DOSEN PENGAMPU :
Ir.INDRIYANI M.P
Ir. SURHAINI M.P
DIAN WULANSARI S.TP., M.Si
ASISTEN DOSEN :
HESI NOVIALISPITA (J1A115005)
SITI ROBIATUL HASANAH (J1A115027)
DISUSUN OLEH :
RICO APRIYANDI (J1A117004)
IGA PANGESTIKA (J1A117012)
NINA KRISNAWATI (J1A117019)
MARDIAH AINUN H (J1A117032)
FISKA BOTIA ULFAYANTI (J1A117039)
DION ALFARES (J1A117047)
2. Batang
Batang bawang putih merupakan batang semu dan berbentuk cakram.
Batang tersebut terletak pada bagian dasar atau pangkal umbi yang terbentuk dari
9 pusat tajuk yang dibungkus daun-daun. Ketinggian batang semu bawang putih
dapat mencapai 30 cm (Samadi, 2000).
3. Daun
Daun tanaman bawang putih memiliki ciri morfologis yaitu berbentuk pita,
pipih, lebar dan berukuran kecil serta melipat ke arah dalam sehingga membentuk
sudut pada pangkalnya. Satu tanaman bawang putih biasanya memiliki 8-11 helai
daun. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dengan kelopak daun
yang tipis, kuat, dan membungkus kelopak daun yang yang lebih muda (Samadi,
2000).
4. Bunga
Tanaman bawang putih dapat berbunga namun hanya pada varietas
tertentu saja. Bunga bawang putih berupa bunga majemuk yang berbentuk bulat
seperti bola, berwarna merah jambu, berukuran kecil, tangkainya pendek, dan
bentuknya menyerupai umbi bawang. Bunga yang tumbuh dapat menghasilkan
biji. Umumnya pada sebagian besar varietas, tangkai bunga tidak tumbuh keluar
melainkan hanya sebagian bunga saja yang tampak keluar bahkan tidak sedikitpun
bagian bunga yang keluar karena sudah gagal sewaktu masih berupa tunas
(Wibowo, 2007).Pembungaan pada bawang putih dapat mengganggu
perkembangan umbi dan tidak memiliki nilai ekonomi sehingga biasanya para
petani akan membuangnya. Pada bagian tangkai bunga terbentuk umbi kecil yang
menyebabkan pembengkakan sehingga umbi terlihat seperti bunting. Umbi-umbi
10 kecil tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan secara vegetative
dengan cara ditanam berulang-ulang selama lebih kurang 2 tahun (Rukmana,
1995).
5. Umbi
Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang masing-masing
terbungkus oleh selaput tipis yang sebenarnya merupakan pelepah daun sehingga
tampak seperti umbi yang berukuran besar (Rukmana, 1995). Ukuran dan jumlah
siung bawang putih bergantung pada varietasnya. Umbi bawang putih berbentuk
bulat dan agak lonjong. Siung bawang putih tumbuh dari ketiak daun, kecuali
ketiak daun paling luar. Jumlah siung untuk setiap umbi berbeda tergantung pada
varietasnya. Bawang putih varietas lokal biasanya pada setiap umbinya tersusun
15-20 siung (Samadi, 2000).
Bawang putih
Diamati bentuk
4.2 Pembahasan
Pada praktikum karakteristik bahan pangan kali ini dilakukan pengamatan
tentang karakteristik fisik dari jenis umbi-umbian, baik itu warna, rasa, bentuk,
ukuran, berat maupun edible portionnya. Umbi-umbian adalah salah satu hasil
pertanian Indonesia. Jadi kita harus mengetahui sifat-sifat fisiknya. Sifat fisik
bahan pangan dapat didefinisikan sebagai sifat atas karakteristik yang
mendeskripsikan secara fisik bahan pangan. Karakteristik fisik berhubungan
dengan karakteristik bahan yang tidak melibatkan perubahan zat pada bahan
tersebut (Nurhadi dan Siti, 2010). Pada praktikum ini diamati karakteristik fisik
dari umbi-umbian yaitu bawang putih.
Bawang putih adalah jenis tanaman berbentuk umbi. Bawang putih
merupakan jenis bawang-bawangan yang berwarna putih atau kuning. Bawang
putih dilapisi dengan kulit yang tipis. Berbeda dengan jenis bawang lainnya,
bawang putih tidak berbentuk seperti buku. Bawang putih berbentuk umbi yang
utuh. Bawang putih mempunyai karakteristik khas yakni beraroma tajam dan
memiliki rasa pedas. Bawang putih cukup mudah ditemui di negara tropis seperti
Indonesia dan negara-negara di Asia. Hal ini dikarenakan bawang putih telah
menjadi bahan bumbu utama untuk masakan Asia dan mudah tumbuh di negara
tropis. Bawang putih mempunyai banyak manfaat, bahkan daunnya juga menjadi
bahan utama dalam bumbu masakan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, sifat fisik bawang putih yang
telah diamati yaitu bawang putih memiliki warna putih gading, rasanya agak
pedas dan after taste: getir, berbentuk oval (satu bonggol) dan berbentuk seperti
bulan sabit (satu siung), memiliki panjang 3,58 cm, tebal 1,43 cm dan lebar 1,78
cm. untuk bagian yang dapat dimakan (edible portion) pada bawang putih yaitu
95,55%. Rasa pada bawang putih yaitu agak pedas dan ada after taste setelah
dimakan dikarenakan pada bawang putih memiliki senyawa alicin. Nilai edible
portion yang diperoleh menandakan bahwa hampir sebagian besar bagian dari
bawang putih dapat dimakan, kecuali bagian kulit dan sedikit diujungnya.
Praktikum ini juga dilakukan pengamatan tentang lama terjadinya reaksi
pencoklatan pada bawang putih yang diamati setelah dilakukan proses
pemotongan secara melintang dan membujur. Menurut Herudiyanto (2006),
pencoklatan enzimatis berefek negatif pada bahan pangan. Pencoklatan enzimatis
ini tidak diinginkan karena dapat mempengaruhi rasa, warna, dan nilai gizi dari
makanan, serta dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang luar biasa.
Pencoklatan enzimatis ini dipengaruhi oleh oksigen, enzim, serta komponen
fenolik. Menurut Zulfahnur, et al (2009), semakin luas permukaan suatu bahan,
maka semakin cepat terjadinya reaksi pencoklatan secara enzimatis pada bahan
akibat adanya kontak dengan oksigen dan aktivitas enzim polifenol oksidase yang
terkandung pada bahan sejak bahan tersebut dipotong.
Pada pengamatan struktur fisik bawang putih yang dipotong membujur dan
melintang, aroma bawang putih yang dipotong membujur lebih beraroma
dibanding yang dipotong melintang. Hal ini dikarenakan luas permukaan bahan
yang dipotong membujur lebih luas sehingga aromanya lebih tercium. Dan
lamanya reaksi pencoklatan yang terjadi pada bawang putih yang dipotong
membujur lebih cepat mengalami reaksi pencoklatan dibanding bawang putih
yang dipotong melintang. Dengan waktu pencoklatan yang dipotong membujur
38:23 menit dan yang dipotong melintang 38:36 menit. Hal ini disebabkan karena
bawang putih yang dipotong membujur memiliki luas permukaan yang lebih luas
dibanding bawang putih yang dipotong melintang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bawang putih memiliki karakteristik fisik yaitu berwarna putih atau kuning,
dilapisi dengan kulit yang tipis, satu bonggol bawang putih berbentuk oval
dan satu siungnya berbentuk seperti bulan sabit, beraroma tajam dan memiliki
rasa pedas, getir, dan lengket.
2. Lama reaksi pencoklatan pada bawang putih yang dipotong membujur yaitu
38:23 menit dan yang dipotong melintang yaitu 38:36 menit. Dimana
semakin luas permukaan suatu bahan, maka semakin cepat terjadinya reaksi
pencoklatan secara enzimatis akibat adanya kontak dengan oksigen dan
aktivitas enzim polifenol oksidase yang terkandung pada bahan sejak bahan
tersebut dipotong.
5.2 Saran
Diharapkan dalam praktikum selanjutnya praktikan lebih memahami prosedur
praktikum yang dilakukan agar data yang didapatkan tidak bias.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, Djaja Surya. 2002. Bawang putih untuk kesehatan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Faradiba, S. (2014). Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis. Disertasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta : UIN Jakarta.
Herudiyanto, Marlen S. 2006. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan.
Bandung: Widya Padjajaran.
Lingga, L. 2012. Terapi Bawang Putih Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Nurhadi, Bambang., dan Siti Nurhasanah. 2010. Sifat Fisik Bahan Pangan.
Bandung : Widya Padjajaran.
Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen.
Jakarta : Kanisius.
Samadi, budi.2000. Usaha Tani Bawang Putih. Yogyakarta: Kanisius.
Solihin. 2009. Manfaat bawang putih. Jakarta: Media Management.
