Anda di halaman 1dari 19

TUGAS GEOFISIKA WELL LOGGING

Penentuan Zona Hidrokarbon Menggunakan Analisis Data


Logging di Reservoar Batupasir (Studi Kasus: Struktur
'Cekungan TL' di Jawa Barat Utara)

Oleh :
ZAHRA AFIFA A
115.170.028

Kelas A

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
Abstrak

Cekungan Jawa barat bagian utara merupakan salah satu cekungan Indonesia yang
memiliki potensi reservoir hidrokarbon. Analisis petrofisika berperan dalam
menentukan sifat fisik batuan reservoir seperti volume serpih, porositas, dan zona
saturasi air yang menganalisis kemungkinan zona hidrokarbon (net pay). Analisis
kualitatif dan korelasi studi litologi batuan dilakukan di tujuh sumur, sementara
studi kuantitatif dilakukan dengan menghitung volume serpih dengan metode
linear, kerapatan-neutron porositas, dan saturasi air menggunakan persamaan
simandoux. Berdasarkan perhitungan dan analisis data, nilai cutoff Vsh yang
diperoleh adalah 23%, porositas 10,6%, dan saturasi air sebesar 71%. Kemudian
terdapat zona prospek hidrokarbon yaitu sumur PI-08 (9,632 kaki - 9,622 kaki),
PI-10 (9,420 kaki - 9,468 kaki, 9,475 kaki - 9,516 kaki, 10,155 kaki - 10,175
kaki), sumur PI-11 (9,268 kaki - 9,288 kaki), sumur PI-11ST (9.268 kaki - 9.927
kaki), sumur PI-12 (9.396 kaki - 9.461 kaki, 10.047 kaki - 10.059 kaki), dan
sumur PI-13 (9.356 kaki - 9.416 kaki, 9.980 kaki - 10.000 kaki).
Kata Kunci: reservoir minyak, prospek hidrokarbon, analisis petrofisik, net pay

