Anda di halaman 1dari 56

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333642167

ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN LABA RUGI

Thesis · December 2014


DOI: 10.13140/RG.2.2.29036.41605

CITATIONS READS

0 190

3 authors, including:

Hastoni Hastoni
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Indonesia, Bogor
19 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Accounting Research View project

All content following this page was uploaded by Hastoni Hastoni on 06 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN LABA RUGI

KOMERSIAL DALAM PENENTUAN PAJAK PENGHASILAN ( PPh )

TERUTANG

EMPUD SYARIFUDIN

MIFTAHUDIN

ABSTRAK

Objek Tinjauan ini adalah PT. V Collection Sejahtera sebuah perseroan yang bergerak di
bidang Garment yang memproduksi pakaian jadi.

Tujuan Tinjauan ini untuk menentukan nilai pajak penghasilan terhutang perusahaan
dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial menjadi laporan keuangan fiskal.
Dengan melakukan rekonsiliasi, jadi perseroan tidak perlu membuat laporan keuangan dengan
dua pembukuan untuk tujuan yang berbeda, penulis ingin menganalisis apakah perusahaan ini
sudah melakukan kegiatan perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengingat adannya
perbedaan pengakuan pendapatan biaya antara standar akuntansi keuangan dengan undang
undang perpajakan.

Hasil Tinjauan ini menunjukan adannya beda antara laba akuntansi dengan laba untuk
tujuan pajak, perbedaan ini dikarenakan laporan komersial disusun berdasarkan berdasarkan
standar akuntansi keuangan, sedangkan laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan laporan
perpajakan, ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan
pengakuan terhadap unsur unsur yang umumnnya terdapat dalam laporan keuangan, ukiuran itu
dapat saja kurang sejalan dengan dengan prinsif akuntansi (komersial) Contohnnya adalah
transaksi – transaksi pendapatan dan biaya tertentu boleh di akui akuntansi tetapi tidak boleh di
akui oleh pajak atau sebaliknya.

Hasil Tinjauan ini menunjukan bahwa PT. V Collection Sejahtera harus mengikuti peraturan
perpajakan yang kerap mengalami perubahan . hal ini disebabkan agar perusahaan tidak
melakukan kesalahan dalam menghitung, melapor, dan membayar pajak sehingga terhindar dari
sanksi – sanksi yang mungkin dapat timbul akibat kesalahan tersebut,

Kata Kunci : Rekonsiliasi, laporan keuangan komersial, laporan keuangan fiskal, pajak terhutang.
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Standar pengukuran dan penilaian untuk menyusun laporan keuangan komersial dan

keuangan fiskal tidak sama. Ketidak samaan tersebut disebabkan tujuan yang ingin dicapai

berbeda

Laporan keuangan komersial digunakan untuk menggambarkan posisi keuangan

perusahaan pada tanggal tertentu, serta menggambarkan pendapatan dan biaya priode tertentu.

Laporan keuangan komersial ditunjukan untuk pihak intern dan ektern. Bagi pihak intern, laporan

keuangan digunakan untuk menilai hasil kinerja dalam suatu priode akuntansi, apakah selama

priode tersebut terjadi kenaikan atau penurunan aktifitas usaha yang tercermin dari pendapatan

(hasil usaha) yang efektif serta efisien, yang selanjutnya akan menghasilkan kenaikan

(Penurunan) laba usaha dari priode sebelumnya. Dengan mengadakan analisa laporan keuangan

dari perusahaa, manajemen akan mengetahui keadaan dan perkembangan financial dari

perusahaanya, dimana hasil analisa histori tersebut sangat penting artinya bagi penyusunan

rencana ataupun kebijakan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Sedangkan untuk

pihak eksternal, dalam hal ini khususnya pemegang saham yang tidak terlibat secara langsung

dalam operasional perusahaan, laporan keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, terutama berapa besar dividen yang akan di terima

serta untuk memutuskan apakah manajemen perusahaan tetap di pertahankan. Disamping hal

tersebut, laporan keuangan sudah pasti akan digunakan untuk memutuskan apakah di perlukan

ekspansi usaha pada priode selanjutnya.

Laporan komersial ditunjukan untuk kepentingan banyak pihak, maka untuk menyamakan

persepsi terhadap laporan keuangan ini digunakan standar penilaian dan pengukuran yang

berlaku umum. Di indonesia untuk menyusun laporan keuangan komersial digunakan standar

akuntansi keuangan ( SAK ).

Berbeda dengan laporan keuangan komersial, laporan keuangan fiskal adalah laporan

keuangan yang di tunjukan untuk kepentingan fiskus/petugas pajak sebagai dasar untuk
2

menghitug besarnya pajak terhutang pada satu priode pajak atau satu tahun takwim. Laporan ini

disusun sesuai peraturan perpajakan. Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang

pengukuran dan pengakuan terhadap unsur unsur yang umumnya terdapat dalam laporan

keuangan. Ukuran itu dapat saja kurang sejalan dengan prinsip akuntansi (Komersial). Contohnya

: transaksi – transaksi pendapatan dan biaya tertentu yang boleh diakui akuntansi tetapi tidak

diakui oleh pajak, atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan laporan keuangan perpajakan mempunyai

motivasi untuk mempersempit erosi potensi pengenaan pajak, karena pajak merupakan salah satu

sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik

pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.

Undang – undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan,

hanya memberikan pembatasan untuk hal – hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan

maupun biaya. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan komersial dan laporan keuangan

fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komesial.

Perbedaan antara laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial

dikarenakan tujuan dan kegunaannya berbeda. Jika untuk menyediakan laporan keuangan fiskal

dan laporan komersial harus di tandatangani oleh administrasi yang berbeda, maka biaya untuk

menyediakan kedua laporan keuangan tersebut menjadi sangat mahal. Untuk mengurangi biaya

administrasi yang sangat mahal tersebut, dilakukan rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan

komersial.

Berdasarka uraian diatas, penulis tertarik untuk malakukan penulisan Tugas askhir dengan

judul : “ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN LABARUGI KOMERSIAL DALAM

PENENTUAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) TERUTANG (Studi kasus pada Laporan Keuangan

Tahun 2012 PT. V COLLECTION SEJAHTERA)”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di

bahas dalam Tinjauan ini adalah :


3

1. Bagaimana perbedaan pelaporan pendapatan dan biaya menurut undang – undang

perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 dengan standar akuntansi keuangan di PT V Collection

Sejahtera ?

2. Bagaimana Koreksi fiskal atas laporan keuangan komersialnya di PT V Collection

Sejahtera ?

3. Berapa Jumlah pajak penghasilan tahun 2012 yang seharusnnya di bayar di PT. V

COLLECTION SEJAHTERA ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari Tinjauan ini adalah untuk menentukan besarnya jumlah pajak penghasilan

terutang perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial menjadi laporan

keuangan fiskal pada PT. V COLLECTION SEJAHTERA, mengetahui perbedaan pendapatan dan

biaya berdasarkan standar akuntansi keuangan dan undang undang perpajakan, malakukan

rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan komersial serta mengetahui landasan hukum dalam

penentuan koreksi fiskal.

1.4. Waktu dan Tempat Praktek kerja

Penyusun telah melakukan peraktek kerja selama 3 bulan di PT. V COLLECTION

SEJAHTERA yang beralamat di KP. Sampora No.157 Desa Nanggewer Mekar Kelurahan

Cibinong kabupaten Bogor – Jawa Barat


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Akuntansi

2.1.1. Akuntansi dan laporan keuangan

2.1.1.1 Pengertian Akuntansi

Ada beberapa ilmu definisi tentang ilmu akuntansi, Antara lain :

Menurut American Intitute Of Certified Public Accountant (AICP) yang di kutip oleh Zaki Baridwan

(2003 : 1)

Akuntansi adalah suatu kegiata jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama
yang mempunyai sifat kesatuan dari kesatuan dari suatu usaha ekonomi yang di gunakan dalam
pengambilan keputusan – keputusan ekonomi dalam memilih alternaif dari suatu keadaan.

menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011), “akuntansi adalah sistem informasi yang

mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi

kepada pihak yang memiliki kepentingan”

2.1.1.2 Laporan keuangan


5

Agar hasil suatu usaha dapat diketahui, setiap kurun waktu (Priode Akuntansi) tertentu

perusahaan perlu menyusun laporan keuangan, Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses

pelaporan keuangan, sedangkan penyusunan laporan keuangan adalah tahap akhir dalam

akuntansi. Laporan keuangan harus memenuhi beberapa syarat yaitu, Relevan, dapat dimengerti,

dapat diuji dapat dibandingkan, dapat dipercaya, lengkap, penyampaian tepat waktu, akurat dan

obyektif.

Laporan keuangan suatu perusahaan meupakan interprestasi suatu kondisi keuangan

suatu perusahaan selama priode tertentu, sehingga fungsi laporan keuangan memegang peranan

yang sangat penting dalam pengambilan suatu keputusan baik di tangkat manajemen maupun di

tingkat Shareholder / investor utama yang tidak terlibat secara langsung dalam operasional

perusahaan.

Setiap perusahaan, termasuk juga sebuah Bank, pada suatu waktu atau priode tertentu

akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah

laporan keuangan yang di laporkan untuk memenuhi tujuan bersama sebagai besar penguna

laporan.

Bebrapa pengertian dari laporan keuangan, antara lain :

a. Menurut standar akuntansi keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, Laporan keuangan

yang lengkap biasannya meliputi Neraca, Laporan Laba rugi, laporan posisi keuangan (yang

dapat di sajikan di berbagai cara misalnnya sebagai laporan aruskan dan laporan arus dana),

catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan, di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan

dengan laporan tersebut, misalnnya, informasi keungan segmen industri dan geografis serta

pengaruh penrubahan harga.

b. Menurut Zaki Baridwan,

Laporan keuangan merupakan dari suatu proses pencatatan dan merupakan suatu transaksi –

transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan, laporan

keuangan ini dibuat oleh managemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas

– tugas yang debebankan kepadannya oleh pemilik perusahaan.


6

Laporan keuangan selain tercantum dalam pengertian – pengertian yang telah di sebutkan

diatas juga mencakup karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi

dapat lebih bermanfaat terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu, dapat dipahami, relevan,

keandalan dan dapat diperbandingkan.

Dasar – dasar pengukuran tersebut sebagai berikut :

a. Biaya histori. Aktiva di catat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar sebesar

nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk meperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan,

kewajiban di catat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau dalam

keadaan tertentu misalnnya pajak penghasilan, dalam jumlah kas (setara kas) yang diharapkan

agar dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal

b. Biaya kini (Current Cost). Aktiva dinilai dalam jumlah kas (setara kas) yang seahrusnya di

bayar bila aktiva yang sama atau secara aktifitas diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan

dalam jumlah kas (setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan

diperlukan yang mungkin akan di perlukan untuk menyelesaikan kewajuiban (Obligasi )

Sekarang.

c. Nilai realisasi / penyelesaian (Realizable / settlement value). Aktiva dinyatakan dalam julah kas

(setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam elepasan normal

(Orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumalh kas (setara

kas) yang tidak di diskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban

dalam pelaksanaan usaha normal.

d. Nilai sekarang (present Value). Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan

yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharpakan dapat memberikan hasil dalam

pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih dimasa

depan yang di diskontokan kenilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk

menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

2.1.1.3. Tujuan Laporan Keuangan

Dalam kerangka dasar setandar akuntansi keuangan, tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
7

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini untuk memenuhi kebutuhan bersama

sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi

yang mungkin di butuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk

menyediakan informasi non keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajmen, atau

pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan suberdaya yang dipercayakan kepadannya.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut suatu laporan keuangan menyajikan informasi

mengenai perusahaan yang meliputi Aktiva, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan dan Beban

termasuk kuntungan dan kerugian dan aruskas.

Laporan keuang perusahaan didasarkan pada aturan – aturan dan konvensi – konvensi

akuntansi. Untuk mencapai konsistensi dan komparabilitas, pertimbangan – pertimbangan

subyektif diminimalkan, tetapi penilaian suatu perusahaan didasarkan pada proyeksi atau

prakiraan kinerjannya dimasa depan. Hal ini melibatkan pertimbangan – pertimbangan yang

subyektif, jadi laporan akuntansi tidak mencatat nilai ekonomis, sebaliknnya laporan laporan itu

memberikan informasi historis kuantitatif dasar yang merupakan sekumpulan input yang penting

yang digunakan dalam menghitung nilai nilai ekonomis

2.1.1.4. Komponen Lapoan Keuangan

Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan pada umumnnya terdiri dari komponen –

komponen sebagai berikut :

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4. Laporan Arus Kas

5. Catatn Atas Laporan Keuangan


8

Komponen - komponen laporan keuangan yang telah disebutkan diatas saling terkait

antara transaksi satu dengan transaksi lainnya karena menunjukan aspek aspek yang berbeda

dari transaksi – transaksi atau peristiwa lain yang sama, meskipun setiap laporan menyediakan

informasi yang berbeda satu sama lain, tidak ada yang hanya dimaksudkan untuk memenuhi

tujuan tunggal untuk menyediakan semua informasi yang diperlikan untuk memenuhi kebutuhan

khusus pemakai.

2.1.1.5 Unsur Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambakan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain

yang di klasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominnya,

kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan langsung dengan

pengukuran posisi keuangan adalah Aktiva, Kewajiban, dan Ekuitas. Sedangkan unsur – unsur

kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban, laporan keuangan biasannya

mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan berbagai unsur neraca, dengan

demikian kerangka tidak mengidentifikasikan unsur posisi keuangan secara khusus.

Penyajian sebagai unsur ini dalam neraca dan lporan laba rugi memerlukan proses sub-

klasifikasi, misalnnya aktiva dan kewajiban dapat di klasifkasikan menurut hakekat dalam

fungsinnya dalam bisnis perusahaan dengan maksud untuk menyajikan informasi dengan cara

yang paling berguna bagi pemakai dengan tujuan untuk pengambilan keputusan ekonomi.

Unsur yang berkaitan langsung dengan pebgukuran posisi keungan adalah Aktiva, Kewajiban,

dan Ekuitas. Pos pos ini di identifikasi kan sebagai berikut :

1. Aktifa merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa

masalalu, dari mana perusahaan mengharapkan untuk memperoleh manfaat ekonomi masa

depan. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva dapat mengalir ke

perusahaan dengan berbagai cara misalnnya aktiva digunakan baik sendiri maupun dengan

aktiva lain untuk memperoduksi baranng dan jasa yang dijual oleh perusahaan dapat

dipertukarkan dengan aktiva lain. Dapat digunakan untuk menyelesaikan kewajuban, atau

dibagikan kepada pemilik perusahaan. Contoh aktiva : Kas, piutang dagang, peralatan.
9

2. Kewajiban (Liability) merupakan pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin terjadi

pada masa mendatang, berupa kewajiban suatu entitas untuk mentransfer aktiva atau

emberikan jasa kepada entitas lain pada masa mendatan, sebagai akibat transaksi atau

kejadian masa lalu. Penyelesaian kewajiban yang ada saat ini dapat dilakukan dengan

berbagai cara misalnnya pembayaran kas, penyerehan aktiva lain, pemberian jasa,

penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain dan konversi kewajiban menjadi

sekuritas . Contoh kewajiban : Hutang dagang, Hutang bank, hutang gaji.

3. Ekuitas merupakan hak residual atas aktifa persahaan yang masih ada setelah dikurangi

semua kewjiban. Dengan kata lain ekuitas adalah selisih antar aktiva dengan kewajiban.

Ekuitas dapat diperinci dalam neraca misalnnya dalam perusahaan yang berbentuk perseroan

terbatas, ekuiitas terdiri dari setoran modal oleh para pemegang saham, saldo laba yang di

tahan, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing –

masing disajikan terpisah. Pengklasifikasian semacam itu menjadi relevan untuk pengambilan

keputusan pemakaian laporan keuangan apabila pos – pos tersebut mengidentifikasi

pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap kemampuan perusahaan untuk

membagikan atau menggunakan ekuitas. Jumlah ekiutas yang ditampilkan dalam neraca

tergantung pada pengukuran aktiva dan kewajiban.

Unsur – unsur yang tidak terkait langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah pos –

pos pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian, yang di identifikasikan sebagai berikut :

1. Pendapatan adalah arus masuk penambahan atas aktiv suatu entitas atau penyesuaian

kewajiban – kwajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau

produksi barang , pemberian jasa atau aktifitas – aktifitas lainnya yang merupakan operasi

utama yang berkelanjutan dari entitas yang dimaksud. Contohnnya : Penjualan, penghasilan

Jasa, Bunga, deviden, Royalty, Sewa.

2. Beban merupakan arus keluar, pemakaian aktifa atau terjadinya kewajiban (atau kombinsi

keduannya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau

pelaksanaan aktivitas – aktifitas lainyang mrupakan operasi yang berkelanjutan dari entitas

dimaksud Contoh beban : Harga pokok penjualan, Beban gaji, dan Beban Penyusutan.
10

3. Keuntungan (gain) adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi yang

bukan merupakan operasi utama perusahaan atau yang sifatnnya insidental dan dari

transaksi yang di maksud, kejadian serta dari situasi lain yang mempengaruhi perusahaan

selain yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik, Contoh : keuntungan atas

penjualan surat berharga, keuntungan atas penjualan aktifa tetap.

4. Kerugian (Loss) adalah penurunan ekuitas yang berasal dari transaksi yang bukan

merupakan operasi utama atau yang sifatnnya insidental dan dari semua transaksi, kejadian,

atau situasi lain yang mempengaruhi entitas, selain yang di hasilkan dari beban atau distribusi

kepada pemilik. Contoh : kerugian atas penjualan surat berharga kerugian atas penjualan

aktiva tetap.

2.1.2 Konsep Penghasilan Menurut Akuntansi

Penghasilan merupakan segala macam kegiatan yang berhubungan dengan perubahan

perubahan pada perusahaan yang nantinya dapat menambah modal perusahaan atau

memberikan keuntungan bagi perusahaan, hal ini terjadi karena adannya kativitas – aktivitas

perusahaan yang berupa penyerahan jasa atau barang dagangan kepada konsumen. Secara

spesifik penghasilan masih sangat sulit untuk di definisikan hal ini di karenakan adannya

perbedaan ragam dalam penentuan penghasilan dan pengaruh faktor lain yang kadang sulit untuk

di satukan.

Definisi penghasilan menurut Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ) adalah :

Penghasilan merupakan peningkatan manfaat ekonomi selama satu priode akuntansi tertentu
dalam bentuk pemasukan atau penambahan Aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman Modal

Dari definisi di atas, maka penghasilan dalam suatu perusahaan dapat di peroleh dari :
11

a. Peningkatan jumlah aktiva perusahaan dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva.

Penghasilan yang di peroleh diukur dengan besarnya aktiva yang di peroleh sebagai penukar

atas jasa yang telah di tukarkan.

b. Penurunan kewajiban suatu perusahaan yang di peroleh dari pembatalan hutang perusahaan

terhadap kreditur atau pihak lain.

c. Aktifa usaha lain yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.\

Penghasilan (income) melipuiti baik Pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).

Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahan yang biasa dan di kenal dengan

sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan sewa.

Keuntungan mencerminkan keuntungan lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan

mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.

Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan demikian pada hakikatnya tidak

berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu pos – pos tersebut tidak terpandang sebagai unsur

terpisah dalam kerangka dasar.

2.1.3 Konsep Beban dan Biaya Menurut Akuntansi

Dalam akuntansi ada dua istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengeluaran

dalam suatu perusahaan, yaitu biaya dan beban.pemakaian istilah beban (Expense), dan biaya

(cost) sering di rancukan tergantung dari tujuan pemakaian istilah tersebut.

Pengertian biaya menurut Adolp Maltz dan Milton Usry adalah :

Para akuntan telah mendefinisikan cost sebagai suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan
yang di lakukan guna mendapatkan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau
pengorbanan tersebut pada tanggal terjadinya dinyatakan pengurangan kas atau harta lainnya
pada saat kini atau dimasa depan

Sedangakan pengertian beban menurut Adolp Maltz dan Milton Usry adalah :

“Expense dapat di definisikan sebagai arus kan keluar dari barang atau jasa yang akan di

pertemukan dengan pendapatan untuk menentukan laba (incom)”.


12

Sehingga dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah beban dan biaya itu

berbeda, namun untuk mencari perbedaan tersebut cukup sulit. Beban berkaitan erat dengan

aruskas keluarnya barang dan jasa dalam satu periode yang di pertemukan dengan pendapatan

untuk memperoleh laba, sedangkan biaya itu sendiri merupakan nilai tukar atau pengorbanan yang

dilakukan untuk memperoleh manfaat barang dan jasa.

Beban di akui dalam laporan laba rugi jika penurunan masa manfaat masa depan yang

mempunyai hubungan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan

dapat diukur. Dan beban diakui atas dasat hubungan langsung antara yang timbul dan pos

penghasilan tertentu yang diperoleh.

2.1.4 Konsep Penyusutan

Menurut Zaki Baridwan (2003:307), “Penyusutan adalah kegiatan dari harga perolehan

aktiva tetap yang secara sistematis di alokasikan menjadi biaya stiap priode akuntansi”.

Menurut PSAK No.17 penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat di

susutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi, penyusutan untuk priode akuntansi di

bebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, aktiva yang dapat

di susutkan antara lain :

a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu priode akuntansi

b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas

c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk di gunakan dalam peroduksi atau pemasok barang dan

jasa, untuk di sewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Berdasarkan standar akuntansi keuangan jumlah yang dapat di susutkan di alokasikan di

priode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis, metode

manapun yang dipilih konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang

prifitabilitas perusahaan dalam pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding

hasil operasi perusahaan dari priode ke priode.

Faktor – faktor yang menyebabkan depresiasi adalah :

1. Faktor fisik
13

Faktor – faktor fisik yang mempengaruhi fungsi aktiva tetap adalah karena dipakai (waer and

fear), karena umur aktiva (deteriation and declay) dan kerusakan kerusakan.

2. Faktor Fungsional

Faktor – faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara lain ketidak mampuan

untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti karena adannya perubahan

permintaan terhadap barang atau jasa yang di hasilkan, atau karena adanya kemajuan

teknologi sehinnga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika di pakai.

