net/publication/333642167
CITATIONS READS
0 190
3 authors, including:
Hastoni Hastoni
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Indonesia, Bogor
19 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hastoni Hastoni on 06 June 2019.
TERUTANG
EMPUD SYARIFUDIN
MIFTAHUDIN
ABSTRAK
Objek Tinjauan ini adalah PT. V Collection Sejahtera sebuah perseroan yang bergerak di
bidang Garment yang memproduksi pakaian jadi.
Tujuan Tinjauan ini untuk menentukan nilai pajak penghasilan terhutang perusahaan
dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial menjadi laporan keuangan fiskal.
Dengan melakukan rekonsiliasi, jadi perseroan tidak perlu membuat laporan keuangan dengan
dua pembukuan untuk tujuan yang berbeda, penulis ingin menganalisis apakah perusahaan ini
sudah melakukan kegiatan perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengingat adannya
perbedaan pengakuan pendapatan biaya antara standar akuntansi keuangan dengan undang
undang perpajakan.
Hasil Tinjauan ini menunjukan adannya beda antara laba akuntansi dengan laba untuk
tujuan pajak, perbedaan ini dikarenakan laporan komersial disusun berdasarkan berdasarkan
standar akuntansi keuangan, sedangkan laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan laporan
perpajakan, ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan
pengakuan terhadap unsur unsur yang umumnnya terdapat dalam laporan keuangan, ukiuran itu
dapat saja kurang sejalan dengan dengan prinsif akuntansi (komersial) Contohnnya adalah
transaksi – transaksi pendapatan dan biaya tertentu boleh di akui akuntansi tetapi tidak boleh di
akui oleh pajak atau sebaliknya.
Hasil Tinjauan ini menunjukan bahwa PT. V Collection Sejahtera harus mengikuti peraturan
perpajakan yang kerap mengalami perubahan . hal ini disebabkan agar perusahaan tidak
melakukan kesalahan dalam menghitung, melapor, dan membayar pajak sehingga terhindar dari
sanksi – sanksi yang mungkin dapat timbul akibat kesalahan tersebut,
Kata Kunci : Rekonsiliasi, laporan keuangan komersial, laporan keuangan fiskal, pajak terhutang.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Standar pengukuran dan penilaian untuk menyusun laporan keuangan komersial dan
keuangan fiskal tidak sama. Ketidak samaan tersebut disebabkan tujuan yang ingin dicapai
berbeda
perusahaan pada tanggal tertentu, serta menggambarkan pendapatan dan biaya priode tertentu.
Laporan keuangan komersial ditunjukan untuk pihak intern dan ektern. Bagi pihak intern, laporan
keuangan digunakan untuk menilai hasil kinerja dalam suatu priode akuntansi, apakah selama
priode tersebut terjadi kenaikan atau penurunan aktifitas usaha yang tercermin dari pendapatan
(hasil usaha) yang efektif serta efisien, yang selanjutnya akan menghasilkan kenaikan
(Penurunan) laba usaha dari priode sebelumnya. Dengan mengadakan analisa laporan keuangan
dari perusahaa, manajemen akan mengetahui keadaan dan perkembangan financial dari
perusahaanya, dimana hasil analisa histori tersebut sangat penting artinya bagi penyusunan
rencana ataupun kebijakan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Sedangkan untuk
pihak eksternal, dalam hal ini khususnya pemegang saham yang tidak terlibat secara langsung
dalam operasional perusahaan, laporan keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, terutama berapa besar dividen yang akan di terima
serta untuk memutuskan apakah manajemen perusahaan tetap di pertahankan. Disamping hal
tersebut, laporan keuangan sudah pasti akan digunakan untuk memutuskan apakah di perlukan
Laporan komersial ditunjukan untuk kepentingan banyak pihak, maka untuk menyamakan
persepsi terhadap laporan keuangan ini digunakan standar penilaian dan pengukuran yang
berlaku umum. Di indonesia untuk menyusun laporan keuangan komersial digunakan standar
Berbeda dengan laporan keuangan komersial, laporan keuangan fiskal adalah laporan
keuangan yang di tunjukan untuk kepentingan fiskus/petugas pajak sebagai dasar untuk
2
menghitug besarnya pajak terhutang pada satu priode pajak atau satu tahun takwim. Laporan ini
disusun sesuai peraturan perpajakan. Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang
pengukuran dan pengakuan terhadap unsur unsur yang umumnya terdapat dalam laporan
keuangan. Ukuran itu dapat saja kurang sejalan dengan prinsip akuntansi (Komersial). Contohnya
: transaksi – transaksi pendapatan dan biaya tertentu yang boleh diakui akuntansi tetapi tidak
diakui oleh pajak, atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan laporan keuangan perpajakan mempunyai
motivasi untuk mempersempit erosi potensi pengenaan pajak, karena pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik
Undang – undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan,
hanya memberikan pembatasan untuk hal – hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan
maupun biaya. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan komersial dan laporan keuangan
fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komesial.
dikarenakan tujuan dan kegunaannya berbeda. Jika untuk menyediakan laporan keuangan fiskal
dan laporan komersial harus di tandatangani oleh administrasi yang berbeda, maka biaya untuk
menyediakan kedua laporan keuangan tersebut menjadi sangat mahal. Untuk mengurangi biaya
administrasi yang sangat mahal tersebut, dilakukan rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan
komersial.
Berdasarka uraian diatas, penulis tertarik untuk malakukan penulisan Tugas askhir dengan
PENENTUAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) TERUTANG (Studi kasus pada Laporan Keuangan
Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di
Sejahtera ?
Sejahtera ?
3. Berapa Jumlah pajak penghasilan tahun 2012 yang seharusnnya di bayar di PT. V
COLLECTION SEJAHTERA ?
Tujuan dari Tinjauan ini adalah untuk menentukan besarnya jumlah pajak penghasilan
terutang perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial menjadi laporan
keuangan fiskal pada PT. V COLLECTION SEJAHTERA, mengetahui perbedaan pendapatan dan
biaya berdasarkan standar akuntansi keuangan dan undang undang perpajakan, malakukan
rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan komersial serta mengetahui landasan hukum dalam
SEJAHTERA yang beralamat di KP. Sampora No.157 Desa Nanggewer Mekar Kelurahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut American Intitute Of Certified Public Accountant (AICP) yang di kutip oleh Zaki Baridwan
(2003 : 1)
Akuntansi adalah suatu kegiata jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama
yang mempunyai sifat kesatuan dari kesatuan dari suatu usaha ekonomi yang di gunakan dalam
pengambilan keputusan – keputusan ekonomi dalam memilih alternaif dari suatu keadaan.
menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011), “akuntansi adalah sistem informasi yang
Agar hasil suatu usaha dapat diketahui, setiap kurun waktu (Priode Akuntansi) tertentu
perusahaan perlu menyusun laporan keuangan, Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan, sedangkan penyusunan laporan keuangan adalah tahap akhir dalam
akuntansi. Laporan keuangan harus memenuhi beberapa syarat yaitu, Relevan, dapat dimengerti,
dapat diuji dapat dibandingkan, dapat dipercaya, lengkap, penyampaian tepat waktu, akurat dan
obyektif.
suatu perusahaan selama priode tertentu, sehingga fungsi laporan keuangan memegang peranan
yang sangat penting dalam pengambilan suatu keputusan baik di tangkat manajemen maupun di
tingkat Shareholder / investor utama yang tidak terlibat secara langsung dalam operasional
perusahaan.
Setiap perusahaan, termasuk juga sebuah Bank, pada suatu waktu atau priode tertentu
akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
laporan keuangan yang di laporkan untuk memenuhi tujuan bersama sebagai besar penguna
laporan.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, Laporan keuangan
yang lengkap biasannya meliputi Neraca, Laporan Laba rugi, laporan posisi keuangan (yang
dapat di sajikan di berbagai cara misalnnya sebagai laporan aruskan dan laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan, di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan tersebut, misalnnya, informasi keungan segmen industri dan geografis serta
Laporan keuangan merupakan dari suatu proses pencatatan dan merupakan suatu transaksi –
transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan, laporan
keuangan ini dibuat oleh managemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas
Laporan keuangan selain tercantum dalam pengertian – pengertian yang telah di sebutkan
diatas juga mencakup karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi
dapat lebih bermanfaat terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu, dapat dipahami, relevan,
a. Biaya histori. Aktiva di catat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar sebesar
nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk meperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan,
kewajiban di catat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau dalam
keadaan tertentu misalnnya pajak penghasilan, dalam jumlah kas (setara kas) yang diharapkan
agar dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal
b. Biaya kini (Current Cost). Aktiva dinilai dalam jumlah kas (setara kas) yang seahrusnya di
bayar bila aktiva yang sama atau secara aktifitas diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan
dalam jumlah kas (setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan
Sekarang.
c. Nilai realisasi / penyelesaian (Realizable / settlement value). Aktiva dinyatakan dalam julah kas
(setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam elepasan normal
(Orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumalh kas (setara
kas) yang tidak di diskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
d. Nilai sekarang (present Value). Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan
yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharpakan dapat memberikan hasil dalam
pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih dimasa
depan yang di diskontokan kenilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk
Dalam kerangka dasar setandar akuntansi keuangan, tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
7
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini untuk memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin di butuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajmen, atau
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai perusahaan yang meliputi Aktiva, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan dan Beban
Laporan keuang perusahaan didasarkan pada aturan – aturan dan konvensi – konvensi
subyektif diminimalkan, tetapi penilaian suatu perusahaan didasarkan pada proyeksi atau
prakiraan kinerjannya dimasa depan. Hal ini melibatkan pertimbangan – pertimbangan yang
subyektif, jadi laporan akuntansi tidak mencatat nilai ekonomis, sebaliknnya laporan laporan itu
memberikan informasi historis kuantitatif dasar yang merupakan sekumpulan input yang penting
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan pada umumnnya terdiri dari komponen –
1. Neraca
Komponen - komponen laporan keuangan yang telah disebutkan diatas saling terkait
antara transaksi satu dengan transaksi lainnya karena menunjukan aspek aspek yang berbeda
dari transaksi – transaksi atau peristiwa lain yang sama, meskipun setiap laporan menyediakan
informasi yang berbeda satu sama lain, tidak ada yang hanya dimaksudkan untuk memenuhi
tujuan tunggal untuk menyediakan semua informasi yang diperlikan untuk memenuhi kebutuhan
khusus pemakai.
Laporan keuangan menggambakan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain
kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah Aktiva, Kewajiban, dan Ekuitas. Sedangkan unsur – unsur
kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban, laporan keuangan biasannya
mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan berbagai unsur neraca, dengan
Penyajian sebagai unsur ini dalam neraca dan lporan laba rugi memerlukan proses sub-
klasifikasi, misalnnya aktiva dan kewajiban dapat di klasifkasikan menurut hakekat dalam
fungsinnya dalam bisnis perusahaan dengan maksud untuk menyajikan informasi dengan cara
yang paling berguna bagi pemakai dengan tujuan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Unsur yang berkaitan langsung dengan pebgukuran posisi keungan adalah Aktiva, Kewajiban,
1. Aktifa merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masalalu, dari mana perusahaan mengharapkan untuk memperoleh manfaat ekonomi masa
depan. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva dapat mengalir ke
perusahaan dengan berbagai cara misalnnya aktiva digunakan baik sendiri maupun dengan
aktiva lain untuk memperoduksi baranng dan jasa yang dijual oleh perusahaan dapat
dipertukarkan dengan aktiva lain. Dapat digunakan untuk menyelesaikan kewajuban, atau
dibagikan kepada pemilik perusahaan. Contoh aktiva : Kas, piutang dagang, peralatan.
9
2. Kewajiban (Liability) merupakan pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin terjadi
pada masa mendatang, berupa kewajiban suatu entitas untuk mentransfer aktiva atau
emberikan jasa kepada entitas lain pada masa mendatan, sebagai akibat transaksi atau
kejadian masa lalu. Penyelesaian kewajiban yang ada saat ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnnya pembayaran kas, penyerehan aktiva lain, pemberian jasa,
penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain dan konversi kewajiban menjadi
3. Ekuitas merupakan hak residual atas aktifa persahaan yang masih ada setelah dikurangi
semua kewjiban. Dengan kata lain ekuitas adalah selisih antar aktiva dengan kewajiban.
Ekuitas dapat diperinci dalam neraca misalnnya dalam perusahaan yang berbentuk perseroan
terbatas, ekuiitas terdiri dari setoran modal oleh para pemegang saham, saldo laba yang di
tahan, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing –
masing disajikan terpisah. Pengklasifikasian semacam itu menjadi relevan untuk pengambilan
membagikan atau menggunakan ekuitas. Jumlah ekiutas yang ditampilkan dalam neraca
Unsur – unsur yang tidak terkait langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah pos –
pos pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian, yang di identifikasikan sebagai berikut :
1. Pendapatan adalah arus masuk penambahan atas aktiv suatu entitas atau penyesuaian
kewajiban – kwajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang , pemberian jasa atau aktifitas – aktifitas lainnya yang merupakan operasi
utama yang berkelanjutan dari entitas yang dimaksud. Contohnnya : Penjualan, penghasilan
2. Beban merupakan arus keluar, pemakaian aktifa atau terjadinya kewajiban (atau kombinsi
keduannya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau
pelaksanaan aktivitas – aktifitas lainyang mrupakan operasi yang berkelanjutan dari entitas
dimaksud Contoh beban : Harga pokok penjualan, Beban gaji, dan Beban Penyusutan.
10
3. Keuntungan (gain) adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi yang
bukan merupakan operasi utama perusahaan atau yang sifatnnya insidental dan dari
transaksi yang di maksud, kejadian serta dari situasi lain yang mempengaruhi perusahaan
selain yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik, Contoh : keuntungan atas
4. Kerugian (Loss) adalah penurunan ekuitas yang berasal dari transaksi yang bukan
merupakan operasi utama atau yang sifatnnya insidental dan dari semua transaksi, kejadian,
atau situasi lain yang mempengaruhi entitas, selain yang di hasilkan dari beban atau distribusi
kepada pemilik. Contoh : kerugian atas penjualan surat berharga kerugian atas penjualan
aktiva tetap.
perubahan pada perusahaan yang nantinya dapat menambah modal perusahaan atau
memberikan keuntungan bagi perusahaan, hal ini terjadi karena adannya kativitas – aktivitas
perusahaan yang berupa penyerahan jasa atau barang dagangan kepada konsumen. Secara
spesifik penghasilan masih sangat sulit untuk di definisikan hal ini di karenakan adannya
perbedaan ragam dalam penentuan penghasilan dan pengaruh faktor lain yang kadang sulit untuk
di satukan.
