PNEUMONIA
Disusun oleh:
dr. Panji Hadi Permana
Pendamping :
dr. Sherly Monalisa
2018
Diagnostik
Tatalaksana
2
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Audit
Bahasan □ Kasus
Cara
Membahas □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien Nama : Tn. S No. Registrasi : 138934
Nama RS : RSUD Kota Pariaman Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pneumonia / Sesak nafas yang semakin lama semakin
meningkat sejak 5 hari yang lalu.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya untuk keluhan ini.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien sudah menderita keluhan seperti ini sejak 1 bulan ini,
riwayat tekanan darah tinggi (+), riwayat sakit gula (-), riwayat penyakit jantung (-)
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan yang sama.
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah tukang kayu.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal berdua bersama istri di rumahnya.
7. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Soedarsono. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. p 149-79.
2. Mosby’s Medical Dictionary, 8th Edition. 2009. Elsevier.Mandell LA, Wunderink RG,
Anzueto A, Bartlett ZG, Campbell D, Dean NC et al, 2007. Infectious Diseases Society of
America/American Thoracic Socienty Consensus Guideline on the Manegement of
Community-Acquired Pneumonia in Adult. Clinical Infectious Diseases. 44: S2: 527-72.
3. PDPI. Pneumonia Komunitas : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Edisi
II. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. 2014.
4. Mulyadi, Nuzul Asmaila, Anggi Yurikno, 2011. Etiology and risk factors for community
acquired pneumonia in dr. Zainoel Abidin Hospital, Banda Aceh. Folia Medica Indonesiana
vol. 47 no. 2 April-June 2011: 127-129.
5. Cunha BA. Community-acquired pneumonia (diunduh 13 Februari 2015). Tersedia dari:
URL: HYPERLINK http://emedicine.medscape.com/article/234240-overview.
6. Ellison Richard T, Donowitz Gerald R. Mandell, Douglas, and Bennett's, 2015. Principles
and Practice of Infectious Diseases, Eighth Edition. 69, 823-846.e5.
7. Limper Andrew H, 2012) Limper Andrew H, 2012 . Overview of pneumonia. In Goldman's
Cecil Medicine, Twenty-Fourth Edition. 97, 587-96.
8. Soedarsono. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. p 149-79.
9. Szar Daniel Horton, McGowan, Jeffries, Turley. Crash course respiratory system. Mosby ltd
3
2008 p 169-71.
10. Kamangar Nader. Bacterial Pneumonia (diunduh 15 mei 2015). Tersedia dari: URL:
HYPERLINK: http://emedicine.medscape.com/article/300157-overview#showall
11. Simonetti Antonella F, Viasus Diego, Garcia-vidal Carolina, Carratalà Jordi, 2013.
Management of community-aquired pneumonia in older adult. Ther Adv infect Dis 2[1] 3-
16.
12. Lim WS, Baudouin SV, George RC, Hill AT, Jamieson C, Jeune I Le et al, 2009. British
Thoracic Society guidelines for the management of community acquired pneumonia in
adults: update 2009. Thorax. 64 (suppl III): iii1-iii55.
13. File TM, Bartlett JG, Thorner A, Treatment of community-acquired pneumonia in adults who
require hospitalization 2015. Diunduh dari: http://www.uptoupdate.com/content/treatment-of-
community-acquired-pneumonia-in-adults-who=require-hospitalization pada tanggal 19
Februari 2015.
14. Welte Tobias, 2015. Managing CAP patient at risk of clinical failure. Respiratory Medicine.
109: 157-169
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Pneumonia
2. Tatalaksana Pneumonia
3. Edukasi pada pasien tentang Pneumonia
2) Objektif :
a. Vital sign
- KU : sakit sedang
- Kesadaran : CMC
- Tekanan darah : 160/100 mmHg
- Frekuensi nadi : 103 x/menit
- Frekuensi nafas : 38 x/menit
- Suhu : 37,80 C
b. Pemeriksaan sistemik
- Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik
- Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor
- THT : tidak ada kelainan
- Leher : KGB tidak teraba
- Paru :
Inspeksi : normochest, simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikular, Rh +/+, Wh -/-, ekspirasi memanjang +/
+
- Jantung :
5
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung atas RIC II, batas jantung kanan linea sternalis kiri,
batas jantung kiri 1 jari medial linea midclavikularis sinistra RIC V
Auskultasi : Bunyi jantung murni, teratur, bising tidak ada.
- Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+ ) normal
- Genitalia : tidak diperiksa
- Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, perfusi baik, refleks fisiologis +/+,
refleks patologis -/-, udem -/-.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah :
Hb : 10,7 g/dl
Leukosit : 11.450 / uL
Trombosit : 333.000 / uL
Hematokrit : 32,6 %
Gula darah sewaktu : 207 mg/dl
Ureum : 19 mg/dl
Kreatinin : 0,8 mg/dl
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 4,6 mmol/L
Klorida : 111 mmol/L
6
2. Rontgen Thoraks
Interpretasi :
Trachea di tengah.
Jantung: CTR < 0.5
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
Kedua hilus tidak menebal/ melebar
Tampak infiltrat di perihilair kedua lapangan paru.
Kedua diafragma licin, kedua sinus costofrenicus lancip.
Tulang intak, tak tampak destruksi.
Kesan : Pneumonia
7
3. EKG
8
3) Assesment (penalaran klinis) :
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 68 tahun datang dengan keluhan sesak
nafas yang semakin lama semakin meningkat sejak 5 hari yang lalu. Sesak nafas tidak dipengaruhi
oleh aktivitas, debu, cuaca, dan makanan. Sesak nafas sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
Batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu dan dahak berwarna putih. Demam sejak 3 hari yang lalu.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan tidak minum obat teratur. Pasien
memiliki riwayat merokok sejak usia muda tetapi sudah tidak merokok dalam 2 tahun ini.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 160 / 100 mmHg, frekuensi nadi 103
x/menit, frekuensi nafas 38 x/menit, suhu 37,8 °C. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara nafas
bronkovesikuler, ronkhi di kedua lapangan paru dan ekspirasi memanjang. Pada pemeriksaan labor
didapatkan Hb 10,7, leukosit 11.450, hematokrit 32,6 %, trombosit 333.000, gula darah sewaktu 207
mg/dl, ureum 19 mg/dl, kreatinin 0,8 mg/dl, natrium 139 mmol/L, kalium 4,6 mmol/L, dan klorida
111 mmol/L. Dari pemeriksaan labor darah memberikan kesan yaitu terdapat peningkatan leukosit.
Pada rontgen thoraks didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru. Pada EKG yang dilakukan
tidak didapatkan adanya kelainan pada jantung. Oleh karena itu, dari anamnesis dan pemeriksaan
yang telah dilakukan ditegakkan diagnosis untuk pasien ini adalah Pneumonia dan Hipertensi stage
2.
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus paru terisi oleh cairan radang,
dengan atau tanpa infiltrasi sel radang ke dalam interstisium. Secara klinis, pneumonia adalah
peradangan parenkim pada paru yang disebabkan oleh mikroorganisme. Peradangan yang
disebabkan oleh M. Tuberculosis tidak termasuk ke dalam pneumonia. Peradangan paru yang
disebabkan oleh selain mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan
lain lain) disebut pneumonitis.
Pasien ditatalaksana dengan pemberian drip aminofilin 1 ampul dalam RL 12 jam / kolf,
Combivent nebu 4 x 1 respul, Pulmicort nebu 2 x 1 respul, injeksi omeprazole 1 x 1 ampul, injeksi
ondansentron 2 x 1 ampul, injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram (skin test), n – asetilsistein 3 x 1 caps,
antasid syrp 3 x 1 cth, candesartan 1 x 8 mg tab, amlodipin 1 x 5 mg tab, simvastatin 1 x 20 mg tab,
dan parasetamol 3 x 500 mg tab
Kepada pasien penting pemberian edukasi tentang penyakitnya, faktor risiko, mekanisme
perjalanan penyakit pasien, memakai masker saat berkendaraan, menjaga kesehatan dengan makanan
bergizi sehingga daya tahan tubuh tetap baik dan mencegah timbulnya infeksi kembali. Selain itu,
juga edukasi tentang bagaimana pola hidup sehat pada pasien ini.
9
10
4) Plan :
- Pengobatan :
- Follow up
10 / 3 / 2018
S/ Sesak (+) berkurang
Batuk (+) dahak (+).
Demam (-).
O/TD : 150/80 mmHg
Nadi : 90 x / menit
Nafas : 34 x / menit
Suhu : 36, 7
Thoraks : Rh +/+, Wh -/-, ekspirasi memanjang +/+
A/Pneumonia (Perbaikan) + Hipertensi stage 2
P/ - IVFD drip aminofilin 1 ampul dalam RL 12 jam/kolf.
- Combivent nebu 4 x 1 respul.
- Pulmicort nebu 2 x 1 respul.
- Injeksi omeprazole 1 x 1 ampul.
11
- Injeksi ondansentron 2 x 1 ampul.
- Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram.
- N – asetilsistein 3 x 1 caps.
- Antasid syrp 3 x 1 cth
- Candesartan 1 x 8 mg tab.
- Amlodipin 1 x 5 mg tab.
- Simvastatin 1 x 20 mg tab.
- Paracetamol 3 x 500 mg tab (k/p).
- Cek BTA Sputum
12 / 3 / 2018
S/ Sesak (+) berkurang
Batuk (+) dahak (+).
Demam (-).
O/TD : 150/90 mmHg
Nadi : 94 x / menit
Nafas : 34 x / menit
Suhu : 36, 9
Thoraks : Rh +/+, Wh -/-, ekspirasi memanjang +/+
Hasil BTA sputum : -/-/-
A/Pneumonia (Perbaikan) + Hipertensi stage 2
P/ - IVFD drip aminofilin 1 ampul dalam RL 12 jam/kolf.
- Infus Levofloxasin 1 x 500 mg jika mual aff.
- Combivent nebu 4 x 1 respul.
- Pulmicort nebu 2 x 1 respul.
- Injeksi omeprazole 1 x 1 ampul.
- Injeksi ondansentron 2 x 1 ampul.
- Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram.
- N – asetilsistein 3 x 1 caps.
- Antasid syrp 3 x 1 cth
- Candesartan 1 x 8 mg tab.
- Amlodipin 1 x 5 mg tab.
- Simvastatin 1 x 20 mg tab.
12
- OBH syrp 3 x 1 cth.
- Cek GDP dan G2PP.
13 / 3 / 2018
S/ Sesak (+) berkurang
Batuk (+) dahak (+).
Demam (-).
O/TD : 120/70 mmHg
Nadi : 72 x / menit
Nafas : 24 x / menit
Suhu : 37, 3
Thoraks : Rh +/+, Wh -/-, ekspirasi memanjang +/+
Hasil Labor :
GDP : 85 mg/dl
G2PP : 227 mg/dl
A/ Pneumonia (Perbaikan) + Hipertensi stage 2 + DM tipe 2.
P/ - IVFD drip aminofilin 1 ampul dalam RL 12 jam/kolf aff IVFD drip aminofilin 1
ampul dalam futrolit 12 jam/kolf
- Infus Levofloxasin 1 x 500 mg
- Combivent nebu 4 x 1 respul.
- Pulmicort nebu 2 x 1 respul.
- Injeksi omeprazole 1 x 1 ampul.
- Injeksi ondansentron 2 x 1 ampul.
- Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram aff Drip Azitromisin 500 mg dalam NaCl 0,9 % 1 x 1
(skin test).
- N – asetilsistein 3 x 1 caps.
- Antasid syrp 3 x 1 cth
- Candesartan 1 x 8 mg tab.
- Amlodipin 1 x 5 mg tab.
- Simvastatin 1 x 20 mg tab.
- OBH syrp 3 x 1 cth.
- Glimepirid 1 x 2 mg tab.
13
14 / 3 / 2018
S/ Sesak (+) berkurang
Batuk (+) dahak (+).
Demam (-).
O/TD : 136/70 mmHg
Nadi : 79 x / menit
Nafas : 25 x / menit
Suhu : 37,0
Thoraks : Rh +/+, Wh -/-, ekspirasi memanjang +/+
A/ Pneumonia (Perbaikan) + Hipertensi stage 2 + DM tipe 2.
P/ - IVFD drip aminofilin 1 ampul dalam futrolit 12 jam/kolf aff IVFD futrolit 12 jam/kolf.
- Infus Levofloxasin 1 x 500 mg
- Combivent nebu 4 x 1 respul.
- Pulmicort nebu 2 x 1 respul aff
- Injeksi omeprazole 1 x 1 ampul aff ranitidine 2 x 150 mg tab.
- Injeksi ondansentron 2 x 1 ampul aff
- Drip Azitromisin 500 mg dalam NaCl 0,9 % 1 x 1 alergi (+)
- N – asetilsistein 3 x 1 caps.