Berdasarkan PSAK penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan

sepanjang masa manfaat yang di estimasikan, penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang

diberikan dari nilai aktiva tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aktiva di bebankan

secara bertahap, karakteristik dari aktiva yang disusutkan adalah :

a. Digunakan dalam kegiatan usaha (use in trade or business)

Aktiva yang di susutkan adalah aktifa yang di pakai dalam usaha atau menjalankan usaha.

b. Nilainya menurun secara bertahap (gradual delining in value)

Nilai aktiva yang disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena semakin buruk

fisiknnya atau karena faktor kualitas, kalau nilainnya tidak menurun secara bertahap maka tidak

dapat di susutkan tetapi langsung dibiayakan, adapun aktiva yang tidak dapat disusutkan

adalah tanah, barang dagangan dan persediaan.

c. Aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud (tangible and intangible depreciation)

Kedua dari aktiva ini di susutkan, dan penyusutan aktiva tidak berwujud dinamakan amortisasi.

d. Pihak yang berhak melakukan penyusutan (claiming depresiation)

Pihak yang dapat melakukan penyusutan adalah :

1. Pihak yang mengunakan aktiva tersebut dalam kegiatan usaha.

2. Pemilik

e. Dasar untuk melakukan penyusutan (basisi of depreciation)

Dasar untuk melakukan penyusutan pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Harga perolehan

2. Nilai buku

3. Revaluasi
14

Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan menurut

kriteria berikut :

a. Berdasarkan waktu

1. Metode garis lurus (straight – line method)

2. Metode pembebanan yang menurun :

 Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)

 Metode saldo menurun ganda (double declining balancing methode)

b. Berdasarkan penggunaan

1. Metode jam jasa (serivice hours method)

2. Metode jumlah unit produksi (productive output method)

c. Berdasarkan kriteria lain

1. Berdasarkan jenis dan kelompok (group and komposite method)

2. Metode anuitas (Annuity method)

3. Sistem persediaan (Inventory sistem)

2.2 Konsep Dasar pajak

2.2.1 Pajak

Pajak dari prosfektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat

kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adannya pajak menyebabkan

dua situasi menjadi berubah. Pertama berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai

sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa, kedua bertambahnnya kemampuan

keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan

masnyarakat.

Pajak adalah iuran dari rakyat kepada kas negara atau dengan kata lain peralihan

sebagian kecil kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah berdasarkan ketentuan undang

undang perpajakan . pajak merupakan sumber utama dalam pembiayaan negara dan

pembangunan nasional, sebagian sumber penerimaan negara yang terbesar, maka dari tahun ke

tahun target penerimaan negara di tingkatkan, pajak juga merupakan salah satu usaha pemerintah
15

dalam mencukupi pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari

dalam negri, berikut adalah definisi pajak menurut beberapa ahli, pajak di pungut berdasarkan

norma – norma hukum guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa kolektif untuk

mencapai kesejahteraan umum.

2.2.1.1 Definisi pajak

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak ialah.

Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keparluan negara bagi sebesar – besarnnya kemakmuran rakyat

Sedangkan menurut Prof, Dr, Rochmat Soemitro, S.H., dalam Gusfahmi (2007:25)

Pajak adalah pemeliharaan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang
undang yang dapat di paksakan dengan tidak mendapat imbalan yang secara langsung dapat di
tunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat
pendorong penghambat atau pencegah , untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang
keuangan.

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani, dalam yusdianto ( 2004:2 )

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutama oleh yang wajib
membayarnnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunannya adalah untuk membiayai pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Dari defisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur :

1. Iuran pajak kepada negara.

2. Berdasarkan undang undang.

3. Tampa jasa timbal balik atau kontra prestasi.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

2.2.1.2 Fungsi, Syarat, dan Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi Dalam Bukunnya Perencanaan (2009) mengungkapan dua fungsi pajak

yaitu :

1. Fungsi Budgerair (Sumber keuangan Negara)


16

Pajak membpunyai Fungsi pajak budgetair, yang artinya bahwa pajak merupakan salah satu

sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan, sebagai contoh yaitu dimasukan pajak dalam APBN sebagai penerimaan

dalam negri.

2. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak mempunyai fungsi regulerend yang artinya bahwa pajak sebagai alat untuk mengukur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai

tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan sebagai contoh yaitu dikenakan pajak yang

tinggi terhadap minuman keras dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

Namun menurut ilyas dan burton dalam nukunnya hukum pajak (2007) menambahkan dua

fungsi lainnya yaitu : fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi. Fungsi demokrasi dari pajak adalah

suatu fungsi wujud sistem gotong royong, sebagai contoh yaitu apabila seorang melakukan

kewajibannya dalam membayar pajak, maka ia mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan

yang baik dari pemerintah. fungsi redistribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur

pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.

Hukum pajak juga mengatur tentang tata cara pemungutan pajak. Di kutif dari Achmad

Tjahyono (2009), pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara berikut ini yaitu :

1. Stesel Nyata. Stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat dilaksanakan

pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan sesungguhnya yang diperoleh dalam masa

pajak yang bersangkutan.

2. Stelsel Anggapan. Dengan stelsel ini pemungutan pajak dapat di lakukan pada awal tahun

pajak karena berdasarkan peraturan dan undang – undang yang berlaku, hal ini

dimungkinkan untuk di laksanakan berdasarkan suatu anggapan penerimaan/pendapatan

yang di peroleh wajib pajak ( WP ). Anggapan ini dapat menggunakan perbandingan data

antara penerimaan/pendapatan WP pada tahun sebelumnnya yang di anggap sama dengan

pendapatan yang akan di peroleh pada tahun sekarang.

3. Stelsel Campuran. Dalam stelsel ini berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang

didasarkan pada suatu anggapan dan pada akhir tahun yang didasarkan pada suatu
17

kenyataan sehingga menurut stelsel ini akan terjadi perhitungan kembali untuk menentukan

masalh lebih atau kekurangan pajak.

2.2.1.3 Pembukuan Perpajakan

Pengertian pembukuan menurut Erly Suandy (2006) adalah proses pencatatan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keadaan harta, kewajiban atau utang, Modal,

penghasilan dan biaya, serta harta perolehan dan penyerahan barang/jasa yang terutang pajak

pertambhan nilai (PPN), tidak terutang PPN, dikenakan PPN dengan Tarif 0% dan dikenakan

pajak penjualan atas barang mewah. Pembukuan di tutup dengan menyusun laporan keuangan

berupa neraca dan perhitungan laba rugi pada stiap akhir tahun pajak.

Kutipan Pasal 28 UU Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007,

1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib

pajak badan di indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.

2. Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagai mana

di maksud dalam ayat (1), tetapi wajib melakikan pencatatan, adalah wajib pajak orang pribadi

yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan peraturan

perundang – undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan

menggunakan norma perhitungan penghasilan netto dan wajib pajak orang pribadi yang tidak

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus di selenggarakan dengan itikad baik dengan

mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenernnya.

4. Pembukuan dan pencatatan harus diselenggarakan di indonesia dengan menggunakan hurup

latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa indonesia atau dalam

bahasa asing yang di ijinkan oleh menteri keuangan

5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel

kas.

6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapatkan

persetujuan dari direktur jenderal pajak.


18

7. Pembukuan sekurang – kurangnnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnnya

pajak yang terhutang.

8. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat

diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat ijin menteri keuangan.

9. Pencatatan sebagai mana di maksud dalam ayat 2 terdiri atas data yang dikumpulkan secara

teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar

untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak

dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.

2.2.2 Konsep penghasilan menurut perpajakan

Dalam Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 menyebutkanyang menjadi

Objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

di peroleh wajib pajak baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat di

pakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan

nama dan dalam bentu apapun termasuk :

a. Penggatian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau

imbalan dalam bentuk lainnya.

b. Hadiah atau undian dari pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan

c. Laba Usaha,

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

1. Keuntungan pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai

pengganti saham atau penyertaan modal,

2. Keuntungan pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota yang di

peroleh perseroan persekutuan dan badan lainnya,

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,

pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentu apapun.
19

4. Keuntungan pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang

diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu drajat, dan badan

keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk, yayasan, koperasi, ayau orang

pribadi, yang menjalankan usaha mikron dan kecil, yang ketentuannya di atur lebih lanjut

dengan meteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan

kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak pihak yang bersangkutan,

5. Keuntungan karena penjualan, atau pengalihan sebagian, atau seluruh hak penambangan,

tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis, dan pengembalian sisa hasil usaha koperasi,

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak,

i. Sewa dan penghasilan lain sehubung dengan penggunaan harta

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,

k. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang

ditetapkan dengan peraturan pemerintah,

l. Keuntungan dengan selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau di peroleh perkumpulan dari anggotannya yang terdiri dari wajib

pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut berdasarkan

volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotannya.

p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan

q. Imbalan bunga sebagai mana di maksud dalam undang undang yang mengatur mengenai

ketentuan umum dan tata cara perpajakan

r. Surplus bank indonesia


20

Dari beberapa penghasilan yang telah di sebutkan di atas ada beberapa yang yang bukan

termasuk objek pajak atau bukan merupakan penghasilan. Objek pajak tersebut tidak di anggap

sebagai penghasilan dan berdasarkan undang undang perpajakan pasal 4 ayat (3) yaitu :

a. 1. Bantungan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang di bentuk

atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang di akui di indonesi, yang diterima

oleh lembaga keagamaanyang di bentuk atau di sahkan oleh pemerintah dan yang di terima

oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya di atur dengan atau berdasarkan,

peraturan pemerintah

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarahdalam garis keturunan lurus satu drajat,

badan keagamaan, badan pendidikan badan sosial, termasuk yayasan koerasi, atau orang

pribadi yang menjalankan usaha mikro

dan kecil, yang ketentuannya di atur dengan atau berdasarkan, peraturan menteri keuangan,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan kepemilikan, atau penguasaan di

antara pihak pihakn yang bersangkutan

b. Warisan

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai mana yang dimaksud dalam

pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal,

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperbolehkan dalam bentuk natura atau dalam bentuk kenikmatan dari wajib pajak atau

pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang di kenakan pajak

secara final, atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus sebagai mana

yang di maksud dalam pasal 15 ( Lima Belas )

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi

kesehatan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

f. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak

dalam negri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah. Dari

pernyertaan modal pada badan usaha yang didirkan dan bertempat kedudukan di indonesia

dengan syarat.
21

1. Dividen berasal dari cadangan laba yang di tahan,

2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang

menerima deviden, kepemilikan saham pada badan yang yang memberikan, deviden

paling rendah 25 % ( Dua Puluh Lima Persen ). Dari jumlah modal yang di setor.

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh mentri

keuangan, baik yang di beli oleh pemberi kerja maupun pegawai.

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagai yang dimaksud pada

hurup (g) dalam bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komaditer yang modalnnya

terbagi atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan, firma

j. Dihapus,

k. Penghasilan yang diterima atau di peroleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari

badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di indonesia,

dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor

sektor usaha yang di tetapkan dengan menteri keuangan.

2. Sahamnnya tidak di perdagangkan di bursa efek indonesia.

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya di atur lebih lanjut dengan

atau berdasarkan peraturan menteri keuangan,

m. Sisa lebih yang di terima atau di peroleh, badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam

bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang telah terdaftar dalam

instansi yang membidanginnya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan

prasaranakegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu

paling lama 4 ( Empat ) Tahun sejak di perolehnnya sisa lebih tersebut, yang ketettuannya di

atur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan

n. Bantuan atau santuan yang di berikan oleh badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib

pajak tertentu, yang ketentuannya di atur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan

menteri keuangan.
22

2.2.3 Konsep Biaya dan bukan biaya menurut perpajakan

2.2.3.1 Biaya

Pengertian biaya menurut undang – undang perpajakan No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat

(1) yaitu :

1) Besarnya penghasilan bruto di kurangi biaya untuk mendapatkan atau menagih dan

memelihara penghasilan termasuk :

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara

lain

1. biaya pembelian bahan,

2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,

gratifukasi, dan tunjangan, yang diberikan dalam bentuk uang,

3. bunga, sewa, royalti,

4. biaya perjalanan,

5. biaya pengolahan limbah,

6. biaya promosi dan penjualanyang di atur dengan atau berdasarkan peraturan meteri

keuangan,

7. Biaya administrasi

8. Pajak kecuali pajak penghasilan.

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan dan amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai nilai manfaat lebih

dari 1 ( satu ) tahun sebagai mana di maksud dalam pasal 11 dan Pasal 11 A.

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendirinnya telah disahkan oleh menteri keuangan.

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam

perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.

e. Kerugian dari selieih kurs mata uang asing

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia.

g. Biaya beasiswa, magang, pelatihan.

h. Piutang yang nyata tidak dapat di tagih dengan syarat

1. Telah di bebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.


23

2. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutag yang tidak dapat di tagih kepada

direktorat jenderal pajak,

3. Telah di serahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negri atau instansi

pemerintah yang menangani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis mengenai

penghapusan piutang atau pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan,

4. Syarat sebagai di maksud pada angka 3 ( Tiga ) tidak berlaku untuk penghapusan

piutang tak tertagih debitur kecil sebagai mana di maksud dalam pasal 4 ayai (1) hurup

i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional dan ketentuannya di atur

dengan peraturan pemerintah,

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di indonesia

yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah,

k. Biaya pembangunan inpfrastuktur sosial yang ketentuannya di atur dengan peraturan

pemerintah.

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya di atur dengan peraturan pemerintah

m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya di atur dengan

peraturan pemerintah.

2) Apabila penghasilan bruto setelah dpengurangan sebagai mana di maksud pada ayat (1)

didapat kerugian, kerugian tersebut di kompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak

berikutnnya berturut turut sampai dengan 5 (Lima) Tahun.

3) Kepada orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negri di berikan pengurangan berupa

penghasilan tidak kena pajak sebagai mana di maksud dalam pasal 7.

2.2.3.2 Bukan Biaya

Dalam undang – undang pajak Nomor 38 Tahun 2008 Pasal 9 menyatakan Bahwa yang

tidak termasuk biaya yaitu :

1) untuk menentukan besarnnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negri dan

bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan :


24

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden, termasuk

deviden yang di bayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polish, dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi,

b. Biaya yang di bebankan atau di keluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,

sekutu atau anggota.

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali :

1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang

menyalurkan kredit sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan

konsumen dan perusahaan anjak piutang,

2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang di bentuk

oleh penyelenggara jaminan sosial,

3. Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan,

4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.

5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.

6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri

untuk usaha pengelolaan limbah industri, Yang ketentuannya dan syarat syaratnnya di

atur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan

asuransi bea siswa, yang di bayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh

pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang

bersangkutan,

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam

bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh

pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah

tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan dengan pekerjaan yang di tetapkan dengan

keputusan menteri keuangan,

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada

pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan

pekerjaan yang dilakukan,


25

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali zakat atau

penghasilan yang nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam

dan atau wajib pajak badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah

h. Pajak penghasilan

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang

yang menjadi tanggungannya,

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota perskutuan, firma, atau perseroan komanditer yang

modalnnya tidak dibagi atas saham,

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa yang

berkenaan dengan pelaksanaan perudang undangan dibidang perpajakan.

2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai

masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak di perbolehkan untuk dibebankan sekaligus,

melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagai mana dimaksud dalam

pasal 11 ayat 11A.

2.2.4 Penyusutan Perpajakan

Metode penyusutan yang diperkenakan dalam peraturan perpajakan adalah metode garis

lurus dan metode saldo menurun ( Pasal 11 UU No. 38 Tahun 2008 ). Perusahaan dapat memilih

salah satu metode yang dianggap sesuai, namun harus diterapkan secara konsisten.harta

berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus, sedangkan harta

bukan bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus dan saldo menurun, untuk lebih

jelasnnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Masa manfaat dan tarif penyusutan untuk aktiva tetap


26

Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan

Berwujud Manfaat Garis lurus Saldo Menurun

Bukan Bangunan :

1. Kelompok 1 4 Tahun 25 % 50 %

2. Kelompok 2 8 Tahun 12,5 % 25 %

3. Kelompok 3 16 Tahun 6.25 % 12,5 %

4. Kelompok 4 20 Tahun 5% 10 %

Bangunan :

Permanen 20 Tahun 5%

Tidak Permanen 10 Tahun 10 %

Sumber : Undang – undang No. 38 Tahun 2008 Pasal 11 ayat 6

2.3 Laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal

2.3.1 Pengertian Laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal

laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan setandar

akuntansi keuangan yang berlaku, yaitu bertujuan untuk menyediakan infoemasi keuangan yang

bermanfaat bagi pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi khususnnya informasi tentang

prosfek arus kas, posisi keuangan, kinerjam usaha dan aktivitas pendanaan dan operasi

Menurut sophar Lambantoruan (1999:167) Laporan keuangan fiskal adalah laporan

keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan rinciannya, laporan keuangan harus

dilampirkan pada saat penyerahan surat pemberitahuan pajak. Laporan keuangan fiskal terdiri dari

perhitungan laba rugi dan dan neraca perusahaan yang disusun yang sesuai dengan peraturan

perpajakan oleh karena itu untuk menghitung penghasilan kena pajak suatu perusahaan, laoran

keuangan komersial perlu dikoreksi sesuai dengan persyaratan – persyaratan fiskal,

Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan

perpajakan, yang bertujuan menyediakan data dan informasi dalam perhitungan besarnnya pajak

terutang ( PPh, PPN, PPnBM). Undang – undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari
27

laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal – hal tertentu, baik dalam

penghasilan maupun biaya. Akibat dari perbedaan pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi

dan laba fiskal dapat berbeda, secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan standar

akuntansi keuangan, kecuali di atur secara khusus di dalam undang – undang.

Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi ( Komersial ) dan laporan

keuangan fiskal secara terpisah atau melakuakn koreksi fiskal terhadap laporan keuangan

akuntansi ( komersial ), laporan keuangan komersial yang di rekonsiliasi dengan koreksi fiskal

akan menghasilkan laporan kenuangan fiskal.

2.3.2 Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Menurut Erly Suandi dalam bukunnya perencanaan Pajak (2006), persamaan akuntansi

komersial dan akuntansi Fiskal adalah :

1. Aktiva / harta tetap yang memberikan mamfaat lebih dari satu priode tidak boleh langsung di

bebankan pada satu tahun pengeluarannya, tetapi harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai

dengan masa manfaatnnya.

2. Aktiva / harta yang disusutkan adalah aktiva tetap, baik bangunan maupun bukan bangunan.

3. Tanah pada prinsipnnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut masa manfaat terbatas.

Selain hal di atas, persamaan akuntansi pajak dan SAK adalah :

1. Mengunakan Basis Akrual

2. Mengunakan patokan harga perolehan

2.3.3. Perbedaan akuntansii komersial dengan akuntansi fiskal

Pada umumnnya perusahaan yang bergerak dibudang bisnis akan menyusun laporan

keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan yang

dilampirkan pada saat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan yang disampaikan ke direktorat

jenderal pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan tertentu, seperti

penyelundupan pajak, akan tetapi lebih cendrung kepada penyesuaian dengan ketentuan

peraturan perundang – undangan perpajakan.


28

Menurut gunadi, penyebab perbedaan yang terjadi antara penghasilan sebelum pajak

dengan penghasilan kena pajak dan secara potensial juga menyebabkan perbedaan antara beban

pajak penghasilan dengan pajak penghasilan terutang dengan di kategorikan dalam lima kelompok

berikut ini,

1. Perbedaan Permanen / tetap (permanent differences )

2. Perbedaan waktu / sementara (timing differences – temporary differences)

3. Kompensasi kerugian (operating loss Carryforwards)

4. Kredit Pajak Investasi (invesment tax credit )

5. Alokasi pajak intra priode (intra priod tax aloocation )

Masih menurut Gunadi, prinsip – prinsip yang menjadi fokus perbedaan orientasi antara

pelaporan keuangan fiskal dengan pelaporan keuangan komersial tanpak seperti berikut :

1. Penetapan pendapatan dan beban, untuk keperluan komersial prinsip ini menghendaki

pengakuan penghasila pada saat realisasi transaksi pertukaran atau pembebanan biaya atau

beban dalam dalam masa yang sama dengan pengakuan penghasilan. Walaupu pada

prinsifnnya ketentuan perpajakan menggaris bawahi prinsif itu kadangkala ketentuan

perpajakan dapat menyimpang dari prinsif itu misalnnya :

a. Perlakuan pembayaran kenikmatan kariawan sebagai beban pengurang penghasilan

walaupun secara ekonomis pengeluaran ini merupakan unsur biaya untuk mendapatkan

penghasilan perusahaan.

b. Penyusutan asset mulai pada tahun pengeluaran walaupun harta itu belum di manfaat kan

untuk mendapatkan penghasilan.

c. Imputasi penghasilan pada bentuk usaha tetap atas dasar Force of Attraction walaupun

secara legal penghasilan itu tidak diperolehnnya dan secara nyata tidak dicatat dalam

pembukuan BUT.

2. Konsistensi

Untuk mengetahui kinerja bisnis dari tahun ke tahun di perlukan penerapan suatu metode

akuntansi secara taat asas, kecuali terdapat alasan dan bukti yang cukup kuat untuk melakukan

penggantian metode. Konsistensi ini lebih menekan pada penyanding vertikal (dari tahun ke

tahun), dapat saja terjadi, misalnnya terhadap berbagai kelompok persediaan dipakai metode
29

penilaian dan pembukuan yang berbeda, pelaporan fiskal pada dasarnnya menganut pandangan

itu, namun dalam konteks konsepsional, ketentuan perpajakan dapat menentukan lain, misalnnya

hasil pengakuan – pengakuan operasi bisnis mancanegara (dengan penolakan terhadap

konsolidasi kerugian berdasarkan penjelasan pasal 4 UU PPh)

3. Konservatisme

Laporan keuangan komersial bersifat konserfatif terhadap suatu transaksi yang belum terjadi

menjadi sutu fakta. Dalam praktek akkuntansi sifat demikian di realisasikan dengan pembentukan

penyisihan atas kemungkinan kerugian yang mungkin di derita (Misal penghapusan piutang dan

cadangan kerugian), tanpa pengakuan suatu atas suatu klaim atau potensi keuntungan yang

belum terealisasi. Dalam kasus itu administrasi pajak kurang tertarik kepada estimasi dan angka –

angka yang belum terjadi secara nyata, tapi lebih cendrung untuk menganut realitas (Keadaan

nyata) dan meneliti secara seksama tiap elemen pengurang basis pengenaan pajak. Untuk jenis

perusahaan tertentu (Bank dan Asuransi), penerapan, pendekatan konservatif secara limitatif

dapat di perkenakan

4. Substansi mengesampingkan bentuk formal.

Seperti laporan kenuangan komersial, ketentuan perpajakan juga mengikuti pandangan yang

lebih menitik beratkan kepada substansi ekonimis dari pada bentuk formal tiap transaksi atau fakta

bisnis namun ketentuan pajak dalam kasus tertentu (Misalnnya Leassing), kadang kadang

mengutamakan bentuk formal di bandingkan substansi ekonominnya.

