PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
PEMBAHASAN
Kelainan tidak akan ditemukan melalui satu jenis pemeriksaan saja. Oleh
karena itu, dibutuhkan pemeriksaan lengkap agar terbentuk diagnosis keperawatan
definitive. Belajarlan untuk mengkelompokkan temuan yang penting ke dalam
kelompok data yang akan menggambarkan diagnose keperawatan yang sebenarnya.
Selain itu setiap temuan abnormal akan membantu mengumpulkan informasi
tambahan. Kumpulkan informasi selama pemeriksaan fisik awal sebagai dasar
kemampuan fungsional klien. Data dasar ini adalah pola temuan yang didapatkan saat
klien diperiksa pertama kalinya. Data dasar tersebut dapat menjadi perbandingan
untuk temuan pemeriksa di masa yang akan datang.
B. Sensitivitas budaya
Saat melakukan pemeriksaan, perbedaan budaya yang dimiliki klien harus di
hormati. Perbedaan budaya ini akan mempengaruhi perilaku klien. Selama
pemeriksaan dan anamnesis, kepercayaan terhadap kesehatan yang dimiliki klien,
penggunaan terapi alternative, kebiasaan gizi, hubungan keluargan dan kenyamanan
klien harus dipertimbangkan.
Anda harus sadar budaya, dan hindari memberikan stereotip berdasarkan
gender atau ras. Terdapat perbedaan antara karakteristik budaya dan karakteristik
fisik. Belajarlah untuk mengenali kelainan yang umum ditemukan pada populasi etnik
suatu komunitas. Sebagai contoh, Indian Navajo biasanya memiliki kelainan telinga,
masyarakat Polynesia sering menderita clubfoot, dan banyak orang Afrika Amerika
mengalami penyakit anemia sel sabit. Pengenalan keragaman budaya akan membantu
perawat untuk menghormati keunikan klien dan menyediakan perawatan yang
berkualitas tinggi. Pengenalan dan penghormatan terhadap keragaman budaya akan
menghasilkan kepuasan pada klien dan hasil yang lebih baik (Galanti 2004).
Pencahayaan baik
Posisi dan bagian tubuh terbuka sehingga permukaannya dapat terlihat
Inspeksi setiap area: ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi, dan abnormalitas
Bandingkan pada sel tubuh yang lain
Gunakan cahaya tambahan ketika menginfeksi rongga mulut
Palpasi
Klien harus rileks dan diposisikan dengan nyaman karena ketegangan otot
selama palpasi mengganggu keefektifan. Sebagai contoh, ketegangan otot abdomen
membuat palpasi organ-organ yang ada di bawahnya tidak mungkin dilakukan dan
mengikuti kekuatan otot. Meminta klien untuk menarik napas dalam secara perlahan
akan meningkatkan relaksasi otot. Area yang lunak harus dipalpasi terakhir. Perawat
meminta klien untuk menunjuk area-area yang lebih sensitif dan mencatat adanya
tanda nonverbal ketidak nyamanan.
Perkusi
Auskultasi
Seorang peserta didik harus terlebih dahulu mempelajari bunyi normal yang
dihasilkan oleh sistem kardiobaskuler, pernapasan dan gastrointestinal, seperti aliran
daerah melalui arteri. Bunyi abnormal hanya dapat dikenali setelah variasi normal
dipelajari. Perawat akan lenih berhasil dalam melakukan auskultasi jika mengetahui
jenis bunyi yang muncul dari setiap struktur tubuh dan lokasi dimana bunyi tersebut
dapat didengar paling jelas. Demikian juga, perawat juga harus mengetahui area yang
normalnya tidak mengeluarkan bunyi.
Untuk mengauskultasi dengan benar perawat memerlukan ketajaman
pendengaraan yang baik, stetoskop yang baik dan pengetahuan tentang bagaimana
menggunakan stetoskop dengan tepat. Letakkan selalu stetoskop langsun diatas kulit,
karena pakaian akan membuat bunyi tidak jelas. Perawat harus mengetahui stetoskop
dengan baik sebelum mencoba menggunakan pada klien. Akan sangat membantu bila
melatihnya bersama teman. Sejumlah bunyi asing yang diciptakan dengan
menggerakkan selang stetoskop atau chestpiece akan mengganggu auskultasi bunyi
organ tubuh. Dengan sengaja menghasilkan bunyi-bunyi tersebut, perawat belajar
mengenali dan mengabaikannya selama pemeriksaan aktual. Melalui auskultasi,
perawat memperhatikan beberapa karakteristik bunyi berikut ini :
1. Frekuensi atau jumlah siklus gelombang bunyi per-detik yang dihasilkan oleh
benda yang bergetar. Semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi nada bunyi dan
sebaliknya.
3. Kualitas atau bunyi bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama dari
sumber yang berbeda-beda. Istilah seperti tiupan atau gemuruh menggambarkan
kualitas bunyi.
4. Durasi atau lamanya bunyi itu berlangsun. Durasi bunyi adalah pendek, sedang atau
panjang. Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi bunyi dari organ internal
dalam.
Ketika mengkaji klien, perawat harus mengenali sifat dan sumber bau badan.
Olfaksi membantu perawat mendeteksi abnormalitas yang tidak dapat dikenali dengan
cara-ara lainnya. Sebagai contoh, klien dengan gips diperkirakan memang akan
mengalami ketidaknyamanan setelah cedera. Tetapi bagaimanapun juga perawat yang
mengetahui adanya bau kuat akan mencuriga bahwa ketidaknyamanan tersebut dapat
juga berhubungan dengan infeksi luka. Rasa tidak nyaman itu sendiri tidak
menyatakan adanya infeksi. Hasil olfaksi dan keterampilan pengkajian lainnya
memungkinkan perawat mendeteksi abnormalitas yang serius. Jika perawat
mengetahui adanya bau yang tidak wajar, rekan sejawat dapat membantu
mengidentifikasi masalah tersebut.
E. Persiapan pemeriksaan
Kontrol infeksi
Selama pemeriksaan beberapa klien dapat memiliki lesi kulit basah atau luka
basah. Gunakan standart kehati-hatian selama pemeriksaan. Gunakan sarung tangan
untuk mengurangi kontak langsung dengan mikroorganisme. Jika klien memiliki luka
terbuka yang basah, gunakanngaun dan perlengkapan pelindung lainnya. Ikuti
prosedur hiegene tangan sesuai dengan kebijakan institusi sebelum dan setelah
pemeriksaan fisik.
Lingkungan
Jika sulit untuk melakukan pemeriksaan pada posisi klien yang berbaring,
dapat digunakan meja pemeriksaan khusus. Bantu klien agar mereka tidak jatuh saat
naik dan turun dari meja pemeriksaan. Jangan tinggalkan klien yang kebingungan atau
tidak kooperatif sendirian dimeja pemeriksaan.
Perlengkapan
Pemeriksaan fisik meliputi pakaian dan duk yang tepat bagi pasien. Klien di
rumah sakit biasanya hanya mngenakan gaun rumas sakit biasa. Klien rawat jalan
harus mengganti pakaian dengan gaun ringan. Jika pemeriksaan terbatas pada sistem
tubuh tertentu, klien tidak harus membuka seluruh pakaiannya. Berikan privasi dan
waktu yang cukup bagi klien selama membuka pakaian. Duk dan gaun terbuat dari
linen atau kertas yang dapat dibuang. Setelah klien mengenakan gaun, mereka duduk
atau berbaring dimeja pemeriksaan dengan duk dipangkuan atau bagian tubuh bawah.
Pastikan klien merasa hangat dengan menghindarkan angin, mengatur sushu kamar,
dan memberikan selimut hangat. Tanyakan secatra rutin apakah klien tetap merasa
nyaman.
Posisi
Minta klien untuk mengambil posisi tertentu agar anda dapat menjangkau
bagian tubuh yang hendak diperiksa. Kemampuan klien dalam mengambi posisi
sangat bergantung pada kekuatan fisik, mobilitas, kemudahan bernapas, usia, dan
tingkat kesehatannya. Jelaskan perihal posisi dan bantu klien melakukannya. Sesuai
duk sehingga bagian tubuh yang tidak diperiksa tetap tertutup. Klien dapat mengambil
lebih dari satu posisi. Untuk mengurangi jumlah pergantian posisi tersebut aturlah
pemeriksaan sehingga anda akann melakukan pemeriksaan pertama pada posisi
duduk, lalu posisi supinasi dan berikutnya. Berikan perhatian ekstra pada lansia
karena mereka memiliki banyak keterbatasan.
