MPKP Sminar
MPKP Sminar
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), secara
bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang professional serta langkah-
langkah manajemen keperawatan
1
1.3 Manfaat
Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Model ini sudah banyak dikembangkan d berbagi rumah sakit di luar negeri, salah
satu di antaranya pada tahun 1973 di Beth Israel Hospital (Clliford & Horvath, 1990: Hoffart
& Woods, 1996). Model ini berfokus pada hubungan caring antara klien/keluarga dan
perawat (Sitorus, 2006).
1. Tingkatan MPKP
Menurut Sitorus (2006), kategori MPKP dapat di klasifikasikan berdasarkan
tingkat pendidikan pearawat primer (PP) menjadi:
a. MPKP Pemula
Pada tingkat ini kategori pendidikannya PP masih DIII dan diharapkan
nantinya PP mempunyai kemampuan sebagai SKP/Ners melalui kesempatan
peningkatan pendidikan.
b. MPKP Tingkat I
MPKP tingkat I, PP adalah Sarjana keperawatan atau Ners, agar PP dapat
memberikan asuhan keperawatan berdaskan ilmu dan teknologi di perlukan
kemampuan seorang Ners spesialis yang akan berperan sebagai clinical care
manager (CCM).
c. MPKP Tingkat II
Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan
modifikasi keperwatan primer/asuhan keperawatan professional tingkat II.Metode
pemberian asuhan keperawatan adalah manajemen kasus dan keperawatan. Jumlah
3
ketenagaan sesuai kebutuhan Ners Spesialis: PP (1:1) Ners Spesialis sebagi PP, DIII
Keperawatan sebagai PA.
d. MPKP Tingkat III
Metode pemberian asuhan keperawtan adalah manajemen kasus.Jumlah tenaga
sesuai kebutuhan, doctor keperawatan klinik sebagai konsultan, Ners spesialis PP
(1:1) ners spesialis sebagi CCM, DIII keperawatan sebagi PA.dokumentasi
keperawatan inengguanakan clinical pathway/ standar rencana keprawatan.
4
4. Jumlah Tenaga Keperawatan
Pada suatu layanan professional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung
pada jumlah Klien dan derajat ketergantungn klien terhadap keperawatan. Menurut
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi Klien
berdasarkan tingkat ketergantungan Klien dengan menggunakan standar sebagai
berikut:
1) Kategori I : Self carel perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakuakan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Obsevasi tanda tanda vital setiap pergantian shiht
e. Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
f. Perawatan luka sederhana
2) Kategori II : Intermediate care/perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
a) Kebersihan diri di bantu, makan minum dibantu
b) Observasi tanda tanda vital setiap 4 jam
c) Ambulasi di bantu
d) Pengobatan dengan injeksi
e) Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran di batasi
f) Klien dengan infuse, dan klien dengan pleura pungsi
3) Kategori III : Total Care /Intensif care, memerlukan 5-6 jam/hari
a. Semua kebutuhan klien di bantu
b. Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
1. Fungsional
Metode fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
2. Manajemen kasus
Metode penugasan pasien/metode kasus yaitu pengorganisasian pelayanan
atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada
saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala
5
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh
kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan
contohnya di ruang isolasi dan ICU.
3. Keperawatan tim
Metode penugasan tim yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di
dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok
bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.
4. Keperawatan primer
Metode Perawatan Primer yaitu pemberian askep yang ditandai dengan
keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Menurut sitorus (2006) berikut tugas dan tanggung jawab masing-masing kepala
ruangan, CCM, PP dan PA dalam ruang MPKP
6
b. Tugas dan tanggung jawab CCM
1) Membimbing PP pada implementasi MPKP, kegiatan yang dilakukan adalah :
2) Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis keperawatan yang sudah di
tetapkan PP
3) Memberikan masukan kepada PP dan membrikan pujian terkait dengan
diagnosis keperawatan dan renpra yang telah di buat
4) Bila pada dokumentasi belum ada renpra, maka bersama-sama PP menetapkan
diagnosi dengan menggunakan standar renpra yang sudah di sepakati bersama
5) Membahas tentang pembagian tugas PA bersama PP
6) Mengobservasi dan memberikan masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang diberikan PP terhadap PA
7) Memberi masukan pada diskusi kasus yang di lakuakan PP dan PA
8) Mempresentasikan isu-isu baru terkait asuhan keprawatan
9) Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian
10) Mengidentifikasi masalah penelitian
11) Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam asuhan keperawatan
12) Bekerja sama dengahn kepala ruangan dalam mengpaluasi mutu asuhan
keperrawatan dan mengevaluasi implementasi MPKP
13) Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakuakan PP
14) Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi asuhan
keperawatan.
c. Tugas dan Tanggung Jawab PP
1) Melakuakan kontrak klien dan keluarga pada awal masuk ruangan
2) Melakuakan pengkajian terhadap pasien baru
3) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis renpra sesuai
dengan hasil pengkajian
4) Menjelaskan renpra yg sudah di tetapkan kepada PA di bawah tanggung
jawabnya
5) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran
jaga (Shift). Pembagian berdasarkan jumlah klien, tingkatketergantungan klien
dan tempat tidur
6) Melakuakan bimbingan dan evalnasi PA dalam melakukan tindakan
keperawatan
7) Memonitor dokumentasi
7
8) Memantau dan mefasilitasi terlaksananya kegiatan PA
9) Melakukan tindakan keperawatan yang tidak bisa dilakuakan oleh PA
10) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
11) Melakukan kegiatan serah terima Klien di bawah tanggung jawabnya bersama
PA
12) Mendampingi dakter visite Klien di bawah tanggung jwabnya. Bila tidak ada,
visite di damping oleh PA sesuai timnya
13) Melakuakan evfaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
14) Melakukan pertemuan dengan klien/ keluarga minimal setiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperatan klien (tergantung kondisi klien)
15) Bila PP cuti tugas PP di delgasikan kepda PA yang telah di tunjuk dengan
bimbingan kepala ruangan/CCM
16) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/ keluarga
17) Membuat perencanaan ulang
18) Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasi isu yang memerlukan
pembukktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP)
8
13) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoorciinasi dengan PP
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
3.3 PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan MPKP mulai dilakukan tanggal 25 November 2017 sesuai
jadwal yang telah disusun. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kelompok antara
lain adalah Persiapan hasil kegiatan dalam bentuk pengkajian dan penyiapan perangkat
MPKP, pelaksanaan kegiatan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan dan evaluasi
dengan program control kegiatan.
2. Penerapan Kegiatan
Penerapan dan uji coba MPKP di Rumah Sakit X dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara
shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala
ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh
penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan
pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat
membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi
keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang
perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa
dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan
keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan klien saat itu.
Kegiatan operan diruang ....YANG DILAKUKAN OLEH KELOMPOK dilakukan
sesuai dengan STANDART operasional prosedur yang sudah disepakati oleh
kelompok dengan menerapkan prinsip operan, namun masih belum optimal, antara
lain : isi dari operan yang masih bersifat kolaboratif, operan yang dilakukan kadang-
kadang tidak dilakukan bersama-sama karena belum semua perawat hadir pada
waktunya, visit dokter pada jam pergantian shift, kepala ruang / ketua tim tidak hadir
karena ada acara tertentu.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali jadwal dinas pagi,
sore dan malam, menulis laporan pada status pasien saja, dibuat kesepakatan mengenai
jam visite dokter, membuat rencana perawatan yang komprehensif dan terorganisir.
11
B. Pre-post conference
Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan dan sebelum operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau penanggung
jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan
tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Kegiatan pre conference di kelompok adalah, setelah operan dan pengarahan dari
kepala ruangan, ketua tim melakukan kegiatan pre-post conference bersama anggota
timnya dan membagi habis pasien sesuai dengan pasien kelolaan dan pasien titipan
pada shiftnya. Mahasiswa berdiskusi dengan kepala ruang tentang metode penugasan
tim primer, bersama-sama dengan ketua tim menentukan tingkat ketengantungan pasien
agar mempunyai persepsi yang sama sehingga dalam pembagian tugas perawat
pelaksana disesuaikan tingkat ketergantungan pasien.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan motivasi
agar pelaksanaan pre-post conference dapat terus dilakukan, peningkatan kualitas
melalui pendidikan dan pelatihan, kepala ruangan melakukan supervisi dan
mengingatkan katim terhadap pelaksanaan pre-post conference agar terbiasa dan
menjadi budaya kerja. Perlunya peninjauan struktur ruangan dan pemetaan tenaga yang
proporsional, adanya uraian tugas yang jelas di Ruang agar kegiatan diruangan lebih
optimal.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem Manajeman Asuhan Keperawatan adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan keempat unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dan sistem MPKP. Tujuan manajeman asuhan keperawatan professional antaralain
menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi konflik, tumpang tindih dan
kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan, menciptakan
kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan,memberikan pedoman dalam
menentukan kebijakan dan keputusan, menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan
tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
4.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan manajemen
keperawatan dengan efektif dalam setiap melakukan proses keperawatan, sehingga dalam
memberikan pelayanan bisa dilakukan secara optimal. Manajemen keperawatan
dikatakan baik apabila dalam satu tim bisa berpatisipasi secara aktif.
13
Daftar Pustaka
Sitorus, R. Model Praktek Keperawatan Professional di Rumah Sakit: Penataan Struktur &
Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat/ Ratna Sitorus ; editor, Esti
Wahyuningsih. Jakarta : EGC. 2006
Arwani, dkk. Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC. 2006
Kusmidi. Pengantar profesi dan keperawatan profesional. Jakarta: EGC. 2007
14