2.3.4 Hubungan laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial

Laporan keuangan fiskal (yang dilaporkan dalam SPT) dapat disusun dengan proses

penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap laporan keuangan komersial, untuk

mengamankan data historis atas penyesuaian itu perlu di adakan pencatatan terhadap pos pos

yang menyebabkan perbedaan sementara antara ketentuan pajak dan standar akuntansi

keuangan (Misalnnya penyusutan). Implikasi dari aktifitas itu menunjukan adanya perangkat

“pembukuan Ganda” terhadap pos pos tertentu yang memungkinkan adannya perbedaan antara

kententuan perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk mengamankan kontinuitas


30

rekonsiliasi. Namin karenna pembukuan itu dapat di rekonsiliasikan secara yuridids fiskal

“Pembukuan Ganda” itu dapat di pertimbangkan.

Dalam praktekk pajak penghasilan dapat dihitung (untuk keperluan laba komersial)

berdasarkan laba akuntansi ( Pajak teoritis ) Atau laba karena pajak (Pajak Nihil) selisih antara

keduanya dicatat sebagai pos aktifa lain - lain di neraca yang secara teoritis dapat di alokasikan

dari waktu ke waktu, dan praktek itu tampak SAK memberikan kelonggaran kepada pengusaha

untuk memilih metode akuntansi pajak untuk memilih metode akuntansi pajak penghasilan.

2.3.5 Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiskal

Dikutip dari gunadi, kelompok kerja standar akuntansi dari organisasi kerjasama ekonomi

dan pembangunan negara ( Organization for economic Cooperation and Development ) dalam

laporan seri harmonisasi standar akuntansi membagi praktek pendekatan penyusunan laporan

keuangan fiskal sebagai solusi antara ketentuan akuntansi dan pajak kepada tiga pendekatan

sebagai berikut :

1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi dalam pendekatan ini, laporam

keuangan walaupun disusun berdasarkan prinsip akuntansi, sangat diwarnai ketentuan

perpajakan, perusahaan harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan

perpajakan dengan tanpa kelonggaran terhadap ketidaksamaan prinsip akuntansi dan

ketentuan perpajakan, pendekatan ini menghendaki laporan keuangan fiskal murni di susun

berdasarkan ketentuan perpajakan, dengan demikian dalam praktek penyelengggaaan paling

kurang terdapat dua pembukuan, yaitu menurut ketentuan perpajakan dan menurut praktek

komersial.

2. Ketentuan pajak, untuk tujuan penyusunan laporan merupakan standar independen terpisah

dari prinsip akunntansi, berbeda dengan butir 1, dalam pendekatan ini pengusaha bebas

menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsif dan metode akuntansi, laporan keuangan

fiskan disusun terpisah diluar jaringan proses pembukuan, laporan itu pada umumnnya

disusun sebagai produk tambahan selain laporan keuangan komersial, melalui proses

penyesuaian rekonsiliasi antara praktek akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan.


31

3. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansipendekatan demikian di sebit

Common basis, dalam konsep ini laporan keuangan disusun terutama mengikuti standar

akuntansi, namun preferensi diberikan kepada ketentuan pajak kalau terdapat pengaturan

yang tidak sejalan dengan standar akuntansi

2.3.6 Rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal

Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan pengakuat

terhadap unsur – unsur yang umumnnya terdapat dalam laporan keuangan, ukuran itu dapat saja

kurang sejalan dengan prinsip akuntansi (Komersial)

Solusi antara penerapan standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan

perundang – undangan perpajakan di lakukan suatu rekonsiliasi.

Menurut Zain dalam bukunnya manajemen perpajakan menuliskan bahwa untuk menyusun

rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal, urutan

penyusunannnya dapat dilakukan sebagai berilut :

1. Buat terlebih dahulu daftar penyusutan fiskal sesuai dengan peraturan perundang – undangan

perpajakan.

2. Penyusutan fiskal tersebut kemudian di alokasikan sesuai dengan pengalokasian yang

dilakukan oleh perusahaan.

3. Susun rekonsiliasi harga pokok produksi

4. Susun rekonsiliasi biaya operasional.

5. Susun rekonsiliasi atau beban lain – lain

6. Susun rekonsiliasi laba rugi yang di himpun dari jumlah jumlah akhir masing masing

rekonsiliasi sebelumnya

Zain juga dalam bukunnya menyatakan banyaknnya rekonsiliasi yang harus di susun disesuaikan

dengan type perusahaan dan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Gambar 2.1

Rekonsiliasi Perbedaan permanen / waktu dan saldo fiskal

Perbedaan Saldo Fiskal


32

Permanen Waktu

Pasal 4 ayat (3) Pasal 6 ayat 1 huruf b

Pasal 9 ayat (1) dan (2) Pasal 10 ayat 6

Pasal 18 Pasal 11 dan 11A

Tidak Merupakan Penghasilan Merupakan Penghasilan

Tidak boleh dibiayakan Boleh dibiayakan

Koreksi Fiskal Laba Biaya

( Selisih saldo Positif Menambah Mengurangi

komersial dan saldo Negatif Mengurangi Menambah

Fiskal )

( Sumber : Zain, Hal 233 )

Dari ketentuan perpajakan pasal 11 A, dapat dibedakan antara penyusutan / Amortisasi

sesuai standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan

sebagai Berikut :

Tabel 2.2

Perbedaan penyusutan komersial dan fiskal

Penyusutan / Amortisasi

Sesuai peraturan perundang – undangan Sesuai standar akuntansi keuangan.

perpajakan.

 Ada penggolongan asset  Tidak ada penggolongan asset

 Ditetapkan masa manfaat  Tidak ada penepatan masa manfaat

 Ditetapkan tarif per kelompok  Tarif tidak diatur

 Hanya 3 ( Tiga ) pilihan metode yaitu :  Banyak pilihan metode penyusutan

Metode garis lurus, metode saldo me

 nurun, metode satuan produksi,

Perbedaan Waktu
33

Achmad Tjahjono ( 2009 : 567 ) memberi pedoman untuk menyusun rekonsiliasi fiskal

sebagai berikut :

a. Wajib pajak tetap menyelenggarakan proses akuntansi komersial ( Menurut SAK ) sebagai

proses akuntansi utama.sehingga setiap akhir tahun akan menghasilkan produk berupa

laporan keuangan komersial.

b. Menyelenggarakan pencatatan tambahan untuk menghitung laba usaha kena pajak, yang di

maksud dengan pencatatan tambahan disini adalah terbatas untuk menghitung Harta / biaya /

penghasilan yang kebijakan akuntansinnya beda dengan SAK.

c. Melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian laba usaha menurut

akuntansi komersial dalam rangka menghitung besarnnya laba usaha kena pajak, dengan

langkah – langkah sebagai berikut.

1. Mengenali penyesuaian pajak yang di perkukan

2. Melakukan analisis tehadap elemen – elemen yang perlu di sesuaikan untuk menentukan

pengaruhnnya terhadap laba usaha kena pajak.

d. Melakukan penyesuaian fiskal dengan cara melakukan penambahan atau pengurangan atas

laba usaha

e. Menyusun laporan keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan Pajak penghasilan

f. Mengisi dan melaporkan surat pemberitahuan pajak penghasilan.


34

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Perusahaan

PT.V Collection Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. PT.V

Collection Sejahtera didirikan pada tanggal 29-10-2007 dan berlokasi di Jakarta Barat, Dulu PT V

Collection Sejahtera hanya mempunyai 1 Ruko kemudian menyewa 2 Ruko yang masing-masing

terdiri dari 2 lantai. Yang akhirnya mempunyai 3 Ruko selama 5 tahun. Perusahaan pertama kali

hanya terdiri dari 50 pegawai saja serta hanya memiliki 20 unit mesin jahit. Dengan memproduksi

baju, celana, jaket. System PT. V Collection Sejahtera adalah bersifat jasa CMT ( Cut, Make, and

Trim ) yang artiannya jasa makloon atau jasa pembuatan produk garment mulai dari proses

memotong kain, menjahit sampai dengan pengepakan dilakukan oleh vendor. Pemberi jasa hanya

menyediakan bahan dan material pendukungnya saja, selanjutnya pihak vendor akan

memproduksi garmentnya sampai dengan proses finishing.

Proses CMT tersebut adalah sebagai berikut :

Proses Cutting :

1. Pembuatan pola / patron

Membuat sample sesuai ukuran yang telah ditentukan.

2. Marker

Membuat gambar pola sebelum memulai proses cutting.

3. Cutting

Memotong kain sesuai dengan marker tersebut.


35

4. Numbering

Mengurutkan kain sesuai dengan size atau ukuran pakaian yang telah dicutting atau di potong.

Proses Making :

Dalam proses making dikerjakan proses menjahit dari awal sampai produk akhir

Proses Trimming

Proses trimming merupakan proses yang akhir dari CMT. Dalam proses trimming ini dilakukan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Labeling adalah Pemasangan label pada pakaian berdasarkan ukurannya.

2. Washing/dyeing adalah Mencuci bahan agar menjadi lembut.

3. Buang benang Merapihkan sisa – sisa benang yang ada di pakaian.

4. Ironing/Setrika yaitu untuk Merapihkan pakaian.

5. Finishing yaitu untu Mengecek kembali pakaian sebelum di packing.

6. Packing setelah pakaian yang dari finishing lalu dimasukan ke dalam polyback yang siap

untuk dikirim.

3.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Suatu perusahaan dalam mengelola usahanya agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan

yang digariskan perusahaan harus didukung dengan sistem manajemen yang teratur, untuk

kepentingan tersebut setiap perusahaan harus mempunyai struktur organisasi yang didalamnya

terdapat bagian-bagian yang mengurusi perkerjaan sesuai dengan bidang dan keahliannya

masing-masing.

Penyusunan organisasi sesuai dengan tingkat kemampuan keryawan dari setiap bagian yang

didalamnya terdapat pimpinan serta staf-stafnya yang harus berkerja sama satu dengan yang

lainnya. Struktur organisasi harus ditentukan secara jelas dan tepat guna.

Sesuai dengan Keputusan Rapat dan yang tertera di Akte Tanggal 05 Januari 2010 susunan

pengurus PT. V Collection Sejahtera adalah Sebagai Berikut :

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Vercilia

Dewan Direksi
36

Direktur : Andriyanci

Adapun struktur organisasi yang dijalankan oleh PT. V Collection Sejahtera

Director

Factory Accounting &


HRD Marketing
Manager Finance Manager

Production Personel Accounting Finance


GA Dept. IT Dept. MD Dept.
Dept. Dept. Dept Dept.

Follow Up
QC Dept. Secirity Cashier
Dept.

PPIC Dept. Driver

Warehouse Cleaning
Dept Services
Gambar.

3.1

Struktur Organisasi

Uraian Tugas Secara Umum :

1. Direktur Utama

Tugas – tugas yang menjadi tanggung jawab seorang direktur utama yaitu :

a. Mengoperasikan sumber daya yang ada di PT. V Collection Sejahtera untuk menjadi

perusahaan yang profesional, sehat dan efisien.

b. Menyusun Anggaran.

c. Menyusun strategi dan rencana kerja untuk mencapai anggaran. Mengkoordinasi

penghimpunan dana perusahaan.

d. Memastikan laporan keuangan tepat waktu dan benar

e. Meningkatkan, memelihara, dan mengamankan Harta perusahaan

f. Meningkatkan keterampilan dan profesionalisme sumber daya manusia.

2. Factory Manager

Tugas – Tugas yang menjadi tanggung jawab seorang Factory Manager adalah Mengkoordinir

seluruh kegiatan di pabrik dan distribusi, mengkoordinir tugas-tugas asisten, bertindak sesuai
37

dengan perintah direktur utama dan membuat laporan rutin mengenai keadaan pabrik secara

keseluruhan setiap bulan.

3. HRD

Tugas yang menjadi tanggung jawab seorang HRD adalah

a. Mengelola orang-orang yang ada di dalam perusahaan, yang disebut karyawan, diantaranya :

data pribadi karyawan, kompetensi karyawan, KPI atau target, Motivasi, dll yang intinya HRD

Manager mengelola karyawan agar memiliki performance yang terus meningkat.

b. Membuat system HR yang efektif dan efisien ; misalnya membuat SOP, job description,

performance management system, recruitment & selection management system, training &

development system, Compensation & Benefit Management System, HR Planning,

c. Memastikan bahwa karyawan selalu produktif, loyal dan punya kontribusi terhadap

perusahaan.

d. Memastikan setiap karyawan, baik karyawan baru maupun karyawan lama memiliki 3C, yaitu :

Competency, Commitment dan Contribution.

4. Accounting & Finance Manager

Tugas yang menjadi tanggung jawab seorang HRD adalah :

a. Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi keuangan untuk

menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan secara akurat dan tepat waktu.

b. Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan pembayaran kewajiban

pajak perusahaan agar efisien, akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan peraturan pemerintah

yang berlaku.

c. Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas perusahaan (cashflow),

terutama pengelolaan piutang dan hutang, sehingga memastikan ketersediaan dana untuk

operasional perusahaan dan kesehatan kondisi keuangan.

d. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran perusahaan, dan mengontrol

penggunaan anggaran tersebut untuk memastikan penggunaan dana secara efektif dan

efisien dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan.


38

e. Merencanakan dan mengkoordinasikan pengembangan sistem dan prosedur keuangan dan

akuntansi, serta mengontrol pelaksanaannya untuk memastikan semua proses dan transaksi

keuangan berjalan dengan tertib dan teratur, serta mengurangi risiko keuangan

f. Mengkoordinasikan dan melakukan perencanaan dan analisa keuangan untuk dapat

memberikan masukan dari sisi keuangan bagi pimpinan perusahaan dalam mengambil

keputusan bisnis, baik untuk kebutuhan investasi, ekspansi, operasional maupun kondisi

keuangan lainnya

g. Merencanakan dan mengkonsolidasikan perpajakan seluruh perusahaan untuk memastikan

efisiensi biaya dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan

5. Marketing

Tugas yang menjadi tanggung jawab seorang HRD adalah

a. Menetapkan tujuan dan sasaran jalannya operasional perusahaan dan strategi penjualan

kepada konsumen.

b. Membuat analisa terhadap pangsa pasar dan menentukan strategi penjualan terhadap

konsumen atau pelanggan.

c. Menganalisis laporan yang dibuat oleh bawahannya.

d. Mengoptimalkan kerja staf dan administrasi dibawah wewenangnya untuk mencapai tujuan

perusahaan.

e. Memberikan pelayanan yang prima kepada setiap konsumen atau pelanggan.

f. Manajer pemasaran bertanggung-jawab terhadap perolehan hasil penjualan dan penggunaan

dana promosi

g. Manajer pemasaran membina bagian pemasaran dan membimbing seluruh karyawan

dibagian pemasaran.

3.3. Sumber Daya Manusia

Merupakan hal yang terpenting bagi perusahaan, karena yang mengendalikan, mengatur

dan mengolah sumber daya itu adalah manusia sekalipun perusahaan memiliki berbagai peralatan

yang canggih tetapi tanpa peran aktif sumber daya manusia maka tidak akan berarti apapun.
39

Pada PT. V Collection Sejahtera terdapat bagian khusus yang mengendalikan masalah sumber

daya manusia yaitu HRD yang tugasnya mengurusi tatausaha kepegawain, kesejahteraan SDM,

adminstrasi kepegawain dan keselamatan serta kesejahteraan kerja.

Status kepegawain di PT V.Collection Sejahtera meliputi pegawai tetap, terhitung tahun 2014

jumlah pegawai PT. V Collection Sejahtera berjumlah 460 Orang. Tingkat pendidikan pegawai

bermacam-macam mulai dari lulusan SD,SMP,SMU,SMK,D3, sampai S1.

Dalam meningkatkan sumberdaya yang propesional yang diharapkan agar pegawai memiliki

pengetahuan dan keterampilan PT. V Collection Sejahtera memberikan kegiatan pelatihan-

pelatihan kepada pegawainya yang disesuaikan dengan bidang perkerjaannya masing-masing

dengan kurung waktu 3 bulan.

Adapun tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai dalam meningkatkan mutu

sumberdaya manusia diantaranya :

1. Melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai warga negara.

2. Menjungjung tinggi norma-norma kesopanan, kedisiplinan dan etika.

3. Melaksanakan tugas pegawai sesuai dengan undang-undang dan peraturan pegawai yang

berlaku.

3.4. Sarana dan Prasarana

PT. V Collection Sejahtera, yang berlokasi di Jalan Sempora No. 157 RT 003/ RW 001, Desa

Naggewer Mekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat – Indonesia.

Sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan yang digariskan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

selain sumberdaya manusia yang propesional juga harus didukung oleh peralatan dan teknologi

sehingga semua pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan diharapkan dapat menuai hasil yang

maksimal.

Begitu juga PT.V Collection Sejahtera agar semua kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan

lancar, cepat dan akurat maka diperlukan perlatan canggih. Adapun peralatan yang dimiliki oleh

PT. V Collection diantaranya komputer dilengkapi dengan printer, mesin jahit, mesin unroll telepon,

dan alat tulis lainnya. Untuk mempermudah dalam setiap departemen maka PT. V Collection juga
40

menggunakan jaringan Lan dan internet. Adapun perlatan dan teknologi yang terdapat di PT. V

Collection Sejahtera :

1. 20 (dua puluh) Unit Komputer.

2. 6 (enam) Unit Printer.

3. 3 (tiga) Unit Television LCD.

4. 12 (duabelas) Unit CCTV.

5. 19 (sembilan belas) Unit Telepon.

6. 213 (dua ratus tiga belas) Unit Mesin Jahit.

7. 1 (satu) Unit Mesin Unroll.

8. 2 (dua) Unit Kendaraan Truk.

9. 3 (tiga) Unit Kendaraan Bermotor.

Adapun denah PT.V Collection Sejahtera yang digambarkan seperti dibawah ini

Gambar 3.2

Denah Pabrik PT.

V Collection

Sejahtera

3.5. Uraian

Singkat Magang

Tugas yang di

lakukan penyusun

selama melakuka praktek kerja di PT. V Collection Sejahtera.

1. Mencatat transaksi harian, semua data administrasi keuangan yang terkumpul di Kasir dan

Finance

2. Membuat Laporan Keuangan diantarannya :

a. Laporan Laba Rugi

b. Laporan Cash Flow

3. Membuat laporan Pajak di antaranya :

a. Menghitung dan Menyetor semua pajak yang ada d PT. V collection Sejahtera
41

b. Membuat eSPT PPh 21. PPn 23. dan PPN

c. Melaporkan semua pajak ke kantor pajak.

3.6. Perbandingan antara teori dan praktek

3.6.1. Perhitungan laba Rugi komersial

Pada umumnnya laporan laba rugi tersusun oleh pendapatan, biaya, dan beban seperti

halnnya yang di kutip dalam buku perencanaan pajak oleh Erli suandy ( 2011 : 82 ) laporan laba

rugi ini tersusun dari pendapatan biaya dan beban. Dalam PT V Collection sejahtera, laporan laba

rugi komersial perusahaan mencakup penjualan bersih, beban pokok penjualan, beban usaha

pendapatan ( Beban ) lain lain, data laporan laba rugi koersial perusahaan ini dapat di tunjukan

pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Laporan Laba rugi Komersial

PT. V Collection Sejahtera


Laporan Laba Ruga
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014

Penjualan 13.538.165.199

Persediaan Bahan Awal 1.297.852.067


Pembelian Bahan Baku 3.508.728.515
Bahan Baku Tersedia 4.806.580.583
Persediaan Bahan Akhir 1.407.323.084
Total Pemakaian Bahan Dasar 3.399.257.499

Biaya Tenaga Kerja Langsung 5.446.843.103


Biaya Overhead 1.713.948.401
Biaya Sehubungan Dengan Jasa 133.705.736
Total Biaya Produksi 7.294.497.240

Saldo Awal Barang Setengah Jadi 800.658.760


Saldo Akhir Barang Setengah Jadi 2.224.742.576
42

Saldo Awal Barang Jadi 817.082.033


Saldo Akhir Barang Jadi 1.286.721.187

Harga Pokok Penjualan 8.800.031.769

Biaya Operasional :

Gaji Kariawan 2.056.594.786


THR ( Tunjangan Hari Raya ) 171.382.899
Alat Tulis Kantor 234.204.250
Operasional Kendaraan 322.853.855
Operasional Kantor 378.034.200
Penalti 167.306.123
Sumbangan 10.910.000
Biaya Penyusutan Mesin dll 456.369.297
Biaya Penyusutan Gedung 288.343.333
Listrik, Air, telephone 443.288.167
Beban keamanan dan kebersihan 69.714.468
PPh yang di Bayar 17.186.546
Total Biaya Operasional 4.616.187.923

Laba Usaha 121.945.507

Penghasila dan Beban lain lain


Pendapatan Lain – Lain
Pendapatan Bunga 13.483.200
Total Pendapatan Lain – Lain 13.483.200

Beban Lain – Lain


Beban Administrasi Bank 300.000
Total Beban lain – lain 300.000

Laba Sebelum Pajak Penghasilan 135.128.707

Laporan Laba Rugi Komersial Dapat disimpulkan Sebagai Berikut :