Banyak klien yang meraa stres dan gelisah tentang pemeriksaan dan
kemungkinan hasilnya. Penjelesana yang baik akan memberikan klien informasi
tentang hal yang diharapkan dan prosedur yang dilakukan sehingga mereka dapat
bekerja sama. Berikan penjelasan yang sederhana dan mudah dimengerti. Klien bebas
bertanya dan menyatakan ketidak nyamanan. Setiap melakukan pemeriksaan , berikut
penjelasan yang rinci. Lakukan pendekatan yang terbuka dan profesional. Tetapi tetap
rileks. Sikap yang kaku dan formal dapat membuat klien sulit berkomunikasi, namun
gaya yang terlalu santai juga tidak membuat klien merasa aman.
Jika klien berjenis kelamin berbeda dari perawat sebaiknya sertakan pihak
ketiga yang berjenis kelamin sama dengan klien di dalam ruangan. Ini dilakukan
untuk memastikan bahwa pemeriksa telah berperilakuk sesuai etik. Pihak ini juga
menjadi saksi bagi tindakan pemeriksa dan klien.
Kumpulkan sebagian atau seluruh riwayat anak dari ornag tau atau pun wali syah.
Lakukan pemeriksaan dibagian tubuh yang aman
Orang tua terkadang berfikir pemeriksaan hanya untuk menguji mereka, oleh
karena itu berikan dukungan selama pemeriksaan agar klien merasa percaya dan
nyaman.
Sapa anak dengan nama depan dan sapa orang tau sebagai tuan.
Gunakan pertanyaan terbuka agar orang tua dapat memberikan informasi yang
lebih banyak.
Perlakukan remaja sebagai individu dewas
Ingatlah bahwa remaja berhak menyimpan rahasia
Jangan berikan stereotip pada klien lansia. Sebagian besar klien lasia dapat
beradaptasi terhadap perubahan dan belajar tentang kesehatannya.
Keterebatasan sensorik dan fisik akan mempengaruhi kecepatan anda dalam
mewawancarai lansia dan melakukan pemeriksaan. Rencanakan sesi pemeriksaan
multipel.
Lakukan pemeriksaan dalam ruangan yang mendukung.
Selama pemeriksaan anda harus bersabar, mengizinkan waktu istirahat dan
mengamati detail.
Beberapa info kesehatan bersikap sensitif bagi para lansia.
Perhatikan tanda peningkatan rasa lelah seperti menghembuskan napas panjang,
mengernyit, iritabilitas, bersandar objek dan membungkukkan kepala dan bahu.
F. Pengaturan pemeriksaan
Tanpa memperhatikan usia klien, pemeriksaan fisik dasar mengikuti sebuah
pendekatan yang serupa. Pemeriksaan fisik terdiri dari pengkajian individu untuk
setiap system tubuh. Luasnya pemeriksaan bergantung pada tujuannya dan kondisi
klien. Klien yang datang ke klinik dengan gejala chast cold berat tidak akan secara
rutin memerlukan pengkajian neurologik. Klien yang masuk ke ruang gawat darurat
dengan penyakit akut memerlukan pengkajian system tubuh yang paling berisiko
menjadi abnormal. Ketika klien masuk ke rumah sakit, biasanya dilakukan
pemeriksaan fisik. Klien dengan gejala atau kebutuhan spesifik seringkali hanya
memerlukan beberapa bagian pemeriksaan. Penilaan perawat diperlukan untuk
memastikan bahwa pemeriksaan yang dilakukan berhubungan dan mencakup
observasi yang benar.
Kinerja pengkajian kesehatan lengkap mengikuti format riwayat keperawatan.
Perawat menggunakan informasi dari riwayat tertentu untuk memfokuskan perhatian
pada bagian spesifik dari pemeriksaan. Sebagai contoh, jika riwayat menunjukan
gejala tidak nyaman pada abdomen, maka perawat memeriksa abdomen secara
cermat. Jika klien mengeluh sulit melakukan aktivitas dasar kehidupan sehari-hari,
perawat memeriksa dengan cermat fungsi muskuloskeleta dan neurologis. Hasil dari
riwayat secara umum memunculkan pola tanda dan gejala yang berhubungan.
