Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK PERILAKU

Bayi baru lahir yang sehat harus mampu mejalani fungsi biologis dan fungsi perilaku
supaya dapat bertumbuh dengan normal. Karakteristik perilaku membentuk dasar kemampuan
social bayi baru lahir. Sampai pertengahan abad ini, fokus riset perkembangan anak berkisar pada
pengaruh lingkungan terhadap bayi.bayi dianggap lahir tanpa kepribadian dan juga tanpa
kemampuan untuk berinteraksi.
Dewasa ini, diketahui bahwa bayi baru lahir telah dilengkapi dengan kemampuan untuk
memulai interaksi social dengan orang tuanya segera setelah lahir. Riset menujukkan bahwa
kepribadian individu dan karakteristik perilaku bayi baru lahir memainkan peran utama dalam
hubungan bayi dengan orang tuanya.
Brazelton (1984) mencatatpentingnya kondisi perilaku bayi baru lahir. Ia yakin bahwa
respons perilaku bayi baru lahir mengindikasikan adanya kontrol pada korteks, kemampuan
memberi respons, dan akhirnya penatalaksanaan lingkungan bayi tersebut. Ia menekankan
pentingnya interaksi bayi-orang tua. Melalui responsnya, bayi bertindak untuk mengonsolidasi
hubungan atau menjauhkan diri dari orang-orang dalam lingkungan dekatnya. Melalui
tindakannya, ia memperkuat atau melemahkan ikatan dan aktivitas pemberian perawatan.
Perkembangan cinta orang tua-anak tidak terjadi tanpa umpan balik, baik karena perpisahan
maupun karena umpan balik yang disalahartikan, dapat mengganggu pertumbuhan cinta orang
tua.
Salah satu tugas yang harus dicapai orang tua ialah menyadari keunikan respons perilaku
bayi mereka yang baru lahir. Brazelton (1969) menyatakan bahwa bayi baru lahir yang normal
berbeda satu sama lain dalam hal aktivitas (aktif, rata-rata, pasif), pola makan, pola tidur, dan
kemampuan berespon sejak mereka dilahirkan. Skala Perilaku Neonatus dari Brazelton
digunakan untuk menilai karakteristik unik bayi baru lahir, yakni sebagian tergantung pada
keadaan tidur-terjaga bayi tersebut. Brazelton menyatakan bahwa reaksi orang tua terhadap bayi
baru lahir sebagian ditentukan oleh perbedaan ini.
Karakteristik perilaku, misalnya karakteristik fisik berubah selama periode transisi.
periode ini terdiri dari fase-fase tidak stabil yang dilalui bayi dalam enam sampai 8 jam pertama
setelah lahir. Pengetahuan tentang fase-fase ini membantu mengingkatkan ikatan dan
keberhasilan dalam pemberian makan.
Bayi baru lahir berada dalam keadaan waspada-tenang selama periode pertama
reaktivitas. Mata terbuka dan awas. Bayi baru lahir dapat memfokuskan perhatian pada wajah
orang tuanya dan menyimak suara, terutama suara ibu. Fase ini berlangsung sekitar 15 menit dan
kemudian diikuti fase kesadaran aktif. Selama periode awas yang aktif ini, bayi baru lahir sering
melakukan gerakan mendadak aktif dan dapat juga menangis. Bayi memiliki reflex menghisap
yang kuat dan dapat terlihat lapar. Ini adalah waktu yang baik untuk memulai pemberian ASI.
Periode reaktivitas pertama ini memfasilitasi ikatan. Orang tua harus menyediakan waktu
untuk menggendong dan berbicara kepada bayi baru lahir mereka. Kontak mata-ke mata dapat
dilakukan dengan menunda pemberian obat mata, sehingga bayi dapat berinteraksi dengan
orang tua.
Setelah 30 menit pertama, bayi baru lahir akan mengantuk dan tertidur. Bayi baru lahir
ini terlihat rileks dan tidak memberi respons dan sulit dibangunkan pada periode ini. Periode
tidak aktif ini dapat berlangsung dua sampai empat jam.
Setelah periode istirahat, bayi baru lahir memasuki periode reaktivitas kedua. Sekali lagi,
bayi baru lahir terjaga dan waspada serta menunjukkan keadaan sadar dan tenang, aktif, dan
menangis. Periode ini dapat berlangsung selama empat sampai enam jam pada bayi baru lahir
normal. Pemberian makan dapat dimulai bila belum dimulai pada periode pertama reaktivitas.
Bayi baru lahir menghisap, mengoceh, dan menelan selama periode kedua reaktivitas dan
menjadi tertarik untuk makan.

Siklus Tidur-Terjaga
Variasi tingkat kesadaran bayi baru lahir disebut siklus tidur-terjaga (Brazelton, 1984).
Siklus ini membentuk siklus berkelanjutan, yang terdiri dari tidur yang dalam, narcosis, atau
letargi distu siis dan iritabilitas di sisi lain. Ada dua keadaan tidur, yaitu tidur yang dalam serta
tidur yang tidak dalam dan ada empat tahap terjaga, yakni keadaan mengantuk, waspada-tenang
(quiet alert), waspada-aktif (active alert), dan menangis. Kemampuan bayi untuk menguasai atau
memodifikasi responnya bervariasi sejalan pergerakan mereka dari suatu tingkat tidur tertetu
atau suatu kondisi terjaga tertentu ke tingkat yang lain. Reaksi mereka dalam menghadapi
stimulus eksternal dan internal mencerminkan potensi mereka dalam mengorganisasi perilaku.
Istilah organisasi perilaku mengacu pada fungsi fisiologis dan system perilaku bayi yang
terintegrasi (D’Apolito, 1991). Bayi yang terorganisasi dapat memproses kejadian-kejadian
eksternal tanpa mengganggu fungsi fisiologis dan system perilaku bayi.

Respons Bayi yang Menggambarkan Organisasi dan Disorganisai


Terorganisasi Disorganisasi

FUNGSI FISIOLOGIS FUNGSI FISIOLOGIS


1. Frekuensi denyut jantung dan 1. Frekuensi denyut jantung dan
pernapasan stabil pernapasan berfluktuasi sehingga
2. Warna stabil dapat menimbulkan apnea atau
3. Menolerasi pemberian makan bradikardia
2. Perubahan warna dari merah muda
menjadi pucat atau gelap
3. Banyak buang air besar dan tidak
mampu menoleransi pemberian
makan.
4. Cegukan atau bersin-bersin
5. Tersedak atau menguap
6. Tekanan darah tidak stabil

FUNGSI PERILAKU FUNGSI PERILAKU


1. Gerakan tubuh sinkron dan lancer 1. Gerakan tubuh kacau dan gelisah,
2. Transisi Antara keadaan tidur dan perubahan tonus otot menjadi lemah
terjaga berlangsung baik 2. Tidak mampu mengatur keadaan
3. Penggunaan perilaku menghibur diri mendadak, dan/atau keadaan terjaga
sendiri, seperti menghisap jari, memanjang
gerakan tangan ke muka, mengubah 3. Penggunaan perilaku menenangkan
posisi, dan menggerakan ekstremitas diri sendiri terbatas
ke obyek hidup atau obyek tidak 4. Tidak dapat ditenangkan
hidup. 5. Tidak mampu menghindari atau
4. Dapat dihibur oleh sumber-sumber mengurangi respons motoric dan
dari luar, bila sedang kesal respons terhadap bahaya atau
5. Kemampuan untuk “menghindari” stimulus berulang.
bahaya atau stimulus berulang dengan
mengurangi gerakan tubuh dan/atau
mengatur dari keadaan terjaga ke
keadaan tidur.

