Modul 1-Rekayasa Hidrologi Dasar PDF
Modul 1-Rekayasa Hidrologi Dasar PDF
April 2019
Hal.
i
3.6 CARA PENENTUAN PERKOLASI ...............................................................3-6
ii
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
1. PENGANTAR HIDROLOGI
Setelah mempelajari Pengantar Hidrologi diharapkan mampu memahami konsep
dasar hidrologi dan sikius hidrologi
Asal mula Hidrologi dituliskan sebagai sejarah singkat Hidrologi dan digambarkan
mengikuti kronologis sebagai berikut:
− Tahun 1000 SM ditemukan asal air, oleh Hormer (dalam bukunya : Hiad) dan
pada tahun 650 SM asal air juga dibahas oleh Thales. Homer yakin bahwa
terdapat tampungan yang demikian besar yang dapat mencatu air di sungai, laut,
mata air, sumur, dan lain-lain. Ada suatu hal yang menarik untuk dicatat bahwa
saat itu Homer telah memahami tentang debit dan kecepatan air yang mengalir
dalam saluran di Yunani.
− Kemudian hal yang sama juga dibahas oleh Aristoteles (tahun 483 SM) dan
Plato (tahun 427 SM), namun hubungan antar komponen air masih belum
dikemukakan secara jelas.
− Tahun 1608 M ditemukan Hidrologi Praktis antara lain ditandai dengan
pengukuran hujan selama 3 tahun dan pengukuran limpasan di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Seine oleh Pierre Perrault. Hidrologi Praktis ini juga diamati oleh
Edme Manotte (tahun 1620 M) dan Edmund Haley (tahun 1656 M). Saat itu
beliau menganggap bahwa air di mata air tidak sama dengan air sungai yang
berasal dari hujan, alasannya air hujan tidak cukup banyak dan permukaan bumi
sangat kedap.
− Kemudian pada tahun 1509 M, Pallisy dan Leonardo Da Vinci mengembangkan
lebih lanjut tentang sikius hidrologi. Akhirnya sejak saat inilah Hidrologi
berkembang terus sampai sekarang.
1-1
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Pada dasarnya hidrologi bukan ilmu yang eksak sepenuhnya, karena masih
memerlukan interpretasi.
Penelitian yang diamati adalah penelitian yang dibatasi oleh besar kecilnya peristiwa
alam sampai kepada penelitian-penelitian yang terbatas besarnya terhadap efek-efek
tertentu.
Air di bumi antara lain meliputi yang ada di atmosfir, di atas permukaan tanah dan di
bawah permukaan tanah.
Jumlah air di bumi kurang lebih berjumlah 1400 x 106 km3 = 1400 x 104 m3, yang
terdiri dari:
1. Air laut : 97%
2. Air tawar : 3%, yang meliputi:
a. Salju, es, gletser : 75%
b. Air tanah (jenuh) : 24%
c. Air danau : 0,3%
d. Butir-butir daerah tak jenuh : 0,065%
e. Awan, kabut, embun, hujan : 0,035%
f. Air sungai , : 0,030%
Dari persentase tersebut di atas terlihat, bahwa jumlah air tawar di bumi yang
langsung dapat digunakan oleh manusia (air danau dan air sungai) sangat terbatas.
1-2
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
− Keempat, berbagai bagian siklus dapat menjadi sangat kompleks, sehingga dapat
diamati bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas permukaan tanah
yang kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.
Siklus Hidrologi
Dengan demikian ada empat macam proses dalam siklus hidrologi yang harus
dipelajari oleh para ahli hidrologi dan para ahli bangunan air, yaitu :
Presipitasi
Evaporasi
Infiltrasi
Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah (subsurface runoff)
Pada proses sirkulasi air/siklus hidrologi, hubungan antara aliran ke dalam (inflow)
dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut
neraca air (water balance).
1-3
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Meskipun demikian, mereka harus mengerti tentang penggunaan hidrologi dalam arti
yang luas, karena banyak kasus-kasus hidrlogi yang berasal dari Matematika, Fisika,
Statistik, Meteorologi, Oceonografi, Geografi, Geologi, Geomorfologi, Hidrolika, dan
ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan itu.
Dengan data-data tersebut dan ditunjang oleh pengertian dalam ilmu-ilmu yang
berbatasan dengan hidrologi, maka seorang ahli hidrologi dapat memberikan
penyelesaian-penyelesaian terbaik terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut
perencanaan teknik bangunan-bangunan air yang dihadapkan kepadanya.
Dalam pengembangan sumberdaya air, estimasi volume air itu merupakan hal yang
sangat penting karena merupakan dasar perencanaan dan pengoperasian sistem
sumber daya air.
Untuk pengendalian banjir, diperlukan harga tertinggi dan untuk ini dilakukan analisa
banjir rancangan, yang memerlukan disain parameter. Sedangkan untuk suplesi air
baik untuk air baku, air irigasi dan pembangkit tenaga air dilakukan analisa debit
andalan.
1-4
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
1-5
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Detail kala ulang banjir desain berbagai bangunan ada pada SK SNI M-18. Khusus
untuk bendungan berikut ini adalah SNI 03-3432-19945 yang merupakan patokan
banjir desain dan kapasitas pelimpah bendungan.
1-6
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Penetapan rancangan atau kala ulang suatu bangunan hidrolik tidak hanya aspek
hidrologi saja namun merupakan kompromi dengan analisis ekonomi, resiko dan
factor non teknis lainnya
1-7
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Contoh : lengkung durasi aliran, analisa frekuensi (curah hujan rencana dan
debit banjir rencana)
1-8
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
2.1 PENGANTAR
Kara kteristik hidrologi suatu daerah sangat bergantung pada kondisi geologi dan
geografis daerah tersebut. Faktor iklim merupakan ciri-ciri hidrologi, seperti:
(1) Jumlah dan distribusi presipitasi;
(2) Proses terjadinya es;
(3) Pengaruh suhu, kelembaban, yang sangat berpengaruh pada evapotranspirasi.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan radiasi matahari dan perlu diketahui
antara lain:
1. Konstanta Matahari
Merupakan kecepatan radiasi matahari yang mencapai batas atas atmosfir bumi
(merupakan rasio antara jarak dan waktu)
2-1
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
2.3 SUHU
Suhu udara umumnya diukur dengan termometer. Ada beberapa syarat yang
berhubungan dengan penempatan termometer antara lain:
2-2
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Kelembaban Relatif (RH) merupakan perbandingan tekanan uap air dengan tekanan
uap jenuh.
Adapun sifat uap air atmosferik bertekanan minimum pada musim dingin dan
sebaliknya bertekanan maksimum pada musim panas. Sedangkan lembab udara
relative mempunyai sifat bernilai minimum pada musim panas dan sebaliknya bernilai
maksimum pada musim dingin. Sebagai pembanding, suhu bemilai maksimun pada
pagi hari dan minimum pada sore hari.
2.5 ANGIN
Arah angin ditentukan dengan 16 titik kompas (di permukaan), yang dinyatakan
dalam derajad atau 1/100. Untuk angin, yang diukur adalah kecepatannya. Alat
ukurnya bisa berupa:
2-3
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
2-4
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Besar radiasi gelombang pendek (Ra) di khatulistiwa sekitar daerah pada 300
LU/LS berkisar antara 7-17 mm/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.
2-5
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Kelembaban relatif (RH) pada musim hujan (Oktober - Maret) > musim
kemarau (April - September)
Dengan;
n = jam nyata matahari bersinar cerah dalam sehari
N = jumlah jam potensial matahari bersinar dalam sehari
Dengan demikian jika banyak awan, makan cenderung kecil, untuk Indonesia
harga n berkisar antara 30% - 85%.
2-6
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
2-7
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tidak jenuh mencapai daya medan
(field capacity). Istilah daya perkolasi kurang mempunyai arti penting pada kondisi
alam (natural condition) karena adanya stagnasi dalam perkolasi akibat adanya
lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan (extra
storage) sementara di daerah tidak jenuh.
Setelah beberapa waktu kemudian air yang diinfiltrasikan setelah dikurangi sejumlah
air untuk mengisi rongga-rongga tanah akan mengalami perkolasi. Dimana daya
perkolasi kecil, maka akan timbul muka air tanah yang terbentuk oleh adanya lapisan
semi kedap air. Tetapi dalam recharge buatan, perkolasi mempunyai arti yang
penting dimana karena alasan teknis dibutuhkan infiltrasi yang terus menerus.
(1) Proses limpasan (run-off), jika infiltrasi besar, maka limpasan akan kecil, dengan
demikian kemungkinan terjadi banjir juga kecil;
Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang data diserap ke dalam tanah.
Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia dapat diuapkan kembali atau
3-1
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya
infiltrasi maka perbedaan antara intensitas curah hujan dengan daya infiltrasi
menjadi semakin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga
debit puncaknya juga akan lebih kecil.
(2) Pengisian kembali (recharge) lembab tanah dan air tanah, jika infiltrasi besar,
maka perkolasi juga akan besar, sehingga recharge juga menjadi besar.
Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar
tanaman menembus daerah tidak jenus dan menyerap air yang diperlukan untuk
evapotranspirasi dari daerah tidak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah
sama dengan selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air
tanah yang dangkal dalam lapisan tanah berbutir tidak begitu kasar, engisian
kembali lengas tanah ini dapat pula diperoeh dari kenaikan kapiler air tanah.
Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam)
fo = daya infiltrasi awal (mm/jam)
3-2
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
t =waktu (jam)
Fp = daya infiltrasi (mm/jam)
Untuk i<fp
Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam)
fo = daya infiltrasi awal (mm/jam)
t =waktu (jam)
Fp = daya infiltrasi (mm/jam)
Besar kecilnya daya infiltrasi (fp) dan daya perkolasi (Pp) terutama bergantung pada
jenis tanah. Berikut diberikan gambaran yang terjadi pada 2 jenis lapisan tanah:
Pada gambar di atas dimana lapisan tanah liat berada di atas maka daya infiltrasinya
akan kecil, tetapi daya perkolasinya tinggi karena lapisan atasnya terdiri atas lapisan
kedap air dan lapisan bawahnya tiris.
3-3
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Pada gambar di atas akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar tetapi daya
perkolasinya kecil, karena lapisan atasnya terdiri atas lapisan kerikil yang mempunyai
permeabilitas tinggi dan lapisan bawahnya terdiri atas lapisan tanah liat yang relative
kedap air.
fp = fc + (fo - fc)e-kt
dengan
fp = daya infiltrasi (mm/jam)
fc = bagian dari daya infiltrasi yang konstan (mm/jam)
fo = daya infiltrasi awal (mm/jam)
k = faktor daerah pengaliran
t = waktu (jam)
Fp - fc=k*Fpn
dengan:
n = 1,387
fp = daya infiltrasi (mm/jam)
fc = bagian dari daya infiltrasi yang konstan (mm/jam)
Fp = daya infiltrasi permulaan (mm/jam)
k = faktor daerah pengaliran
fp – fc = (a/2)1/2 . t-1/2
dengan
fp = daya infiltrasi (mm/jam)
3-4
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Infiltrometer
Permukaan tanah di dalam tabung digenangi air, dan banyaknya air yang
ditambahkan untuk mempertahankan agar tingg ir dalam tabung tetap
konstasn, dikukur. Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan
akibat aliran samping di bawah tabung.
Dengan cara ini daya infiltrasinya dapat dihitung dari banyaknya air yang
ditambahkan, per satuan waktu, dalam tabung sebela dalam untuk
menjaga agar permukaan konstan.
Test Plot
3-5
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Test Penyiraman
Ø index index = P - Q
dengan
Ø index = besamya infiltrasi (mm)
P = jumlah hujan (mm)
Q = jumlah limpasan (mm)
Untuk menentukan besarnya perkolasi belum ada acara empiris yang ditemukan.
Namun demikian untuk di Indonesia diperkirakan berkisar antara 2 mm/hari sampai
dengan 5 mm/hari.
3-6
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Evaporasi merupakan factor penting dalam studi pengembangan sumber daya air.
Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya
kapasitas popa irigasi dan penggunaan komsumtif untuk tanaman dan lan-lain
Air akan menguap dari tanah baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tananaman
dan pepohonan dan permukaan bangunan lainnya atupun air mengalir. Laju
evaporasi atau enguapan akan berubah ubah menurut warna dan sifat pemantulan
permukaan (albedo) dan hal ini akan juga berbeda untuk permukaan yang langsung
tersinari oleh matahari dan yang terlindungi dari sinar matahari.
b. Angin
Jika air menguap ke atmosfir maka lapisan batas antara tanah dengan udara
menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses evaporasi berhenti. Agar roses
tersebut berjalan terus lapisan jenuh itu harus diganti dengan udara kering.
Pergantian itu dapat dimungkinkan hanya kalua ada angina. Jadi kecepatan
angina memegang perranan dalam proses evaporasi
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi aalah kelembaban relative udara. Jika
kelembaban relative inI naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan
berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun
4-1
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang
sama kelembaban relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju
evaporasi. Ini hanya dimungkinkan jika diganti dengan udara yang lebih kering
d. Suhu
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa suatu input energi sangat diperlukan agar
proses evaporasi terus berjalan. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi proses
evaporasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan jika suhu udar dan tanah
rendah, karena adanya energi panas yang tersedia.
Kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika suhunya naik. Oleh
karena itu suhu udara memunyai efek ganda terhadap proses evaporasi,
sedangkan suhu tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal.
Evaporasi
Evaporasi actual adalah proses evaporasi yang berlangsung pada kondisi alami
terjadi pada keadaan daerah pada waktu tertentu, sehingga nilainya sanat
bergantung pada kondisi lingkungan yang berlaku saat ini
Evaporasi potensial adalah proses evaporasi yang terjadi pada suatu permukaan
penguapan yang berada dalam kondisi kecukupan air. Evaporasi potensial sering
disebut sebagai kemampuan maksimal dari suatu permukaan dalampenguapan air
Transpirasi
Transpirasi aktual, yaitu peristiwa transpirasi yang terjadi pada tanaman yang tumbuh
dalam kondisi tertentu dan pada waktu tertentu pula
Transpirasi potensial yaitu peristiwa transpirasi yang terjadi pada tanaman yang
tumbuh dalam kondisi yag tidak pernah mengalami kekurangan air
Semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya dan masing-
masing tanaman berbeda-beda kebutuhanya. Hanya sebagian kecil yang tinggl di
dalam tubuh tumbuhan, sebagian besar daripadanya diserap lewat akar dahan dan
akan ditranspirasikan lewat bagian tumbuhan yang berdaun.
Dalam kondisi lapangan tidak mungkin untuk membedakan antara evaporasi dan
transpirasi jika tanahnya tertutup oleh tumbuhan
4-2
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Evapotranspirasi
Bila kedua proses terjadi bersamaan antara evaporasi dan transpirasi, maka
terjadilah evapotranspirasi, yaitu gabungan dari proses penguapan air bebas
(evaporasi) dan penguapan melalui tanaman (transpirasi).
Jumlah kadar air yang hilang dari tanah akibat evapotranspirasi bergantung kepada:
a. Adanya persediaan air yang cukup (hujan dan lain-lain)
b. Faktor iklim
c. Tipe dan kultivasi tumbuh-tumbuhan tersebut
Jumlah air yang ditranspirasikan dapat bertambah besar misalnya pada pohon besar
yang akar-akarnya sangat menembus dalam tanah. Dalam hal ini jumlah air yang
ditranspirasikan akan lebih banyak dibandingkan jika air itu langsung dievaporasikan
sebagai air bebas (free water).
Proses transpirasi berjalan terus hampir sepanjang hari di bawah pengaruh sinar
matahari. Pada malam hari pori-pori daun (yang terletak di bagian bawah daun) yang
disebut stomata tanaman menutup yang menyebabkan terhentinya proses transpirasi
dengan drastis.
Tetapi tidak demikian halnya dengan evaporasi. Proses evaporasi dapat berjalan
terus selama ada input panas, oleh karenanya bagian terbesar jumlah evaporasi
diperoleh pada siang hari. Faktor lain yang penting adalah adanya air yang cukup
banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang dibutuhkan oleh
tanaman selama proses transpirasi ini maka jumlah air yang ditranspirasikan akan
lebih besar dibandingkan dengan apabila tersedianya air di bawah kebutuhan.
4-3
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Rumus Penman mëndapat rekomendasi dari Badan Pangan dan Pertanian PBI3
(FAO = Food & Agricultural Organization). Ketiga rumus tersebut di atas mempunyai
pninsip umum yang sama, yaitu:
ET0 = C x ETo*
dengan
Eto = evaporasi potensial (mm/han)
C = faktor koreksi
ETo = evaporasi (mm/han)
Evaporasi potensial (ETo) dipengaruhi olèh iklim dan bergantung pada letak lintang
(Indonesia terletak di khatuiistiwa). Perbedaan ketiga rumus di atas adalah dalam
penentuan angka koreksi (C) dan evaporasi (ET0*). ETo ditentukan berdasar data
iklim (data terukur).
Keterangan:
LL = letak lintang
T = suhu rata-rata bulanan ©
n/N = kecerahan matahari (%)
u = perbedaan kecepatan angin siang dan malam (mm/dt)
RH = kelembabn relatif (%)
4-4
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Dalam menurunkan rumu tersebut Blaney Criddle mencari korelasi yang terjadi
antara data evapotranspirasi dan suhu bulanan, mendaarkan atas prosentase
bulanan jam hariterang dalam tahun, waktu tumbuh jenis tanaman. Koefisien-
koefisien yang diperoleh hanya dapat dipakai di daerah yang mempunyai data
klimatologi yang mirip daerah percobaan.
ET0 = c . ET0*
dengan:
P = prosentase rata-rata jam siang malam yang besarnya bergantung pada letak
(LL)
Prosedur perhitungan:
4-5
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Rumus :
ET0 = C . ET0*
ET0* = w . Rs
dengan
w = faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
Rs = radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hr)
Rs = (0,25 + 0,54.(n/N) ) Ry
n/N = kecerahan matahari (%)
Ry = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir angka
angot, bergantung letak lintang daerah
Prosedur perhitungan:
1. Cari suhu rata-rata bulanan (t)
2. Berdasar t cari nilai w dari tabel R1
4-6
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
4-7
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
H.L. Penman dalam tahun 1048 menulis teori evaporasi air bebas yang didasarkan
atas kondisi neraca enri, dalam mana evaporasi memerlukan input panas dan
didasarkan pula atas kondisi gradient uap dimana gradient harus terjadi untuk
memindahkan uap setelah dihasilkan.
Metode ini lebih dapat dipercaya karena dalam perhitungannya selain membutuhkan
data-data iklim yang benar-benar terjadi disuatu tempat (disebut sebagai data
terukur), juga memasukkan faktor-faktor energi.
4-8
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
4-9
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Tabel P2. Hubungan Suhu (t) dengan Nilai ea (mbar), w, (1 – w), dan f(t)
Suhu ea w w (1 – w) (1 – w)
(t) C mbar elvs 0 elvs 250 Elvs 0 Elvs 250 f(t)
24,0 29,85 0,730 0,735 0,270 0,265 15,40
24,2 30,21 0,732 0,737 0,268 0,263 15,45
24,4 30,57 0,734 0,739 0,266 0,261 15,50
24,6 30,94 0,736 0,741 0,264 0,259 15,55
24,8 31,31 0,738 0,743 0,262 0,270 15,60
25,0 31,69 0,740 0,745 0,260 0,255 15,65
25,2 32,06 0,742 0,747 0,258 0,253 15,70
25,4 32,45 0,744 0,749 0,256 0,251 15,75
25,6 32,83 0,746 0,751 0,254 0,249 15,80
25,8 33,22 0,748 0,753 0,252 0,247 15,85
26,0 33,62 0,750 0,755 0,250 0,245 15,90
26,2 34,02 0,752 0,757 0,248 0,243 15,94
26,4 34,42 0,754 0,759 0,246 0,241 15,98
26,6 34,83 0,756 0,761 0,244 0,239 16,02
26,8 35,25 0,758 0,763 0,242 0,237 16,06
27,0 35,66 0,760 0,765 0,240 0,235 16,10
27,2 36,09 0,762 0,767 0,238 0,233 16,14
27,4 36,50 0,764 0,769 0,236 0,231 16,18
27,6 36,94 0,766 0,771 0,234 0,229 16,22
27,8 37,37 0,768 0,773 0,232 0,227 16,26
28,0 37,81 0,770 0,775 0,230 0,225 16,30
28,2 38,25 0,771 0,777 0,229 0,223 16,34
28,4 38,70 0,772 0,779 0,228 0,221 16,38
28,6 39,14 0,773 0,781 0,227 0,219 16,42
28,8 39,61 0,774 0,783 0,226 0,217 16,46
29,0 40,06 0,775 0,785 0,225 0,215 16,50
Sumber : Suhardjono, 1989: 43 dan J. Pruitt, 1984: 13
4-10
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
f(t) = fungsi suhu dari tabel hubungan antara suhu (t) dengan nilai f(t). (Tabel.
P2)
f(ed) = fungsi tekanan uap
= (0,34 − (0,044 ed ))
f(n/N) = fungsi kecerahan matahari
n
= 0,1 + 0,9
N
f(u) = fungsi kecepatan angin rata-rata siang hari di ketinggian 2 meter (m/detik)
= 0,27 . (1+0,864 . U)
U = kecepatan angin rerata (m/detik)
ea–ed = defisit tekanan uap jenuh dengan tekanan uap sebenarnya pada suhu
udara rata-rata (mbar)
ed = ea × RH
ea = tekanan uap sebenarnya. (Tabel. P2)
RH = Kelembaban relatif (%)
Tabel. P3 : Besaran Nilai Angot (Ra) dalam Evaporasi Ekivalen dalam Hubungannya
dengan Letak Lintang (mm/hari) (untuk daerah Indonesia, antara 5°LU sampai
10°LS)
Lintang Utara (LU) Lintang Selatan (LS)
Bulan
5 4 2 0 2 4 6 8 10
Januari 13,0 14,3 14,7 15,0 15,3 15,5 15,8 16,1 16,1
Februari 14,0 15,0 15,3 15,5 15,7 15,8 16,0 16,1 16,0
Maret 15,0 15,5 15,6 15,7 15,7 15,6 15,6 15,5 15,3
April 15,1 15,5 15,3 15,3 15,1 14,9 14,7 14,4 14,0
Mei 15,3 14,9 14,6 14,4 14,1 13,8 13,4 13,1 12,6
Juni 15,0 14,4 14,2 13,9 13,5 13,2 12,8 12,4 12,6
Juli 15,1 14,6 14,3 14,1 13,7 13,4 13,1 12,7 11,8
Agustus 15,3 15,1 14,9 14,8 14,5 14,3 14,0 13,7 12,2
September 15,1 15,3 15,3 15,3 15,2 15,1 15,0 14,9 13,3
Oktober 15,7 15,1 15,3 15,4 15,5 15,6 15,7 15,8 14,6
November 14,3 14,5 14,8 15,1 15,3 15,5 15,8 16,0 15,6
Desember 14,6 14,1 14,4 14,8 15,1 15,4 15,7 16,0 16,0
Minimum 13,0 14,1 14,2 13,9 13,5 13,2 12,8 12,4 11,8
Maksimum 15,7 15,5 15,6 15,7 15,7 15,8 16,0 16,1 16,1
Rerata 14,8 14,9 14,9 14,9 14,9 14,8 14,8 14,7 14,2
4-11
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Prosedur perhitungan
1. Cari data suhu rerata bulanan (t)
2. Dari table P.2, berdasarkan data t , cari nilai ea (mbar), w, (1 – w), dan f(t)
3. Cari data RH
4. Cari ed = ea × RH
5. Lihat table P.3. Berdasarkan nilai LL cari Ra
6. Cari data kecerahan matahari (n/N)
n
7. Cari Rs = 0,25 + 0,54 × × Ra
N
n
8. Cari f(n/N) = 0,1 + 0,9
N
9. Cari data kecepatan angina (U)
10. Cari f(u) = 0,27 . (1+0,864 . U)
11. Cari Rn1 = f(t) . f(ed) . f(n/N)
12. Rn = 0,75 . Rs – Rn1
13. Cari C, table P.1
Menggunakan rumus Blaney Cridle, hitung besar ET0 pada bulan Pebruari
untuk suatu daerah pengaliran di Porong Jawa Timur.
Penyelesaian :
LL = 7,50 LS
LL = 7,50 LS, dari table BC.1, diperoleh P = 0,28
t = 25,70 C
ETo* = P (0,457.t + 8,13)
= 0,28 (0,457 x 25,7 + 8,13)
= 5,56
Februari , dari table BC.2 diperoleh nilai C = 0,80
4-12
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
ETo = C. ETo*
= 0,80 x 5,56
= 4,48 mm/hari
Menggunakan rumus Radiasi, hitung besar ET0 pada bulan Pebruari untuk
suatu daerah pengaliran di Porong Jawa Timur.
Penyelesaian :
t = 25,70 C dari table R.1 t = 25,7oC w = 0,752
LL = 7,50 LS dari table R.2 Ry = 15,75 mm/hari
n/N = 41,8%
Rs = (0,25 + 0,54.(n/N) ) Ry
= (0,25 + (0,54 x 41,8% )) x 15,75
= 7,49 mm/hari
Pebruari C = 0,80, dari table R.3
ET0 = C . w . Rs
= 0,80 x 0,752 x 7,49
= 4,49 mm/hari
Menggunakan rumus Penman, hitung besar ET0 pada bulan Pebruari untuk
suatu daerah pengaliran di Porong Jawa Timur.
Penyelesaian :
t = 25,70 C
dari table P.2 diperoleh :
4-13
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
ea = 33,025 mbar
w = 0,752
f(t) = 15,825
RH = 79,6%
ed = ea × RH
ed = 33,025 x 79,6%
ed = 26,38
Tabel P.3
n
f(n/N) = 0,1 + 0,9
N
= 0,1 + (0,9(41,8% ))
= 0.476
U = 1,8 m/dt
f(u) = 0,27 . (1+0,864 . U)
= 0,27 . (1+0,864 . 1,8)
= 0,69
Rn = 0,75 . Rs – Rn1
= (0,75 . 7,65) – 0,866
= 4,8715
4-14
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
ET0 = C × ET0*
ET0 = 1,1 × 4,80
= 5,28 mm/hari
4-15
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
5.1.1 Umum
Dalam perencanaan PLTA salah satu studi awal dan utama yang harus
dilakukan adalah pengumpulan data hidrologi, selain data topografi dan
geologi, dimana data hidrologi diperlukan untuk perhitungan daya, energi dan
dimensi struktur bangunan sipil yang diperlukan.
Data hidrologi yang diperlukan dalam disain tersebut meliputi data iklim, data
hujan atau data serial debit jangka panjang, kualitas air dan sedimentasi.
5-1
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
5-2
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Efek aliran balik dan genangan ke arah hulu bendung atau bendungan →
perlu dilakukan analisa aliran balik (backwater sampai dimana pengaruh
tinggi air dan genangan). Apakah genangan akan berdampak pada
peruman, jalan atau daerah pertanian.
Klasifikasi Bahaya terhadap Keruntuhan Bendungan (Dam Breach
Analysis, Hazard Clasification and Emergency Action Plan) khusus untuk
bendungan. Studi analisis keruntuhan bendungan untuk mengetahui
kemungkinan keruntuhan apakah akiat piping atau overtoping, simulasi
waktu dan keruntuhan serta daerah terkena dampak.
Peta yang dipakai daat berupa peta topografi Bakosurtanal atau peta digital
lainnya dengan skala 1 : 50.000, dengan interval kontur 25 m.
1) Karakteristik topografi DAS yaitu bentuk dan ukuran DAS, panjang sungai
utama, orde sungai dan banyaknya anak sungai, kemiringan lereng, dari
peta topografi atau peta Rupa Bumi skala 1 : 50.000.
5-3
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
3) Karakteristik tata guna lahan, yaitu luas dan jenis tata guna tanah yang
sangat berpengaruh terhadap koefisien aliran, kapasitas infiltrasi.
Data debit juga merupakan data dasar untuk analisa hidrologi. Apabila data
pengamatan debit tersedia cukup panjang minimal 20 tahun maka tidak
diperlukan lagi analisis ketersediaan air dengan cara teoristis atau model
hujan-limpasan.
Namun demikian apabila data debit yang tersedia dibawah standart yang
ditentukan tersebut maka data debit diperlukan dalam analisa ketersediaan
air untuk kalibrasi model hujan-limpasan.
5.2.3 Data Morfologi Sungai dan Infrastruktur yang Ada di Sepanjang Sungai
Data hujan diperlukan untuk analisa banjir dan analisa ketersediaan air
apabila tidak tersedia data pencatatan muka air atau data pencatatan debit
yang relative panjang (long term discharge).
5-4
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
5-5
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
5.3.1 Pengertian Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) atau Daerah Aliran
Sungai (DAS)
Pengertian daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai adalah istilah
yang sama. Demikian pula kadang ada yang menyebut dengan daerah
pengaliran sungai (DPS).
Menurut Mulyo (2004) , Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah
yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana
semua anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara
ke dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang terjadi di dalam suatu
drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di dalam
DAS tersebut. Oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan daerah tangkapan
hujan atau disebut catchment area.
Catchment Area atau area tangkapan hujan adalah suatu area ataupun
daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari
titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup,
yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti
arah aliran air.
Aliran air tersebut tidak hanya berupa air permukaan yang mengalir di dalam
alur sungai, tetapi termasuk juga aliran di lereng-lereng bukit yang mengalir
menuju alur sungai sehingga daerah tersebut dinamakan daerah aliran
sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti
ditetapkan berdasarkan air permukaan.
Batas ini tidak ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air
tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian
(Sri Harto, 1993). Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan
(recharge area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah buangan
(discharge area), yang merupakan daerah pantai maupun lembah dengan
suatu sistem aliran sungai. Secara lebih spesifik daerah tangkapan
5-6
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
DAS Mikro atau tampungan mikro (micro catchment) adalah suatu cekungan
pada bentang lahan yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut
kemungkinan mempunyai aliran selama dansesaat sesudah hujan turun
(intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang tahun (perennial
flow). Sebidang lahan dapat dianggap sebagai DAS jika ada suatu titik
penyalur aliran air keluar dari DAS tersebut.
1. Luas DAS
5-7
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
A. Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde
sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam
urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan
demikian makin banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula
DAS nya dan akan semakin panjang pula alur sungainya.
5. Kerapatan sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS.
5-8
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
DAS ini memiliki bentuk yang sempit dan memanjang, dimana anak-
anak sunga(sub-DAS) mengalir memanjang di sebalah kanan dan kiri
sungai utama.Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi
berlangsung cukup lama karena suplai air datang silih berganti dari
masing-masing anak sungai.
5-9
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran
sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan
anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan
membentuk suatu polatertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi
topografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS
bersangkutan.
Pola trellis
Pola Rektanguler
Pola Denritik
Pola Radial
5-10
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Pola Radial
Sentripetal, kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu pusat,
pola sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat
padasatu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau.
Di daerah beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran
pelepasan ke lautkarena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki
kadar garam yang tinggi sehingga terasa asin.
Pola Paralel,
Pola Annular
5-11
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik
terjauh sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga penyebaran
atau intensitas hujan. Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran
dalam sungai.Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran permukaan dapat
ditunjukkan dengan memperhatikan hidrograf-hidrograf yang sama
5-12
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Pada DAS memanjang laju aliran akan lebih kecilkarena aliran permukaan
akibat hujan di hulu belum memberikan kontribusi padatitik kontrol ketika
aliran permukaan dari hujan di hilir telah habis, atau mengecil. Sebaliknya
pada DAS melebar, datangnya aliran permukaan dari semua titik diDAS
tidak terpaut banyak, artinya air dari hulu sudah tiba sebelum aliran di titik
kontrol mengecil atau habis.
5-13
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan dan
dibatasi oleh titik kontrol, yang umumnya merupakan stasiun hidrometri.
5-14
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
6. SOAL-SOAL LATIHAN
b. Bandingkan hasilnya dalam satu tabel, nilai mana yang terkecil dan terbesar
dari 3 metode tersebut..
6-1
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
3. Buat peta DAS dengan koordinat lokasi rencana bendung pada X = 332474.54
dan Y = 427218.14 . Peta akan diberikan dalam bentuk softcopy (Autocad)
b. Termasuk tipe DAS dengan bentuk apakah DAS pada lokasi PLTM tersebut,
pola pengaliran sungai dan kerapatan sungainya.
6-2
REKAYASA HIDROLOGI
MODUL: 1
PERHITUNGAN INFILTRASI, PERKOLASI, EVAPOTRANSPIRASI
SERTA CARA PEMBUATAN DAN PENENTUAN KARAKTERISTIK DAS
7. SUMBER MATERI
Hidrologi Teknik : Ir. CD. Soemarto B.I.E Dipl. H, Unibraw, Penerbit Usaha Nasional,
Surabaya.
Hidrologi Praktis : Dr. Ir. Lily Moentarcih.Msc, Unibraw, Penerbit Lubuk Agung,
Bandung.
Hidrologi - Teori, Masalah dan Penyelesaian, Prof. Dr. Ir. Sri Harto Dipl. H, Br, PAU
Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1995
Aplikasi Hidrologi, Dr. Ir. Drs. Nugroho Hadisusanto, Dipl. H, Jogja Mediautama2010
Linsley, Ray K. JR; Max A. Kohler and Joseph L.H. Paulhus. (1989). Hidrologi Untuk
Insinyur. Terjemahan Hermawan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Viessman, Warren JR; John W. Knapp; Gary L. Lewis and The Late Terence E.
Harbaugh. (1977). Introduction To Hydrology. Harper & Row Publishers. New York.
7-1