Latar Belakang
Eksplorasi minyak dan gas adalah serangkaian langkah untuk menentukan
dan menganalisis keberadaan cadangan minyak dan gas yang terletak di bawah
permukaan bumi di daerah tertentu menggunakan metode geologi dan geofisika.
Kemudian, dari metode geologi dan geofisika, data yang diperoleh akan
digunakan untuk menentukan apakah wilayah tersebut akan dianalisis lebih lanjut
atau tidak. Salah satu dari data tersebut adalah data logging, yang dapat digunakan
untuk menentukan sifat fisik batuan terhadap kandungan fluida di bawah
permukaan. Selain itu interpretasi data log sumur adalah metode cadangan yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi formasi dengan menggunakan hasil rekaman
alat logging sebagai informasi utama.
Untuk mengetahui zona prospek hidrokarbon di lapangan "Amor",
dilakukan analisis data bawah permukaan seperti log wireline. Data-data ini
dianalisis untuk menentukan sifat-sifat petrofisika bawah permukaan batuan.
untuk mengkonfirmasi validasi analisis logging, data log diperiksa silang
menggunakan data lain seperti data inti, data logging lumpur, analisis air formasi,
dan uji sumur. Pada akhirnya, zona yang berisi hidrokarbon bisa diperoleh.
Penelitian ini menentukan rekomendasi untuk zona perforasi berdasarkan hasil
analisis petrofisika.
Tinjauan Geologis
Cekungan Jawa Barat Utara telah dikenal sebagai reservoir hidrokarbon
utama di wilayah kerja Pertamina EP Asset 3, Cirebon. Cekungan ini terletak di
antara Rak Sunda di utara, peningkatan Bogor-lipatan di selatan, Wilayah
Penunjukan Karimun Jawa di timur, dan Paparan Barat Kepulauan Seribu.
Cekungan Jawa Barat Utara dipengaruhi oleh sesar blok utara - selatan.
Sesar ini berorientasi utara - selatan, dibagi menjadi graben basin atau
subbasin, dengan Jatibarang, Pasir Putih, Ciputat, Rangkasbitung, dan beberapa
ketinggian dasar, seperti Arjawinangun, Cilamaya, Pama-nukan, Kandanghaur-
Waled, Rengasdengklok, dan subduksi Tangerang. Situasi regional berdasarkan
informasi di atas dimasukkan ke dalam distribusi Rengasdengklok High (Arpandi
dan Patmosukismo, 1975). Stratigrafi Cekungan Jawa Barat bagian utara dari
yang tertua hingga yang termuda adalah:
1. Batuan dasar
Batuan dasar (basement) terdiri dari batuan beku (granit) dan batuan
metamorf (marmer dan batu tulis). Batuan dasar dari batu kapur Trias
berasal dari bawah ke atas.
2. Formasi Jatibarang
Formasi Jatibarang di beberapa tempat bertindak sebagai batuan reservoir
potensial (struktur Jatibarang, pohon cemara, blok cemara ke bawah).
Reservoir batuan dari formasi ini, yaitu: “masif” di mana porositas dan
permeabilitas dibentuk oleh rekahan (fracture porosity). Akumulasi
hidrokarbon telah diuji di daerah lepas pantai (Pertamina, 1996).
3. Formasi Talang Akar
Formasi Talangakar secara tidak selaras diendapakan pada fase syn-rift
pada Formasi Jatibarang. Awalnya, formasi ini berada di fasies fluvio-
delta dan fasies laut. Litologi formasi ini diprakarsai oleh batu kapur,
serpih, dan batu pasir interstratifikasi fasies laut. Pada akhir sedimentasi,
Formasi Talangakar ditandai oleh akhir sedimentasi syn-rift. Formasi
diendapkan selama Oligosen ke Miosen Awal. Potensi batuan induk
dikembangkan dengan baik di Sub-DAS Jatibarang (Amril el al., 1991).
4. Formasi Baturaja
Formasi ini diendapkan sesuai dengan Formasi Talangakar. Secara
litologis, formasi ini terdiri dari batugamping, baik dalam bentuk
singkapan atau tumbuh sebagai fase pembentukan karang pasca-keretakan
yang menandai regional berupa sedimen klastik.
5. Formasi Cibulakan
Formasi ini dibagi menjadi dua bagian, Anggota Cibulakan Atas dan
Cibulakan Bawah. Formasi dibagi berdasarkan perbedaan dalam
lingkungan pengendapan, di mana Anggota Cibu-lakan Bawah adalah
pengendapan transisi (paralic), sedangkan pengendapan Cibulakan Hulu
bersifat neritic. Cibulakan di atas dibagi menjadi tiga bagian: Unit
Massive, Main, dan pra-Parigi.
6. Formasi Parigi
Formasi ini disimpan sesuai di atas Formasi Cibulakan terdiri dari
batugamping. Ini adalah zona penghasil hidrokarbon, dengan karakteristik
umum sebagai batugamping karang. Di beberapa tempat, formasi terjadi
sebagai dolomit.
7. Formasi Cisubuh
Formasi Parigi ditindih secara selaras oleh Formasi Cisubuh yang terdiri
dari batulempung dengan batupasir tipis bergantian dan batulempung di
bagian atas unit (Noble et al., 1997). Batuan utama terdiri dari serpihan
dan lempung bergantian dengan batupasir dan interkalasi batubara.
Formasi ini berumur Miosen Akhir (N18).
8. Aluvial
Formasi Cisubuh secara tidak selaras mendasari deretan aluvial, umumnya
berasal dari sedimen vulkanik muda dengan ukuran butiran pasir, tanah
liat, dan kerikil. Deposito ini berumur Pleistocene hingga Terbaru (N22 -
N23).