Keadaan waspada-tenang juga dikenal sebagai keadaan bangkitan yang optimal. Selama
tahap ini, bayi baru lahir tampak tersenyum, mengeluarkan suara atau bergerak-gerak dengan
sinkron. Bahkan pada hari pertama kehidupannya, beberapa bayi sudah dapat tersenyum
(Bamford, dkk., 1990). Tampaknya bayi baru lahir memperhatikan wajah orang tuanya dengan
baik dan berespons terhadap orang lain yang berbicara kepadanya. Bayi menggerakan tubuh
sesuai dengan suara dan gerakkan tubuh pembicara (Condon, Sande 1974). Brazelton (1969)
mencatat gerakan yang sinkron ini memberi umpan balik kepada pembicara dan menciptakan
lebih banyak interaksi. Bayi meniru mimik muka (mengeluarkan lidah, membuka mulut) pada usia
dua minggu. Selain itu, pada usia dua minggu, banyak bayi mulai mengeluarkan suara kecil
sewaktu diberi susu.
Bayi menggunakan perilaku bertujuan untuk mempertahankan bangkitannya yang
optimal, misalnya: (1) menarik diri secara aktif dengan meningkatkan jarak fisik, (2) menunjukkan
gerakan menolak dengan mendorong tangan dan kaki, (3) mengurang sensitivitas dengan tidur
atau memutuskan kontak mata dengan memalingkan kepala, atau (4) menggunakan sinyal
perilaku, menjadi rewel atau menangis (Brazelton, 1984). Penggunaan perilaku ini
memungkinkan bayi menenangkan diri sendiri dan menyiapkan diri untuk berinteraksi.
Bayi baru lahir tidur 17 jam sehari dengan periode terjaga semakin hari semakin panjang.
Pada minggu keempat, beberapa bayi mulai terjaga diantara waktu pemberian makan.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Perilaku Neonatus
Beberapa variabel lain, selain keadaan tidur-terjaga mempengaruhi respon bayi baru lahir.
Variabel-variable ini akan dibahas berikut ini.
Usia gestasi bayi dan tingkat kematangan SSP akan mempengaruhi perilaku yang terlihat.
Bayi yang SSP nya yang tidak matang, seluruh tubuhnya akan berespon terhadap tusukan peniti
dikaki. Bayi yang matang hanya akan menarik kakinya. Ketidakmatangan SSP juga akan terlihat
pada perkembangan refleks dan siklus tidur-terjaga.
Lama waktu untuk memulihkan diri akibat persalinan dan melahirkan akan
mempengaruhi perilaku bayi baru lahir saat mereka mulai terorganisasi. Jarak waktu Antara
pemberian makan terakhir dan waktu tertentu dapat mempengaruhi respons bayi baru lahir.
Kejadian di lingkungan dan stimulus akan mempengaruhi repons perilaku bayi baru lahir.
Perawat yang bertugas di bagian perawatan intensif bayi mengobservasi respons bayi terhadap
bunyi yang keras, cahaya yang terang, alarm monitor, dan ketegangan didalam ruangan tersebut.
Tercatat dengan baik bahwa bayi baru lahir dari ibu yang tegang melakukan lebih banyak aktivitas
otot dan kecepatan denyut jantung bayi tersebut menjadi sama dengan ibunya saat bayi diberi
susu. Selain itu, bayi baru lahir memperlihatkan respons yang berbeda terhadap stimulus-aktif
dan stimulus-tidak aktif.
Ada kontroversi tentang efek obat-obatan maternal yang diberikan selama persalinan
kepada bayi baru lahir (analgesia, anesthesia). Beberapa ahli mencatat bahwa bayi dari ibu yang
diberi obat dapat tetap berada dalam organisasi yang buruk sampai lebih dari lima hari setelah
lahirr (Kangas-Saarela, dkk., 1989). Ahli lain percaya bahwa obat-obatan tersebut tidak memberi
pengaruh apapun.
Beberapa hasil riset yang paling menarik ialah perbedaan etnik dalam perilaku bayi
(Chitty, Winter, 1989; Freedman, 1979). Freedman dan Freedman (1969) menemukan bahwa
bayi keturunan Amerika-Cina lebih banyak memiliki aktivitas untuk menenangkan diri sendrii,
mengalami lebih sedikit perubahan keadaan, dan lebih cepat berespons terhadap aktivitas yang
menenangkan daripada bayi Amerika berkulit putih. Suatu penelitian tentang bayi baru lahir di
Navajo pararel dengan stereotype penduduk Amerika asli yang tenang dan dapat menguasai diri
(Freedman, 1979). Bayi-bayi Navajo jarang menangis, gerakan ekstremitas lebih sedikit, dan
menjadi tenang hamper dengan segera setelah tes refleks Moro dilakukan. Dalam penelitian
Freeman (1979), bayi baru lahir keturunan Jepang lebih sensitive dan lebih mudah marah
daripada bayi baru lahir keturunan Cina maupun Navajo. Ibu-ibu Meksiko memberi stimulus taktil
lebih sering daripada stimulus suara untuk menenangkan bayi baru lahir (Garcia Coll, 1990). Bayi
keturunan Indian Zinacanteco di Meksiko Selatan menunjukkan kematangan motorik yang lebih baik dan
memiliki kemampuan untuk berada dalam keadaan terjaga-tenang lebih lama daripada bayi Amerika yang
lain (Brazelton, 1969)
Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku neo-natal mewakili fenotipe perilaku tertentu, yang
mengekspresikan suatu hubungan kompleks Antara pewarisan genetic, lingkungan didalam Rahim, dan
riwayat obstetric ibu.