Untari, Ida. 2010. Bawang Putih Sebagai Obat Paling Mujarab Bagi Kesehatan. Jurnal
Gaster, Vol.7 (1). Hal: 547 – 554.
Wibowo, Singgih.2006. Budi Daya Bawang. Jakarta : Penebar Swadaya.
Yuniastuti, K. (2006). Ekstraksi dan identifikasi Komponen Sulfide pada Bawang
Putih. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Zulfahnur, et al. 2009. Mempelajari Pengaruh Reaksi Pencoklatan Enzimatis
Pada Buah dan Sayur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lmpiran 1. Gambar
4,75 𝑔
= 𝑋 100%
4,87 𝑔
= 97,53 %
LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN PANGAN
KARAKTERISTIK FISIK PADA KACANG-KACANGAN
DOSEN PENGAMPU :
Ir.INDRIYANI M.P
Ir. SURHAINI M.P
DIAN WULANSARI S.TP., M.Si
ASISTEN DOSEN :
HESI NOVIALISPITA (J1A115005)
SITI ROBIATUL HASANAH (J1A115027)
DISUSUN OLEH :
RICO APRIYANDI (J1A117004)
IGA PANGESTIKA (J1A117012)
NINA KRISNAWATI (J1A117019)
MARDIAH AINUN H (J1A117032)
FISKA BOTIA ULFAYANTI (J1A117039)
DION ALFARES (J1A117047)
2.1 Kacang-Kacangan
Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan makanan sumber protein
dengan nilai gizi yang tinggi (20 – 25 g/100 g), vitamin B (thiamin, riboflavin,
niacin, asam folat), mineral (Ca, Fe, P, K, Zn, Mg, dan lain-lain), dan serat. Nilai
dan mutu gizi kacang kacangnya menjadi lebih baik setelah dikecambahkan.
Selama pengecambahan komponen antigizi (tripsin inhibitor, asam pitat, pentosan,
tannin) menurun dan setelah pengecambahan terbentuk komponen fitokimia
(glokosinolates, antioksidan alami yang berperan untuk kesehatan (Winarno, F.G..
2004).
Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang penting dalam
upaya perbaikan gizi. Hal itu disebabkan oleh kandungan protein cukup tinggi,
pengadaannya mudah dan relatif murah harganya dibandingkan dengan sumber
protein hewani (daging dan susu). Oleh karena itu pengembangan kacang-
kacangan sangat sesuai terutama dalam mendukung program diver- sifikasi
pangan yang sekaligus menyediakan sumber pangan bergizi tinggi (Silalahi,
Jansen, (2006).
Kacang-kacangan atau disebut juga polongan termasuk famili
Leguminosa. Kacang-kacangan mengandung sejumlah besar serat pangan yang
jika terlarut dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Kacang-kacangan
bersifat rendah kalori, rendah lemak, serta rendah garam natrium. Kacang-
kacangan juga mengandung protein, karbohidrat kompleks, folat, dan besi
(Sarwono, 2005)
Berbagai jenis kacang-kacangan telah banyak dikenal seperti kacang
kedelai (Glycine max), kacang hijau (Phaseoulus radiatus), kacang merah
(Phaseoulus vulgaris), dll. Berbagai jenis kacang-kacangan dapat dibedakan
berdasarkan varietas atau jenis namanya, warna, bentuk, dan karakter fisiknya.
Kacang-kacangan merupakan sumber utama protein nabati dan mempunyai
manfaat yang sangat banyak. Kacang-kacangan mempunyai banyak keunggulan
dari segi gizi, antara lain Sumber protein yang murah, Kaya asam amino lisin,
Rendah lemak dan tidak mengandung kolesterol, Sumber vitamin B yang baik,
Sumber kalsium, zat besi, zink, tembaga, dan magnesium yang baik, Rendah
kandungan natrium dan sodiumnya (Syarief, dkk .1988).
Kacang hijau
Kacang hijau
Kacang hijau
Ditambah 20 ml aquadest
kedalam tabung reaksi
Dipanaskan selama 20
menit
Ditiriskan
Ditimbang berat
setelah dimasak
Diukur panjang,berat,
tebal setelah dimasak
4.2. Pembahasan
Kacang-kacangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan kerja, pengantian jaringan
dan mengatur proses-proses di dalam tubuh, untuk menghasilkan sebagian besar
sumber energi. Kacang-kacangan termasuk famili Leguminosa atau disebut juga
polongan (berbunga kupu-kupu). Berbagai macam kacang-kacangan telah banyak
dikenal, seperti kacang kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogaea),
kacang merah (Phaseolus vulgaris) dan kacang hijau (Phaseolus radiatus)
(Syarief, 1988).
