Disusun Oleh :
SURAKARTA
Juni, 2019
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
i
BAB I PENDAHULUAN
Desa Tradisional Penglipuran adalah salah satu desa wisata di Bali yang terletak di
Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Sebagai salah satu objek wisata pedesaan,
Desa Penglipuran memiliki daya tarik wisata berupa pola tata ruang dan arsitektur bangunan
tradisional yang unik, tradisi dan kehidupan sosial budaya masyarakat yang khas, serta keberadaan
hutan bambu yang asri. Namun belakangan ini muncul kekhawatiran terhadap kelanjutan
perkembangan pariwisata di desa Penglipuran, eksistensi bangunan rumah tradisonal penduduk
sudah mulai terancam seiring dengan perkembangan modernisasi dan peningkatan taraf
perekonomian masyarakat lokal, dan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya masyarakat
tradisional kearah masyarakat modern, serta eksistensi tanaman bambu di sekitar pekarangan
penduduk yang rentan akan alih fungsi lahan untuk lahan pemukiman
.Berdasarkan uraian tersebut, identifikasi dilakukan untuk mengetahui kondisi rumah-
rumah tradisional di Desa Adat Panglipuran dan hubungannya dengan sosial masyarakat di Desa
Adat Panglipuran serta struktur rumah tradisional di Desa Adat Panglipuran.
1
tradisional Desa Adat Panglipuran di Bali Selatan. Terkait denngan hal-hal yang
relevan dan hal yang tidak terukur (kuantitatif).
2
b. Hasil pembahasan dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan rumah-rumah
di Desa Adat Panglipuran sebagai karya arsitektur tradisional di Bali Selatan
c. Hasil pembahasan dapat dijadikan saran pembelajaran dalam mata kuliah sejarah
arsitektur.
3
BAB II DATA DAN PEMBAHASAN
2.1 Non Fisik
2.1.1 Nama Desa Adat Panglipuran
a. Nama Desa Adat Panglipuran
Mengenai asal mulai kata Desa Penglipuran, ada 2 persepsi berbeda yang
diyakini oleh masyarakatnya. Yang pertama adalah Penglipuran berarti “pengeling
pura” dengan “pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur. Presepsi
yang kedua mengatakan bahwa penglipuran berasal dari kata “pelipur” yang berarti
hibur dan “lipur” yang berarti ketidakbahagiaan. Jika digabungkan maka penglipuran
berarti tempat untuk penghiburan. Persepsi ini muncul karena Raja Bangli pada saat
itu dikatakan sering mengunjungi desa ini untuk bermeditasi dan bersantai.
Fungsi Desa Adat Panglipuran adalah adat dari Kabupaten Bangli, Provinsi
Bali, Indonesia. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena
masyarakatnya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali di
kehidupan mereka sehari-hari. Arsitektur bangunan dan pengolahan lahan masih
mengikuti konsep Tri Hita Karana, filosofi masyarakat Bali mengenai keseimbangan
hubungan antara Tuhan, manusia dan lingkungannya. Mereka berhasil membangun
pariwisata yang menguntungan seluruh masyarakatnya tanpa menghilangkan budaya
dan tradisi mereka. Pada tahun 1995, Desa Penglipuran juga mendapatkan
penghargaan Kalpataru dari Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi Hutan
Bambu di ekosistem lokal mereka.
Pemilik dari Desa Adat Panglipuran adalah para warga desa yang memiliki
rumahnya sendiri – sendiri. Dalam hal ini obyek wisata Desa Adat Panglipuran dikelola
bersama oleh warga desa dengan status kepemilikan wilayah mereka masing – masing.
Desa Adat Penglipuran secara administratif tepatnya terletak di wilayah Kelurahan Kubu,
Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Penglipuran ini dapat dicapai dari sisi
timur melalui jalan raya Bangli - Kintamani, setelah sampai di Desa Kubu belok ke kiri dan dari
sisi utara melalui jalan Kintamani-Kayuamba Bangli. Adapun batas-batas wilayah Desa
Penglipuran adalah sebagai beikut:
5
2.2.2 Denah Desa Adat Panglipuran
Sumber: www.google.com
6
2.2.3 Tampak – tampak Desa Adat Panglipuran
Gambar 2.2.3.2 Tampak Jalan Lingkungan Desa Adat Panglipuran sebelum Hari Raya
Galungan, yang dipasang penjor di depan setiap rumah
7
2.2.4 Interior
Jalan (Sumbu Utama)
Keterangan :
Dapur Tradisional
Lingkup Sikut
satak Bale Saka Enam
Bangunan
Sanggah D Bangunan Loji
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Desa_Penglipuran
a. Dapur Tradisi Penglipuran, terletak di sebelah Utara dan sekaligus sebagai tempat
tidur bagi yang sudah jompo.
b. Bale Saka Enem, terletak di sebelah Selatan sebagai tempat upacara yadnya
(manusia yadnya, pitra yadnya, dll).
c. Loji, terletak di sebelah Barat sebagai tempat tidur keluarga, tempat menerima
tamu dan ruang bermain anak-anak.
8
Gambar 2.2.4.2 Bagian Pura Sanggah dekat pintu masuk rumah
9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Ruang Utama, merupakan ruang dengan tingkat kesucian paling tinggi, yang terletak di
bagian Utara yaitu pada dataran tinggi desa. Penggunaan lahan pada ruang ini adalah pura
sebagai fasilitas peribadatan dan hutan bambu sebagai kawasan konservasi.
2. Ruang Madya, merupakan ruang dengan tingkat kesucian sedang, yang terletak di tengah-
tengah desa. Ruang ini dikatagorikan menjadi dua, yaitu Ruang Madya Pekarangan
dengan penggunaan lahan perumahan, peribadatan, fasilitas umum dan sosial yang
merupakan ruang dengan fungsi permukiman; Ruang Madya Tegalan dengan penggunaan
lahan tegalan dan kebun yang berfungsi sebagai tempat aktivitas perekonomian warga.
3. Ruang Nista, merupakan ruang dengan tingkat kesucian paling rendah yang terletak di
bagian Selatan/ bawah desa. Ruang ini dikatagorikan menjadi dua, yaitu Ruang Nista
Sakral dengan penggunaan lahan pura dan kuburan yang berfungsi sebagai kawasan
sakral penghubung manusia dengan alam tidak suci; Ruang Nista Tegalan dengan
penggunaan lahan kebun dan tegalan yang berfungsi sebagai tempat aktivitas
perekonomian warga.
3.2 Saran
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk merumuskan konsep tata
ruang Desa adat Penglipuran yang ideal yang mampu mengakomodasi kebutuhan masa kini
tanpa menyalahi nilai tradisional yang ada. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
data dasar dalam menyusun suatu regulasi aturan ruang tradisional pada desa Adat
Penglipuran khususnya dan desa-desa tradisional Bali umumnya.
Perlu dilakukan identifikasi mengenai karakter budaya masyarakat adat Penglipuran serta
persepsi masyarakat terkait aturan tata ruang yang diinginkan mengingat masyarakat
sendirilah yang berperan sangat penting dalam keberlanjutan nilai-nilai tradisional yang
dimilikinya.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Desa_Penglipuran
Acwin Dwijendra, Ngakan Ketut. 2003. Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali. Jurnal
Permukiman Natah Vol. 1.
Andhika, I Made. 2004. Pola Penataan Ruang Unit Pekarangan Di Desa Bongli Tabanan.
Program Studi Arsitektur Universitas Udayana.
Buku Monografi Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu, Bangli Tahun 2001.
Kasuma, I Putu Agus Wira. 2009. Persepsi Masyakarat Adat sebagai Dasar Perumusan Konsep
Tata Ruang Desa Adat Penglipuran, Bali. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota ITS. Surabaya.
Rencana Detail Tata Ruang Kota Ibukota Kabupaten Bangli Tahun 2005-2015.
Sugiyono, Prof. Dr. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Suyasa, I Nyoman. 2006. Strategi Pelestarian Pusat Kota Bangli Berdasarkan Prinsip-Prinsip
Ruang Tradisional Bali. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITS,
Surabaya.
Udiyana, Artha. 2008. Hubungan Sosial Budaya Ekonomi Dalam Pembentukan Ruang
Permukiman Tradisional Baliaga Di Desa Adat Pengotan Kabupaten Bangli. Skripsi. Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
ii
3