Perilaku Sensori
Sejak lahir, bayi memiliki perilaku sensori yang mengindikasikan suatu tahap kesiapan untuk
melakukan interaksi social. Bayi mampu menggunakan respons perilaku secara efektif dalam
melakukan dialog mereka yang pertama. Respons ini, ditambah “penampilan bayi” (wajah diatur
secara proporsional, sehingga bagian dahi dan mata lebih lebar daripada bagian bawah wajah)
dan ketidakberdayaannya, membangkitkan perasaan ingin menggendong, melindungi, dan
berinteraksi dengan bayi.

Peglihatan
Saat lahir, pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cahaya dan memperlihatkan refleks
mengedip dengan mudah. Kelenjar air mata biasanya belum berfungsi sampai bayi berusia dua
sampai empat minggu. Jarak pandang yang paling jelas ialah 17 sampai 20 cm, yaitu kira-kira jarak
wajah bayi ke wajah ibu saat menyusui. Bayi baru lahir sensitive terhadap cahaya. Bayi akan
mengerutkan wajah bila suatu cahaya terang diarahkan ke wajahnya dan akan memalingkan
kepala ke cahaya yang teduh. Apabila ruangan digelapkan, mereka akan membuka mata mereka
dan melihat sekeliling. Hal ini akan terlihat bila ruangan bersalin digelapkan setelah bayi lahir.
Respons terhadap gerakan dapat dilihat. Jika ada objek yang terang ditujukan pada bayi
baru lahir (bahkan pada usia 15 menit), mereka akan mengikuti objek tersebut dengan matanya
dan sebagian bayi akan memalingkan kepalanya untuk melakukan hal tersebut. Karena mata
manusia adalah objek yang mengkilap, bayi baru lahir tertarik tertarik pada benda ini.
Ketajaman penglihatan sangat menakjubkan, bahkan pada usia dua minggu, bayi dapat
membeda- kan pola-pola garis yang berjarak tiga mm. Mereka lebih menyukai melihat pola-pola
hitam dan putih daripada permukaan yang polos, walau pun yang terakhir ini diberi wama yang
terang (Luddington-Hoe, 1983). Mereka juga lebih menyukai pola yang lebih kompleks daripada
pola yang sederhana. Mereka mulai menyukai pergantian pola pada Usia dua bulan. Ini adalah
pengetahuan yang berarti karena hal ini berarti bayi yang benusia beberapa minggu mampu
berespons secara aktif terhadap lingkungan yang diperkaya.
Sejak lahir, bayi telah mampu memusatkan pandangan dan memperhatikan secara intensif
objek. Mereka memandang wajah orang tua mereka dan merespons terhadap perubahan yang
dilakukan. Kemampuan ini membuat orang tua dan anak dapat saling kontakk mata dan
akibatnya, membentuk komunikasi yang tidak kentara. Kontak mata sangat penting dalam
interaksi orang tua-bayi. Anak-anak yang orang tuanya buta dan orang tua yang memiliki anak
yang buta harus mengatasi hambatan ini untuk membangun suatu hubungan.
Pendengaran
Segera setelah cairan amnion keluar dari telinga, pendengaran bayi sama dengan
pendengaran orang dewasa. Keadaan ini terjadi sejak satu menit setelah bayi lahir. Bunyi
berkekuatan sekitar 90 desibel membuat bayi berespons dengan memperlihatkan refleks
terkejut. Bayi baru lahir berespons terhadap bunyi berfrekuensi rendah, seperti denyut jantung
atau suara yang meninabobokan mereka, dengan menunukkan segala reaksi baru (Barr, 1990).
Pemeriksaan gangguan pendengaran dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan menggunakan
respons pendengaran batang otak ( Letko, 1992).
Bayi berespons terhadap suara ibunya (Brazelton, 1984; Curnock, 1989; Redshaw, Rivers,
Rosenblatt, 1985). Hal ini mungkin merupakan respons akibat mendengar dan merasakan
gelombang bunyi suara ibunya saat ia berada di dalam rahim.
Semua penelitian ini menunjukkan suatu pendengaran bayi selektif terhadap bunyi dan
irama suara ibu selama bayi hidup di dalam rahim, di mana bayi baru lahir mempersiapkan diri
untuk mengenali dan berinteraksi dengan pemberi perawatan primer-ibu mereka. Janin di rahim
telah terbiasa mendengar denyut jantung ibu. Akibatnya, bayi baru lahir akan berespons dengan
melakukan relaksasi dan berhenti menangis jika simulator denyut jantung diletakkan di tempat
tidurnya.

Sentuhan
Semua bagian tubuh bayi berespons terhadap sentuhan. Wajah, terutama mulut, tangan,
dan telapak kaki tampaknya menupakan daerah yang paling sensitive. Refleksi dapat ditunjukkan
dengan memukul-mukul. Respons bayi baru lahir terhadap sentuhan menunjukkan bahwa sistem
sensorisnya telah disiapkan untuk menerima dan memproses pesan-pesan taktil. Sentuhan dan
gerakan dilaporkan merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan normal
(Gunzenhauser, 1990). Namun, setiap bayi itu unik dan menunjukkan keanekaragaman respons
terhadap sentuhan.
Ibu yang baru memiliki bayi menggunakan sentuhan sebagai perilaku pertama dalam
interaksi: sentuhan ujung jari, mengusap-usap wajah dengan lembut, dan memijat bagian
punggung. Trauma atau stres lahir serta obat-obat depresan yang dipakai ibu mengurangi
sensitivitas bayi terhadap stimulus sentuhan atau stimulus nyeri.

Pengecap
Bayi baru lahir memiliki sistem kecap yang berkembang baik dan larutan yang berbeda
menyebabkan bayi memperlihatkan ekpresi wajah yang berbeda. Larutan yang hambar tidak
membuat bayi berespons, sedangkan larutan yang manis membuat bayi menghisap dengan
bersemangat. Larutan asam membuat bayi menggerakkan bibirnya dan larutan pahit membuat
bayi marah. Bayi baru lahir dilaporkan lebih menyukai air gula daripada air steril (Pete, 1989).
Penelitian ini tidak hanya menunjukkan respons bayi Baru lahir terhadap berbagai jenis rasa,
tetapi juga menilai kekuatan respons tersebut dan ketidaktertarikan respons tersebut dengan
tingkat ketinggian di korteks system saraf.
Secara umum diterima bahwa bayi berorientasi pada penggunaan mulutnya, baik untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, atau untuk bertumbuh dengan cepat dan untuk melepaskan
ketegangannya melalui kegiatan menghisap. Perkembangan dini yang mencangkup sensasi di
sekitar mulut, aktivitas otot, dan pengecapan tampaknya merupakan persiapan bayi agar bisa
hidup di luar rahim.

Penciuman
Indera penciuman bayi baru lahir telah berkembang baik saat bayi lahir. Bayi baru lahir
tampaknya memberikan reaksi yang sama dengan reaksi orang dewasa, bila diberikan bau yang
menyenangkan. Bayi yang disusui mampu membaui ASI dan dapat membedakan ibunya dari ibu
lain yang juga menyusui (Lawrence, 1994). Bayi wanita yag diberi susu botol lebih menyukai bau
wanita yang menyusui daripada wanita lain yang tidak menyusui (Makin, Porter, 1989). Bau ibu
ini dipercaya mempengaruhi pemberian makan (Porter, Cernoch, Perry, 1963) .
Signifikansi bau pada ibu yang berupaya mengenali keturunannya, begitu juga dalam
dunia hewan, tercatat dengan baik. ibu juga dapat membedakan bau pakaian dalam yang
dikenakan bayinya dari pakaian dalam yang dikenakan bayi lain yang tidak dikenalnya (Porter,
Cernoch, McLaughlin, 1983). Stainton (1985) mencatat bahwa sejak melahirkan ibu mulai
mengenal bau bayinya berbeda dari bau bayi lain.

Respons terhadap Stimulus Lingkungan


Bayi berespons terhadap Lingkungan dengan berbagai cara. Penelitian klasik telah
mengidentifikasi variasi individual pola reaksi primer bayi baru lahir dan menyebutnya
temperamen (Thomas, 1961, 1970)

Temperamen
Terdapat perbedaan individual model perilaku bayi selama beberapa minggu pertama
kehidupannya. Perbedaan-perbedaan ini tidak berkaitan dengan kepribadian orang tua mereka
atau dengan cara bayi dirawat.
Hasil penelitian Chess (1969) menghasilkan tiga gaya perilaku utama atau pola temperamen:

1. Anak yang menunjukkan keteraturan fungsi pada tubuh dan beradaptasi terhadap
perubahan dengan mudah, pada umumnya, memiliki suasana hati yang positif, ambang
sensoris yang moderat dan menghadapi situasi atau objek baru dengan suatu respons yang
berintensitas moderat
2. Anak yang lambat-menjadi panas, yaitu anak yang memiliki tingkat aktivitas yang rendah,
menarik diri ketika menjumpai stimulus baru untuk kali pertama, lambat beradaptasi,
berespons dengan intensitas lambat, dan dalam berbagai hal memiliki suasana hati yang
negatif

3. Anak-anak yang tidak tenang, yaitu anak yang fugsi tubuhnya tidak teratur, tegang dalam
bereaksi, memiliki mood yang negatif, resisten terhadap perubahan atau stmulus baru, dan
seringkali menangis keras selama waktu yang lama.

Bayi baru lahir memiliki sensor reseptor yang mampu memberikan tanggapan selektif
terhadap terhadap berbagai stimulus yang terdapat di lingkungan internasional dan
eksternal. Bayi juga memiliki karakteristik individual masing-masing yang menjadikan mereka
pribadi yang unik

Habituasi
Habituasi merupakan mekanisme proteksi. Habituasi membuat bayi terbiasa dengan
stimulus Lingkungan. Habituasi adalah suatu fenomena psikologis dan fisiologis,dimana respons
terhadap stimulus yang tetap atau berulang menurun. Bayi baru lahir cukup bulan
mendemonstrasikan hal ini dengan berbagai cara. Suatu sinar terang yang dijatuhkan ke mata
Seorang bayi baru lahir akan membuatnya terkejut atau menggerakkan mata hanya untuk dua
atau tiga kali. Sorotan yang ketiga dan keempat mungkin masih menunjukkan sedikit respons,
tetapi pada sorotan kelima dan keenam, bayi tersebut akan berhenti berespons (Brazelton,
1984). Pola respons yang sama juga terjadi pada suara yang dihasilkan dari mainan atau dari
tusukan jarum di tumit. Bayi baru lahir yang diberi stimulus baru akan membuka matanya lebar-
lebar dan mengarahkan pandangnva untuk sesaat, pada akhirmya ia menjadi tidak tertarik lagi.
Kemampuan berhabituasi memungkinkan bayi baru lahir menyeleksi stimulus yang
meningkatkan kemampuannya mempelajari dunia sosial, sehingga membebaskan beban yang
berlebihan. Pengalaman di dalam rahim tampaknya telah memprogram bayi baru lahir untuk
terutama berespons terhadap suara manusia, cahaya, suara lembut, dan rasa manis.

Konsolasi
Korner (1971) melaporkan beberapa penelitian yang menjelaskan variasi kemampuan
bayi baru lahir dalam menghibur diri mereka atau kemampuan untuk dihibur. Menangis
merupakan salah satu inisiatif bayi dalam mengatasi stres yang dialaminya. Gerakan tangan ke
arah Mulut umum dilakukan secara bayi, dengan atau tanpa menghisap. Bayi juga terjaga jika
diberi stimulus suara, bunyi, atau stimulus visual.

Menggendong Bayi
Sangatlah penting bagi orang tua baru untuk menggendong bayi karena mereka dapat
mengukur kemampuan mereka dalam merawat bayi baru lahir dengan melihat respons bayi
tersebut terhadap tindakan mereka. Sejauh mana bayi baru lahir menekuk tubuhnya ke dalam
kontur tubuh individu yang menggendong mereka bervarias. Barr (1990) menguji efek kontak
tubuh dan stimulasi vestibular pada bayi yang tenang dan pada bayi yang berada dalam sikap
waspada. Stimulasi vestibular, yaitu bayi diangkat dan digerakkan, memiliki efek yang besar pada
bayi baru lahir

Iritabilitas
Beberapa bayi baru lahir menangis lebih lama dan lebih keras daripada bayi lain.
Beberapa bayi memiliki ambang sensoris yang rendah. Mereka mudah marah akibat suara asing,
rasa lapar, basah, atau pengalaman baru, dan mereka berespons dengan intens. Bayi yang lain
memiliki ambang sensoris yang tinggi dan membutuhkan lebih banyak stimulus dan lebih banyak
variasi stimulus untuk mencapai tingkat kesadaran aktif (Barr,1990).

Menangis
Menangis pada bayi berarti berkomunikasi dan bisa menujukkan rasa lapar, nyeri,
keinginan untuk diperhatikan, atau rasa tidak puas. Beberapa ibu mengatakan bahwa mereka
dapat membedakan alasan bayinya menangis Tangisan lapar biasanya keras dan lama, tidak
berhenti sampai diberi makanan. Menangis karena sakit, memiliki nada yang lebih tinggi dan
melengking. Menangis karena merasa tidak puas puas bernada lebih rendah dan memiliki
intensitas yang beragam.

Anda mungkin juga menyukai