Penjualan Bersih Rp. 13.538.165.199

Beban Pokok Penjualan Rp. 8.800.031.769


43

Laba kotor Rp. 4.738.133.430

Beban Usaha Rp. 4.616.187.923

Laba Usaha Rp. 121.945.507

Pendapatan lain – lain Rp. 13.483.200

Beban lain Lain Rp. 300.000

Laba sebelum Pajak Penghasilan Rp. 135.128.707

Laba sebelum pajak penghasilan yang di hasilkan dari laporan laba rugi komersial tidak

dapat di gunakan oleh petugas pajak dalam menentukan besarnnya pajak penghasilan badan

yang terutang. Hal ini di sebabkan terdapat adanya perbedaan yang mendasar dalam pengakuan

penghasilan dan biaya antara laporan laba rugi komersial dengan laporan laba rugi fiskal dimana

laporan laba rugi fiskal yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Dengan adannya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antaralaporan laba rugi

komersial dengan laporan laba rugi fiskal. Perusahan juga membuat laporan laba rugi fiskal agar

lebih jelasnnya penulis akan menjelaskan perhitungan laba rugi fiskal pada sub bab berikutnnya

3.6.2. Perhitungan Laporan laba rugi Fiskal

Laporan laba rugi fiskal adalah laporan yang di buat oleh perusahaan untuk tujuan

perpajakan sesuai den

gan peraturan perpajakan yang berlaku ( Undang – undang pajak penghasilan ) laporan keuangan

ini digunakan untuk keperluan perhitungan perpajakan. Data laporan laba rugi fiskal perusahaan

ini dapat di tunjukan pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Laporan Laba rugi Komersial

PT. V COLLECTION SEJAHTERA


LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
44

Laba Komersial Koreksi Fiskal Laba Fiskal


Penjualan 13.538.165.199 13.538.165.199

Persediaan Bahan Awal 1.297.852.067 1.297.852.067


Pembelian Bahan Baku 3.508.728.515 3.508.728.515
Bahan Baku Tersedia 4.806.580.583 4.806.580.583
Persediaan Bahan Akhir 1.407.323.084 1.407.323.084
Total Pemakaian Bahan Dasar 3.399.257.499 3.399.257.499

Biaya Tenaga Kerja Langsung 5.446.843.103 5.446.843.103


Biaya Overhead 1.713.948.401 1.713.948.401
Biaya Sehubungan Dengan Jasa 133.705.736 133.705.736
Total Biaya Produksi 7.294.497.240 7.294.497.240

Saldo Awal Barang Setengah Jadi 800.658.760 800.658.760


Saldo Akhir Barang Setengah Jadi 2.224.742.576 2.224.742.576

Saldo Awal Barang Jadi 817.082.033 817.082.033


Saldo Akhir Barang Jadi 1.286.721.187 1.286.721.187

Harga Pokok Penjualan 8.800.031.769 8.800.031.769

Biaya Operasional :

Gaji Kariawan 2.056.594.786 (96.000.000) 1.960.594.786


THR ( Tunjangan Hari Raya ) 171.382.899 171.382.899
Alat Tulis Kantor 234.204.250 234.204.250
Operasional Kendaraan 322.853.855 322.853.855
Operasional Kantor 378.034.200 378.034.200
Penalti 167.306.123 167.306.123
Sumbangan 10.910.000 (10.910.000) 0
Biaya Penyusutan Mesin dll 456.369.297 456.369.297
Biaya Penyusutan Gedung 288.343.333 (72.085.833) 216.257.500
Listrik, Air, telephone 443.288.167 443.288.167
Beban keamanan dan kebersihan 69.714.468 69.714.468
PPh yang di Bayar 17.186.546 (17.186.546) 0
Total Biaya Operasional 4.616.187.923 (196.182.397) 4.420.005.544
45

Laba Usaha 121.945.507 318.127.886

Penghasila dan Beban lain lain


Pendapatan Lain – Lain
Pendapatan Bunga 13.483.200 13.483.200
Total Pendapatan Lain – Lain 13.483.200 13.483.200

Beban Lain – Lain


Beban Administrasi Bank 300.000 300.000
Total Beban lain – lain 300.000 300.000

Laba Sebelum Pajak Penghasilan 135.128.707 331.311.086

Laporan laba rugi fiskal diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Penjualan Bersih Rp. 13.538.165.199

Beban Pokok Penjualan Rp. 8.800.031.769

Laba kotor Rp. 4.738.133.430

Beban Usaha Rp. 4.420.005.544

Laba Usaha Rp. 318.127.886

Pendapatan lain – lain Rp. 13.483.200

Beban lain Lain Rp. 300.000

Laba sebelum Pajak Penghasilan Rp. 331.311.086

Laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal menghasilkan laba sebelum pajak

penghasilan yang jumlahnnya berbeda. Dimana laba sebelum pajak penghasilan yang di hasilkan

dari laporan laba rugi komersial sebesar Rp. 135.128.707 dan sementara laba dari laporan laba
46

rugi fiskal sebesar Rp. 331.311.086 selisih antara laporan laba rugi komersial dan laporan

laba rugi fiskal yaitu sebesar Rp. 196.182.397.

Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengakuan

penghasilan dan biaya antara laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal, misalnnya

ada penghasilan dan biaya yang di akui oleh fiskal tetapi tidak di akui oleh komersial. Sebaliknya

ada penghasilan dan biaya yang di akui oleh komersial tetapi tidak di akui oleh fiskal.

Berdasarkan gambaran laporan laba rugi di atas perusahaan melakukan rekonsiliasi fiskal,

dimana perusahaan melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 196.182.397 koreksi fiskal positif

yang di lakukan perusahaan antara lain Gaji karyawan, sumbangan, Biaya penyusutan gedung,

dan PPh yang telah di bayar. Koreksi tersebut di lakukan oleh perusahaan itu karena terdapat

baiaya yang di akui oleh komersial tetapi tidak di akui oleh fiskal hal ini menyebabkan biaya

perusahaan menjadi lebih kecil sehingga penghasilan kena pajak perusahaan menjadi lebih besar.

Secara garis besar perusahaan ini lebih banya melakuka koreksi fiskal positip sedangkan

perusahaan ini tidak melakukan koreksi fiskal negatif hal ini menyebabkan laba perusahaan

mengalami kenaikan laba sehingga pajak penghasilannya pun menjadi lebih besar.

Untuk lebih jelasnnya, beberapa hal yang berhubungan dengan perbedaan laporan laba rugi

komersial dengan laporan laba rugi fiskal dapat di jelaskan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut :

1. Koreksi positif dilakuakan pada gaji kariawan sebesar Rp. 96.000.000

Dalam jumlah gaji kariawan sebesar Rp. 2.056.594.786, itu sudah termasuk

pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp. 78.000.000 dan bingkisan yang di berikan

kepada kariawan sebesar Rp. 18.000.000.

Penjelasan : Karena Rp. 78.000.000 merupakan pengeluaran pribadi, maka tidak boleh di

kurangkan terhadap penghasilan bruto perusahaan, adapun bingkisan yang dibagikan

kepada karyawan termasuk natura sehingga tidak boleh di kurangkan terhadap penghasilan

bruto perusahaan.dan total koreksi sejumlah Rp. 96,000.000 harus di koreksi fiskal positif

karena koreksi ini mengakibatkan laba kena pajaknnya meningkat.

2. Koreksi fiskal positif dilakukan pada sumbangan sebesar Rp.

10.910.000
47

Sumbangan yang di berikan perusahaan berkenaan dengan upaya menjalin

hubungan dengan masnyarakat sekitar. Jumlah sumbangan yang diberikan perusahaan

seperti yang tercatat dalam laporan laba rugi komersial sebesar Rp. 10.910,000. Biaya ini

tidak ada hubungannya dengan aktivitas perusahaan secara langsung sehingga biaya

tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan. Selain itu biaya ini

termasuk dalam biaya yang di kecualikan dari objek pajak.

Hal ini sesuai dengan pasal 4 ayat (3) hurup a1) undang undang pajak penghasilan

No. 7 tahun 1983 sebagai mana sudah di ubah terakhir dengan undang – undang No. 36.

Tahun 2008, sumbangan ini termasuk dalam perbedaan pemanen. Perbedaan permanen ini

menyebabkan adanya koreksi pada tahun pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu

perusahaan harus melakukan koreksi positif atas biaya tersebut pada tahun yang

besangkutan

3. Koreksi fiskal positif yang dilakukan pada biaya penyusutan gedung sebesar Rp. 72.085.833

Gedung dengan karga perolehan Rp. 4.325.150.000 disusutkan dengan umur

manfaat 15 Tahun dengan metode garis lurus, peraturan perpajakan mengklasifikasikan

bangunan menjadi bangunan permanen dan bangunan tidak permanen besarnnya tarif

penyusutan untuk bangunan permanen sebesar 5% dan bangunan tidak permanen sebesar

10% dari harga perolehannya, karena gedung merupakan bangunan permanen maka tarif

nya Rp. 4.325.150.000 X 5% sehingga besarnnya penyusutan adalah Rp. 216.257.500

bukan Rp, 288.343.333, oleh karena itu besarnnya biaya penyusutan gedung perlu di koreksi

menjadi Rp. 216.257.500 atau biaya nya turun Rp. 72.085.833. turunnya biaya penyusutan

ini berakibat naiknnya laba kotor atau laba kena pajak. Maka koreksi sebesar Rp.

72.085.833

4. Koreksi fiskal positif yang dilakukan pada PPh yang sudah di bayar adalah Rp. 17.186.549

PPh yang sudah di bayar perlu di koreksi fiskal positif karena segala macam dan

jenis pajak penghasilan serta sanksi perpajaknnya tidak diperkenankan mengurangi

penghasilan bruto dalam menghitung laba kena pajak maka adanya koreksi terhadap pajak

penghasilan ini laba kena pajak menjadi bertambah sehingga koreksinnya di sebut koreksi

fiskal positif.
48

Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal, maka penulis dapat menghitung besarnya pajak

penghasilan terhutang. Dimana pajak penghasilan terhutang ini dihitung dari laba sebelum pajak

penghasilan atau sering juga disebut laba sebelum pajak yang di kalikan dengan tarif tunggal 25%.

Dengan adannya perbedaan antara laporan laba rugi fiskal dengan laporan laba rugi komersial.

Maka setelah dilakukan rekonsiliasi penulis ingin mengetahui dampak perhitungan fiskal pada

besarnnya pajak penghasilan terhutang.

3.6.3. Dampak Perhitungan Fiskal pada Besarnnya pajak Penghasilan Terhutang.

Seperti yang sebelumnya di jelaskan, perusahaan ini memiliki penghasilan kena pajak

sebesar Rp. 135.128.707 dari laporan laba rugi komersial dan penghasilan kena pajak dari laporan

laba rugi fiskal sebesar Rp. 331.311.086. perbedaan tersebut menunjukan bahwa perusahaan

telah melakukan rekonsiliasi fiskal sebesar Rp. 196.182.397.

Sesuai dengan tarif Pasal 17 UU PPh. Maka tarif perhitungan PPh Badan adalah tarif tunggal

sebesar 25% dari penghasilan kena pajak. Selain itu juga sesuai denga pasal 31E UU PPh

tersebut terdapat fasilitas atas besarnnya tarif PPh Badan ini. Dimana wajib pajak badan dalam

negri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.0000 ( Lima Milyar Rupiah )

mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagai mana di maksud

dalam pasal 17 ayat (1) hurup b dan ayat (2a) yang di kenakan atas penghasilan kena pajak dari

bagian predaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000 (Empat miliar delapan ratus juta rupiah)

Untuk menghitung pajak penghasilan terhutang pada PT. V Collection Sejahtera

menggunakan perhitungan sesuai dengan pasal 31E UU PPh. Hal ini dikarenakan peredaran bruto

prusahaan kurang dari Rp. 50.000.000.000, dimana peredaran bruto perusahaan pada tahun 2012

sebesar Rp. 13.538.165.199 dan penghasilan kena pajak Rp. 331.311.086

Perhitungan pajak penghasilan yang terhutang perusahaan ini dapat dilihat sebagai berikut :

Pajak Penghasilan

(4.800.000.000:13.538.165.199X331.311.086)X50%X25% Rp 14.638.416

( 331.311.086 - 117.467.411 )X25% Rp 53.460.919

PPh Terhutang Rp 68.144.345


49

Kredit Pajak PPh 23 Rp 48.025.300

Angsuran PPh 25 Rp 17.186.546

PPh yang kurang bayar (PPh Pasal 29) Rp 2.932.499

Rincian Perhitungan Pajak Penghasilan Sebesar Rp. 68.144.345 adalah sebagai berikut :

Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang

memperoleh fasilitas:

4.800.000.000 X 331.311.086 = 117.467.411

13.538.165.199

Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian predaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas :

331.311.086 – 117.467.411 = 213.843.675

Pajak Penghasilan yang terhutang :

117.467.411 X 50% X 25% = 14.638.416

213.843.675 X 25% = 53.460.919

Jumlah Pajak PenhhasilanTerutang= 68.144.345

Catatan :

Yang dimaksud dengan peredaran usaha bruto adalah peredaran usaha dari usaha pokok tidak

termasuk penghasilan luar usaha.

Dari perhitungan diatas, pada tahun 2012 perusahaan harus membayar pajak penghasilan

sebesar Rp. 68.144.345 tetapi perusahaan telah membayar PPh 25 sebesar Rp. 17.186.546 dan

di kurangi kredit pajak PPh 23 sebesar Rp. 48.025.300. hal ini menyebabkan perusahaan

memiliki PPh kurang bayar sebesar Rp. 2.932.499

Perhitungan angsuran PPh 25 ini di dapat dari laba tahun sebelumnnya, dimana fiskal

mengibaratkan bahwa kemungkinan laba tahun sekarang minimal sama dengan laba tahun

sebelumnnya.

dalam perhitungan PPh 25 perusahaan mengasumsikan laba dari dua tahun sebelumnnya

karena pembayaran pajak dilakukan pada bulan april. Laba pada dua tahun yang lalu dan tahun

sebelummnya masing masing di hitung sesuai perhitungan pajak, dan untuk mengetahui
50

perhitungan pajak perbulan maka pajak penghasilan tersebut di kalikan dua belas bulan.

Kemudian PPh 25 dua tahun lalu di kalikan tiga sementara PPh pasal 25 tahun sebelumnnya di

kalikan sembilan. Itulah yang di masukan sebagai angsuran PPh Pasal 25 pada tahun ini.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

1. Perbedaan perhitungan pendapatan dan biaya menurut undang undang perpajakan Nomor 36

Tahun 2008 dan standar akuntansi keuangan adalah di sebabkan ada perbedaan pengakuan

pendapatan dan beban menurut Undang undang perpajakan Nomor 38 Tahun 2008 dan

Standar Akuntansi Keuangan, ada pendapatan dan biaya yang boleh di akui di Akuntansi

tetapi tidak boleh diakui oleh undang undang perpajakan, maka dari itu Jumlah Laba PT. V

Collection Sejahtera dalam laporan keuangan komersial berbeda dengan jumlah laba dalam

laporan keuangan fiskal, hal ini terjadi merupakan hal logis karena akuntansi wajib pajak di

kerjakan berdasarkan standar akuntansi keuangan, sehingga di perlukan penyesuaian fiskal

(Rekonsiliasi) Untuk menghitung besarnya nilai pajak terhutang.

2. Koreksi Fiskal atas laporan keuangan komersial PT. V Collection Sejahtera di karenakan

adannya Perbedaan yang ada pada laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal

pada PT. V Collection Sejahtera Berikut terdapat pos-pos yang di koreksi di laporan keuangan

komersial :

a. Gaji Karyawan

b. Sumbangan

c. Beban penyusutan Gedung

d. PPh yang di bayarkan


51

Perbedaan tersebut menyebabkan jumlah laba menurut perhitungan komersial sebesar

Rp.135.128.707 sedangkan laba menurut perhitungan fiskal sebesar Rp 331.311.086 yang

berarti terdapat selisih sebesar Rp. 196.182.379.

3. Dengan koreksi fiskal ini dapat di ketahui bahwa nilai pajak penghasilan yang harus di bayar

sebesar Rp. 68.144.345 di karenakan perusahaan memiliki kredit pajak PPh Pasal 23 sebesar

Rp. 48.025.300 dan angsuran PPh 25 adalah Rp. 17.186.545 jadi PPh kurang bayar yang

harus di bayar perusahaan ( PPh 29 ) adalah Rp. 2.932.499

4. Kelemahan PT V Collection Sejahtera adalah belum terlalu mengikuti peraturan perpajakan

yang ada, dan belum dilakukan pencatatan untuk membukukan pos pos dalam laporan

keuangan antara standar akuntansi keuangan dan peraturan perpajakan, sehingga masih

sedikit rumit dalam pembuatan rekonsiliasi fiskal

4.2. Saran

Setelah menarik simpulan di atas, maka penulis mencoba untuk memberikan beberapa

saran yang mungkin dapat memberikan manfaat bagi pihak pihak yang berkepentingan,

Khusus nya Bagi PT. V Collection Sejahtera, diantarannya adalah :

1. Perusahaan harus mengikuti peraturan perpajakan yang kerap mengalami perubahan, hal

ini agar perusahaan tidak melakukan kesalahan dalam menghitung PPh Terutang,

sehingga terhindar dari sanksi – sanksi yang mungkin dapat timbul akibat kesalahan

tersebut

2. Perusahaan tidak perlu membuat laporan dua pembukuan untuk tujuan pemakaian yang

berbeda yang malah akan memboroskan waktu tenaga dan biaya.

3. Untuk menjaga kesinambungan rekonsiliasi tersebut, masih diperlukan semacam catatan

untuk membukukan semua pos – pos dalam laporan keuangan yang memperlihatkan

perbedaan antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang

undangan perpajakan yang diperlukan untuk penyusunan rekonsiliasi berikutnnya. Dengan

adannya pencatatan yang terpisah tersebut, dengan diketahui pos pos yang berbeda, dan

apabila makin sedikit perkiraan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
52

undangan perpajakan akan semakin mudah dan sederhana pembuatan rekonsiliasi

fiskalnya.

DAFTAR PUSTAKA

__ Undang Undang perpajakan No. 36 Tahun 2008; www.pajak.go.id


__ Undang Undang perpajakan No. 28 Tahun 2007; www.pajak.go.id

Burton, Richard & Wirawan B. Ilyas. 2007, Hukum Pajak, Jakarta : Salemba
Empat.
53

Gusfahmi. 2007, Pajak Menurut Syariah. Raja Grafindo Persada. Jakarta,

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta :


Penerbit Salemba Empat

Mardiasmo. 2011, Perpajakan, Edisi Revisi Tahun 2001. Yogyakarta Penerbit


Andi

Prabowo, Yusdianto. 2004, Akuntansi Perpajakan terapan, Penerbit grasiondo,


Jakarta.

Resmi, Siti. 2009, Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 4. Salemba Empat
Jakarta

Suandy, Erly. 2006, Perencanaan Pajak. Edisi Revisi. Jakarta : Salemba


Empat

Suandy, Erly. 2002, Perpajakan dilengkapi dengan Latihan Soal. Jakarta :


Salemba Empat

Said, Amri M 2002, Analisa pembuktian laporan keuangan atas penyajian


laporan keuangan, Jakarta : Djambatan

Tjahyono, Achmad dan Muhammad Fakhri Husein. 2009, Perpajakan.


Yogyakarta

Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat

Mulyana, M., 2012. Faktor-faktor yang Membentuk Intensi Berwirausaha sertaPengaruhnya


terhadap Perilaku dan Kinerja Pedagang Kaki Lima di Kota Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Safitri, H.W. and Nurendah, Y., 2013. STRATEGI PELAYANAN PADA PENJUALAN SEPEDA
MOTOR HONDA PADA PT. SANPRIMA SENTOSA BOGOR. Jurnal Online Mahasiswa-
Manajemen, 1 (1).
Angga, A. and Nurendah, Y., 2013. STRATEGI PROMOSI TERHADAP PENJUALAN MOTOR
HONDA PADA PT. SANPRIMA SENTOSA BOGOR. Jurnal Online Mahasiswa-Manajemen,
1 (1).
Munawar, A., 2010. Analisis Nilai Tambah Dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian (Studi Kasus
di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor).
Soelehan, A. and Sukartaatmadja, I., 2009. Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, dan
Semangat Kerja terhadap Prestasi Kerja Warga SMP Perintis, Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 9(1), pp.61-69.
Yanuar, D. and Rosita, I., 2013. Studi komparatif sistem bagi hasil pembiayaan mudharabah dan
sistem bunga kredit pinjaman (Comparative study Mudharabah sharing system and the
system interest rate loan). Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 1(3), pp.215-220.
Sutarti, E.T., Budianto, E.T. and Saesar, A., 2012. Evaluasi Atas Penerapan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 101 Dalam Kaitannya Dengan Kewajaran Penyajian Laporan
Keuangan Pada PT. Bank Jabar Banten Syariah. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 12(2),
pp.102-109.
54

Tachyan Budianto, E., Magdalena Marpaung, A. and Kenshy, I., 2011. Penerapan Sistem
Penjualan Cash Dan Credit Card Dalam Kaitannya Dengan Member Card Discount. Jurnal
Ilmiah Ranggagading (JIR), 11(1), pp.28-35.
Kusmala, A.R., 2014. Pengaruh Penerapan PSAK No. 46 Terhadap Laporan Laba Rugi Pada Tiga
Perusahaan Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 2(1), pp.031-046.
Sumiati, R., Murdihardjo, L. and Nurjanah, Y., 2014. TINJAUAN ATAS PRINSIP ISTISHNA Studi
Kasus Pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bogor. Jurnal Online Mahasiswa-
Manajemen, 1(2).
Murdihardjo, L. and Effendy, M., 2013. Peranan Pengendalian Intern Persediaan Barang
Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Persediaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Kesatuan, 1(1).
Supriyani, E. and Bintang Sahala, M., 2014. Pengaruh Tata Letak Terhadap Kepuasan Pelanggan
Ritel. Jurnal Ilmiah Manajemen. Diakses, 22.
Rosadi, R. and Suardy, W., 2005. Analisis Kelayakan Kredit Investasi Studi Kusus Pada Bank
Rakyat Indonesia Cabang Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 7(2), pp.27-37.
Tobing, M.L., 2006. Kajian implementasi kebijakan manajemen berbasis sekolah pada pendidikan
dasar di propinsi daerah khusus ibukota jakarta (Doctoral dissertation, Institut Pertanian
Bogor).
Achmad, N. and Srihandoko, W., PENGARUH STOCK BUYBACK TERHADAP KINERJA SAHAM
DAN KINERJA KEUANGAN.
Haryanti, A., Muktiadji, N. and Setiana, A., 2013. Analisis Dividen Tunai dan Earning Per Share
Terhadap Tingkat Imbal Hasil Investor.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai