Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA”

Disusun oleh:
Achmad Ghifari (20418077)
Alwi Tommy Orcaviano (20418622)
Daffa Maulana I N (21418608)
Rizky Agung Pratama (26418307)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini
masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Pengantar Pendidikan
Pancasila” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Dalam makalah ini membahas tentang konsep dan urgensi
pendidikan pancasila, alasan diperlukannya pendidikan pancasila, historis,
sosiologis, yuridis, dan politik pancasila, dinamika, tantangan, dan pendidikan
pancasila untuk masa depan. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas
perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan
makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Bekasi, 02 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................4
2.1 Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila .........................................................4
2.2 Alasan Diperlukan Pendidikan Pancasila ...........................................................6
2.3 Historis Sosiologis, Yuridis, dan Politik Pendidikan Pancasila ..........................7
2.3.1 Sumber Historis Pancasila ..........................................................................7
2.3.2 Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila ...................................................8
2.3.3 Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila ........................................................8
2.3.4 Sumber Politik Pendidikan Pancasila ................................................................9
2.4 Dinamika Perjalanan Pancasila ........................................................................10
2.4.1 Tantangan Pendidikan Pancasila .......................................................... 11
2.5 Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan ..............................................12
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................13
3.2 Saran ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia, sejak era sebelum penjajahan,
era kemerdekaan hingga era reformasi sekarang ini, telah menimbulkan kondisi dan
tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi tuntutan itu ditanggapi
oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini dilandasi oleh jiwa,
tekad, dan semangat kebangsaan. Semua itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu
mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dalam wadah nusantara.
Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam perjuangan fisik merebut,
mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai
dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat
perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini
disebabkan antara lain pengaruh globalisasi. Era globalisasi ditandai oleh kuatnya
pengaruh lembaga-lembaga kemasyarakatan internasional dan negara-negara maju
yang ikut mengatur percaturan perpolitikan, perekonomian, sosial budaya serta
pertahanan, dan keamanan global. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai konflik
kepentingan, baik antara negara maju dan negara berkembang, antara negara
berkembang dan lembaga internasional, maupun antara negara berkembang. Di
samping itu, isu global yang meliputi demokratisasi, HAM, dan lingkungan hidup
turut pula mempengaruhi keadaan nasional. Globalisasi juga ditandai oleh pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi,
komunikasi, dan transportasi. Hal ini membuat dunia menjadi transparan seolah-
olah menjadi sebuah kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini
menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Kondisi ini akan mempengaruhi
struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta akan
mempengaruhi pola pikir, pola sikap, pola tindakan masyarakat Indonesia.

1
2

Pada akhirnya, kondisi tersebut akan mempengaruhi kondisi mental


spiritual bangsa Indonesia. Dengan demikian, globalisasi melahirkan suatu
perubahan struktur dan tatanan kehidupan baru di dunia ini. Perubahan itu terasa
begitu cepat, sehingga tatanan yang ada di dunia ini berubah. Di sisi lain, tatanan
yang baru belum terbentuk. Juga akibatnya, sendi-sendi kehidupan yang selama ini
di yakini kebenarannya menjadi usang. Masyarakat dan pemerintah suatu negara
berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup serta kehidupan generasi
penerusnya secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna
(berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik).
Generasi penerus tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari-hari
depan mereka yang selalu berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional. Pemerintah perlu membuat
tindakan yang signifikan agar tidak menuju suatu kondisi yang lebih
memprihatinkan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam
menjaga nilai-nilai panutan hidup dalam berbangsa dan bernegara secara lebih
efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Adapun upaya di bidang pendidikan yaitu
dengan mengadakan perubahan-perubahan di bidang kurikulum, yang diharapkan
mampu menjawab problem transformasi nilai-nilai tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah seperti:
1. Apa konsep dan urgensi pendidikan Pancasila?
2. Apa saja alasan diperlukannya pendidikan Pancasila?
3. Apa yang dimaksud dengan historis, sosiologis, yuridis, dan politik
pendidikan Pancasila?
4. Apa saja dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila?
5. Bagaimana perkembangan pendidikan Pancasila untuk masa depan?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam makalah ini ada beberapa tujuan yang diterapkan, antara lain:
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi pendidikan Pancasila.
3

2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya pendidikan Pancasila.


3. Untuk memperjelas dan mengetahui historis, sosiologis, yuridis, dan politik
pendidikan Pancasila.
4. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila.
5. Untuk mengidentifikasi perkembangan pendidikan Pancasila untuk masa
depan.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya berupa Pendidikan Pancasila mengenai pengantar
pendidikan pancasila. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
pihak yang ingin mempelajari hal yang berkaitan dengan Pendidikan Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila


Mata kuliah Pendidikan Pancasila diberikan karena adanya kesadaran akan
perlunya pendidikan yang berkesinambungan mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Diharapkan, dengan pemahaman yang semakin mendalam akan
nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari,
Pendidikan Pancasila juga diberikan karena fakta kemerosotan penghayatan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik individual maupun kolektif
sebagai bangsa. Dengan kata lain, mata kuliah ini dihidupkan karena adanya
kesenjangan antara kata/pengetahuan dan perbuatan/tingkah laku.
Kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dapat disaksikan di semua
bidang kehidupan, dari semua kelas sosial, dan di hampir semua profesi. Fakta
paling jelas adalah korupsi yang dilakukan di semua lini, mulai dari pejabat
pemerintah maupun institusi pemerintah dan swasta. Catatan Kementerian Dalam
Negeri RI menyebutkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2005-2013 ada 277
gubernur, walikota, dan bupati yang terlibat korupsi, dan 3.000 anggota DPRD
terjerat hukum. Dalam kurun waktu yang sama terdapat 137 anggota DPRD
provinsi dan 1.050 anggota DPRD kabupaten/kota terlibat korupsi (Suara
Pembaruan, 9 Desember 2013).
Kasus terbaru yang “mengguncang” seluruh kehidupan bangsa adalah
tertangkap tangannya Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar karena dugaan
terlibat suap, merupakan fakta betapa nilai Pancasila hanya menjadi hiasan bibir
kala pejabat mengucapkan sumpah jabatan.
Selain kasus korupsi, patut disebutkan beberapa gejala yang mencerminkan
kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila, seperti kerusuhan dan sengketa
berlatarbelakang SARA, kekerasan dalam rumah tangga, kesenjangan ekonomi,
ketakmampuan golongan rendah untuk masuk jenjang sekolah dasar hingga
perguruan tinggi, berbagai macam dan tingkat kriminalitas, diskriminasi

4
5

perempuan, dan UU dan peraturan daerah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, sekedar menyebut beberapa contoh.
Sistem ekonomi Indonesia yang dalam Pancasila dan UUD 1945 dikenal
sebagai demokrasi ekonomi berlandaskan gotong royong, pada praktiknya lebih
condong ke sistem ekonomi liberal yang makin memarginalkan kelas bawah.
Kesenjangan ekonomi tampak dengan jelas karena dalam sistem liberal seperti ini
hanya orang-orang kaya yang tambah kaya, sebaliknya orang miskin makin
terpuruk. Kekayaan tanah tumpah darah Indonesia yang sebetulnya dikelola untuk
kesejahteraan rakyat dikuasai oleh pihak asing dan konco-konconya orang-orang
kaya.
Pendidikan Pancasila diberikan karena kesadaran akan semakin derasnya
arus ideology asing, khususnya kapitalisme dan neoliberalisme, yang berkat sayap
raksasa globalisasi menggempur seluruh pelosok Indonesia tanpa henti.
Materialisme, hedonism, konsumtivisme, serta gaya hidup yang dibentuknya telah
dan sedang menerjang sudut-sudut terpencil Indonesia. Nilai-nilai asing yang
sangat digandrungi remaja dan kaum muda itu dikhawatirkan akan semakin
melunturkan nilai-nilai Pancasila. Sebab itu dirasakan pendidikan Pancasila sebagai
suatu keharusan.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman benar akan
Pancasila. Tidak disadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang
tidak benar, yang merupakan bentuk tersamar dari ideology yang justru
bertentangan dengan Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila yang diajarkan dalam
Pendidikan Pancasila adalah Pancasila yang dapat dipertanggungjawabkan secara
juridis-konstitusional dan obyektif-ilmiah. Secara yuridis-konstitusional Pancasila
adalah dasar Negara yang merupakan dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara. Secara obyektif-ilmiah Pancasila adalah paham filsafat yang dapat
diuraikan dan diterima secara rasional.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
diejawantahkan dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menetapkan kurikulum tingkat Satuan Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah
6

pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan memuat pendidikan Pancasila


sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi negara.
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, dalam SK No.43/DIKTI/Kep/2006
memutuskan tentang rambu-rmbu Pelaksanan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, termasuk di dalamnya
Pendidikan Pancasila.
Pertanyaannya: Pancasila yang mana? Pertanyaan ini masuk akal karena
Indonesia pernah memiliki tiga UUD, yaini UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan
UUDS 1950 yang memuat Pancasila pada pembukaannya. Agar tidak terjadi
kesalahpahaman, dikelurkan Instruksi Presiden (Inpres) No.12 Tahun 1968. Inpres
ini menyatakan bahwa Pancasila yang resmi adalah Pancasila yang tata urutan sila-
silanya terdapat pada alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.2 Alasan Diperlukan Pendidikan Pancasila


Berikut ini alasan diperlukan pendidikan Pancasila di Indonesia:
1. Untuk memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa, sehingga menjadi dorongan
pokok (leit motive) dan bintang penunjuk jalan (leit star).
2. Guna menangkal dan memfilter budaya asing yang masuk ke Indonesia lewat
iptek.
3. Supaya masyarakat Indonesia tidak tercerabut dari akar budaya aslinya,
sebagai identitas yang membedakan dengan budaya bangsa lainnya.
4. Mengembalikan lagi ketaatan masyarakat terhadap norma sosial yang hidup
didalam masyarakat.
7

5. Supaya elit politik, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif supaya


menjunjung politik yang santun menghindari perbuatan korupsi yang dapat
merugikan keuangan negara.
6. Membangun pemahaman masyarakat dalam hal:
a. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri.
b. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang.
c. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan dan persatuan (solidaritas
nasional).
d. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan.
e. Kesadaran pentingnya kesehatan mental bangsa.
f. Kesadaran tentang pentingnya penegakkan hukum.

2.3 Historis Sosiologis, Yuridis, dan Politik Pendidikan Pancasila


2.3.1 Sumber Historis Pancasila
Presiden Soekarno pernah mengatakan “Jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah”. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa sejarah mempunyai fungsi
penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa
depan. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan dari seorang pilusuf Yunani yang
bernama Cicero (106-435 SM) yang mengungkapkan, “Historia Vitae Magistra”
artinya sejarah memberikan kearifan, ada juga pendapat khalayak ramai/para
cendikia yaitu “Sejarah merupakan guru kehidupan”. Mahasiswa dengan
mengetahui berbagai peristiwa sejarah diharapkan akan memperoleh inspirasi
untuk berpartisifasi dalam pembangunan bangsa, misalnya mengapa bangsa
Indonesia sebelum masa pergerakan nasional (perjuangan menentang penjajah oleh
para pahlawan dimasing-masing daerah selalu mengalami kekalahan? Jawabannya
adalah:
1. Karena perjuangan pada waktu itu masih bersifat kedaerahan, kurang
adanya persatuan dan mudah diadu domba (devide et imvera).
2. Kalah dalam penguasaan persenjataan.
Seperti perjuangan Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sisingamangraja
dll (dijelaskan oleh dosen).Jadi dengan mempelajari historis perjuangan para
8

pahlawan akan meningkatkan motivasi kejuangan bangsa dan meningkatkan


motivasi yang dapat menginspirasi semangat jiwa cinta tanah air bagi mahasiswa.

2.3.2 Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila


Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan masyarakat,sumber sosiologis
pendidikan Pancasila melalui pendekatan mahasiswa diharapkan mengetahui
bagaimana struktur sosial proses sosial, dari sejumlah suku yang berbeda-beda (300
suku) dan tersebar di 17.000 pulau sudah tentu budaya, adat, ras, agama, yang
berbeda-beda tetapi memiliki nilai-nilai budaya yang sama yang berpegang teguh
pada nilai-nilai Pancasila.
Bung Karno pernah mengatakan bahwa beliau sebagai penggali
Pancasila dan bukan pencipta Pancasila, ini artinya bahwa nilai-nilai Pancasila
berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat nusantara yang sejak dulu jauh
sebelum pergerakan kemerdekaan ketika masa kerajaan-kerajaan (Kerajaan
Majapahir, Sriwijaya dan lain-lain), masyarakatnya telah melaksanakan kehidupan
yang mencerminkan nilai-nilai pancasila, misalnya hidup berdampingan berbeda
agama, saling gotong royong, satu sama lain saling menghargai dan hidup rukun
serta segala sesuatu selalu di musyawarahkan.

2.3.3 Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila


Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan salah
satu cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintahan
berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar negara merupakan
landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara hukum
tersebut. Hal tersebut berarti pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah satu
pendekatan utama dalam pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah
pendidikan Pancasila. Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka
menegakkan Undang-Undang (law enforcement) yang merupakan salah satu
kewajiban negara yang penting. Penegakan hukum ini hanya akan efektif, apabila
didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama dari kalangan
intelektualnya. Dengan demikian, pada gilirannya melalui pendekatan yuridis
9

tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam mewujudkan negara hukum formal
dan sekaligus negara hukum material sehingga dapat diwujudkan keteraturan sosial
(social order) dan sekaligus terbangun suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan
kesejahteraan rakyat sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
Kesadaran hukum tidak semata-mata mencakup hukum perdata dan pidana, tetapi
juga hukum tata negara. Ketiganya membutuhkan sosialisasi yang seimbang di
seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga Negara mengetahui hak dan
kewajibannya. Selama ini sebagian masyarakat masih lebih banyak menuntut
haknya, namun melalaikan kewajibannya. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
akan melahirkan kehidupan yang harmonis sebagai bentuk tujuan negera mencapai
masyarakat adil dan makmur.

2.3.4 Sumber Politik Pendidikan Pancasila


Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal
dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar Anda mampu
mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-saran tentang upaya atau usaha
mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideology politik, yaitu
mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata
tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo
(1998:32) sebagai berikut:
“Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, idée, norma-norma,
kepercayaan dan keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan
problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.”
Melalui pendekatan politik ini, Anda diharapkan mampu menafsirkan
fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik yang
sehat. Pada gilirannya, Anda akan mampu memberikan kontribusi konstruktif
dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan dinamis. Secara spesifik, fokus
kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu menemukan nilai-nilai ideal yang
10

menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam mengkaji konsep-konsep pokok


dalam politik yang meliputi Negara (state), kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision making), kebijakan (policy), dan pembagian (distribution)
sumber daya negara, baik di pusat maupun di daerah. Melalui kajian tersebut, Anda
diharapkan lebih termotivasi berpartisipasi memberikan masukan konstruktif, baik
kepada infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.

2.4 Dinamika Perjalanan Pancasila


Dinamika perjalanan pancasila dilihat dari historis pembudayaan atau
pewarisan nilai-nilai pancasila sejak kemerdekaan sampai sekarang sebagai berikut:
a. Awal kemerdekaan membudayakan nilai-nilai pancasila dilakukan dalam
bentuk pidato oleh tokoh-tokoh bangsa dalam rapat-rapat akbar, lewat
radion dan media surat kabar.
b. Pada tanggal 1 Juli 1947 terbit buku yang berisi pidato Bung Karno tentang
lahirnya Pancasila.
c. Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, pada tahun 1960 terbit buku berjudul
“Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia” diterbitkan oleh Departemen
P&K.
d. Selanjutnya lahir TAP MPR RI Nomor II/MPR/1978, tentang Pelaksanaan
Penataran P4 (Pedoman Penghayatan Pelaksanaan Pancasila) dijadikan
materi pendidikan pancasila disekolah-sekolah, PNS, Birokrat, masyarakat
e. Lahirlah SK Dirjen DIKTI Nomor 25/DIKTI/Kep/1985 Pancasila sabagai
mata kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum).
f. Lahirlah TAP MPR Nomor XVIII/MPR/1998 mencabut pelaksanaan
Penataran P4.
g. Lahirlah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, dimana pancasila tidak lagi
wajib diajarkan diperguruan tinggi, tetapi hanya di UGM yang tetap
bertahan adanya Pendidikan Pancasila.
h. Terbit surat edaran Dirjen DIKTI Nomor 914/E/T/2011 tanggal 30 Juni
2011, bahwa Pancasila sebagai Mata Kuliah diperguruan tinggi yang disebut
dengan PPKn.
11

i. Terbit Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi


yang mengamanatkan bahwa Pancasila wajib diselenggarakan di Perguruan
Tinggi.

2.4.1 Tantangan Pendidikan Pancasila


Salah satu tokoh bangsa yang bernama Abdul Gani mengatakan bahwa
Pancasila adalah leit motive dan leit star yaitu Pancasila sebagai dorongan pokok
dan bintang penunjuk jalan bagi terselenggaranya pemerintahan untuk tidak
terjebak kedalam perbuatan penyelewengan, dan bagi mahasiswa sebagai generasi
penerus pemegang estafer kepemimpinan nasional.
Adapun tantangan Pendidikan Pancasila ada 2 jenis, yaitu:
1. Tantangan pendidikan pancasila yang berasal dari Internal perguruan
tinggi, yaitu kurangnya SDM dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila.
2. Tantangan pendidikan pancasil yang bersifat eksternal, antara lain
adalah adanya krisis keteladanan dari para elit politik dan maraknya
gaya hidup Hedonistik didalam masyarakat.
Tantangan pendidikan pancasila menurut mantan Presiden Indonesia antara
lain:
1. BJ. Habibie
BJ. Habibie Berpendapat sejak tahun 1998 memasuki era reformasi
dimanakah pancasila kini berada? Pancasila lenyap hilang dari kolektif
bangsa dikarenakan:
a. Terjadinya proses globalisasi dalam segala aspek.
b. Hak azasi manusia (HAM) tidak diimbangi dengan Kewajiban Azasi
Manusia (KAM).
c. Adanya lonjakan dengan pesat (IPTEK) pemanfaatan teknologi
informasi ditengah masyarakat.
2. Megawati Soekarno Putri
Dalam kurun 13 tahun reformasi adanya kealpaan kita terhadap nilai-
nilai pancasila yang perlu dilaksanakan bagaimana melaksanakan referensi
pancasila yang membumi.
12

3. Susilo Bambang Yudoyono


Dalam era reformasi, demokrasi dan globalisasi sebagian kalangan
tertarik dan tergoda untuk menganut idiologi lain selai pancasila yaitu
adanya dugaan menghidupkan idiologi berdasarkan agama.

2.5 Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam
bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun
sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) berupaya
mengantarkan warganegara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis
yang berkeadaban; yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif
dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang
tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKN
berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Maka untuk ke depannya, bangsa ini harus
benar-benar berpedoman terhadap pancasila. Untuk dapat mengentaskan
kemiskinan, membasmi praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), berbagai
bentuk kejahatan, dan lain sebagainya, keberadaan pancasila tetap harus
dipertahankan. Karena jika pancasila sudah diujung tanduk oleh ekses-ekses
negatif, maka akan menjadi apa bangsa ini kemudian.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kita telah melihat dan membaca bahwa Pancasila memang berakar dari
budaya bangsa Indonesia. Karena dari segi Pancasila terkandung kebudayaan yang
menekankan persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi pengertian, Pancasila
merupakan lima buah asas atau prinsip yang harus dijunjung tinggi kita sebagai
bangsa Indonesia. Sedangkan kebudayaan merupakan sarana hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat. Sehingga Pancasila tercipta berdasarkan kebudayaan. Kaitan di
antara keduanya begitu erat sehingga timbal balik antara Pancasila dan Kebudayaan
dapat terjadi dengan signifikan karena keduanya saling berhubungan. Pancasila
berakar dari kebudayaan dikarenakan di dalam pancasila terkandung nilai
kebudayaan.

3.2 Saran
Program yang disponsori pemerintah dirancang untuk meningkatkan
efisiensi pembelajaran Pendidikan pancasila ini. Pendidikan pancasila belajar
masih kurang, dengan pembelajaran yang hanya diadakan satu kali dalam
seminggu. Sebaiknya pembelajaran ebih diefektifkan lagi. Masyarakat juga harus
lebih memahami dalam pelaksanaan Pendidikan pancasila, harus dapat
mempertimbangkan dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya
menjadi sebatas teori di dalam kelas saja. Kita sebagai masyarakat juga harus
mendukung setiap upaya dari pemerintah dalam mengatasi setiap masalah di negara
ini. Lebih dapat dicipta Indonesia lebih baik kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.com/amp/s/leman2311.wordpress.com/2018/05/19/urgen
si-dan-esensi-pendidikan-pancasila-bagi-masa-depan/amp/
2. http://mathkulkita.blogspot.com/2017/10/dinamika-dan-tantangan-
pendidikan.html?m=1
3. http://mathkulkita.blogspot.com/2017/10/alasan-diperlukan-pendidikan-
pancasila.html?m=1
4. https://www.google.com/amp/s/malvaspalette.wordpress.com/2017/11/05/me
nggali-sumber historis-sosiologis-politik-pendidikanpancasila/amp/
5. http://hamiddarmadi.blogspot.com/2013/07/urgensi-pendidikan-pancasila-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai