Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana. Dengan bertambahnya
usia. Berbagai reaksi emosional menjadi kurang tersebar, kurang acak dan lebih
terbedakan, dan reaksi emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
rangsangan. Emosi anak dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu
perkembangan anak pada usia 0-15 bulan, perkembangan anak usia 16-36 bulan,
perkembangan anak usia 36 bulan hingga 6 tahun dan golongan yang terakhir
adalah perkembangan anak usia 7-14 tahun.
Setiap aspek dalam tahap perkembangan bayi, pasti sangan menarik untuk
diperhatikan. Baik saat dia tersenyum, tertawa, merangkak, duduk, berdiri,
berespon ketika diajak bicara, ataupun menunjukan kemampuan lain yang sesuai
dengan tahapan perkembangannya.
Salah satu perbedaan yang terpenting dalam reaksi emosional meliputi dominasi
emosi yang menyenangkan. Beberapa bayi mengalami lebih banyak emosi senang
dari pada tidak senang, sedangkan bayi lain mengalami sebaliknya, bergantung
terutama pada kondisi fisik dan kondisi-kondisi dalam lingkungan.
Untuk itu penulis mencoba menjelaskan dalam makalah ini tentang perkembangan
emosi pada bayi. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan untuk menjadikan
makalah ini lebih baik lagi penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca
semua, guna untuk masukan untuk pembuat makalah selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Untuk memberi pemahaman yang mendekati sempurna tentang definisi
emosi, disini diberikan beberapa definisi apakah emosi itu.
1. Menurut William Kames (dalam Wegde, 1995), emosi adalah kecenderungan
untuk memiliki perasaan yang khas bila kita berhadapan dengan objek tertentu
dalam lingkungannya.
2. Crow & Crow (1962) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang
bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment
(penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan
dan keselamatan hidup.
3. Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state
accompanied by characteristic motor and glandular activities” (suatu keadaan
perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan
motoris).
4. Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan emosi merupakan “setiap keadaan pada
diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal)
maupun pada tingkat yang luas (mendalam).

Dari definisi tersebut diatas jelas bahwa emosi tidak selalu jelek. Emosi
meminjam ungkapan. Jalaluddin Rakhmat (1994), merupakan bumbu kepada
kehidupan, tanpa emosi, hidup ini kering dan gersang.

B. Mekanisme Emosi
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose
Blumada ada 5 tahapan, yaitu:
1. Eliciptores, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa.
2. Reseptor, yaitu kegiatan yang berpusat pada system saraf.
3. State, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisik
4. Expression, yaitu terjadinya perubahan pada rasiologis.
5. Experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi
emosionalnya.
5 komponen tersebut digambarkan syamsudin (1990) dalam 3 variabel:

1. Variable stimulasi, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi


2. Variable organismic, yaitu perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami
emosi
3. Variable respon, yaitu pada sambutan ekspresip atas terjadinya pengalaman
emosi.

Bridges (Loore, 1970: 82) menjelaskan proses perkembangan dan


diverensiasi emosional pada bayi yaitu, pada saat dilahirkan setiap bayi dilengkapi
kepekaan umum terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Contohnya, seperti
bunyi, cahaya, dan temperature. Pada masa 3 bulan pertama ketidaksenangan dan
kegembiraan mulai di definisikan (melalui penularan) dari emosi orang tuanya.
Pada masa 3-6 bulan pertama ketidaksengan itu berdiferensiasi ke dalam
kemarahan, kebencian, dan ketakutan. Pada masa 9-12 bulan pertama kegembiraan
berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang. Pada usia 18 bulan pertama
kecemburuan mulai di deferensiasikan dari ketidaksenangan. Pada usia 2 th,
kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan.

C. Fungsi
Setelah mengetahui apa dan bagaimana mekanisme emosi pada bayi,
selanjutnya kita akan membahas tentang fungsi atau peranan emosi pada
perkembangan anak. Fungsi dan peranan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Merupakan bentuk komunikasi sehingga bayi dapat menyatakan atau
mengungkapkan segala kebutuhan dan perasaannya kepada orang lain. Sebagai
contoh, bayi yang merasakan sakit atau marah biasanya mengekspresikan
emosinya dengan menangis. Menangis ini merupakan bentuk komunikasi bayi
dengan lingkungannya pada saat ia belum mampu mengutarakan perasaannya
dalam bentuk bahasa verbal. Demikian pula halnya ekspresi tertawa, terbahak-
bahak ataupun memeluk ibunya dengan erat merupakan contoh bentuk
komunikasi anak yang bermuatan emosional.
2. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri bayi
dengan lingkungan sosialnya, antara lain sebagai berikut:
a. Tingkah laku bayi yang ditampilkan merupakan sumber pelayanan
lingkungan social terhadap dirinya. Penilaian lingkungan social ini akan
menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri.
b. Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi
interaksi social bayi melalui reaksi reaksi yang ditampilkan
lingkungannya.melalui reaksi lingkungan social, bayi dapat belajar untuk
membentuk tingkah laku emosi yang dapat diterima lingkungannya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim, psikologis lingkungan. Tingakah laku
emosi pada bayi yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis
lingkungan artinya apabila ada seorang anak yang pemarah dalam suatu
kelompok maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis lingkungan saat
itu, misalnya permainan menjadi tidak menyenangkan jika timbul
pertengkaran.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi
satu kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang dimiliki bayi dapat menghambat atau
mengganggu aktifitas motoric dan mental bayi. Seorang bayi atau anak
yang mengalami stress menghadapi situasi, dapat menghambat anak atau
bayi tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya seorang anak menolak
bermain finger painting karena takut akan mengotori bajunya dan dimarahi
orang tuanya sehingga anak tersebut terhambat emosionalnya karena
kehilangan keberanian untuk mencobanya dan hilanglah kesempatan
pengembangan dirinya.

D. Jenis Emosi
Jenis Emosi Perubahan Fisik
1. Terpesona, reaksi elektris pada kulit
2. Marah, peredaran darah bertambah cepat
3. Terkejut, denyut jantung bertambah cepat
4. Kecewa, bernafas panjang
5. Sakit/ marah, pupil mata membesar
6. Takut/ tegang, air liur mongering
7. Takut, berdiri bulu roma
8. Tegang, terganggu pencernaan, otot-otot menegang atau bergetar (tremor)

E. Tahap perkembangan bayi


1. Usia 0-3 bulan
Pada masa ini, Si Kecil sedang mempelajari berbagai macam emosi.
Bayi di usia ini mulai mengenal emosi dasar, yaitu sedih dan gembira, menurut
Alison Gopnik, Ph.D, profesor psikologi anak dan penulis buku The Scientist
in The Crib. Dengan perkembangan kemampuan fisik dan kognitif yang masih
terbatas, ia mengenali emosi-emosi tersebut berdasarkan kebutuhan ataupun
kondisi tubuhnya sendiri. Seperti, ketika lapar ia akan sedih dan
menunjukkannya dengan menangis. Walaupun begitu, seiring dengan
perkembangannya ia mulai dapat belajar emosi dari orang lain dengan
mengamati dan menyerap emosi yang ada di sekitarnya.

2. Usia 3-6 bln

Banyak sekali perkembangan emosi yang anak rasakan pada rentang


usia ini. Pada tahapan usia ini ia mulai dapat mengenali wajah. Kemampuan
mengenali wajah ini kemudian mengembangkan perasaan aman dan nyaman
anak terhadap beberapa orang. Sehingga ia mulai memilih-milih orang yang
akan menggendongnya. Ia bahkan mulai memiliki orang favorit. Selain itu, ia
juga mulai dapat meniru beberapa gerakan maupun ekspresi wajah orang
dewasa, seperti cemberut dan tersenyum.

3. Usia 6-12 bln

Kemampuan motorik dan kognitif anak yang semakin berkembang


membuat proses pembelajaran hubungan antara dirinya dengan objek maupun
benda semakin cepat. Apabila di bulan-bulan awal ia senang ketika melihat
sebuah mainan, maka pada masa ini ia akan ingin memainkannya. Selain itu,
ia akan sering meminta persetujuan dari orang lain sebelum meraih sebuah
benda. Hal itu disebut oleh Prof. Arlene Walker-Andrewsm Ph.D, profesor
psikologi di Universitas Mintana, sebagai fase “social referring”. Hal ini
menandakan bahwa ia mulai mengerti emosi-emosi orang tua maupun orang-
orang di sekitarnya. Selain itu, ia sudah mulai dapat mengontrol emosinya
sendiri dengan mengisap jempol atau memainkan mainan favoritnya. Hal ini
akan memudahkan orang tua dalam menenangkannya ketika ia sedang marah.
Di sisi lain, pada rentang usia ini tantrum anak semakin sering terlihat. Di usia
ini, kemampuan memahami keberadaan diri anak juga semakin baik. Hal ini
berdampak pada rasa percaya diri yang mulai dimilikinya. Pemahaman
terhadap diri sendiri juga membuatnya mulai malu, gugup, ataupun takut ketika
menemui orang asing. Perasaan ini disebabkan oleh kemampuannya dalam
menghafal orang-orang yang ia sukai. Hal lain yang penting untuk diketahui
adalah, ia sudah memiliki beragam mood dan anxiety. Jadi, para orang tua
harus bersiap-siap untuk menghadapi mood swing anak yang akan sering
terjadi.

F. Tugas perkembangan emosi bayi

Faktor yang mempengaruhi emosi adalah kematangan dan belajar. Pola emosional
pada bayi meliputi:
1. Kemarahan
2. Ketakutan
3. Rasa ingin tahu
4. Kegembiraan
5. Afeksi
Ciri emosi masa bayi
1. Emosi bayi sangat berbeda
2. Emosi seringkali disertai dengan perilaku hebat
3. Emosi bayi lebih mudah untuk dibiasakan
4. Emosi dibedakan menjadi emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
Beberapa perilaku yg muncul pd masa bayi
1. Imitasi (peniruan)
2. Shyness (malu)
3. Dependency (ketergantungan)
4. Acceptance of the authority (menerima kekuasaan)
5. Rivalry (persaingan) & resistant behavior
6. Attension seeking (mencari perhatian)
7. Cooperation behavior

Anda mungkin juga menyukai