Bagaimana Membangun Paradigma Qurani
Bagaimana Membangun Paradigma Qurani
Kelas : 1.E.L.B
Kelompok : 4
Ada seorang guru besar sastra Semit di Columbia dan Pricenton yang
menulis sebuah buku monumental berjudul History of The Arabs. Buku
tersebut berisikan tentang makna Al-Quran yang berarti bacaan, kuliah, atau
wacana. Al-Quran sejak awal kehadirannya dimaksudkan untuk dibaca, dan
diperdengarkan dalam bahasa aslinya, dengan khidmat dan hormat.
Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya
adalah para dan digma. Para mengandung arti “disamping”, “di sebelah”,
dan “keadaan lingkungan”, sedangkan digma berarti “sudut pandang”,
“teladan”, “arketif”, dan “ideal”. Jadi, dapat dikatakan bahwa paradigma
adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas. Adapun secara
terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang
menyeluruh dan terkonsep terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan
dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, dan metode
keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani
adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau
suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran.
Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber utama dalam segala segi
kehidupan, sumber ajaran teologi, hukum,mistisisme, pemikiran,
pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspek-aspek lainnya. Jika masih
mencari sumber lain dalam menentukan benar /salah, baik / buruk, dan indah
/ jelek, maka seseorang diangap tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap
hipokrit atau munafik yang tidak terpuji.
Dalam sejarah peradaban Islam ada suatu masa yang disebut masa
keemasan Islam. Di masa itu umat Islam berada dalam puncak kemajuan
dalam belbagai aspek kehidupannya, yakni ideologi, politik, sosial budaya,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan.
Karena kemajuan itulah, maka dunia Islam menjadi pusat peradaban, dan
menjadi super-power dalam ekonomi dan politik. Ekspansi dakwah Islam
semakin meluas, kekuasaan politik semakin luas, kemakmuran ekonomi
semakin berkembang pesat dan jauh ebih merata.
Faktor yang menyebabkan umat islam dapat maju pesat yaitu karena umat
Islam menjadikan Al-Quran sebagai paradigma kehidupan. Bukan hanya
menjadikan Al-Quran sebagai sumber ajaran tetapi juga menjadikannya
paradigma dalam pengembangan Iptek, pengembangan budaya, bahkan
untuk mengatasi dan menghadapi berbagai problem kehidupan umat Islam
saat itu. Selain itu umat Islam pada saat itu tak lupa untuk menjadikan
Rasulullah saw role model (uswatun ḫasanah) dalam
mencerminkan AlQuran dalam kehidupan sehari hari. Seperti firman Allah,
“Apa-apa yang Rasulullah datangkan untuk kamu, maka ambillah dan apa-
apa yang Rasulullah melarangnnya, maka tinggalkanlah”(QS Al-Hasyr/59:
7).
Pada abad berikutnya sekitar pertengahan abad ke-10 muncul dua orang
penerjemah yang sangat penting dan produktif yaitu Yahya Ibn „Adi (974)
dan Abu Ali Isa Ibnu Ishaq Ibn Zera (w. 1008). Yahya banyak memperbaiki
terjemahan dan menulis komentar mengenaikarya-karya Aristoteles. Yahya
juga dikenal sebagai ahli logika
Para khalifah yang memiliki kekuasaan pada masa itu sangat mendukung
kemajuan Iptek. Mereka membangun pusat-pusat pendidikan tinggi dan riset
seperti Bait al-Hikmah di Bagdad, dan juga para khalifah selalu
mengapresiasi setiap ilmuwan yang dapat menuliskan karya.