- Antasid syrp 3 x 1 cth
- Candesartan 1 x 8 mg tab.
- Amlodipin 1 x 5 mg tab.
- Simvastatin 1 x 20 mg tab.
- OBH syrp 3 x 1 cth.
- Glimepirid 1 x 2 mg tab.
- PAIIA 3 x 1 caps.
- Rencana : Pulang Besok.
15 / 3 / 2018
S/ Sesak (-)
Batuk (+) dahak (+), sedikit
Demam (-).
14
O/TD : 130/70 mmHg
Nadi : 74 x / menit
Nafas : 20 x / menit
Suhu : 36,7
Thoraks : Rh -/-, Wh -/-, ekspirasi memanjang -/-
A/ Pneumonia (Perbaikan) + Hipertensi stage 2 + DM tipe 2.
P/ - IVFD futrolit 12 jam/kolf aff
- Infus Levofloxasin 1 x 500 mg aff Levofloxasin 1 x 750 mg tab.
- Combivent nebu 4 x 1 respul aff
- Ranitidine 2 x 150 mg tab.
- N – asetilsistein 3 x 1 caps.
- Antasid syrp 3 x 1 cth
- Candesartan 1 x 8 mg tab.
- Amlodipin 1 x 5 mg tab.
- Simvastatin 1 x 20 mg tab.
- OBH syrp 3 x 1 cth.
- Glimepirid tab 1 x 2 mg tab.
- PAIIA 3 x 1 caps.
- Acc Pulang.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
15
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus paru terisi oleh cairan
radang, dengan atau tanpa infiltrasi sel radang ke dalam interstisium. Secara klinis,
pneumonia adalah peradangan parenkim pada paru yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Peradangan paru yang disebabkan oleh selain mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi
Pneumonia = CAP), pneumonia yang didapat di rumah sakit (Hospital Acquired Pneumonia
= HAP), pneumonia yang di dapat dari tenaga kesehatan (Health care Associated Pneumonia
VAP).3
1.2 Epidemiologi
Insiden penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat (pneumonia komuniti) atau di dalam
Infeksi saluran nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Laporan
WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di
dunia adalah infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonian dan influenza. Di Indonesia,
dari buku SEAMIC Health Statistic 2001, influenza dan pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor enam. Sedang dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun
16
2001, penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah menempati urutan ke 2 sebagai penyebab
kematian.2
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk
mendapatkan hasilnya. Di negara maju seperti Amerika, dengan cara invasif pun penyebab
pneumonia hanya ditemukan 50%. Meningat pneumonia hanya ditemukan 50%. Mengingat
pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pengobatan awal
1.3 Etiologi
terdapat infeksi stafilokukus pada suatu tempat di badan, kemudian terjadi penyebaran
ke paru-paru, sehingga terjadi pneumonia atau piotoraks. Proses ini terjadi dengan cepat
sinusitis, dan meningitis. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi setelah diawali oleh infeksi
2. Virus
Kasus pneumonia oleh virus pada orang dewasa adalah sekitar 10%, kebanyakan
pneumonia ini ringan. Penyebab tersering adalah virus influenza tipe A,B dan
adenovirus.
3. Aspirasi
Aspirasi bisa terjadi karena makanan, kerosen (bensin dan minyak tanah) dan benda
asing.
4. Jamur
17
Infeksi jamur oleh jamur dan parasit biasanya merupakan penyulit paling berbahaya
pada individu dengan gangguan imun, terutama wanita dengan AIDS. Beberapa
Paru memiliki sistem pertahanan untuk mencegah bakteri agar tidak masuk kedalam paru.
Mekanisme tersebut diantaranya struktur anatomi, struktur mekanis, sistem imun non
spesifik dan sistem imun spesifik.7 Sistem pertahanan paru terhadap patogen dapat dilihat
Badan mukosilier
Sekresi IgA
Orofaring Saliva
Batuk
Produksi Komplemen
Badan mukosilier
18
Sel dendritik a
Makrofag alveoli
Makrofag interstisial
Pemanggilan neutrofil b
Sel dendritik a
Jaringan limfoid
a
Komponen utama dari imunitas yang didapat dan penting dalam respon vaksin atau infeksi
sebelumnya
b
Komponen utama dari imunitas bawaan
Paru merupakan organ yang selalu terpapar oleh bermacam patogen. Patogen dapat
mencapai paru melalui inhalasi droplet, aspirasi bakteri orofaring dan kasus jarang melalui
jalur hematogen. Paru tetap steril karena adanya mekanisme pertahanan paru. Infeksi paru
dapat terjadi ketika virulensi kuman berhasil mengalahkan sistem pertahanan paru.7,8,9
pernafasan akan dikeluarkan oleh tubuh dengan reflek mukosilier. Bakteri akan di dorong
keluar menuju orofaring untuk selanjutnya ditelan ataupun di batukkan. Inhalasi partikel
infeksius yang berukuran kecil (0,5-2,0 μm) cenderung berhasil sampai di alveoli paru.
19
Patogen yang masuk berhasil masuk akan di fagosit oleh makrofag. Kemudian makrofag
akan mengaktifkan pelepasan sitokin dan kemokin diantaranya tumor necrosis factor-α,
interleukin-8, dan leukotrien B. Sitokin dan kemokin ini akan menarik nutrofil yang berada
di pembuluh darah masuk ke alveoli. Neutrofil ini akan mendegradasi patogen tersebut.
Beberapa kasus pada patogen yang memiliki kapsul, degradasi patogen oleh makrofag dan
permukaan kapsul polisakarida sehingga dapat di eradikasi oleh tubuh. Selain immunoglobin
G terdapat opsonin lain yang berfungsi membantu eradikasi bakteri diantaranya surfaktan A
dan D, fibronektin, dan fitronektin. Ketika patogen dapat lolos dari pertahan paru barulah
Bakteri yang masuk akan menimbulkan suatu proses peradangan. Proses peradangan
yang terjadi meliputi 4 stadium, yaitu: Stadium Hiperemis, stadium hepatisasi merah,
Stadium hiperemis muncul pada 4-12 jam pertama. Stadium ini merupakan
permulaan respon radang yang berlangsung baru di daerah infeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan peningkatan permeabiltas darah yang disebabkan oleh mediator
inflamasi. Hal ini akan menimbulkan eksudat cairan plasma ke interstitial dan udem. Cairan
eksudat akan menumpuk di alveoli, bersama dengan udem akan mengganggu proses
pertukaran gas. Hal ini akan bermanifestasi ke penurunan saturasi oksigen di dalam darah.
Stadium hepatisasi merah muncul pada hari 2-4. Pada paru akan muncul akumulasi
dari cairan radang. Cairan radang ini mengandung fibrin dan ektravasasi sel darah merah
dalam jumlah besar. Hal ini akan membuat gambaran merah, relatif padat dan airless pada
paru.
20
Stadium hepatisasi kelabu muncul pada hari 4-8. Hal ini disebabkan oleh deposit sel
fibrin di alveoli. Hepatisasi kelabu merupakan darah konsolidasi lanjut yang ditandai dengan
Stadium resolusi muncul pada hari 8-10. Hal ini merupakan gambaran eliminasi dari
bakteri sudah selesai. Eksudat yang terakumulasi di paru akan diencerkan oleh enzim
Pasien pneumonia komunitas akan datang dengan keluhan utama demam > 38°C.
Biasanya diikuti dengan batuk yang produktif, sesak nafas dan nyeri dada oleh karena
peradangan pada pleura.4,6 Manifestasi di paru yang ditemukan pada saat pemeriksaan fisik
diantaranya:11
Diagnosis dari pneumonia ditegakan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pasti dari pneumonia sudah dapat ditegakan jika pada rontgen torak ditemukan infiltrat/ air
- Batuk
- Sputum yang purulent
21
- Suhu diatas > 38°C di axila
- Nyeri dada
- Sesak nafas
- Suara nafas bronkial, ronkhi dan ditemukan tanda konsolidasi
- Leukosit > 10.000 atau <4500
Untuk mencari bakteri patogen penyebab pneumonia maka diperlukan pemeriksaan
kultur dari bahan sputum, darah, atau aspirat jaringan paru dan bilasan bronkus. Namun
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka dari itu pengobatan awal pneumonia
data klinis dan data epidemiologi yang ada. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui
apakah pengobatan dengan pemberian antibiotik sudah tepat atau perlu pemberian antibiotik
yang lebih selektif. Indikasi klinis pemeriksaan lanjutan dapat dilihat pada tabel 2.2.3
Tabel 2.2 Indikasi klinis pemeriksaan lanjutan
Perawatan ICU X X X X Xa
Pasien rawat jalan gagal terapi X X X Xb
antibiotic
Infiltrat disertai kavitas X X
Leukopenia X X
Peminum alkohol aktif X X X X
Penyakit liver kronik X X
Penyakit paru obstruktif/ struktural X
parah
Asplenia (anatomi dan fisiologi) X X
Riwayat perjalanan (2 minggu) X Xc
Pemeriksaan legionella UAT positif Xd NA
Hasil pneumokokal UAT positif X X NA
22
Efusi Pleura X X X X Xc
pasien. Untuk penilaian derajat keparahan pneumonia dapat dilakukan dengan sistem skoring
PSI atau yang juga dikenal sebagai PORT (Patient Outcomes Research Team)
merupakan sistem skoring yang terdiri dari 20 poin penilaian. Penilaian didasarkan pada
klinis, tanda, gejala, penyakit komorbid, pemeriksaan labor dan pemeriksaan radiologi
Faktor Demografi:
Umur
Umur (tahun)
Laki-laki
Umur (tahun)-10
Perempuan
23
Penyakit ginjal +10
Pemeriksaan fisik
Gangguan kesadaran +20
Frekuensi Nafas >30x/menit +20
Tekanan Darah Sistol <90mm +20
Suhu <35°C atau >40°C +15
Frekuensi Nadi >125x/menit +10
Pemeriksaan Laboratorium
PH <7,35 +30
BUN >10,7 mmol/L +20
Natrium <130mEq/L +20
Glukosa >13,9 mmol/L +10
Hematokrit <30% +10
Tekanan O2 arteri <60mmHg +10
(PDPI, 2014)
. Total poin PSI dikelompokan menjadi 5 kelas resiko, yaitu:12
0-50 = Kelas I
51-70 = Kelas II
71-90 = Kelas III
91-130 = Kelas IV
>130 = Kelas V
Pasien yang memerlukan rawat inap atau hanya rawat jalan dapat dikelompokan
24
Kelas IV dan V – pasien di rawat inap
PSI memiliki sensitivitas yang tinggi untuk melihat mortality rate, namun sensitivitas
PSI akan menurun pada usia tua yang ektrim. Angka mortalitas pneumonia akan meningkat
seiring dengan peningkatan kelas resiko. Angka mortalitas dari kelas resiko yaitu: Kategori 1
CURB-65 merupakan sistem skoring faktor resiko pada pasien pneumonia. CURB-65
ideal digunakan untuk identifikasi cepat pasien dengan angka kematian yang tinggi. Setiap
Perubahan status mental dapat dinilai berdasarkan Abbrevation Mental Test (Uji
Mental). Masing masing poin diberi nilai 1 jika pasien dapat menjawab pertanyaan penilaian.
Respon Nilai
25
Umur
Tanggal lahir
Waktu (jam terdekat)
Tahun sekarang
Nama rumah sakit
Dapat mengindentifikasi dua orang (misalnya dokter,
perawat)
Alamat rumah
Tanggal kemerdekaan
Nama raja/presiden
Hitung mundur (mulai dari 20 ke belakang)
(PDPI, 2014)
Selain sistem skor, menurut European Respiratory Society (ERP) tahun 2011, pasien
26
1.9. Penatalaksanaan
Terapi antibiotik dapat diberikan sesuai dengan terapi empiris yang ada, hal ini
merupakan penyakit akut yang akan meningkatkan angka kematian jika tidak ditangani
segera. Antibiotik harus sesegera mungkin diberikan begitu diagnosis CAP ditegakkan.
Pewarnaan gram dari sekret saluran nafas dapat mengarahkan terapi inisial.
Pemberian antibiotik untuk terapi empiris harus berdasarkan beberapa faktor,
diantaranya:15
- Data patogen terbanyak berdasarkan daerah setempat
- Penelitian klinis mengenai efektifitas obat
- Resiko resistensi antibiotik
- Adanya penyakit komorbid
diambil
Pasien rawat inap
- Pengobatan suportif/Simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi serta koreksi
kaloridan elektrolit
- Obat simptometik lain seperti antipiretik dan mukolitik
- Terapi empiris antibiotik diberikan sesegera mungkin setelah sampel sputum
diambil
kaloridan elektrolit
- Obat simptometik lain seperti antipiretik dan mukolitik
27
- Terapi empiris antibiotik diberikan sesegera mungkin setelah sampel sputum
diambil
- Ventilasi mekanis jika ada indikasi
minimal 5 hari. Pemberian antibiotik di evaluasi secara klinis dalam 72 jam pertama. Pasien
pneumonia komunitas yang berespon baik pada hari pertama sampai 3 dapat diteruskan
pengobatan hingga 5-7 hari.15 Pasien yang tidak membaik atau memburuk maka antibiotik
Rawat Jalan Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaiaan
antibiotik 3 bulan sebelumnya
- Golongan laktam ditambah
anti lactamase atau
- Makrolid baru (klaritromisin,
azitromisin)
Pasiendengan komorbid atau mempunyai riwayat pemakaian
antibiotik
- Fluorokuinolon respirasi
(levofloksasin 750mg, moksifloksasin) atau
- Golongan laktam ditambah
anti lactamase atau
- lactam ditambah makrolid
Rawat inap non ICU Fluorokuinolon respirasi levofloksasin 750mg, moksifloksasin
atau
laktam ditambah makrolid
1.10. Pencegahan
melaksanakan vaksinasi, berhenti merokok, dan prilaku hidup bersih dan sehat.4
Vaksinasi dilakukan kepada orang yang beresiko tinggi menderita pneumonia
komunitas. Pasien yang memiliki resiko tinggi diantaranya orang yang berusia di atas 50
tahun, keluarga orang yang beresiko tinggi, petugas kesehatan yang berkontak dengan pasien
pneumokokal.3 Untuk rekomendasi vaksin yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2.6
Perokok aktif maupun pasif diketahui merupakan faktor resiko pneumonia
komunitas. Nasehat untuk berhenti merokok harus di sampaikan kepada seluruh pasien
pneumonia komunitas perokok aktif. Nasehat yang diberikan dapat mengikuti pedoman yang
29
(polisakarida
kapsul)
Grup yang di Semua orang usia Semua orang usia Orang sehat usia
rekomendasikan diatas 65 tahun diatas 50 tahun 5-49 tahuna,
Orang resiko tinggi Orang beresiko termasuk
usia 2-64 tahun tinggi usia 6 petugas medis
Perokok aktifb bulan-49 tahun dan keluarga
Keluarga orang orang resiko
resiko tinggi tinggi
Petugas medis
Anak usia 6-23
tahun
Indikasi resiko Kardiovaskular Penyakit Dihindari pada
tinggi spesifik kronis, penyakit kardiovaskuler pasien resiko
untuk paru, ginjal dan dan paru kronik tinggi
dilakukan hati Penyakit metabolik
vaksinasi Diabetes Mellitus kronis (termasuk
Kebocoran cairan diabtes mellitus)
cerebrospinal Disfungsi ginjal
Alkoholisme Hemoglobinopathy
Asplenia Immunokompremis
Immunokompremise ed
d Peningkatan resiko
Penduduk Amerika aspirasi
dan Alaska asli Rawat inap jangka
Rawat inap jangka lama
lama Penggunaan aspirin
pasien usia kecil
dari 18 tahun
30
Catatan:
a
Hindari penggunaan pada pasien asma, penyakit saluran pernafasan reaktif, atau kelaianan
kronik lain pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler; pasien dengan penyakit lain,
orang yang menerima terapi imunosupresi; anak atau dewasa yang menggunakan salisiat;
b
Pemberian vaksin pada perokok direkomendasikan oleh Pnumonia Guideline Committee
tapi bukan merupakan indikasi pemberian vaksin menurut Advisory Committee On
Immunization Practice Statement
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarsono. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
Anzueto A, Bartlett ZG, Campbell D, Dean NC et al, 2007. Infectious Diseases Society
acquired pneumonia in dr. Zainoel Abidin Hospital, Banda Aceh. Folia Medica
HYPERLINK: http://emedicine.medscape.com/article/300157-overview#showall
11. Simonetti Antonella F, Viasus Diego, Garcia-vidal Carolina, Carratalà Jordi, 2013.
Management of community-aquired pneumonia in older adult. Ther Adv infect Dis 2[1]
3-16.
12. Lim WS, Baudouin SV, George RC, Hill AT, Jamieson C, Jeune I Le et al, 2009. British
32
13. File TM, Bartlett JG, Thorner A, Treatment of community-acquired pneumonia in adults
http://www.uptoupdate.com/content/treatment-of-community-acquired-pneumonia-in-
33