Informasi pemeriksaan fisik menambah informasi dari riwayat dan digunakan untuk
mengonfirmasi atau menyanggah data.
Pemeriksaan harus sistematik dan terorganisasi dengan baik sehingga pengkajian
penting tidak akan terlewatkan. Pendekatan dari kepala ke kaki mencakup semua
system tubuh dan membantu perawat mengantisipasi setiap langkah. Pada orang
dewasa, perawat memulainya dengan mengkaji area kepala dan leher, berkembang
secara metodik ke bawah tubuh untuk mencakup semua sistem tubuh. Tips berikut ini
akan membantu perawat agar tetap melakukan pemeriksaan yang terorganisasi dengan
baik:
Bandingkan tiap sisi untuk melihat kesimetrisan. Ketidaksimetrisan yang
kecil masih dapat dikategorikan normal (misalnya otot bisep pada lengan
dominan lebih tebal)
Jika klien merasa sangat sakit, lakukan pemeriksaan system tubuh yang paling
berisiko terlebih dahulu. Contohnya, klien dengan nyeri dada menjalani
pemeriksaan kardiovaskuler
Jika klien kelelahan, berikan waktu untuk istirahat
Pemeriksaan yang menimbulkan nyeri dilakukan paling terakhir
Catat pengkajian dalam istilah spesifik pada formulir pengkajian fisik atau
pada catatan perawat
Gunakan singkatan medis yang umum untuk membuat catatan yang singkat
dan padat.
Catat pemeriksaan dengan cepat agar klien tidak menunggu. Lengkapi
pengamatan pada akhir pemeriksaan.
Suatu formulir pengkajian fisik memungkinkan ana merekam informasi
sesuai urutan yang dilakukan.
G. Survey umum
Pengkajian dimulai saat kita bertemu dengan klien. Data awal dari survey
umum (general survey) dimulai dengan meninjau masalah kesehatan primer. Catat
perilaku dan penampilan pasien. Awali pemeriksaan dengan survey umum. Ini
memberikan informasi tentang karakteristik penyakit, citra tubuh, dan hygiene klien,
status emosional, perubahan berat badan, dan status perkembangan. Jika ada kelainan
atau masalah, awali system tubuh yang terlibat secara ketat pada tahap selanjutnya
Tampilan umum dan perilaku
Pengkajian tampilan umum dan prilaku dimulai pada saat perawat mempersiapkan
klien untuk pemeriksaan. Tinjauan tampilan umum dan perilaku mencakup hal-hal
berikut:
1. Gender dan ras: gender akan mempengaruhi jenis pemeriksaan dan caranya.
Trampilan fisik yang berbeda berhubungan dengan gender dan ras. Beberapa
penyakit lebih sering menyerang gender atau ras tertentu. Contohnya, kanker kulit
lebih sering ditemui pada kulit putih dibandingkan Afrika-Amerika; kanker
prostat lebih banyak dialami pria Afrika Amerika dari pada kulit putih; dan kanker
kandung kemih empat kali lebih tinggi pada pria daripada wanita (American
Cancer Society,ACS,2016)
2. Usia: usia memengaruhi karakteristik dan kemampuan fisik untuk berpartisipasi
dalam pemeriksaan
3. Tanda stress: terkadang terdapat tanda atau gejala jelas yang mengindikasikan
nyeri (mengerutkan dahi, menjauhi area yang sakit), atau kesulitan bernafas (sesak
nafas, retraksi sternum) atau kegelisahan. Tanda ini menunjukan bagian mana
yang diperiksa lebih dahulu
4. Jenis tubuh: lihat apakah jenis tubuh klien langsing, menderita obesitas, atau
terlalu kurus. Jenis tubuh memperlihatkan tingkat kesehatan usia, dan gaya hidup.
