Dosen Pembimbing :
Nurminha, M.Sc
Disusun Oleh :
Fardhan Syach Reza 1713453013
Ashaka Mayra Libertha 1713453010
Puti Edelweista 1713453032
Febrina Chrisdamara 1713453043
Ervika Dwi Ananda Putri 1713453048
Endang Mustika 1713453026
Sari Apri Anjani 1713453029
Indri Dwi Ramadhani 1713453037
Esa Maulida 1713453021
Tri Mulyaningsih 1713453024
Ananda Rastu Andira 1713453025
Cindy Rizky Pratiwi 1713453050
Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita, sehingga tugas makalah Immuno-Serologi II laboratorium
tentang “Kelebihan dan Kekurangan ELISA DIRECT dan INDIRECT” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini juga sebagai tugas yang harus
dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi penulis.
Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami cari ketahui dan juga
kami kutib dari berbagi sumber baik dari buku maupun dari media elektronik.
Semoga isi dari makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam
pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki
kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan
dalam isi makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul…..................................................................................................................(i)
Kata pengantar…………………………………………………………………..(ii)
Daftar isi………………………………………………………………………...(iii)
Bab I : Pendahuluan……………………………………………………………..(1)
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….(1)
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………(2)
1.3 Tujuan Pembahasan……………………………………………….(3)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………........(4)
2.1 Pengertian ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay).........(4)
2.2 Jenis-Jenis Metode ELISA………………………………………...(5)
2.3 Prinsip Kerja ELISA………………………………………………(9)
2.4 Contoh Cara Kerja ELISA………………………………………….(12)
2.5 Kelebihan dan Kekurangan ELISA………………………………...(13)
Bab II : Penutup………………………………………………………………...(14)
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………(14)
4.2 Saran………………………………………………………………..(14)
Daftar Pustaka………………………………………………………………….(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia
maupun hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar
dari pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. Sedangkan Serologi ialah ilmu
yang mempelajari reaksi antigen antibody secara invitro. Pemeriksaan serologik
sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini
pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk
menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan.
memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap perubahan
kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab).
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar
imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di
berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti
teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas
yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann
dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di
dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label).
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang
imunologi (ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan
antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan
menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal.
(ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang
imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi
tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Penggunaan ELISA melibatkan
setidaknya satu antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas tentang
ELISA
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang dibahas
dalam makala ini adalah :
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari makalah ini
adalah :
Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik
ELISA kompetitif yang menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat
antibodi-enzim, dan teknik ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibodi
(primer dan sekunder). Pada teknik ELISA nonkompetitif, antibody kedua
(sekunder) akan dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal.
Teknik ELISA nonkompetitif ini seringkali disebut sebagai teknik ELISA
sandwich.
Dewasa ini, teknik ELISA telah berkembang menjadi berbagia macam jenis
teknik. Perkembangan ini didasari pada tujuan dari dilakukannya uji dengan
teknik ELISA tersebut sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut ini
adalah beberapa macam teknik ELISA yang relatif sering digunakan, antara lain :
ELISA Direct, ELISA Indirect, ELISA Sandwich, dll.
Sebagian besar metode ELISA dikembangkan untuk deteksi antigen atau antibodi
terdiri dari antibodi atau antigen yang cocok dengan yang dicari, yang kemudian
dibentuk dalam fase solid, seperti permukaan plastik dari plat polivinil atau tube
polistirene, di dalamnya sumuran yang dalam dari microdilution (cairan sejumlah
mikro) atau di bagian luar dari plastik sferis atau bead (mirip seperti kelereng
kecil) yang terbuat dari logam. Sistem tersebut dinamakan Solid Phase
Immonusrbent Assay.
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan
microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau
antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara
ini digunakan pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen
spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan
sampel => bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik ,
sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik)
dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara
antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut
dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat
substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi
atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.
Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau
antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang
berupa pendaran flourescense.
Skema Cara kerja ELISA Direct dan Indirect
2.4 Contoh Cara Kerja ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Berikut ini adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik ELISA,
yaitu:
a. Pendeteksian antibody dengan ELISA indirect:
1. Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah dimurnikan dengan
membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan selama
30-60 menit.
2. Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer.
3. Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen dengan
protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu bubuk).
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi antibodinya dan membiarkan
antibody spesifik untuk berikatan dengan antigen.
6. Membilas antibody yang tidak terikat.
7. Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc pada antibody yang
spesifik (sebagai contoh, anti-rantai gamma manusia yang berikatan dengan IgG
manusia). Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara kovalen dengan enzim.
8. Membilas kompleks antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat
ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna, dan
11. Ukur dengan spectrometer. Jka semakin pekat warna yang dideteksi, maka makin
besar kadar antibody spesifik dalam sampel.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay)
Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
Teknik pengerjaan relatif sederhana
Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan hanya satu saja,
sehingga menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)
Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen
tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi atau
antigen yang bersifat sangat spesifik)
Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.
Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :
Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya jenis
antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen).
Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi poliklonal,
sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif mahal.
Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian akibat
kontrol negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan inefektivitas
dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat
berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan menimbulkan signal.
Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga
pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat
diatasi dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :
a) Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
b) Teknik ELISA yang relatif sering digunakan, antara lain : ELISA Direct,
ELISA Indirect, ELISA Sandwich, dll.
c) Sebagian besar metode ELISA dikembangkan untuk deteksi antigen atau
antibodi terdiri dari antibodi atau antigen yang cocok dengan yang dicari,
yang kemudian dibentuk dalam fase solid, seperti permukaan plastik dari
plat polivinil atau tube polistirene, di dalamnya sumuran yang dalam dari
microdilution (cairan sejumlah mikro) atau di bagian luar dari plastik
sferis atau bead (mirip seperti kelereng kecil) yang terbuat dari logam.
Sistem tersebut dinamakan Solid Phase Immonusrbent Assay.
d) Contoh cara kerja metode dapat dilakukan pemeriksaan pada penentuan
kadar HCG dalam urin wanita hamil
e) Tehnik ELISA memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses
pemeriksaannya.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan terutama bagi
penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
Brahmana K. 1981. Immunologi, Serologi dan Tata Kerja Laboratorium. Medan.
Suryo. 1996. Genetika. Departemen P dan K Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi. Jakarta.
Arini Krisna Oktavia. 2012. TES ELISA Melalui
http://pandalikespurple.blogspot.com/2012/04/test-elisa.html Diakses 23
Desember 2014
https://blueskypharmacy.wordpress.com/2015/06/08/uji-elisa-prinsip-bahan-yang-
dibutuhkan-prosedur-dan-hasil/
https://docplayer.info/61773644-Metode-metode-dalam-biologi-molekuler-
isolasi-dna-pcr-kloning-dan-elisa.html