Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PANCASILA

Oleh Kelompok 3:

Anisa Irma (18301042)


Dinda Nur Anisa (18301047)
Erda Febriza (18301049)
Maulana Inboun (18301054)
Riska Ramadani (18301066)
Siti Mutmainah (10301070)
Suja Lasmini (18301071)
Tri Imelda Butar-Butar (18301073)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. hanya karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya makalah dapat selesai tepat waktu. Salawat dan salam
tidak lupa ucapkan kepada Nabi Muhammad saw. Tujuan penulisan makalah
“Filsafat Pancasila” untuk mnambah wawasan pembaca. Penulis ucapkan terima
kasih kepada Bapak Islamudin, M.Pd selaku dosen mata kuliah pancasila atas
bimbingan yang diberikan dalam penyusun makalah. Penulisan makalah belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 26 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PPENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2

1.3 Tujuan ................................................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Penegrtian filsafat ..............................................................................................3

2.2 Filsafat panacsila .............. .................................................................................4

2.3 Hakikat-hakikat pancasila .................................................................................7

BAB III PENUTUP ..............................................................................................11

3.1 Simpulan ..........................................................................................................11

3.2 Saran .................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin
yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
Negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian
Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus
penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,
baik di pusat maupun di daerah.
Pancasila merupakan suatu kesatuan,sila yang satu tidak bisa
dipisahkan dari sila yang lainnya; keseluruhan sila di dalam pancasila
merupakan suatu kesatuan organis,atau suatu kesatuan keseluruhan yang
bulat. Patut kita sayangkan jika bangsa Indonesian yang mengakui
pancasila sebagai dasar Negara Indonesia yang ada sekarang ini tidak tahu
akan hakekat pancasila yang sebenarnya dan perwujudannya dalam
undang-undang 1945. Pengamat dan dosen filsafat Romo J Haryatmoko
menyatakan Pancasila harus disosialisasikan ala "salesman" agar mudah
memasyarakat karena ideologi yang abstrak bisa diturunkan menjadi hal
yang sederhana. Untuk lebih jelas contohnya sebagai berikut: faham
kemanusiaan dimiliki oleh bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa
Indonesia faham kemanusiaan sebagai yang dirumuskan dalam sila II

1
adalah faham kemanusiaan yang dibimbing oleh ke-Tuhanan Yang Maha
Esa, sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Inilah yang dimaksud dengan sila II diliputi dan dijiwai oleh sila I,
begitu pula sila-sila yang lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa sila II,III,IV,V pada hakekatnya merupakan penjabaran dan
penghayatan dari sila I. Adapun susunan sila-sila pancasila adalah
sistematis-hierarkhis, artinya kelima sila itu menunjukan suatu rangkaian
yang bertingkat (heararkhis). Sekalipun sila-sila di dalm Pancasila
merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang
lainnya ,namun dalam memahami hakikat pengertiannya sangat
diperlukan uraian sila demi sila. Uraian atau penafsiran haruslah
bersumber, berpedoman dan berdasar kepada Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD 1945.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penilis dapat membahas tentang
“Bagaimana filsafat pancasila”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mendeskripsikan tentang filsafat pancasila
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mendeskripsikan tentang pengertian filsafat.
2. Mendeskripsikan tentang filsafat pancasila.
3. Mendeskripsikan tentang hakikat sia-sila pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya
“philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara
lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut
berakar pada kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan).
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan.
Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga
filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata
tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep
kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli
pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang
mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah
oreang yang mencintai kebenaran.Tentang mencintai kebenaran adalah
karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam
mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir
sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-
dalamnya) disebut filsafat atau falsafah.Filsafat sebagai hasil berpikir
sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana
atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah
sebagai berikut:
a. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif
atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil
dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan
bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika
mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri
sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif

3
b. Plato (472 – 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para
filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth).
Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang
abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan
pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan
tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan
sebagai filsafat spekulatif.

2.2 Filsafat pancasila


Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia.Kenyataannya definisi
filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda
oleh beberapa filsuf Indonesia.Pancasila dijadikan wacana sejak
1945.Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan”
rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
a. Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat.Hal ini merujuk
pidato Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan
alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah
satu materi kuliah mereka.Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman,
demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
b. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak
1955 sampai berakhirnya kekuasaannya (1965).Pada saat itu Sukarno
selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia
yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya
India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam).Menurut
Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan
Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil.Sukarno tidak pernah
menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.
c. Filsafat Pancasila versi Soeharto

4
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi.Melalui
filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat
disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia,
sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”.Semua sila dalam
Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih
rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan
mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito
Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus
Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto
Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila
secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar,
paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia. Kalau dibedakan anatara filsafat yang religius dan
non religius, maka filsafat Pancasila tergolong filsafat yang
religius.Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan
dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui
keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam
arti praktis, filsafast Pancasila digolongkandalam arti praktis. Ini
berarti bahwa filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang
sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan
kebijaksanaan, tidak sekedar untukmemenuhi hasrat ingin tahu dari
manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil
pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup,
way of the life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat
mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di

5
akhirat. Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran
yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat sebgai berikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi);

Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran


filsafat, sebaiknya kita kutip ceramah Mr.Moh Yamin pada Seminar
Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul “Tinjauan
Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional”, yang isinya anatara lain
sebagai berikut Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis
dalam suatu sistem filsafat. Marilah kita peringatkan secara ringkas
bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat
ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi
Kebendaan seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut
tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel, serta juga
bersangkut paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh
Immanuel Kant (1724-1804).

Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese pikiran yang


lahir dari antitese pikiran.Dari pertentangan pikiran lahirlah paduan
pendapat yang harmonis.Dan ini adalah tepat.Begitu pula denga ajaran
Pancasila suatu sintese negara yang lahir dari antitese. Saya tidak mau
menyulap. Ingatlah kalimat pertama dan Mukadimah UUD Republik
Indonesia 1945 yang disadurkan tadi dengan bunyi: Bahwa
sesungguhanya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab
itu penjajahan harus dihapusakan karena bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Kalimat pertama ini adalah sintese
yaitu antara penjajahan dan perikemanusiaan dan perikeadilan.Pada
saat sintese sudah hilang, maka lahirlah kemerdekaan. Dan
kemerdekaan itu kita susun menurut ajaran falsafah Pancasila yang
disebutkan dengan terang dalam Mukadimah Konstitusi R.I. 1950 itu

6
yang berbunyi: Maka dengan ini kami menyusun kemerdekaan kami
itu, dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan
berdasarkan ajaran Pancasila. Di sini disebut sila yang lima
untukmewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan perdamaian dunia
dan kemerdekaan. Kalimat ini jelas kalimat antitese.

Sintese kemerdekaan dengan ajaran Pancasila dan tujuan kejayaan


bangsa yang bernama kebahagiaan dan kesejajteraan rakyat.Tidakah
ini dengan jelas dan nyata suatu sintese pikiran atas dasar antitese
pendapat? Jadi sejajar denga tujuan pikiran Hegel beralasanlah
pendapat bahwa ajaran Pancasila itu adalah suatu sistem filosofi,
sesuai dengan dialektis Neo-Hegelian. Semua sila itu adalah susunan
dalam suatu perumahan pikiran filsafat yang harmonis.Pancasila
sebagai hasil penggalian Bung Karno adalah sesuai pula dengan
pemandangan tinjauan hidup Neo-Hegelian.

2.3 Hakikat sila-sila pancasila


a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yang masih bersifat umum
untuk semua agama di Indonesia. Jika dipandang dari Islam, Tuhan
berarti Allah SWT pencipta alam semesta. Yang Maha Esa berarti
Tuhan Yang Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Esa dalam Dzat-
Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Jadi Ketuhanan Yang Maha Esa
berarti meyakini bahwa Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini. Dalam semua agama pasti meyakini akan hal
tersebut. Kata Ketuhanan Yang Maha Esa sudah mencakup semua
agama sehingga di dalamnya mengandung nilai toleransi beragama.
Pancasila mengajarkan kepada setiap orang agar percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing dan
tidak mencampuri urusan beragama mereka. Negara juga
berkewajiban untuk mengawasi pelanggaran terhadap nilai-nila
Ketuhanan. Hakikat sila pertama sesuai dengan pembukaan UUD
1945 dan pasal 29 UUD 1945.

7
b. Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi
yang mempunyai potensi piker, rasa, karsa, dan cipta karena potensi
inilah manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya
manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia
meyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa
suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang
obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal
dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa sikap
hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya,
terutama norma sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian
tata kesopanan kesusilaan atau moral. Jadi: kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang
didasarka kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri
pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.
Didalam silan kedua kemuanusian yang adil yang beradab telah
tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab
memenuhi seluruh hakekat mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan
dijiwai sila satu hal ini berarti bahwa kemanusiaan yang adil dan
beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaa-Nya. Hakekat
pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alenia yang
pertama dan pasal-pasal 27,28,29,30 UUD 1945 .
c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia.
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah
belah persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan. Indonesia mengandung dua makna
yaitu makna geograpis dan makna bangsa dalam arti politis. Jadi
persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena
didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara

8
yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia merupakan paktor
yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan
Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya membina
tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu
tidak terpecah belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai
dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal
1,32,35,dan 36 UUD 1945
d. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok
manusia dalam suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan
dengan sila IV bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada ditangan
rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio
yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan
bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu
hal berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan yang
berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat.
Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedura)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan. Jadi sila ke IV
adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem
perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan
musawarah dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab
baik kepada Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang
diwakilinya. Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD
alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan 37 UUD 1945.

9
e. Sila kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di
segala bidabg kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat
Indonesia berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik
yang berdiam diwilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun
warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi sila ke V
berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil
dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan. Sila
Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,
merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang
perwujudannya ialah tata masyarakat sdil-makmur berdasarkan
Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD
1945 alinea kedua dan pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD
1945.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara


Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan
masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu
pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.

3.2 Saran

Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa


Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita
harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila
tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.

11
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.


Gramedia.

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila,Cet. 9. Jakarta:


Pancoran Tujuh.

Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:


Pantjoran Tujuh.

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai