Oleh :
ZAHRA AFIFA A
115.170.028
Kelas A
Cekungan Jawa barat bagian utara merupakan salah satu cekungan Indonesia yang
memiliki potensi reservoir hidrokarbon. Analisis petrofisika berperan dalam
menentukan sifat fisik batuan reservoir seperti volume serpih, porositas, dan zona
saturasi air yang menganalisis kemungkinan zona hidrokarbon (net pay). Analisis
kualitatif dan korelasi studi litologi batuan dilakukan di tujuh sumur, sementara
studi kuantitatif dilakukan dengan menghitung volume serpih dengan metode
linear, kerapatan-neutron porositas, dan saturasi air menggunakan persamaan
simandoux. Berdasarkan perhitungan dan analisis data, nilai cutoff Vsh yang
diperoleh adalah 23%, porositas 10,6%, dan saturasi air sebesar 71%. Kemudian
terdapat zona prospek hidrokarbon yaitu sumur PI-08 (9,632 kaki - 9,622 kaki),
PI-10 (9,420 kaki - 9,468 kaki, 9,475 kaki - 9,516 kaki, 10,155 kaki - 10,175
kaki), sumur PI-11 (9,268 kaki - 9,288 kaki), sumur PI-11ST (9.268 kaki - 9.927
kaki), sumur PI-12 (9.396 kaki - 9.461 kaki, 10.047 kaki - 10.059 kaki), dan
sumur PI-13 (9.356 kaki - 9.416 kaki, 9.980 kaki - 10.000 kaki).
Kata Kunci: reservoir minyak, prospek hidrokarbon, analisis petrofisik, net pay
Latar Belakang
Eksplorasi minyak dan gas adalah serangkaian langkah untuk menentukan
dan menganalisis keberadaan cadangan minyak dan gas yang terletak di bawah
permukaan bumi di daerah tertentu menggunakan metode geologi dan geofisika.
Kemudian, dari metode geologi dan geofisika, data yang diperoleh akan
digunakan untuk menentukan apakah wilayah tersebut akan dianalisis lebih lanjut
atau tidak. Salah satu dari data tersebut adalah data logging, yang dapat digunakan
untuk menentukan sifat fisik batuan terhadap kandungan fluida di bawah
permukaan. Selain itu interpretasi data log sumur adalah metode cadangan yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi formasi dengan menggunakan hasil rekaman
alat logging sebagai informasi utama.
Untuk mengetahui zona prospek hidrokarbon di lapangan "Amor",
dilakukan analisis data bawah permukaan seperti log wireline. Data-data ini
dianalisis untuk menentukan sifat-sifat petrofisika bawah permukaan batuan.
untuk mengkonfirmasi validasi analisis logging, data log diperiksa silang
menggunakan data lain seperti data inti, data logging lumpur, analisis air formasi,
dan uji sumur. Pada akhirnya, zona yang berisi hidrokarbon bisa diperoleh.
Penelitian ini menentukan rekomendasi untuk zona perforasi berdasarkan hasil
analisis petrofisika.
Tinjauan Geologis
Cekungan Jawa Barat Utara telah dikenal sebagai reservoir hidrokarbon
utama di wilayah kerja Pertamina EP Asset 3, Cirebon. Cekungan ini terletak di
antara Rak Sunda di utara, peningkatan Bogor-lipatan di selatan, Wilayah
Penunjukan Karimun Jawa di timur, dan Paparan Barat Kepulauan Seribu.
Cekungan Jawa Barat Utara dipengaruhi oleh sesar blok utara - selatan.
Sesar ini berorientasi utara - selatan, dibagi menjadi graben basin atau
subbasin, dengan Jatibarang, Pasir Putih, Ciputat, Rangkasbitung, dan beberapa
ketinggian dasar, seperti Arjawinangun, Cilamaya, Pama-nukan, Kandanghaur-
Waled, Rengasdengklok, dan subduksi Tangerang. Situasi regional berdasarkan
informasi di atas dimasukkan ke dalam distribusi Rengasdengklok High (Arpandi
dan Patmosukismo, 1975). Stratigrafi Cekungan Jawa Barat bagian utara dari
yang tertua hingga yang termuda adalah:
1. Batuan dasar
Batuan dasar (basement) terdiri dari batuan beku (granit) dan batuan
metamorf (marmer dan batu tulis). Batuan dasar dari batu kapur Trias
berasal dari bawah ke atas.
2. Formasi Jatibarang
Formasi Jatibarang di beberapa tempat bertindak sebagai batuan reservoir
potensial (struktur Jatibarang, pohon cemara, blok cemara ke bawah).
Reservoir batuan dari formasi ini, yaitu: “masif” di mana porositas dan
permeabilitas dibentuk oleh rekahan (fracture porosity). Akumulasi
hidrokarbon telah diuji di daerah lepas pantai (Pertamina, 1996).
3. Formasi Talang Akar
Formasi Talangakar secara tidak selaras diendapakan pada fase syn-rift
pada Formasi Jatibarang. Awalnya, formasi ini berada di fasies fluvio-
delta dan fasies laut. Litologi formasi ini diprakarsai oleh batu kapur,
serpih, dan batu pasir interstratifikasi fasies laut. Pada akhir sedimentasi,
Formasi Talangakar ditandai oleh akhir sedimentasi syn-rift. Formasi
diendapkan selama Oligosen ke Miosen Awal. Potensi batuan induk
dikembangkan dengan baik di Sub-DAS Jatibarang (Amril el al., 1991).
4. Formasi Baturaja
Formasi ini diendapkan sesuai dengan Formasi Talangakar. Secara
litologis, formasi ini terdiri dari batugamping, baik dalam bentuk
singkapan atau tumbuh sebagai fase pembentukan karang pasca-keretakan
yang menandai regional berupa sedimen klastik.
5. Formasi Cibulakan
Formasi ini dibagi menjadi dua bagian, Anggota Cibulakan Atas dan
Cibulakan Bawah. Formasi dibagi berdasarkan perbedaan dalam
lingkungan pengendapan, di mana Anggota Cibu-lakan Bawah adalah
pengendapan transisi (paralic), sedangkan pengendapan Cibulakan Hulu
bersifat neritic. Cibulakan di atas dibagi menjadi tiga bagian: Unit
Massive, Main, dan pra-Parigi.
6. Formasi Parigi
Formasi ini disimpan sesuai di atas Formasi Cibulakan terdiri dari
batugamping. Ini adalah zona penghasil hidrokarbon, dengan karakteristik
umum sebagai batugamping karang. Di beberapa tempat, formasi terjadi
sebagai dolomit.
7. Formasi Cisubuh
Formasi Parigi ditindih secara selaras oleh Formasi Cisubuh yang terdiri
dari batulempung dengan batupasir tipis bergantian dan batulempung di
bagian atas unit (Noble et al., 1997). Batuan utama terdiri dari serpihan
dan lempung bergantian dengan batupasir dan interkalasi batubara.
Formasi ini berumur Miosen Akhir (N18).
8. Aluvial
Formasi Cisubuh secara tidak selaras mendasari deretan aluvial, umumnya
berasal dari sedimen vulkanik muda dengan ukuran butiran pasir, tanah
liat, dan kerikil. Deposito ini berumur Pleistocene hingga Terbaru (N22 -
N23).