5. Postur: postur tubuh berdiri yang normal adalah tegak dengan kesejajaran pinggul
dan bahu. Postur duduk normal melibatkan pembulatan bahu dalam derajat
tertentu. Postur biasanya menggambarkan mood atau nyeri. Banyak lansia
memiliki postur yang bungkuk ke depan dengan pinggul dan lutut sedikit fleksi
dan lengan ditekuk
6. Gait (gaya berjalan): amati adanya gerakan yang terkoordinasi atau tidak.
Seseorang normalnya berjalan dengan lengan berayun bebas di samping dengan
kepala dan wajah memimpin tubuh
7. Gerakan tubuh: apakah gerakan sesuai tujuan dan catatan adanya tremor
ekstremitas. Tentukan adanya bagian tubuh yang tidak bergerak
8. Hygiene dan dandanan: amati tampilan rambut, kulit, dan kuku. Amati kebersihan
pakaian klien. Dandanan tergantung aktivitas yang dilakukan sebelum
pemeriksaan dan sesuai pekerjaan klien.
9. Pakaian: budaya, gaya hidup, tingkat social–ekonomi dan prefensi pribadi
mempengaruhi jenis pakaian yang digunakan. Amati apakah pakaian sesuai
dengan cuaca dan suhu. Klien yang sakitmental biasanya tidak mampu memilih
pakaian yang benar.
10. Bau tubuh: bau yang tidak sedap biasanya diakibatkan oleh aktivitas fisik, hygiene
buruk, atau penyakit tertentu.
11. Efek dan mood: efek adalah perasaan seorang yang terlihat oleh orang lain. Klien
mengekspresikan mood atau status emosional secara verbal dan non verbal.
Eskpresi lisan sesuai dengan perilaku. Mood sesuai untuk situasi.
12. Bicara: bicara yang normalharuslah dapat dipahami dam memiliki kecepatan
sedang. Gangguan emosi atau neurologis dapat mengakibatkan kecepatan yang
abnormal. Amati apakah klien bicara dengan nada normal dan kata-kata yang
jelas.
13. Kekerasan terhadap klien: kekerasan anak, wanita, dan lansia semakin banyak.
Adanya cedera fisik yang jelas merupakan tanda kemungkinan kekerasan (contoh:
bukti malnutrisi atau adanya lebam ekstremitas atau tubuh)
14. Penyalahgunaan substansi: hal ini mengenai seluruh kelompok sosioekonomi.
Kunjungan tunggal tidak selalu dapat mendeteksi hal ini. Kunjungan multiple
akan menunjukan perilaku yang dapat dikonfirmasi dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jika anda mencerugai adanya penyalahgunaan substansi,
tanyakan pertanyaan CAGE yaitu:
Apakah anda pernah merasa harus mengurangi (cut down) kebiasaan
minum alcohol atau obat pada diri anda?
Apakah orang-orang membuat anda kesal (annoyed) karena mengkritik
kebiasaan minum atau konsumsi obat pada diri anda?
Apakah anda pernah merasa bersalah (guilty) tentang kebiasaan minum
atau konsumsi obat pada diri anda?
Apakah anda pernah meminum alcohol di pagi hari sebagai pembuka mata
(eye-opener) untuk menstabilkan saraf anda atau untuk merasa normal?
Jika dua atau lebih pertanyaan CAGE memiliki jawaban ya, anda harus
mencurigai bahwa terjadi penyalahgunaan subtansi dan pertimbangan untuk
memotivasi klien mencari pertolongan (Stuart dan Laraia, 2005, Widlitz dan
Marin, 2002).
Tanda vital
Tanda vital merupakan bagian awal dari pemeriksaan fisik. Pengaturan posisi
atau menggerakkan klien selama pemeriksaan akan menggangu hasil pengukuran
yang akurat. Anda juga dapat memeriksa tanda vital selama pengkajian sistem tubuh
individu. Sebagai contoh, nadi dapat dikaji selama pemeriksaan nadi perifer atau
jantung dan pernapasan selama pemeriksaan toraks, suhu tubuh selalu diukur ketika
dilakukan survey umum. Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi,
pernafasan, tekanan darah dan suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting
dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh secara keseluruhan,
1. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Setiap kali bilik kiri jantung menegang untuk menyemprotkan
darah ke aorta yang sudah penuh, maka dinding arteria dalam sistem peredaran
darah mengembang atau mengembung untuk mengimbnagi bertambahnya tekanan.