Pada pratikum ini dilakukan pengamatan fisik dari kacang hijau, berupa
warna, aroma, rasa, bentuk, ukuran, berat, panjang, diameter, rasio pengembangan
serta edible portionnya. Menurut Danarti (2008), Kacang hijau adalah sejenis
tanaman budidaya dan palawija yang dikenal di daerah tropik. Tumbuhan ini
termasuk tumbuhan polong polongan (Fabaceae). Kacang hijau di indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah
kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau memiliki banyak sekali manfaat,
dikarenakan Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan
merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan
kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh Kecambah kacang hijau
menjadi sayuran yang umum dimakan dikawasan asia Timur dan asia Tenggara
dan dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah
dan pati yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental, menjadi
semacam bubur. Kacang hijau merupakan bahan pangan yang tidak mudah rusak,
karena kadar air yang dikandungnya sedikit. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
di Indonesia berpotensi dikembangkan menjadi produk pangan fungsional, belum
banyak produk turunan kacang hijau yang beredar di pasaran
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, sifat fisik kacang hijau
yang telah diamati yaitu berwarna hijau tua, rasa nya agak hambar dan lama
kelamaan manis, aroma nya khas kacang hijau tetapi tidak terlalu kuat, berbentuk
lonjong hingga bulat, berat 7,6 gram/100butir, panjang 0,5 cm, berdiameter 0,4
cm dan persentase bagian yang dapat dimakan pada kacang hijau yaitu
100%(semua bagian dapat dimakan). Di ambil 2 gram kacang hijau dari 7,6
gram/100butir, lalu dilakukan percobaan dengan memasak kacang hijau pada pada
suhu 80°C selama 20 menit untuk melihat daya serap air pada kacang hijau
tersebut. Setelah dimasak didapatkan beratnya yaitu 2,48 gram dengan daya serap
air 24 %. Pada rasio pengembangan kacang hijau dengan panjang awal 0,5 cm
setelah dimasak mengembang menjadi 0,6 cm dengan rasio pengembangan
panjang nya yaitu 1,24 cm. Sedangkan diameter awal nya yaitu 0,4 cm setelah
dimasak mengembang menjadi 0,5 cm dengan rasio pengembang diameter nya
yaitu 1,25 cm.
Banyak dan sedikitnya bahan menyerap air saat dimasak mempengaruhi
berat akhir bahan setelah dimasak, bahan yang telah dimasak cendrung memiliki
berat yang lebih besar dibandingkan dengan bahan sebelum dimasak, hal ini
terjadi akibat proses pemasakan yang mengakibatkan bahan menyerap air. Proses
pemasakan bahan juga mempengaruhi rasio pengembangan bahan. Bahan yang
banyak menyerap air selain mengakibatkan pertambahan berat bahan juga
mempengaruhi panjang, lebar, dan tebal bahan. Bahan yang banyak menyerap air
menyebabkan pertambahan panjang, lebar dan tebal bahan yang lebih besar,
sehingga bahan yang lembut seperti kacang tanah, setelah proses pemanasan
panjang, lebar dan tebalnya bertambah.( Suhardi, 2003).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum adalah:
1. Sifat fisik kacang hijau yang telah diamati yaitu berwarna hijau tua, rasa nya
agak hambar dan lama kelamaan manis, aroma nya khas kacang hijau tetapi
tidak terlalu kuat, berbentuk lonjong hingga bulat, berat 7,6 gram/100butir,
panjang 0,5 cm, berdiameter 0,4 cm dan persentase bagian yang dapat
dimakan pada kacang hijau yaitu 100%(semua bagian dapat dimakan).
2. Pada kacang hijau yang telah diuji memiliki daya serap air sebesar 24%, rasio
pengembangan panjang sebesar 1,24 cm, dan rasio pengembangan diameter
nya sebesar 1,25 cm.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan dalam melakukan praktikum lebih berhati hati lagi
dalam menggunakan alat alat yang ada dan lebih teliti dalam membaca data.
DAFTAR PUSTAKA
Danarti. 2008. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Jakarta : Swadaya.
Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Purwono,2005. Kacang Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sarwono, B. 2005.Tanaman Hortikultura. Jakarta : Penebar Swadaya.
Silalahi, Jansen. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta : Kanisius.
Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sutarman dan H.S. Suprapto. 1982. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Syarief, rizal dan I. Aniez. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian.
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Winarno, F.G.. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar
= 26,5 %
= 1,25
= 1,2