Data dan Metodologi


Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data log (GR, SP, caliper, densitas, neutron, resistivitas)
2. Data Inti
3. Header Well
4. Well test
Metodologi
Fase manajemen data meliputi pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini dalam bentuk data log bawah permukaan sumur pengeboran, data
logging header, dan data SCAL. Ada tujuh sumur yang dianalisis, yaitu: PI-08,
PI-09, PI-10, PI-11, PI-11ST, PI-12, dan PI-13. Analisis data didasarkan pada
pengeboran kurva log sumur termasuk empat proses (Schlumberger, 2009),
seperti berikut.
Penentuan Jenis Tanah Liat
Menentukan jenis tanah liat dapat diperoleh dengan memplot nilai
DIFFND dan RA-TIOND dengan persamaan:
1. Menentukan nilai DIFFND
DIFFND = [ɸN - ɸN]……………………………….………………..(1)
2. Menentukan nilai RATIOND
ɸN
RATIOND= …………………………………………………………(2)
ɸN

Perhitungan Volume Shale


Log Gamma Ray adalah data terbaik untuk mendapatkan volume shale,
karena dapat digunakan untuk menghitung volume shale di reservoir berpori.
(Asquith dan Gibson, 1982). Ini didasarkan pada pembacaan minimum dan
maksimum di setiap zona reservoir. Di mana, pembacaan minimum dan
maksimum sinar gamma menunjukkan zona pasir bersih dan zona serpih. Dengan
demikian, fraksi volume shale dihitung menggunakan persamaan matematika.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung konten serpih,
seperti dijelaskan di bawah ini:
𝐺𝑅 −𝐺𝑅
Vsh=𝐺𝑅 𝑙𝑜𝑔 −𝐺𝑅𝑚𝑖𝑛 ……………………………………………………....(3)
𝑚𝑎𝑥 𝑚𝑖𝑛

Dimana:
Vsh = Volume shale (V / v)
GRlog = Gamma Ray (API)
GRmin = Minimum Gamma Ray (API)
GRmax = Gamma Ray Maksimum (API)

Perhitungan Porositas
Porositas diperkirakan dari cross plot Neutron-Densitas (Krygowski,
2003). Metode cross plot Neutron-Densitas mencakup penyelesaian simultan
persamaan respons untuk kedua log. Estimasi cross plot untuk reservoir klastik
dapat dibuat menggunakan persamaan berikut:
ɸ2𝑁 +ɸ2𝐷
ɸ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = √ ……………………………………………………………….(4)
2

Dimana:
ɸtotal = Total Porositas (v/v)
ɸN= Porositas Neutron (v/v)
ɸD= Porositas Densitas (g/cm3)
ɸ2𝑁𝑐𝑜𝑟𝑟 +ɸ2𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟
ɸ𝑒𝑓𝑓 = √ ………………………………………………………….(5)
2

ɸeff = Porositas efektif (v/v)


ɸNcorr=Porositas Neutron Terkoreksi Terhadap Shale (v/v)
ɸDcorr = Porositas Densitas Terkoreksi Terhadap Shale (v/v)

Perhitungan Saturasi Air menggunakan Metode Simandoux


Bagian dari ruang pori yang mengandung air disebut saturasi air (Sw).
Sedangkan sisanya diisi dengan minyak atau gas yaitu kejenuhan hidrokarbon
atau Sh (Harsono, 1997). Untuk formasi pasir lempungan, konduktivitas
Simandoux disarankan untuk menggunakan persamaan berikut:
ɸ𝑚
𝐶𝑡 = 𝑉𝑠ℎ × 𝐶𝑐 × 𝑆𝑤𝑛 + 𝑎×𝑋𝑅 ……………………………………………………(6)
𝑛

dimana:
Ct = Total Konduktivitas
Cc = Konduktivitas Tanah Liat yang Tersebar

Ketika digunakan dalam saturasi, eksponen n = 2.0, diasumsikan


membentuk persamaan parabola, yang dapat ditulis sebagai:
𝑌 = 𝑏𝑥 + 𝐶𝑋2…………………………………………………………………(7)
0,4×𝑅𝑤 𝑉 5×ɸ2 𝑉
𝑆𝑤 = × [√(𝑅𝑠ℎ ) + 𝑅 ×𝑅 − 𝑅𝑠ℎ ]………………………………………….(8)
ɸ2 𝑠ℎ 𝑡 𝑤 𝑠ℎ

dimana:
Sw = Saturasi Air dari zona tidak diinvasi (Metode Archie)
Rw = Resistivitas pembentukan air pada suhu mation
Rt = Formasi resistivitas sejati (Invasi koreksi ILD atau LLD)
ɸ = Porositas
Vsh = Volume serpih
Rsh = Resistivitas Serpih

Hasil
Studi kasus
Studi kasus dilakukan di bagian utara Cekungan Jawa Barat. Data yang
tersedia dalam studi kasus ini diperoleh dari tujuh sumur dianalisis dan
ditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan jenis log yang digunakan ditunjukkan pada
Tabel 2.
Perhitungan Volume Shale
Volume serpih (Vsh) perlu dihitung untuk mengidentifikasi jenis formasi
antara formasi bersih dan formasi bruto (formasi shaly). Vsh mungkin
mempengaruhi nilai porositas dan saturasi air.
Berdasarkan penarikan garis GR maksimum dan minimum, data diperoleh
untuk marker Top ke 4, mis. 36.41 GAPI dan 160 241 GAPI. Adapun penanda 5
hingga penanda 9 adalah 21,7 GAPI dan 152 502 GAPI.
Sebagai contoh nilai volume serpih, perhitungan dilakukan dengan
menggunakan persamaan linear. Nilai GRmin dan GRmax untuk marker Top - 4,
sumur PI-13 pada kedalaman 8710 kaki diketahui sebagai berikut: GRmin (Top 4)
= 36,41 GAPI
GRmax (Top 4) = 160 241 GAPI
GRmin (5-9) = 21,7 GAPI
GRmax (5-9) = 152 502 GAPI
Pembacaan GR (8710 kaki) = 103,43 GAPI
Pembacaan GR (9350 kaki) = 99,0299 GAPI
Tabel 1. Ketersediaan Data di Sumur yang dianalisis

Tabel 2. Ketersediaan Data Log pada Sumur yang dianalisis

Perhitungan :
103,43−36,41 67.07
Vsh = 160,241−36,41 = 123.831 = 0,545 (fraksi)

Nilai GRmin dan GRmax untuk penanda 5 hingga 9, sumur PI-13 pada kedalaman
9350 kaki dihitung sebagai berikut:
99,0299−21,7 77,35
Vsh=152,502−21,7= 130,802=0, 6103

Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa pada kedalaman 8710 kaki nilai
Vshale (Vsh) adalah 0545 (fraksi), dan kedalaman 9350 kaki pada 0,6103 (fraksi).
Perhitungan porositas efektif
Jenis log yang digunakan dalam perhitungan porositas adalah log
kombinasi neutron-density. Kombinasi kedua log menggunakan cross-plot pada
Gambar 1 dan 2, sehingga nilai yang diperoleh dimasukkan ke dalam perhitungan
porositas kerapatan dan porositas neutron. Data dari inti menunjukkan bahwa
struktur matriks "TL" adalah kuarsa. Berdasarkan Tabel 3, matriks kepadatan
Gambar 1. Log Density-Neutron Crossplot Marker Top-4

Gambar 2. Log Density-Neutron crossplot Marker 5-9

batupasir (MA) bernilai 2650 kg / m3. Struktur "TL" menunjukkan bahwa


lempung hadir dalam bentuk ilit berdasarkan nilai-nilai yang tercantum dalam
Tabel 3, yaitu nilai awal yang diperoleh dari matriks serpih kering (DSH).
Kemudian, nilai densitas fluida yang digunakan adalah 1000 kg / m3 (freshwat
er). Nilai kerapatan matriks batuan serpih (SH) yang diperoleh dari cross plot
antara log neutron densitas dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Cross plot Neutron
Densitas bertujuan untuk memperoleh nilai DSH (Dry shale), nilai RHOB, dan
NPHI dari serpih yang dapat digunakan untuk menghitung porositas densitas-
neutron.
Tabel 3. Alat Matriks Respons terhadap Mineral Log (Sumber: Hughes, 1996)

Pada Gambar 1, nilai DSH diperoleh oleh NPHI 0,3 dan RHOB 2780, dan
0,39 oleh nilai NPHI SH dan RHOB 2596.25. Sedangkan pada Gambar 2, nilai
yang diperoleh untuk DSH berasal dari NPHI 0,24 dengan RHOB 2780, dan
NPHI 0,3 dengan RHOB 2618,75. Nilai-nilai ini digunakan dalam perhitungan
porositas densitas-neutron. Perbedaan nilai berdasarkan perbedaan parameter yang
digunakan mulai dari perhitungan volume serpih. Untuk perhitungan, persamaan
3.13 porositas Neutron Densitas digunakan. Berikut adalah contoh perhitungan
pada kedalaman sumur PI-13 dari 8710 kaki, ditunjukkan sebagai berikut:
𝜌𝑚𝑎 = 2.65 g / cm3
𝜌log = 2.5 g / cm3
𝜌fl = 1 g / cm3
𝜌sh = 2.596 g / cm3
ɸNlog = 0,369 v / v
ɸNsh = 0,39 v / vVsh = 0,545

Perhitungan :
 porositas neutron:
0,39 × 0,3 × 0,545
ɸ𝑁𝑐𝑜𝑟𝑟 = 0,369 − [ ]
0,45
ɸNcorr = 0,369 – 0,1417= 0,227 (fraksi)
 porositas densitas:
2,65 − 2,58 0,39 × 0,3 × 0,545
ɸ𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟 = [ ]
2,65 − 1 0,45
ɸ𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟 = 0,09 − 0,06 = 0,03 (𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖)
Gambar 3. Log Validasi dan Porositas Inti di sumur PI-09 (9371 kaki - 9390 kaki)

Gambar 4. Log Porositas dan Validasi Inti di sumur PI-12 (kedalaman 10.029 kaki -
10.058 kaki)

Porositas efektif:
2,272 +0,032 0,0515+0,009
ɸ𝑐 = √ =√
2 2
= √0,0303 = 0,163=16,3%

Kemudian, data porositas yang dihasilkan diplot pada Gambar 3 dan 4.


Gambar 3 menunjukkan jumlah R2 0,82, sedangkan Gambar 4 menunjukkan nilai
R2 0,67. Angka-angka ini menunjukkan bahwa hasil dari analisis porositas log
memiliki tingkat validasi yang baik untuk digunakan sebagai sifat petrofisika.
Perhitungan Saturasi Air
Perhitungan nilai saturasi air menggunakan parameter volume serpih
Simandoux, resistivitas serpih, resistivitas sejati, resistivitas air, efektifitas
porositas, konstanta turtoisitas, faktor semen, dan eksponen saturasi. Penggunaan
metode Simandoux dalam analisis perhitungan kejenuhan air disebabkan oleh
struktur "TL" yang merupakan formasi yang memiliki litologi pasir serpihan.
Salah satu metode pencarian terpisah untuk nilai resistivitas air menggunakan Plot
Pickett. Metode ini menggunakan parameter true resistivity (RT) dan porositas
efektif. metode ini digunakan untuk menemukan titik di mana reservoir memiliki
komposisi 100% cairan air. Marker 5-9 digunakan untuk zona air di sumur PI-08
dengan interval 10.358 - 10.369 kaki (Gambar 5).
Identifikasi zona air dalam perspektif kualitatif adalah bahwa zona tersebut
harus berpori, dan harus berada di sumur terdalam yang telah dianalisis.
Sedangkan untuk analisis log, ini menunjukkan nilai rendah dari resistivitas log
(Gambar 6). Untuk menggunakan metode ini, nilai plot striker dari a, m, dan n
diperlukan yang dapat diperoleh dari data SCAL di mana a dan m adalah hasil
dari plot antara porositas dan faktor resistivitas formasi. Nilai N diperoleh dari
plot saturasi air asin dan faktor resistivitas formasi (Gambar 7)
Grafik memplot hasil 3 dan Bagan 4. Nilai yang diperoleh adalah: a = 1, m
= 1.6795, dan n = 1.8921. Hasil a, m, dan n digunakan pada plot striker untuk
menentukan resistivitas. Kemudian, akhirnya nilai RW diperoleh (Gambar 8).
Berdasarkan metode plot Picket, nilai Rw yang diperoleh adalah 0,166 ohmm
dengan suhu pembentukan 148 ° C. Nilai ini digunakan untuk perhitungan
saturasi air di bawah ini. Contoh perhitungan saturasi air menggunakan metode
Simandoux pada Sumur PI-13, kedalaman 8710 kaki dapat dilihat sebagai berikut:
ɸeff = 0,199 fraksi
Rw = 0,38 ohmm
Vsh = 0,545 fraksi
Rsh = 3,199 ohmm
Rt = 2,669 ohmm

Perhitungan:
0,4 × 0,166 0,545 5 × 0,1632 0,545
𝑆𝑤 = ( 2
) [ √ ( ) + − ]
0,163 3,199 2,669 × 0,166 3,199
= 1 (fraksi)
Berdasarkan validasi nilai inti data dari persentase saturasi air yang
diperoleh, hasil kesalahan perhitungan dalam metode Simandoux hanya sekitar
7,52% (Tabel 4). Dengan demikian, metode ini ditunjukkan untuk menghasilkan
hasil yang akurat.
Gambar 5. Penentuan Zona Air di sumur PI-08 (10.358 -10.369 kaki)

Gambar 6. Plot Faktor Tahanan Pembentukan Porositas untuk Memperoleh Nilai a dan
m
Gambar 7. Plot Saturasi Air vs. Faktor Tahanan Formasi untuk Nilai n yang Dihasilkan

Gambar 8. Menentukan nilai Rw menggunakan metode plot picket


Tabel 4. Perbandingan Metode Hasil Saturasi Simandoux dengan Core Data PI-09 sumur
(9.371-9.390 kaki

Cut off
Berdasarkan hasil interpretasi kualitatif data log, ada dua puluh interval
yang diidentifikasi sebagai reservoir. Kemudian, penentuan nilai batas porositas,
volume serpih, dan saturasi air ditentukan berdasarkan data uji sumur.
Cut off porositas dan volume shale, nilai porositas dan volume diplot
sebagai serpih, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Data uji menunjukkan
bahwa ada tingkat kemahiran lapisan aliran yang terbukti. Dengan demikian,
penentuan cut off vshale ditentukan dengan melihat nilai terbesar dari Vshale,
sedangkan penentuan cut off porositas dapat ditentukan dengan melihat nilai
porositas terkecil dalam lapisan. Ini menunjukkan bahwa dalam Vshale terbesar
dan porositas terkecil dalam lapisan, hidrokarbon dapat mengalir. Gambar 9
menunjukkan nilai cut off Vshale 23% dan porositas cut off 10,6%.
Gambar 10 menunjukkan bahwa zona biru pada cut off Sw di atas
dianalisis dengan penanda zona 9 pada sumur PI-08 dan PI-09, di mana hasil uji
sumur menunjukkan bahwa jenis fluida yang mengalir adalah air. Dengan
demikian, cut off dilakukan di bawah zona. Nilai batas Sw diperoleh untuk
struktur “TL” sebesar 71% (Gambar 10). Nilai-nilai ini diterapkan pada semua
struktur interval "TL" untuk perhitungan pay summary.
Gambar 9. Cut off porositas vs Data Uji berbasis Vsh

Reservoir Lumping (Pay summary)

Berdasarkan hasil penentuan cut off petrofisika di lapangan "amor",


kemudian diangkut ke tujuh sumur reservoir lumping yang dianalisis untuk
melihat zona dan prospek hidrokarbon potensial. Dari hasil lumping, maka ada
beberapa zona prospek yang mengandung hidrokarbon yang belum diproduksi.
Pada sumur PI-08, ada satu zona yang direkomendasikan untuk dilubangi pada
interval 9,632 - 9,662 kaki, di mana zona ini memiliki ketebalan 22 kaki net pay.
Namun, sumur PI-09 yang tidak memiliki interval tidak direkomendasikan, karena
tidak memiliki nilai net pay. PI-10 adalah sumur yang direkomendasikan yang
dilubangi dalam interval 9,420 - 9,468 kaki dan memiliki interval pembayaran
bersih 6 kaki 9,475 - 9,516 kaki dengan net pay 12 kaki, dan interval 10,155 -
10,175 kaki dengan net pay 6 kaki. Dalam PI-11, dua interval yaitu 9,268 - 9,288
kaki dan 9,921 - 9,947 kaki dengan net pay 15 kaki dan 14 ft m masing-masing,
diakui. Namun hanya ada satu zona yang direkomendasikan untuk dilubangi pada
interval 9.268 - 9.927 kaki, di mana zona ini memiliki ketebalan 11 kaki dari net
pay. Dalam sumur PI-12, direkomendasikan dua interval, yaitu 9,396 - 9,461 kaki
dan 10,047 - 10,059 kaki dengan net pay 34 kaki dan 8 kaki. Kemudian, sumur
PI-13 dalam interval 9,356 - 9,416 kaki memiliki 31 kaki interval pembayaran
bersih m dan 9,980 - 10.000 kaki dengan net pay 14 kaki.
Rekomendasi untuk zona di atas hanya didasarkan pada analisis petrofisika
untuk mengetahui parameter volume serpih, porositas efektif, dan saturasi air.
Dalam penelitian ini, zona yang dianggap sebagai zona hidrokarbon adalah zona
dengan ketebalan net pay lebih dari 5 kaki.
Diskusi
Analisis struktur menunjukkan bahwa "TL" adalah sejenis formasi pasir
serpihan. Sehingga, penentuan volume serpih menggunakan model linier dengan
pembacaan log Gamma Ray (Ish = Vsh). Sebagai contoh pada PI-13, volume
serpih yang diperoleh dari perhitungan pada kedalaman 8.710 kaki adalah 0,545
dan pada kedalaman 9.350 kaki adalah 0,6103. Volume serpih akan digunakan
untuk perhitungan yang mempengaruhi nilai porositas dan saturasi air yang lebih
besar atau lebih kecil. Volume serpih juga digunakan untuk menentukan ketebalan
pay zone melalui cut off.
Dalam penelitian ini, untuk memperkirakan nilai porositas adalah dengan
menggunakan metode perhitungan densitas-neutron. Setelah mendapatkan nilai
porositas, kemudian divalidasi porositas dari perhitungan metode densitas-neutron
dan dari inti data. Hasilnya menunjukkan bahwa pada PI-09 (pada kedalaman
9.371 - 9.390 kaki), nilai R2 adalah 0,83, sedangkan pada PI-12 (pada kedalaman
10.029 - 10.058 kaki), nilai R2 adalah 0,68. Gambar 1 dan 2 menunjukkan tingkat
kesamaan antara porositas hasil perhitungan dengan inti data. Hal ini
menunjukkan bahwa perhitungan porositas pada persamaan densitas-neutron
menghasilkan data yang akurat dan dapat diterapkan untuk menghitung porositas
pada struktur "TL".
Perhitungan saturasi air dalam tulisan ini menggunakan metode
Simandoux, karena litologi dalam struktur ini adalah pasir serpihan. Perhitungan
saturasi air menggunakan metode Simandoux menunjukkan bahwa pada sumur
PI-09 (pada kedalaman 9.371 - 9.390 kaki) saturasi rata-rata adalah 57%,
sedangkan dari data inti, saturasi rata-rata adalah 62%. Nilai kesalahan antara sat-
urasi air menggunakan perhitungan dan data inti adalah 7,52%. Nilai kesalahan
kecil ini cenderung menunjukkan bahwa metode Simandoux dapat diterapkan
untuk menghitung saturasi air pada struktur "TL" secara akurat.
Setelah itu, nilai cut off untuk setiap item (volume serpih, porositas, dan
saturasi air) dari data uji sumur ditentukan. Nilai batas masing-masing item
adalah, untuk volume serpih 23%, porositas 10,6%, dengan saturasi air 71%. Nilai
akan diterapkan untuk memotong data untuk setiap item mulai dari perhitungan
hingga semua reservoir pada struktur "TL" untuk mendapatkan nilai ketebalan net
pay. Kemudian melakukan cut off ketebalan net pay untuk setiap sumur diperoleh.
Ada 11 zona interval yang direkomendasikan yang memiliki prospek hidrokarbon
dalam struktur "TL".
Kesimpulan
Dari analisis logging pada struktur "TL", ada tiga zona produktif, yaitu
Zona 4 (8.881 - 8.904 kaki), Zona 5 (9.232 - 9.332 kaki), dan zona 9 (10.150 -
10.187 kaki) yang memiliki berbagai kedalaman di setiap sumur.
Batas untuk menentukan ketebalan reservoir yang mengandung
hidrokarbon diperoleh dari cut off bahwa volume serpih adalah 23%, porositas
10,6%, dan saturasi air adalah 71%. Zona yang memiliki sifat fisik batuan di
bawah batas ini tidak dianggap sebagai reservoir produktif.
Hasil evaluasi zona produktif pada nilai cut off sumur PI-08 dengan
interval 9,632 - 9,662 kaki (Marker 5) diperoleh net pay 22 kaki. PI-09 pada
interval 9,917 - 9,944 kaki diperoleh dengan lubang kering. Dalam sumur PI-10
yang memperoleh tiga zona produktif dengan interval 9,420 - 9,468 kaki (Marker
5) memperoleh net pay 6 kaki, interval 9,475 - 9,516 kaki (Marker 5) memperoleh
net pay 12 kaki, dan interval 10,155 - 10.175 Ft (Marker 9) dengan net pay 6 ft.
Dalam sumur PI-11 yang memperoleh dua zona produktif dengan interval 9.268 -
9.288 kaki (Marker 5) memperoleh net pay 15 ft, interval 9.921 - 9.947 kaki
(Marker 9) mengakuisisi net pay 14 ft. Selanjutnya, well PI-11ST Interval 9.268 -
9.927 ft (Maker 9) memperoleh net pay 11 ft. Dalam sumur PI-12 ada dua zona
yaitu interval produktif 9,396 - 9,461 kaki (Marker 5) yang memperoleh net pay
34 kaki, interval 10,047 - 10,059 kaki (Marker 9) memperoleh net pay 8 kaki.
Dalam sumur PI-13 ada dua zona, yaitu interval produktif 9,356 - 9,416 kaki
(Marker 5) yang memperoleh net pay 31 kaki, interval 9,980 - 10.000 kaki
(Marker 9) memperoleh net pay 14 kaki.
Berdasarkan analisis korelasi sumur, koordinat titik pengeboran
pengembangan dapat dilakukan ke utara. Hal ini disebabkan oleh penemuan zona
yang lebih produktif di utara, sedangkan zona air di wilayah selatan.
Acknowledge
Penulis ingin dengan tulus mengakui dukungan data dan akses yang disediakan
oleh UPN “Veteran” Yogyakarta dan PT. Aset Pertamina 3 Cirebon.
Referensi
Amril, A., Sukowitono, and Supriyanto, 1991. Jatibarang Subbasin - a half
Graben Model in the Onshore of Northwest Java. Proceedings, Indonesian
Petroleum Association 20th Annual Convention, Jakarta, p.279-307.
Arpandi, D. and Patmosukismo, 1975. The Cibulakan Formation as one of the
most pro-spective stratigraphic units in the Northwest Java basinal area.
Proceedings, Indonesian Petroleum Asociation, 4th Annual Convention
Indonesia, p.181-210.
Asquith, G. and Gibson, C., 1982. Basic well log analysis for geologist. AAPG
Method in Exploration Series. Tulsa, Oklahoma. 103pp.
Harsono, A., 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Edisi 8,. Schlumberger
oilfied service, Jakarta, Indonesia.
Krygowski, A.D., 2003. Guide to Petrophysical Interpretation. Austin, Texas,
USA.
Noble, R.A., Pratomo, K.H., Nugrahanto, K., Ibrahim, A.M., Prasetya, I.,
Mujahidin, N., Wu, C.H., and Howes, J.V.C., 1997. Petroleum System of
Northwest Java Indonesia. Proceedings, Indonesian Petroleum Asociation,
26th Annual Convention. Jakarta, p.585-600.
Pertamina, 1996. Petroleum Geology of Indonesian Basins; Principles, Methods
and Application, Volume III West Java Sea Basins. Indonesia.
Schlumberger, 2009. Schlumberger Log Interpretation Charts. Schlumberger Ltd.
New York. p.26-60

Anda mungkin juga menyukai