Penghasilan merupakan peningkatan manfaat ekonomi selama satu priode akuntansi tertentu
dalam bentuk pemasukan atau penambahan Aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman Modal
Dari definisi di atas, maka penghasilan dalam suatu perusahaan dapat di peroleh dari :
11
a. Peningkatan jumlah aktiva perusahaan dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva.
Penghasilan yang di peroleh diukur dengan besarnya aktiva yang di peroleh sebagai penukar
b. Penurunan kewajiban suatu perusahaan yang di peroleh dari pembatalan hutang perusahaan
c. Aktifa usaha lain yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.\
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahan yang biasa dan di kenal dengan
sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan sewa.
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.
Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan demikian pada hakikatnya tidak
berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu pos – pos tersebut tidak terpandang sebagai unsur
Dalam akuntansi ada dua istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengeluaran
dalam suatu perusahaan, yaitu biaya dan beban.pemakaian istilah beban (Expense), dan biaya
Para akuntan telah mendefinisikan cost sebagai suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan
yang di lakukan guna mendapatkan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau
pengorbanan tersebut pada tanggal terjadinya dinyatakan pengurangan kas atau harta lainnya
pada saat kini atau dimasa depan
Sedangakan pengertian beban menurut Adolp Maltz dan Milton Usry adalah :
“Expense dapat di definisikan sebagai arus kan keluar dari barang atau jasa yang akan di
Sehingga dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah beban dan biaya itu
berbeda, namun untuk mencari perbedaan tersebut cukup sulit. Beban berkaitan erat dengan
aruskas keluarnya barang dan jasa dalam satu periode yang di pertemukan dengan pendapatan
untuk memperoleh laba, sedangkan biaya itu sendiri merupakan nilai tukar atau pengorbanan yang
Beban di akui dalam laporan laba rugi jika penurunan masa manfaat masa depan yang
mempunyai hubungan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur. Dan beban diakui atas dasat hubungan langsung antara yang timbul dan pos
Menurut Zaki Baridwan (2003:307), “Penyusutan adalah kegiatan dari harga perolehan
aktiva tetap yang secara sistematis di alokasikan menjadi biaya stiap priode akuntansi”.
Menurut PSAK No.17 penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat di
susutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi, penyusutan untuk priode akuntansi di
bebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, aktiva yang dapat
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk di gunakan dalam peroduksi atau pemasok barang dan
priode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis, metode
manapun yang dipilih konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang
prifitabilitas perusahaan dalam pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding
1. Faktor fisik
13
Faktor – faktor fisik yang mempengaruhi fungsi aktiva tetap adalah karena dipakai (waer and
fear), karena umur aktiva (deteriation and declay) dan kerusakan kerusakan.
2. Faktor Fungsional
Faktor – faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara lain ketidak mampuan
untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti karena adannya perubahan
permintaan terhadap barang atau jasa yang di hasilkan, atau karena adanya kemajuan
Berdasarkan PSAK penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang di estimasikan, penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang
diberikan dari nilai aktiva tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aktiva di bebankan
Aktiva yang di susutkan adalah aktifa yang di pakai dalam usaha atau menjalankan usaha.
Nilai aktiva yang disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena semakin buruk
fisiknnya atau karena faktor kualitas, kalau nilainnya tidak menurun secara bertahap maka tidak
dapat di susutkan tetapi langsung dibiayakan, adapun aktiva yang tidak dapat disusutkan
c. Aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud (tangible and intangible depreciation)
Kedua dari aktiva ini di susutkan, dan penyusutan aktiva tidak berwujud dinamakan amortisasi.
2. Pemilik
Dasar untuk melakukan penyusutan pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Harga perolehan
2. Nilai buku
3. Revaluasi
14
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan menurut
kriteria berikut :
a. Berdasarkan waktu
b. Berdasarkan penggunaan
2.2.1 Pajak
Pajak dari prosfektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat
kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adannya pajak menyebabkan
dua situasi menjadi berubah. Pertama berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai
sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa, kedua bertambahnnya kemampuan
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan
masnyarakat.
Pajak adalah iuran dari rakyat kepada kas negara atau dengan kata lain peralihan
sebagian kecil kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah berdasarkan ketentuan undang
undang perpajakan . pajak merupakan sumber utama dalam pembiayaan negara dan
pembangunan nasional, sebagian sumber penerimaan negara yang terbesar, maka dari tahun ke
tahun target penerimaan negara di tingkatkan, pajak juga merupakan salah satu usaha pemerintah
15
dalam mencukupi pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari
dalam negri, berikut adalah definisi pajak menurut beberapa ahli, pajak di pungut berdasarkan
norma – norma hukum guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa kolektif untuk
Menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak ialah.
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keparluan negara bagi sebesar – besarnnya kemakmuran rakyat
Sedangkan menurut Prof, Dr, Rochmat Soemitro, S.H., dalam Gusfahmi (2007:25)
Pajak adalah pemeliharaan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang
undang yang dapat di paksakan dengan tidak mendapat imbalan yang secara langsung dapat di
tunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat
pendorong penghambat atau pencegah , untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang
keuangan.
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutama oleh yang wajib
membayarnnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunannya adalah untuk membiayai pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Siti Resmi Dalam Bukunnya Perencanaan (2009) mengungkapan dua fungsi pajak
yaitu :
Pajak membpunyai Fungsi pajak budgetair, yang artinya bahwa pajak merupakan salah satu
pembangunan, sebagai contoh yaitu dimasukan pajak dalam APBN sebagai penerimaan
dalam negri.
Pajak mempunyai fungsi regulerend yang artinya bahwa pajak sebagai alat untuk mengukur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai
tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan sebagai contoh yaitu dikenakan pajak yang
tinggi terhadap minuman keras dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi minuman keras.
Namun menurut ilyas dan burton dalam nukunnya hukum pajak (2007) menambahkan dua
fungsi lainnya yaitu : fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi. Fungsi demokrasi dari pajak adalah
suatu fungsi wujud sistem gotong royong, sebagai contoh yaitu apabila seorang melakukan
kewajibannya dalam membayar pajak, maka ia mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan
yang baik dari pemerintah. fungsi redistribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur
Hukum pajak juga mengatur tentang tata cara pemungutan pajak. Di kutif dari Achmad
Tjahyono (2009), pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara berikut ini yaitu :
1. Stesel Nyata. Stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat dilaksanakan
pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan sesungguhnya yang diperoleh dalam masa
2. Stelsel Anggapan. Dengan stelsel ini pemungutan pajak dapat di lakukan pada awal tahun
pajak karena berdasarkan peraturan dan undang – undang yang berlaku, hal ini
yang di peroleh wajib pajak ( WP ). Anggapan ini dapat menggunakan perbandingan data
3. Stelsel Campuran. Dalam stelsel ini berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang
didasarkan pada suatu anggapan dan pada akhir tahun yang didasarkan pada suatu
17
kenyataan sehingga menurut stelsel ini akan terjadi perhitungan kembali untuk menentukan
Pengertian pembukuan menurut Erly Suandy (2006) adalah proses pencatatan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keadaan harta, kewajiban atau utang, Modal,
penghasilan dan biaya, serta harta perolehan dan penyerahan barang/jasa yang terutang pajak
pertambhan nilai (PPN), tidak terutang PPN, dikenakan PPN dengan Tarif 0% dan dikenakan
pajak penjualan atas barang mewah. Pembukuan di tutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan perhitungan laba rugi pada stiap akhir tahun pajak.
1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib
2. Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagai mana
di maksud dalam ayat (1), tetapi wajib melakikan pencatatan, adalah wajib pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan peraturan
menggunakan norma perhitungan penghasilan netto dan wajib pajak orang pribadi yang tidak
3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus di selenggarakan dengan itikad baik dengan
latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa indonesia atau dalam
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas.
7. Pembukuan sekurang – kurangnnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnnya
8. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
9. Pencatatan sebagai mana di maksud dalam ayat 2 terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar
untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
Objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
di peroleh wajib pajak baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat di
pakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan
a. Penggatian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau
c. Laba Usaha,
1. Keuntungan pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
2. Keuntungan pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota yang di
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentu apapun.
19
4. Keuntungan pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu drajat, dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk, yayasan, koperasi, ayau orang
pribadi, yang menjalankan usaha mikron dan kecil, yang ketentuannya di atur lebih lanjut
dengan meteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan
5. Keuntungan karena penjualan, atau pengalihan sebagian, atau seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.
g. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pengembalian sisa hasil usaha koperasi,
k. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau di peroleh perkumpulan dari anggotannya yang terdiri dari wajib
pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut berdasarkan
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
q. Imbalan bunga sebagai mana di maksud dalam undang undang yang mengatur mengenai
Dari beberapa penghasilan yang telah di sebutkan di atas ada beberapa yang yang bukan
termasuk objek pajak atau bukan merupakan penghasilan. Objek pajak tersebut tidak di anggap
sebagai penghasilan dan berdasarkan undang undang perpajakan pasal 4 ayat (3) yaitu :
a. 1. Bantungan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang di bentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang di akui di indonesi, yang diterima
oleh lembaga keagamaanyang di bentuk atau di sahkan oleh pemerintah dan yang di terima
oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya di atur dengan atau berdasarkan,
peraturan pemerintah
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarahdalam garis keturunan lurus satu drajat,
badan keagamaan, badan pendidikan badan sosial, termasuk yayasan koerasi, atau orang
dan kecil, yang ketentuannya di atur dengan atau berdasarkan, peraturan menteri keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan kepemilikan, atau penguasaan di
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai mana yang dimaksud dalam
pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal,
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperbolehkan dalam bentuk natura atau dalam bentuk kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang di kenakan pajak
secara final, atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus sebagai mana
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
f. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah. Dari
pernyertaan modal pada badan usaha yang didirkan dan bertempat kedudukan di indonesia
dengan syarat.
21
2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima deviden, kepemilikan saham pada badan yang yang memberikan, deviden
paling rendah 25 % ( Dua Puluh Lima Persen ). Dari jumlah modal yang di setor.
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh mentri
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagai yang dimaksud pada
hurup (g) dalam bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komaditer yang modalnnya
j. Dihapus,
k. Penghasilan yang diterima atau di peroleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di indonesia,
1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya di atur lebih lanjut dengan
m. Sisa lebih yang di terima atau di peroleh, badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang telah terdaftar dalam
instansi yang membidanginnya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasaranakegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 ( Empat ) Tahun sejak di perolehnnya sisa lebih tersebut, yang ketettuannya di
n. Bantuan atau santuan yang di berikan oleh badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib
pajak tertentu, yang ketentuannya di atur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan
menteri keuangan.
22
2.2.3.1 Biaya
Pengertian biaya menurut undang – undang perpajakan No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat
(1) yaitu :
1) Besarnya penghasilan bruto di kurangi biaya untuk mendapatkan atau menagih dan
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara
lain
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
4. biaya perjalanan,
6. biaya promosi dan penjualanyang di atur dengan atau berdasarkan peraturan meteri
keuangan,
7. Biaya administrasi
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai nilai manfaat lebih
dari 1 ( satu ) tahun sebagai mana di maksud dalam pasal 11 dan Pasal 11 A.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendirinnya telah disahkan oleh menteri keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
2. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutag yang tidak dapat di tagih kepada
pemerintah yang menangani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang atau pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan,
4. Syarat sebagai di maksud pada angka 3 ( Tiga ) tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagai mana di maksud dalam pasal 4 ayai (1) hurup
pemerintah.
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya di atur dengan
peraturan pemerintah.
2) Apabila penghasilan bruto setelah dpengurangan sebagai mana di maksud pada ayat (1)
didapat kerugian, kerugian tersebut di kompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
3) Kepada orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negri di berikan pengurangan berupa
Dalam undang – undang pajak Nomor 38 Tahun 2008 Pasal 9 menyatakan Bahwa yang
1) untuk menentukan besarnnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negri dan
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden, termasuk
deviden yang di bayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polish, dan
b. Biaya yang di bebankan atau di keluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang di bentuk
untuk usaha pengelolaan limbah industri, Yang ketentuannya dan syarat syaratnnya di
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan
asuransi bea siswa, yang di bayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang
bersangkutan,
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan dengan pekerjaan yang di tetapkan dengan
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali zakat atau
penghasilan yang nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam
dan atau wajib pajak badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
h. Pajak penghasilan
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota perskutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa yang
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak di perbolehkan untuk dibebankan sekaligus,
melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagai mana dimaksud dalam
Metode penyusutan yang diperkenakan dalam peraturan perpajakan adalah metode garis
lurus dan metode saldo menurun ( Pasal 11 UU No. 38 Tahun 2008 ). Perusahaan dapat memilih
salah satu metode yang dianggap sesuai, namun harus diterapkan secara konsisten.harta
berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus, sedangkan harta
bukan bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus dan saldo menurun, untuk lebih
Tabel 2.1
Bukan Bangunan :
1. Kelompok 1 4 Tahun 25 % 50 %
4. Kelompok 4 20 Tahun 5% 10 %
Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5%
laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan setandar
akuntansi keuangan yang berlaku, yaitu bertujuan untuk menyediakan infoemasi keuangan yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi khususnnya informasi tentang
prosfek arus kas, posisi keuangan, kinerjam usaha dan aktivitas pendanaan dan operasi
keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan rinciannya, laporan keuangan harus
dilampirkan pada saat penyerahan surat pemberitahuan pajak. Laporan keuangan fiskal terdiri dari
perhitungan laba rugi dan dan neraca perusahaan yang disusun yang sesuai dengan peraturan
perpajakan oleh karena itu untuk menghitung penghasilan kena pajak suatu perusahaan, laoran
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan
perpajakan, yang bertujuan menyediakan data dan informasi dalam perhitungan besarnnya pajak
terutang ( PPh, PPN, PPnBM). Undang – undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari
27
laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal – hal tertentu, baik dalam
penghasilan maupun biaya. Akibat dari perbedaan pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi
dan laba fiskal dapat berbeda, secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan standar
keuangan fiskal secara terpisah atau melakuakn koreksi fiskal terhadap laporan keuangan
akuntansi ( komersial ), laporan keuangan komersial yang di rekonsiliasi dengan koreksi fiskal
Menurut Erly Suandi dalam bukunnya perencanaan Pajak (2006), persamaan akuntansi
1. Aktiva / harta tetap yang memberikan mamfaat lebih dari satu priode tidak boleh langsung di
bebankan pada satu tahun pengeluarannya, tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai
2. Aktiva / harta yang disusutkan adalah aktiva tetap, baik bangunan maupun bukan bangunan.
3. Tanah pada prinsipnnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut masa manfaat terbatas.
Pada umumnnya perusahaan yang bergerak dibudang bisnis akan menyusun laporan
keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan yang
dilampirkan pada saat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan yang disampaikan ke direktorat
jenderal pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan tertentu, seperti
penyelundupan pajak, akan tetapi lebih cendrung kepada penyesuaian dengan ketentuan
Menurut gunadi, penyebab perbedaan yang terjadi antara penghasilan sebelum pajak
dengan penghasilan kena pajak dan secara potensial juga menyebabkan perbedaan antara beban
pajak penghasilan dengan pajak penghasilan terutang dengan di kategorikan dalam lima kelompok
berikut ini,
Masih menurut Gunadi, prinsip – prinsip yang menjadi fokus perbedaan orientasi antara
pelaporan keuangan fiskal dengan pelaporan keuangan komersial tanpak seperti berikut :
1. Penetapan pendapatan dan beban, untuk keperluan komersial prinsip ini menghendaki
pengakuan penghasila pada saat realisasi transaksi pertukaran atau pembebanan biaya atau
beban dalam dalam masa yang sama dengan pengakuan penghasilan. Walaupu pada
walaupun secara ekonomis pengeluaran ini merupakan unsur biaya untuk mendapatkan
penghasilan perusahaan.
b. Penyusutan asset mulai pada tahun pengeluaran walaupun harta itu belum di manfaat kan
c. Imputasi penghasilan pada bentuk usaha tetap atas dasar Force of Attraction walaupun
secara legal penghasilan itu tidak diperolehnnya dan secara nyata tidak dicatat dalam
pembukuan BUT.
2. Konsistensi
Untuk mengetahui kinerja bisnis dari tahun ke tahun di perlukan penerapan suatu metode
akuntansi secara taat asas, kecuali terdapat alasan dan bukti yang cukup kuat untuk melakukan
penggantian metode. Konsistensi ini lebih menekan pada penyanding vertikal (dari tahun ke
tahun), dapat saja terjadi, misalnnya terhadap berbagai kelompok persediaan dipakai metode
29
penilaian dan pembukuan yang berbeda, pelaporan fiskal pada dasarnnya menganut pandangan
itu, namun dalam konteks konsepsional, ketentuan perpajakan dapat menentukan lain, misalnnya
3. Konservatisme
Laporan keuangan komersial bersifat konserfatif terhadap suatu transaksi yang belum terjadi
menjadi sutu fakta. Dalam praktek akkuntansi sifat demikian di realisasikan dengan pembentukan
penyisihan atas kemungkinan kerugian yang mungkin di derita (Misal penghapusan piutang dan
cadangan kerugian), tanpa pengakuan suatu atas suatu klaim atau potensi keuntungan yang
belum terealisasi. Dalam kasus itu administrasi pajak kurang tertarik kepada estimasi dan angka –
angka yang belum terjadi secara nyata, tapi lebih cendrung untuk menganut realitas (Keadaan
nyata) dan meneliti secara seksama tiap elemen pengurang basis pengenaan pajak. Untuk jenis
perusahaan tertentu (Bank dan Asuransi), penerapan, pendekatan konservatif secara limitatif
dapat di perkenakan
Seperti laporan kenuangan komersial, ketentuan perpajakan juga mengikuti pandangan yang
lebih menitik beratkan kepada substansi ekonimis dari pada bentuk formal tiap transaksi atau fakta
bisnis namun ketentuan pajak dalam kasus tertentu (Misalnnya Leassing), kadang kadang
Laporan keuangan fiskal (yang dilaporkan dalam SPT) dapat disusun dengan proses
penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap laporan keuangan komersial, untuk
mengamankan data historis atas penyesuaian itu perlu di adakan pencatatan terhadap pos pos
yang menyebabkan perbedaan sementara antara ketentuan pajak dan standar akuntansi
keuangan (Misalnnya penyusutan). Implikasi dari aktifitas itu menunjukan adanya perangkat
“pembukuan Ganda” terhadap pos pos tertentu yang memungkinkan adannya perbedaan antara
rekonsiliasi. Namin karenna pembukuan itu dapat di rekonsiliasikan secara yuridids fiskal
Dalam praktekk pajak penghasilan dapat dihitung (untuk keperluan laba komersial)
berdasarkan laba akuntansi ( Pajak teoritis ) Atau laba karena pajak (Pajak Nihil) selisih antara
keduanya dicatat sebagai pos aktifa lain - lain di neraca yang secara teoritis dapat di alokasikan
dari waktu ke waktu, dan praktek itu tampak SAK memberikan kelonggaran kepada pengusaha
untuk memilih metode akuntansi pajak untuk memilih metode akuntansi pajak penghasilan.
Dikutip dari gunadi, kelompok kerja standar akuntansi dari organisasi kerjasama ekonomi
dan pembangunan negara ( Organization for economic Cooperation and Development ) dalam
laporan seri harmonisasi standar akuntansi membagi praktek pendekatan penyusunan laporan
keuangan fiskal sebagai solusi antara ketentuan akuntansi dan pajak kepada tiga pendekatan
sebagai berikut :
1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi dalam pendekatan ini, laporam
ketentuan perpajakan, pendekatan ini menghendaki laporan keuangan fiskal murni di susun
kurang terdapat dua pembukuan, yaitu menurut ketentuan perpajakan dan menurut praktek
komersial.
2. Ketentuan pajak, untuk tujuan penyusunan laporan merupakan standar independen terpisah
dari prinsip akunntansi, berbeda dengan butir 1, dalam pendekatan ini pengusaha bebas
fiskan disusun terpisah diluar jaringan proses pembukuan, laporan itu pada umumnnya
disusun sebagai produk tambahan selain laporan keuangan komersial, melalui proses
Common basis, dalam konsep ini laporan keuangan disusun terutama mengikuti standar
akuntansi, namun preferensi diberikan kepada ketentuan pajak kalau terdapat pengaturan
terhadap unsur – unsur yang umumnnya terdapat dalam laporan keuangan, ukuran itu dapat saja
Menurut Zain dalam bukunnya manajemen perpajakan menuliskan bahwa untuk menyusun
rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal, urutan
1. Buat terlebih dahulu daftar penyusutan fiskal sesuai dengan peraturan perundang – undangan
perpajakan.
6. Susun rekonsiliasi laba rugi yang di himpun dari jumlah jumlah akhir masing masing
rekonsiliasi sebelumnya
Zain juga dalam bukunnya menyatakan banyaknnya rekonsiliasi yang harus di susun disesuaikan
Gambar 2.1
Permanen Waktu
Fiskal )
sesuai standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan
sebagai Berikut :
Tabel 2.2
Penyusutan / Amortisasi
perpajakan.
Perbedaan Waktu
33
Achmad Tjahjono ( 2009 : 567 ) memberi pedoman untuk menyusun rekonsiliasi fiskal
sebagai berikut :
a. Wajib pajak tetap menyelenggarakan proses akuntansi komersial ( Menurut SAK ) sebagai
proses akuntansi utama.sehingga setiap akhir tahun akan menghasilkan produk berupa
b. Menyelenggarakan pencatatan tambahan untuk menghitung laba usaha kena pajak, yang di
maksud dengan pencatatan tambahan disini adalah terbatas untuk menghitung Harta / biaya /
c. Melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian laba usaha menurut
akuntansi komersial dalam rangka menghitung besarnnya laba usaha kena pajak, dengan
2. Melakukan analisis tehadap elemen – elemen yang perlu di sesuaikan untuk menentukan
d. Melakukan penyesuaian fiskal dengan cara melakukan penambahan atau pengurangan atas
laba usaha
e. Menyusun laporan keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan Pajak penghasilan
BAB III
PT.V Collection Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. PT.V
Collection Sejahtera didirikan pada tanggal 29-10-2007 dan berlokasi di Jakarta Barat, Dulu PT V
Collection Sejahtera hanya mempunyai 1 Ruko kemudian menyewa 2 Ruko yang masing-masing
terdiri dari 2 lantai. Yang akhirnya mempunyai 3 Ruko selama 5 tahun. Perusahaan pertama kali
hanya terdiri dari 50 pegawai saja serta hanya memiliki 20 unit mesin jahit. Dengan memproduksi
baju, celana, jaket. System PT. V Collection Sejahtera adalah bersifat jasa CMT ( Cut, Make, and
Trim ) yang artiannya jasa makloon atau jasa pembuatan produk garment mulai dari proses
memotong kain, menjahit sampai dengan pengepakan dilakukan oleh vendor. Pemberi jasa hanya
menyediakan bahan dan material pendukungnya saja, selanjutnya pihak vendor akan
Proses Cutting :
2. Marker
3. Cutting
4. Numbering
Mengurutkan kain sesuai dengan size atau ukuran pakaian yang telah dicutting atau di potong.
Proses Making :
Dalam proses making dikerjakan proses menjahit dari awal sampai produk akhir
Proses Trimming
Proses trimming merupakan proses yang akhir dari CMT. Dalam proses trimming ini dilakukan
6. Packing setelah pakaian yang dari finishing lalu dimasukan ke dalam polyback yang siap
untuk dikirim.
Suatu perusahaan dalam mengelola usahanya agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang digariskan perusahaan harus didukung dengan sistem manajemen yang teratur, untuk
kepentingan tersebut setiap perusahaan harus mempunyai struktur organisasi yang didalamnya
terdapat bagian-bagian yang mengurusi perkerjaan sesuai dengan bidang dan keahliannya
masing-masing.
Penyusunan organisasi sesuai dengan tingkat kemampuan keryawan dari setiap bagian yang
didalamnya terdapat pimpinan serta staf-stafnya yang harus berkerja sama satu dengan yang
lainnya. Struktur organisasi harus ditentukan secara jelas dan tepat guna.
Sesuai dengan Keputusan Rapat dan yang tertera di Akte Tanggal 05 Januari 2010 susunan
Dewan Komisaris
Dewan Direksi
36
Direktur : Andriyanci
Director
Follow Up
QC Dept. Secirity Cashier
Dept.
Warehouse Cleaning
Dept Services
Gambar.
3.1
Struktur Organisasi
1. Direktur Utama
Tugas – tugas yang menjadi tanggung jawab seorang direktur utama yaitu :
a. Mengoperasikan sumber daya yang ada di PT. V Collection Sejahtera untuk menjadi
b. Menyusun Anggaran.
2. Factory Manager
Tugas – Tugas yang menjadi tanggung jawab seorang Factory Manager adalah Mengkoordinir
seluruh kegiatan di pabrik dan distribusi, mengkoordinir tugas-tugas asisten, bertindak sesuai
37
dengan perintah direktur utama dan membuat laporan rutin mengenai keadaan pabrik secara
3. HRD
a. Mengelola orang-orang yang ada di dalam perusahaan, yang disebut karyawan, diantaranya :
data pribadi karyawan, kompetensi karyawan, KPI atau target, Motivasi, dll yang intinya HRD
b. Membuat system HR yang efektif dan efisien ; misalnya membuat SOP, job description,
performance management system, recruitment & selection management system, training &
c. Memastikan bahwa karyawan selalu produktif, loyal dan punya kontribusi terhadap
perusahaan.
d. Memastikan setiap karyawan, baik karyawan baru maupun karyawan lama memiliki 3C, yaitu :
a. Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi keuangan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan secara akurat dan tepat waktu.
pajak perusahaan agar efisien, akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku.
terutama pengelolaan piutang dan hutang, sehingga memastikan ketersediaan dana untuk
penggunaan anggaran tersebut untuk memastikan penggunaan dana secara efektif dan
akuntansi, serta mengontrol pelaksanaannya untuk memastikan semua proses dan transaksi
keuangan berjalan dengan tertib dan teratur, serta mengurangi risiko keuangan
memberikan masukan dari sisi keuangan bagi pimpinan perusahaan dalam mengambil
keputusan bisnis, baik untuk kebutuhan investasi, ekspansi, operasional maupun kondisi
keuangan lainnya
5. Marketing
a. Menetapkan tujuan dan sasaran jalannya operasional perusahaan dan strategi penjualan
kepada konsumen.
b. Membuat analisa terhadap pangsa pasar dan menentukan strategi penjualan terhadap
d. Mengoptimalkan kerja staf dan administrasi dibawah wewenangnya untuk mencapai tujuan
perusahaan.
dana promosi
dibagian pemasaran.
Merupakan hal yang terpenting bagi perusahaan, karena yang mengendalikan, mengatur
dan mengolah sumber daya itu adalah manusia sekalipun perusahaan memiliki berbagai peralatan
yang canggih tetapi tanpa peran aktif sumber daya manusia maka tidak akan berarti apapun.
39
Pada PT. V Collection Sejahtera terdapat bagian khusus yang mengendalikan masalah sumber
daya manusia yaitu HRD yang tugasnya mengurusi tatausaha kepegawain, kesejahteraan SDM,
Status kepegawain di PT V.Collection Sejahtera meliputi pegawai tetap, terhitung tahun 2014
jumlah pegawai PT. V Collection Sejahtera berjumlah 460 Orang. Tingkat pendidikan pegawai
Dalam meningkatkan sumberdaya yang propesional yang diharapkan agar pegawai memiliki
Adapun tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai dalam meningkatkan mutu
3. Melaksanakan tugas pegawai sesuai dengan undang-undang dan peraturan pegawai yang
berlaku.
PT. V Collection Sejahtera, yang berlokasi di Jalan Sempora No. 157 RT 003/ RW 001, Desa
Sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan yang digariskan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
selain sumberdaya manusia yang propesional juga harus didukung oleh peralatan dan teknologi
sehingga semua pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan diharapkan dapat menuai hasil yang
maksimal.
