Anda di halaman 1dari 3

Diskriminasi Dunia Pendidikan

Posted on 6 Desember 2011


6
oleh Felix Felicis-Awang Praing (siswa Sma 1 kupang)

Pendidikan merupakan hal yang kompleks bagi


kehidupan manusia dan perkembangan peradabannya. Pendidikan tidak saja
memainkan peran penting dalam mencerdaskan manusia secera intelektual,
tetapi juga merupakan sarana pembentukan sejati berkarakter baik, bermoral,
berwawasan luas serta ‘penyetaraan’. Hal yang terakhir ini sangat jarang dibahas.
Penyetaraan yang saya maksudkan di sini adalah peran pendidikan dalam
memberikan kesamaan dan kesetaraan manusia dalam hal martabat dan
kedudukan sosial di masyarakat. Untuk memberi pemahaman kepada teman-
teman dan ibu guru mengenai ‘penyetaraan’ yang saya maksudkan, saya
mengambil sebiah contoh yang nyata, dahulu pada masa kolonial Belanda,
perempuan dilarang bersekolah agar perempuan tidak bisa melawan pemerintah
kolonial Belanda layaknya laki-laki. Namun, ketika Raden Ajeng Kartini berjuang
untuk pendidikan kaum perempuan, maka lahirlah perjuangaan-perjuangan dari
kaum wanita untuk melawan Belanda baik secara diplomatis maupun fisik
(pertempuran). Di antara mereka ada Christina Martha Tiahahu, R.A Kartini dan
masih banyak lagi. Di sini kita melihat bahwa pendidikan dapat memberikan
penyetaraan antara kedudukan perempuan dan laki-laki.
Namun, bagaimana jika pendidikan dianggap sebagai sarana meninggikan diri
bukan untuk tujuan mulia untuk memajukan bangsa ini? Inilah fenomena yang
sering dihadapi dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini. Pelaku pendidikan
kadang saling tidak menghargai dan menganggap dirinya tinggi karena gelar
akademik yang disandangnya atau karena jurusan/progdi pilihannya merupakan
jurusan favorit. Pendidikan tidak lagi difungsikan sesuai dengan tujuan utama
pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang seharusnya menjadi sarana penyetaraan
umat manusia malah menjadi sarana untuk menindas dan merendahkan sesama.
Orang yang bergelar tinggi tidak menghargai orang lain yang mempunyai gelar di
bawahnya atau mungkin tidak bergelar akademik. Tindakan-tindakan ini kita
kenal dengan istilah yang disebut DISKRIMINASI.
Dalam membahas masalah ini lebih dalam, maka ada baiknya saya akan melihat
dari lingkungan kehidupan kita sebagai pelaku pendidikan di SMA. Diskriminasi
di SMA bukanlah hal baru, malah telah menjadi fenomena lama yang tidak
pernah disadari oleh pelakunya Jurusan sering menjadi tolak ukur pandangan
seorang guru terhadap siswa. Sehingga terkesan guru itu pilih kasih terhadap
siswanya. Jurusan yang paling sering didiskriminasi adalah jurusan IPS, sering
dianggap memiliki masa depan suram karena lapangan pekerjaan yang tersedia
sedikit, kumpulan anak-anak nakal dan tidak bisa diatur. Jurusan Bahasa sering
dianggap sebagai jurusan “buangan” yang anak-anaknya tidak mampu di IPS
maupun IPA. Sedangkan jurusan IPA dianggap sebagai kumpulan anak-anak
jenius bermasa depan cerah, dan kumpulan anak-anak alim. Yang lebih parah
lagi, kadang statment tersebut kelur dari mulut seorang guru. Padahal menrurt
Dorothy Law, seorang pakar psikologi terkenal masa ini, bahwa statement yang
keluar dari mulut orang-orang terdekat sorang siswa seperti teman, guru dan
orang tua, sangat mempengaruhi kejiwaan dan keberhasilan siswa, sehingga
kata-kata yang keluar harusnya kata-kata yang membangun bukan
MENJATUHKAN atau MENGHINA. Itu malah akan membentuk siswa menjadi
nakal, bahkan brutal. Menurut Dorothy Law, tindakan-tindakan yang membagi-
bagi kasih sayang bagi siswa itu merupakan diskriminasi. Malah secara psikologi,
tindakan itu tergolong kajahatan karena merusak karakter dan masa depan
siswa. Guru yang adalah pembentuk karakter dan fasilitator dalam dunia
pendidikan TIDAK PANTAS melakukan tindakan diskrimatif tersebut.
Saya masih mengingat kata-kata seorang guru favorit saya, “Jika anda ingin
menjadi seorang pemimpin sukses belajarlah ilmu sosial, jika anda ingin
menjadi orang ilmuwan belajarlah ilmu alam, jika anda ingin menjadi orang
bebas berkarakter belajarlah ilmu lingusitik (bahasa). Belajar sesuai potensi
dan prospek yang anda bukan sekedar ikut-ikutan”. Kata-kata guru saya ini,
benar-benar membuka mata saya bahwa pendidikan bukan formalitas namun
suatu sarana pembentuk karakter dan potensi manusia. Setiap ilmu memiliki
perannya masing-masing dalam kehidupan manusia. Saling melengkapi, sama
derajat dan sama pentingnya. Tanpa ilmu alam tidak akan ada teknologi yang
membantu kehidupan manusia. Tanpa ilmu sosial tidak akan ada
pemerintahan/kepemimpinan yang berkarakter baik. Dan tanpa ilmu lingustik
maka tidak akan ada komunikasi yang baik dan benar, sebab semua ilmu tidak
bisa menjelaskan bahasa, namun bahasa menjelaskan semua ilmu” Ini jelas
bahwa keselarasan dunia pendidikan tidak bisa dibentuk oleh satu ilmu saja
Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa Indonesia kebutuhan ahli medis di
Indonesia meningkat 14% tiap tahunnya sedangkan jumah dokter tidak
memenuhi jumlah minimal. Kementerian Pariwisata mengatakan bahwa potensi
wisata Indonesia yang besar tidak sebanding dengan jumlah Tour Guide di
Indonesia dan ahli antropologi yang dapat menggali potensi-potensi wisata
budaya lainnya. Kementerian Luar Negeri pun akhir-akhr ini sedang kewalahan
karena kekurangan diplomat. Tenaga Kementerian Tenaga Kerja menyatakan
bahwa kebutuhn akuntn public maupun pernakan Indonesia sangat tinggi
sedangkan lulusan SMA IPS dan SMK Akuntansi semakin berkurang seiring
animo masyarakat yang tinggi ke IPA. Semua itu fakta yang terhimpun dari data-
data yang temuat di website resmi kementerian-kementerian terkait. Dan itu
secara jeas membukikan bahwa semua ilmu itu DIBUTUHKAN.
Saya rasa jangan ada lagi diskriminasi dalam dunia pendidikan. Merubah
pandangan akan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan itu untuk
kesetaraan bukan penindasan. Hal-hal berbau diskriminatif dalam dunia
pendidikan tidak selayaknya dipertahankan dan dibiarkan membudaya.
Hendaknya pelaku pendidikan jangan hanya menjadi penonton, namun giat dan
untuk sebuah reformasi dalam diri sendiri dan bagi lingkungan kita masing-
masing. Maju dunia pendidikan Indonesia. Stop diskriminasi dunia
pendidikan.!!!

Anda mungkin juga menyukai