Dimana:
Vsh = Volume shale (V / v)
GRlog = Gamma Ray (API)
GRmin = Minimum Gamma Ray (API)
GRmax = Gamma Ray Maksimum (API)
Perhitungan Porositas
Porositas diperkirakan dari cross plot Neutron-Densitas (Krygowski,
2003). Metode cross plot Neutron-Densitas mencakup penyelesaian simultan
persamaan respons untuk kedua log. Estimasi cross plot untuk reservoir klastik
dapat dibuat menggunakan persamaan berikut:
ɸ2𝑁 +ɸ2𝐷
ɸ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = √ ……………………………………………………………….(4)
2
Dimana:
ɸtotal = Total Porositas (v/v)
ɸN= Porositas Neutron (v/v)
ɸD= Porositas Densitas (g/cm3)
ɸ2𝑁𝑐𝑜𝑟𝑟 +ɸ2𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟
ɸ𝑒𝑓𝑓 = √ ………………………………………………………….(5)
2
dimana:
Ct = Total Konduktivitas
Cc = Konduktivitas Tanah Liat yang Tersebar
dimana:
Sw = Saturasi Air dari zona tidak diinvasi (Metode Archie)
Rw = Resistivitas pembentukan air pada suhu mation
Rt = Formasi resistivitas sejati (Invasi koreksi ILD atau LLD)
ɸ = Porositas
Vsh = Volume serpih
Rsh = Resistivitas Serpih
Hasil
Studi kasus
Studi kasus dilakukan di bagian utara Cekungan Jawa Barat. Data yang
tersedia dalam studi kasus ini diperoleh dari tujuh sumur dianalisis dan
ditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan jenis log yang digunakan ditunjukkan pada
Tabel 2.
Perhitungan Volume Shale
Volume serpih (Vsh) perlu dihitung untuk mengidentifikasi jenis formasi
antara formasi bersih dan formasi bruto (formasi shaly). Vsh mungkin
mempengaruhi nilai porositas dan saturasi air.
Berdasarkan penarikan garis GR maksimum dan minimum, data diperoleh
untuk marker Top ke 4, mis. 36.41 GAPI dan 160 241 GAPI. Adapun penanda 5
hingga penanda 9 adalah 21,7 GAPI dan 152 502 GAPI.
Sebagai contoh nilai volume serpih, perhitungan dilakukan dengan
menggunakan persamaan linear. Nilai GRmin dan GRmax untuk marker Top - 4,
sumur PI-13 pada kedalaman 8710 kaki diketahui sebagai berikut: GRmin (Top 4)
= 36,41 GAPI
GRmax (Top 4) = 160 241 GAPI
GRmin (5-9) = 21,7 GAPI
GRmax (5-9) = 152 502 GAPI
Pembacaan GR (8710 kaki) = 103,43 GAPI
Pembacaan GR (9350 kaki) = 99,0299 GAPI
Tabel 1. Ketersediaan Data di Sumur yang dianalisis
Perhitungan :
103,43−36,41 67.07
Vsh = 160,241−36,41 = 123.831 = 0,545 (fraksi)
Nilai GRmin dan GRmax untuk penanda 5 hingga 9, sumur PI-13 pada kedalaman
9350 kaki dihitung sebagai berikut:
99,0299−21,7 77,35
Vsh=152,502−21,7= 130,802=0, 6103
Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa pada kedalaman 8710 kaki nilai
Vshale (Vsh) adalah 0545 (fraksi), dan kedalaman 9350 kaki pada 0,6103 (fraksi).
Perhitungan porositas efektif
Jenis log yang digunakan dalam perhitungan porositas adalah log
kombinasi neutron-density. Kombinasi kedua log menggunakan cross-plot pada
Gambar 1 dan 2, sehingga nilai yang diperoleh dimasukkan ke dalam perhitungan
porositas kerapatan dan porositas neutron. Data dari inti menunjukkan bahwa
struktur matriks "TL" adalah kuarsa. Berdasarkan Tabel 3, matriks kepadatan
Gambar 1. Log Density-Neutron Crossplot Marker Top-4
Pada Gambar 1, nilai DSH diperoleh oleh NPHI 0,3 dan RHOB 2780, dan
0,39 oleh nilai NPHI SH dan RHOB 2596.25. Sedangkan pada Gambar 2, nilai
yang diperoleh untuk DSH berasal dari NPHI 0,24 dengan RHOB 2780, dan
NPHI 0,3 dengan RHOB 2618,75. Nilai-nilai ini digunakan dalam perhitungan
porositas densitas-neutron. Perbedaan nilai berdasarkan perbedaan parameter yang
digunakan mulai dari perhitungan volume serpih. Untuk perhitungan, persamaan
3.13 porositas Neutron Densitas digunakan. Berikut adalah contoh perhitungan
pada kedalaman sumur PI-13 dari 8710 kaki, ditunjukkan sebagai berikut:
𝜌𝑚𝑎 = 2.65 g / cm3
𝜌log = 2.5 g / cm3
𝜌fl = 1 g / cm3
𝜌sh = 2.596 g / cm3
ɸNlog = 0,369 v / v
ɸNsh = 0,39 v / vVsh = 0,545
Perhitungan :
porositas neutron:
0,39 × 0,3 × 0,545
ɸ𝑁𝑐𝑜𝑟𝑟 = 0,369 − [ ]
0,45
ɸNcorr = 0,369 – 0,1417= 0,227 (fraksi)
porositas densitas:
2,65 − 2,58 0,39 × 0,3 × 0,545
ɸ𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟 = [ ]
2,65 − 1 0,45
ɸ𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟 = 0,09 − 0,06 = 0,03 (𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖)
Gambar 3. Log Validasi dan Porositas Inti di sumur PI-09 (9371 kaki - 9390 kaki)
Gambar 4. Log Porositas dan Validasi Inti di sumur PI-12 (kedalaman 10.029 kaki -
10.058 kaki)
Porositas efektif:
2,272 +0,032 0,0515+0,009
ɸ𝑐 = √ =√
2 2
= √0,0303 = 0,163=16,3%
Perhitungan:
0,4 × 0,166 0,545 5 × 0,1632 0,545
𝑆𝑤 = ( 2
) [ √ ( ) + − ]
0,163 3,199 2,669 × 0,166 3,199
= 1 (fraksi)
Berdasarkan validasi nilai inti data dari persentase saturasi air yang
diperoleh, hasil kesalahan perhitungan dalam metode Simandoux hanya sekitar
7,52% (Tabel 4). Dengan demikian, metode ini ditunjukkan untuk menghasilkan
hasil yang akurat.
Gambar 5. Penentuan Zona Air di sumur PI-08 (10.358 -10.369 kaki)
Gambar 6. Plot Faktor Tahanan Pembentukan Porositas untuk Memperoleh Nilai a dan
m
Gambar 7. Plot Saturasi Air vs. Faktor Tahanan Formasi untuk Nilai n yang Dihasilkan
Cut off
Berdasarkan hasil interpretasi kualitatif data log, ada dua puluh interval
yang diidentifikasi sebagai reservoir. Kemudian, penentuan nilai batas porositas,
volume serpih, dan saturasi air ditentukan berdasarkan data uji sumur.
Cut off porositas dan volume shale, nilai porositas dan volume diplot
sebagai serpih, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Data uji menunjukkan
bahwa ada tingkat kemahiran lapisan aliran yang terbukti. Dengan demikian,
penentuan cut off vshale ditentukan dengan melihat nilai terbesar dari Vshale,
sedangkan penentuan cut off porositas dapat ditentukan dengan melihat nilai
porositas terkecil dalam lapisan. Ini menunjukkan bahwa dalam Vshale terbesar
dan porositas terkecil dalam lapisan, hidrokarbon dapat mengalir. Gambar 9
menunjukkan nilai cut off Vshale 23% dan porositas cut off 10,6%.
Gambar 10 menunjukkan bahwa zona biru pada cut off Sw di atas
dianalisis dengan penanda zona 9 pada sumur PI-08 dan PI-09, di mana hasil uji
sumur menunjukkan bahwa jenis fluida yang mengalir adalah air. Dengan
demikian, cut off dilakukan di bawah zona. Nilai batas Sw diperoleh untuk
struktur “TL” sebesar 71% (Gambar 10). Nilai-nilai ini diterapkan pada semua
struktur interval "TL" untuk perhitungan pay summary.
Gambar 9. Cut off porositas vs Data Uji berbasis Vsh