PUU-XI/2013 bahwa baik pemilihan mengakibatkan Pimpinan Komisi Pemberantasan
secara langsung oleh rakyat maupun secara Korupsi hanya tersisa 2 (dua) orang.21 Dalam
tidak langsung oleh Dewan Perwakilan Rakyat konsideran menimbang Perppu Nomor 1 Tahun
harus dipandang sama-sama demokratis. 2015 ini dinyatakan:
Dengan demikian alasan untuk mengeluarkan a. bahwa terjadinya kekosongan keanggotaan
Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
Gubernur, Bupati, dan Walikota dengan alasan telah menggangu kinerja Komisi Pem-
tidak mencerminkan prinsip demokrasi adalah berantasan Korupsi;
tidak tepat. b. bahwa untuk menjaga keberlangsungan
Alasan kekosongan hukum dalam dan kesinambungan upaya pencegahan
mengeluarkan Perppu sebagaimana disebutkan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
dalam Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009 perlu pengaturan mengenai pengisian
juga tidak dapat dijadikan alasan untuk keanggotaan sementara Pimpinan Komisi
mengeluarkan Perppu Nomor 1 Tahun 2014 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
karena pada saat itu tidak terjadi kekosongan c. bahwa ketentuan mengenai pengisian
hukum, mengingat ada Undang-Undang Nomor keanggotaan sementara Pimpinan Korupsi
22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, belum diatur dalam Undang-Undang
Bupati dan Walikota. Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Menurut Muchamad Ali Safa’at, adanya
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 ketentuan mekanisme pemberhentian sementara
Tahun 2013 tentang Pemerintahan Daerah. sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (2) UU
19 Janedjri M. Gaffar, Politik Hukum.........., Op. Cit., hlm. 95.
20 Jimly Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 59.
21 Muchamad Ali Safa’at, “Perppu Plt Pimpinan KPK; Adakah Kegentingan Memaksa?”, safaat.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/PERPPU-PLT-
KPK.pdf, diakses pada 17 Januari 2017 Pukul 09.38 WIB.

118
Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah...( Ali Marwan Hsb )

KPK menunjukkan bahwa pada saat terjadi Menurut Bayu Dwi Anggono, ide menggunakan
pemberhentian sementara itu, Pimpinan KPK perppu kurang tepat mengingat kondisinya
lain tetap dapat menjalankan tugasnya. Jika belum memenuhi kondisi kegentingan yang
demikian, maka keberadaan 2 pimpinan KPK memaksa sebagaimana diatur dalam Pasal 22
juga masih sah sehingga tidak membutuhkan ayat (1) UUD NRI 1945 dan Putusan Mahkamah
adanya mekanisme pelaksana tugas sementara. Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009, dimana
Mengingat pemberantasan korupsi dapat saja syarat lahirnya perppu yaitu kebutuhan
dikatakan terkait dengan keselamatan bangsa, mendesak untuk menyelesaikan masalah
tentu memenuhi unsur “kegentingan memaksa” hukum secara cepat berdasarkan undang-
apabila keberadaan 2 Pimpinan KPK telah undang. Selain itu, kejahatan seksual terhadap
mengakibatkan KPK lumpuh dan tidak dapat anak memang meningkat, tetapi kejahatan ini
menjalankan tugasnya. Tetapi konstruksi sudah lama muncul. Lebih lanjut dikatakan
hukum UU KPK menentukan bahwa pimpinan bahwa jika dalam perkembangannya kemudian
KPK adalah unsur pengambil kebijakan dan dirasa perlu diberikan jenis penghukuman
keputusan yang dilakukan secara kolektif. Kerja yang baru yaitu hukuman kebiri untuk
teknis operasional dilakukan oleh pegawai KPK. memberikan efek jera sekaligus efek gentar di
Demikian pula pelaksanaan tugas penyelidikan, masyarakat, maka tindakan penambahan jenis
penyidikan, dan penuntutan juga dilakukan hukuman ini sebaiknya dilakukan melalui
oleh aparat KPK. Selain itu KPK juga memiliki prosedur pembentukan undang-undang biasa
Tim Penasihat yang memberikan nasihat dan yaitu dengan mengajukan rancangan undang-
pertimbangan dalam pelaksanaan tugas dan undang perubahan tentang perlindungan anak
wewenang KPK. Oleh karena itu dengan 2 ke DPR untuk dibahas bersama dan mendapat
pimpinan pun, KPK tetap dapat menjalankan persetujuan.23
tugas, walaupun mungkin kinerjanya menurun. Sedangkan menurut Januari Sihotang,
Dengan demikian dari sisi pelaksanaan tugas, Perppu perlindungan anak atau Perppu Kebiri
tidak ada alasan kegentingan yang memaksa.22 belum tepat untuk saat ini. Setidaknya ada
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- beberapa alasan; pertama, eksistensi negara
Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang tidak tergantung dari Perppu yang akan
Perubahan Kedua atas Undang-Undang dikeluarkan. Bisa dipastikan bahwa tanpa
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Perppu Perlindungan Anak tersebut eksistensi
Anak republik ini masih tetap terjaga. Kasus kekerasan
Dalam pemberitaan sehari-hari, Perppu seksual terhadap anak memang bukan perkara
Nomor 1 Tahun 2016 ini lebih dikenal dengan biasa, namun hal tersebut tidak boleh dipandang
nama Perppu Kebiri karena memuat ketentuan sebagai krisis yang menimbulkan hambatan
pidana dengan memberikan hukuman kebiri secara nyata terhadap keberlang-sungan negara
bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak dan kinerja pemerintahan. Kedua, tindakan
dan praktis yang diatur dalam Perppu tersebut mengeluarkan Perppu Perlindungan Anak masih
semuanya mengenai ketentuan pidana. Dalam bisa digantikan dengan tindakan lain, seperti
konsideran menimbangnya, dinyatakan bahwa pembentukan Undang-Undang. Ketiga, keluarnya
pembentukan Perppu ini dikarenakan kekerasan Perppu dapat dinilai dari aspek latar belakang
seksual terhadap anak semakin meningkat secara dan implikasinya. Jika ihwal kegentingan
signifikan yang mengancam dan membahayakan Perppu Perlindungan Anak ini masih menjadi
jiwa anak, merusak kehidupan pribadi dan perdebatan, maka implikasi yang ditimbulkan
tumbuh kembang anak, serta mengganggu rasa juga tidak signifikan. Perppu Perlindungan Anak
kenyamanan, ketenteraman, keamanan, dan ini belum mampu menjawab tuntas pencegahan
ketertiban masyarakat. Selain itu, bahwa sanksi secara komprehensif kekerasan seksual terhadap
pidana yang dijatuhkan bagi pelaku kekerasan anak. Perppu sebagai senjata pamungkas yang
seksual terhadap anak belum memberikan materinya hanya berfokus pada pemberatan
efek jera dan belum mampu mencegah secara hukuman adalah tindakan yang tidak terlalu
komprehensif terjadinya kekerasan seksual efektif. Sesungguhnya, alangkah baik jika
terhadap anak. materi Perppu tersebut mengatur 3 (tiga) hal

22 Ibid.
23 http://news.detik.com/berita/3050293/ahli-hukuman-kebiri-lebih-tepat-diatur-di-uu-bukan-di-perppu, diakses pada 10 Januari
2017, Pukul 10.56 WIB.

119
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 109 - 122

yang menjadi tonggak utama penegakan hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
sebagaimana dikemukakan Lawrence Friedman. 138/PUU-VII/2009 seharusnya menjadi
Selain mengatur mengenai materi (substansi) panduan atau dasar bagi pemerintah dalam
hukumnya, akan lebih baik jika Perppu ini juga mengeluarkan Perppu, sehingga perppu yang
mengatur mengenai aparat hukum dan budaya dikeluarkan murni bermuatan hukum bukan
hukum masyarakat dalam perlindungan anak. dominan bermuatan politik. Mengingat suatu
Keempat, sesungguhnya DPR masih punya Perppu harus mendapat persetujuan dari
waktu dan kesempatan untuk melakukan Dewan Perwakilan Rakyat, Putusan Nomor 138/
Perubahan Undang-Undang Perlindungan Anak PUU-VII/2009 juga dapat menjadi panduan
yang lebih komprehensif. Yang dibutuhkan bagi para anggota Dewan Perwakilan Rakyat
adalah niat baik dan tulus dari Presiden dan DPR dalam menyetujui atau menolak suatu Perppu
untuk menyelamatkan generasi bangsa. Dengan yang diajukan oleh Pemerintah. Jika keadaan
pembahasan yang lebih terarah, diharapkan mendesak yang menjadi alasan pembentukan
produk yang dihasilkan pun akan lebih solutif Perppu sesuai dengan Putusan Nomor 138/PUU-
dalam perlindungan anak.24 Meskipun demikian, VII/2009, maka Perppu tersebut bisa disetujui
Perppu Nomor 1 Tahun 2016 ini pada akhirnya untuk ditetapkan menjadi undang-undang.
disetujui oleh DPR dan ditetapkan menjadi Namun, jika kegentingan yang memaksa dalam
undang-undang dalam Undang-Undang Nomor pembentukan Perppu tersebut tidak sesuai
17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan dengan Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009,
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor maka seyogianya Perppu tersebut ditolak dan
1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas dicabut.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Daftar Pustaka
Perlindungan Anak.
Buku-Buku
C. Penutup
A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan
Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final
Presiden Republik Indonesia dalam
dan mengikat, termasuk di dalamnya Putusan
Pemerintahan Negara, Disertasi, Pascasarjana
Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009
Universitas Indonesia, Jakarta, 1990.
yang memberikan penafsiran mengenai syarat
Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan
suatu keadaan dikatakan sebagai kegentingan
Indonesia, Ind-Hill.Co., Jakarta, 1992.
yang memaksa dalam mengeluarkan perppu.
Oleh karena itu seyogianya putusan-putusan ----------, Teori dan Politik Konstitusi, Direktorat
tersebut menjadi dasar hukum bagi para Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2000.
pembentuk undang-undang menjadi dasar dalam Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul
pembentukan peraturan perundang-undangan Putera, Cara Praktis Menyusun & Merancang
yang menjadi kewenangannya dan dimasukkan Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoretis &
dalam konsideran menimbang sebagai dasar Praktis Disertai Manual, Kencana, Jakarta,
pembentukan Perppu. 2013.
Selain itu, untuk lebih menguatkan isi Haposan Siallagan dan Efik Yusdiansyah, Ilmu
putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/ Perundang-undangan di Indonesia, UHN
PUU-VII/2009 mengenai syarat kegentingan Press, Medan, 2008.
memaksa dalam pembentukan Perppu, alangkah Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat,
baiknya jika Putusan ini ditindak lanjuti oleh Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan ----------, Komentar atas Undang-Undang Dasar
Rakyat dan Presiden dengan memasukkan Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sinar
syarat kegentingan memaksa tersebut ke Grafika, Jakarta, 2009.
dalam ketentuan Undang-Undang tentang ----------, Perihal Undang-Undang, Rajawali Pers,
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Jakarta, 2010.
sehingga dapat menjadi dasar bagi Presiden
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan;
dalam mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Kanisius,
Pengganti Undang-Undang.
Yogyakarta, 2008.

24 http://harian.analisadaily.com/opini/news/perppu-perlindungan-anak-dalam-perspektif-hukum-tata-negara/240658/2016/06/01,
diakses pada 10 Januari 2017, Pukul 13.34 WIB.

120
Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah...( Ali Marwan Hsb )

Sjahran Basah, Perlindungan Hukum terhadap Website


Sikap Tindak Administrasi Negara, Alumni, http://harian.analisadaily.com/opini/news/
Bandung, 1992. perppu-perlindungan-anak-dalam-perspektif-
hukum-tata-negara/240658/2016/06/01,
Makalah diakses pada 10 Januari 2017, Pukul 13.34 WIB.
J. Ronald Mawuntu, “Eksistensi Peraturan http://news.detik.com/berita/3050293/
Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam ahli-hukuman-kebiri-lebih-tepat-diatur-di-uu-
Sistem Norma Hukum Indonesia”, Jurnal Hukum bukan-di-perppu, diakses pada 10 Januari 2016,
Unsrat, Vol. XIX, No. 5, Oktober – Desember Pukul 10.56 WIB.
2011.
Muchamad Ali Safa’at, “Perppu Plt Pimpinan
Janpatar Simamora, “Multitafsir Pengertian KPK; Adakah Kegentingan Memaksa?”, safaat.
“Ihwal Kegentingan yang Memaksa” dalam lecture.ub.ac.id/files/2014/03/PERPPU-PLT-
Penerbitan Perppu”, Mimbar Hukum, Volume 2, KPK.pdf, diakses pada 17 Januari 2017 Pukul
Nomor 1, Februari 2010. 09.38 WIB.

121
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 109 - 122

122

Anda mungkin juga menyukai