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
a. Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
b. Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
c. Arteri carotis : Pada leher
d. Arteri femoralis : Pada lipatan paha
e. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
f. Arteri popliteal : pada lipatan lutut
g. Arteri bracialis : Pada lipatan siku
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a. Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit
b. Dewasa : 60 – 100 kali per menit
c. Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan. Beberapa langkah yang dilakukan
pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer air raksa. Tempat
untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah : Lengan atas atau Pergelangan
kaki. Yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah
sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan pastikan kandung kemih klien kosong
dan hindari alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut akan meningkatkan
tekanan darah dari nilai sebenarnya. Sebaiknya istirahat duduk dengan tenang
selama 5 menit sebelum pemeriksaan dan jangan berbicara saat pemeriksaan. Pikiran
harus tenang, karena pikiran yang tegang dan stress akan meningkatkan tekanan
darah. Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a. Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
b. Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
c. Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
d. Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
e. Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
f. Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
g. Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
h. Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
i. Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
j. Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
k. Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
3. Pemeriksaan Pernafasan
Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai frekwensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan.
Pengukuran yang akurat memerlukan observasi dan palpasi gerakan dinding dada.
Usia Frekuensi per menit
a. Bayi baru lahir : 35-40
b. Bayi (6 bulan) : 30-50
c. Toodler : 25-32
d. Anak-anak : 20-30
e. Remaja : 16-19
f. Dewasa : 12-20
4. Pemeriksaan Suhu
Merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi
maupun metabolisme darah.Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau
peradangan yakni demam (di atas > 37°C). Tempat untuk mengukur suhu badan
seseorang adalah:
a. Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15 menit.
b. Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5 menit.
c. Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada
36ºC – 37,5ºC
Cara pemeriksaan :
a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
b. Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka
sendiri pakaiannya. Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka
seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
c. Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan
abnormalitas.Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan(sianosis), dan lain-lain.
d. Catat hasilnya.
2. Palpasi
Palpasi dapat dilakukan dengan menggunakan telapak tangan jari dan ujung jari
untuk mengkaji kelembutan (sofiness), kekakuan (rigidity), massa, suhu, posisi dan
ukuran, kecepatan dan kualitas nadi perifer. Cara pemeriksaan :
a. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri
b. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
c. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
d. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
e. Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan dengan tekanan ringan
f. Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan.
g. Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
h. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
i. Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor
bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut,
ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan.
j. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.
3. Perkusi
Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.
Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui.
Cara pemeriksaan :
a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang akan
diperiksa
b. Pastikan pasien dalam keadaan rilex
c. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
d. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
e. Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
- Metode langsung yaitu mengentokan jari tangan langsung dengan
menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
- Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut : Jari tengah tangan kiri
di letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuH, Ujung jari tengah dari
tangan kanan, untuk mengetuk persendiaN, Pukulan harus cepat dengan
lengan tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek, Berikan tenaga pukulan
yang sama pada setiap area tubuh.
f. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
- Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agaklama
dan kualitas seperti drum (lambung).
- Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama,
kualitas bergema (paru normal).
- Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama,
kualitas ledakan (empisema paru).
- Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi,
waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).
4. Auskultasi
Untuk dapat melakukan auskultasi dengan baik perawat harus memiliki
pendengaraan yang baik, stetoskop yang baik dan tahu cara menggunakan
stetoskop dengan tepat Bell sstetosskop paaling baik jika digunakan untuk
mendengarkan suarau yang memiliki Pitch rendah, misalnya suara vaskular dan
suara jantung. Adapun diafraagma stetoskop digunakn untuk mendengarkan
suara yang memiliki pitch tinggi, seperti suara para dan bising usus. Cara
pemeriksaan :
a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang diperiksa
dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
b. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
c. Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala,
selang dan telinga
d. Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah
e. Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan
pemeriksa
f. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa
g. Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada
tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma
untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang
sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat
penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk
untuk menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
B. Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus
dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Rondha M Jones. 2009. Prinsip Dan Metode Pemeriksaan Fisik Dasar. terj. D Lyrawati,
2009
Potter. Perry. 2009. Fundamental Of Nursing edisi 7 buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.