Begitu juga PT.V Collection Sejahtera agar semua kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan
lancar, cepat dan akurat maka diperlukan perlatan canggih. Adapun peralatan yang dimiliki oleh
PT. V Collection diantaranya komputer dilengkapi dengan printer, mesin jahit, mesin unroll telepon,
dan alat tulis lainnya. Untuk mempermudah dalam setiap departemen maka PT. V Collection juga
40
menggunakan jaringan Lan dan internet. Adapun perlatan dan teknologi yang terdapat di PT. V
Collection Sejahtera :
Adapun denah PT.V Collection Sejahtera yang digambarkan seperti dibawah ini
Gambar 3.2
V Collection
Sejahtera
3.5. Uraian
Singkat Magang
Tugas yang di
lakukan penyusun
1. Mencatat transaksi harian, semua data administrasi keuangan yang terkumpul di Kasir dan
Finance
a. Menghitung dan Menyetor semua pajak yang ada d PT. V collection Sejahtera
41
Pada umumnnya laporan laba rugi tersusun oleh pendapatan, biaya, dan beban seperti
halnnya yang di kutip dalam buku perencanaan pajak oleh Erli suandy ( 2011 : 82 ) laporan laba
rugi ini tersusun dari pendapatan biaya dan beban. Dalam PT V Collection sejahtera, laporan laba
rugi komersial perusahaan mencakup penjualan bersih, beban pokok penjualan, beban usaha
pendapatan ( Beban ) lain lain, data laporan laba rugi koersial perusahaan ini dapat di tunjukan
Penjualan 13.538.165.199
Biaya Operasional :
Laba sebelum pajak penghasilan yang di hasilkan dari laporan laba rugi komersial tidak
dapat di gunakan oleh petugas pajak dalam menentukan besarnnya pajak penghasilan badan
yang terutang. Hal ini di sebabkan terdapat adanya perbedaan yang mendasar dalam pengakuan
penghasilan dan biaya antara laporan laba rugi komersial dengan laporan laba rugi fiskal dimana
laporan laba rugi fiskal yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Dengan adannya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antaralaporan laba rugi
komersial dengan laporan laba rugi fiskal. Perusahan juga membuat laporan laba rugi fiskal agar
lebih jelasnnya penulis akan menjelaskan perhitungan laba rugi fiskal pada sub bab berikutnnya
Laporan laba rugi fiskal adalah laporan yang di buat oleh perusahaan untuk tujuan
gan peraturan perpajakan yang berlaku ( Undang – undang pajak penghasilan ) laporan keuangan
ini digunakan untuk keperluan perhitungan perpajakan. Data laporan laba rugi fiskal perusahaan
Biaya Operasional :
Laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal menghasilkan laba sebelum pajak
penghasilan yang jumlahnnya berbeda. Dimana laba sebelum pajak penghasilan yang di hasilkan
dari laporan laba rugi komersial sebesar Rp. 135.128.707 dan sementara laba dari laporan laba
46
rugi fiskal sebesar Rp. 331.311.086 selisih antara laporan laba rugi komersial dan laporan
Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengakuan
penghasilan dan biaya antara laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal, misalnnya
ada penghasilan dan biaya yang di akui oleh fiskal tetapi tidak di akui oleh komersial. Sebaliknya
ada penghasilan dan biaya yang di akui oleh komersial tetapi tidak di akui oleh fiskal.
Berdasarkan gambaran laporan laba rugi di atas perusahaan melakukan rekonsiliasi fiskal,
dimana perusahaan melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 196.182.397 koreksi fiskal positif
yang di lakukan perusahaan antara lain Gaji karyawan, sumbangan, Biaya penyusutan gedung,
dan PPh yang telah di bayar. Koreksi tersebut di lakukan oleh perusahaan itu karena terdapat
baiaya yang di akui oleh komersial tetapi tidak di akui oleh fiskal hal ini menyebabkan biaya
perusahaan menjadi lebih kecil sehingga penghasilan kena pajak perusahaan menjadi lebih besar.
Secara garis besar perusahaan ini lebih banya melakuka koreksi fiskal positip sedangkan
perusahaan ini tidak melakukan koreksi fiskal negatif hal ini menyebabkan laba perusahaan
mengalami kenaikan laba sehingga pajak penghasilannya pun menjadi lebih besar.
Untuk lebih jelasnnya, beberapa hal yang berhubungan dengan perbedaan laporan laba rugi
komersial dengan laporan laba rugi fiskal dapat di jelaskan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut :
Dalam jumlah gaji kariawan sebesar Rp. 2.056.594.786, itu sudah termasuk
pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 78.000.000 dan bingkisan yang di berikan
Penjelasan : Karena Rp. 78.000.000 merupakan pengeluaran pribadi, maka tidak boleh di
kepada karyawan termasuk natura sehingga tidak boleh di kurangkan terhadap penghasilan
bruto perusahaan.dan total koreksi sejumlah Rp. 96,000.000 harus di koreksi fiskal positif
10.910.000
47
seperti yang tercatat dalam laporan laba rugi komersial sebesar Rp. 10.910,000. Biaya ini
tidak ada hubungannya dengan aktivitas perusahaan secara langsung sehingga biaya
tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan. Selain itu biaya ini
Hal ini sesuai dengan pasal 4 ayat (3) hurup a1) undang undang pajak penghasilan
No. 7 tahun 1983 sebagai mana sudah di ubah terakhir dengan undang – undang No. 36.
Tahun 2008, sumbangan ini termasuk dalam perbedaan pemanen. Perbedaan permanen ini
menyebabkan adanya koreksi pada tahun pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu
perusahaan harus melakukan koreksi positif atas biaya tersebut pada tahun yang
besangkutan
3. Koreksi fiskal positif yang dilakukan pada biaya penyusutan gedung sebesar Rp. 72.085.833
bangunan menjadi bangunan permanen dan bangunan tidak permanen besarnnya tarif
penyusutan untuk bangunan permanen sebesar 5% dan bangunan tidak permanen sebesar
10% dari harga perolehannya, karena gedung merupakan bangunan permanen maka tarif
bukan Rp, 288.343.333, oleh karena itu besarnnya biaya penyusutan gedung perlu di koreksi
menjadi Rp. 216.257.500 atau biaya nya turun Rp. 72.085.833. turunnya biaya penyusutan
ini berakibat naiknnya laba kotor atau laba kena pajak. Maka koreksi sebesar Rp.
72.085.833
4. Koreksi fiskal positif yang dilakukan pada PPh yang sudah di bayar adalah Rp. 17.186.549
PPh yang sudah di bayar perlu di koreksi fiskal positif karena segala macam dan
penghasilan bruto dalam menghitung laba kena pajak maka adanya koreksi terhadap pajak
penghasilan ini laba kena pajak menjadi bertambah sehingga koreksinnya di sebut koreksi
fiskal positif.
48
Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal, maka penulis dapat menghitung besarnya pajak
penghasilan terhutang. Dimana pajak penghasilan terhutang ini dihitung dari laba sebelum pajak
penghasilan atau sering juga disebut laba sebelum pajak yang di kalikan dengan tarif tunggal 25%.
Dengan adannya perbedaan antara laporan laba rugi fiskal dengan laporan laba rugi komersial.
Maka setelah dilakukan rekonsiliasi penulis ingin mengetahui dampak perhitungan fiskal pada
Seperti yang sebelumnya di jelaskan, perusahaan ini memiliki penghasilan kena pajak
sebesar Rp. 135.128.707 dari laporan laba rugi komersial dan penghasilan kena pajak dari laporan
laba rugi fiskal sebesar Rp. 331.311.086. perbedaan tersebut menunjukan bahwa perusahaan
Sesuai dengan tarif Pasal 17 UU PPh. Maka tarif perhitungan PPh Badan adalah tarif tunggal
sebesar 25% dari penghasilan kena pajak. Selain itu juga sesuai denga pasal 31E UU PPh
tersebut terdapat fasilitas atas besarnnya tarif PPh Badan ini. Dimana wajib pajak badan dalam
negri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.0000 ( Lima Milyar Rupiah )
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagai mana di maksud
dalam pasal 17 ayat (1) hurup b dan ayat (2a) yang di kenakan atas penghasilan kena pajak dari
bagian predaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000 (Empat miliar delapan ratus juta rupiah)
menggunakan perhitungan sesuai dengan pasal 31E UU PPh. Hal ini dikarenakan peredaran bruto
prusahaan kurang dari Rp. 50.000.000.000, dimana peredaran bruto perusahaan pada tahun 2012
Perhitungan pajak penghasilan yang terhutang perusahaan ini dapat dilihat sebagai berikut :
Pajak Penghasilan
(4.800.000.000:13.538.165.199X331.311.086)X50%X25% Rp 14.638.416
Rincian Perhitungan Pajak Penghasilan Sebesar Rp. 68.144.345 adalah sebagai berikut :
memperoleh fasilitas:
13.538.165.199
Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian predaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas :
Catatan :
Yang dimaksud dengan peredaran usaha bruto adalah peredaran usaha dari usaha pokok tidak
Dari perhitungan diatas, pada tahun 2012 perusahaan harus membayar pajak penghasilan
sebesar Rp. 68.144.345 tetapi perusahaan telah membayar PPh 25 sebesar Rp. 17.186.546 dan
di kurangi kredit pajak PPh 23 sebesar Rp. 48.025.300. hal ini menyebabkan perusahaan
Perhitungan angsuran PPh 25 ini di dapat dari laba tahun sebelumnnya, dimana fiskal
mengibaratkan bahwa kemungkinan laba tahun sekarang minimal sama dengan laba tahun
sebelumnnya.
dalam perhitungan PPh 25 perusahaan mengasumsikan laba dari dua tahun sebelumnnya
karena pembayaran pajak dilakukan pada bulan april. Laba pada dua tahun yang lalu dan tahun
sebelummnya masing masing di hitung sesuai perhitungan pajak, dan untuk mengetahui
50
perhitungan pajak perbulan maka pajak penghasilan tersebut di kalikan dua belas bulan.
Kemudian PPh 25 dua tahun lalu di kalikan tiga sementara PPh pasal 25 tahun sebelumnnya di
kalikan sembilan. Itulah yang di masukan sebagai angsuran PPh Pasal 25 pada tahun ini.
BAB IV
4.1. Simpulan
1. Perbedaan perhitungan pendapatan dan biaya menurut undang undang perpajakan Nomor 36
Tahun 2008 dan standar akuntansi keuangan adalah di sebabkan ada perbedaan pengakuan
pendapatan dan beban menurut Undang undang perpajakan Nomor 38 Tahun 2008 dan
Standar Akuntansi Keuangan, ada pendapatan dan biaya yang boleh di akui di Akuntansi
tetapi tidak boleh diakui oleh undang undang perpajakan, maka dari itu Jumlah Laba PT. V
Collection Sejahtera dalam laporan keuangan komersial berbeda dengan jumlah laba dalam
laporan keuangan fiskal, hal ini terjadi merupakan hal logis karena akuntansi wajib pajak di
2. Koreksi Fiskal atas laporan keuangan komersial PT. V Collection Sejahtera di karenakan
adannya Perbedaan yang ada pada laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
pada PT. V Collection Sejahtera Berikut terdapat pos-pos yang di koreksi di laporan keuangan
komersial :
a. Gaji Karyawan
b. Sumbangan
3. Dengan koreksi fiskal ini dapat di ketahui bahwa nilai pajak penghasilan yang harus di bayar
sebesar Rp. 68.144.345 di karenakan perusahaan memiliki kredit pajak PPh Pasal 23 sebesar
Rp. 48.025.300 dan angsuran PPh 25 adalah Rp. 17.186.545 jadi PPh kurang bayar yang
yang ada, dan belum dilakukan pencatatan untuk membukukan pos pos dalam laporan
keuangan antara standar akuntansi keuangan dan peraturan perpajakan, sehingga masih
4.2. Saran
Setelah menarik simpulan di atas, maka penulis mencoba untuk memberikan beberapa
saran yang mungkin dapat memberikan manfaat bagi pihak pihak yang berkepentingan,
1. Perusahaan harus mengikuti peraturan perpajakan yang kerap mengalami perubahan, hal
ini agar perusahaan tidak melakukan kesalahan dalam menghitung PPh Terutang,
sehingga terhindar dari sanksi – sanksi yang mungkin dapat timbul akibat kesalahan
tersebut
2. Perusahaan tidak perlu membuat laporan dua pembukuan untuk tujuan pemakaian yang
untuk membukukan semua pos – pos dalam laporan keuangan yang memperlihatkan
adannya pencatatan yang terpisah tersebut, dengan diketahui pos pos yang berbeda, dan
apabila makin sedikit perkiraan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
52
fiskalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Richard & Wirawan B. Ilyas. 2007, Hukum Pajak, Jakarta : Salemba
Empat.
53
Resmi, Siti. 2009, Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 4. Salemba Empat
Jakarta
Tachyan Budianto, E., Magdalena Marpaung, A. and Kenshy, I., 2011. Penerapan Sistem
Penjualan Cash Dan Credit Card Dalam Kaitannya Dengan Member Card Discount. Jurnal
Ilmiah Ranggagading (JIR), 11(1), pp.28-35.
Kusmala, A.R., 2014. Pengaruh Penerapan PSAK No. 46 Terhadap Laporan Laba Rugi Pada Tiga
Perusahaan Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 2(1), pp.031-046.
Sumiati, R., Murdihardjo, L. and Nurjanah, Y., 2014. TINJAUAN ATAS PRINSIP ISTISHNA Studi
Kasus Pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bogor. Jurnal Online Mahasiswa-
Manajemen, 1(2).
Murdihardjo, L. and Effendy, M., 2013. Peranan Pengendalian Intern Persediaan Barang
Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Kesatuan, 1(1).
Supriyani, E. and Bintang Sahala, M., 2014. Pengaruh Tata Letak Terhadap Kepuasan Pelanggan
Ritel. Jurnal Ilmiah Manajemen. Diakses, 22.
Rosadi, R. and Suardy, W., 2005. Analisis Kelayakan Kredit Investasi Studi Kusus Pada Bank
Rakyat Indonesia Cabang Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 7(2), pp.27-37.
Tobing, M.L., 2006. Kajian implementasi kebijakan manajemen berbasis sekolah pada pendidikan
dasar di propinsi daerah khusus ibukota jakarta (Doctoral dissertation, Institut Pertanian
Bogor).
Achmad, N. and Srihandoko, W., PENGARUH STOCK BUYBACK TERHADAP KINERJA SAHAM
DAN KINERJA KEUANGAN.
Haryanti, A., Muktiadji, N. and Setiana, A., 2013. Analisis Dividen Tunai dan Earning Per Share
Terhadap Tingkat Imbal Hasil Investor.