“TAPLAK MEJA”
Karya HERLINA SYARIFUDIN
A. STRUKTUR DRAMA
1. UNSUR INTRINSIK
a. TEMA
Tema yang diangkat atau diulas oleh Herlina Syarifudin dalam naskah drama ini adalah tentang
pendidikan terutama adalah ajaran moral. Atau lebih tepatnya kemanfaatan dan lambang
sederhana sebuah taplak meja sebagai pengendali moral dalam kaitannya disini dengan ajaran
saat ujian. Dengan lambang sebuah taplak meja kita dapat melihat gambaran sebuah kejujuran
siswa-siswi dalam mengerjakan sebuah ujian.
b. PLOT
Alur atau plot dalam penulisan naskah drama ini termasuk alur linear karena menceritakan secara
kronologis urutan-urutan ceritanya.
1) Bagian Awal
Memaparkan tokoh-tokoh yang terdiri atas kumpulan anak brokenhome di sebuah rumah
singgah dengan pemiliknya yaitu Pakde Kempul. Kemudian Bude Kinanti yang merupakan teman
lama Pakde Kempul dan berniat untuk membantu mengajar anak-anak di rumah singgah tersebut.
2) Bagian Tengah
Pada bagian tengah, sampailah pada ujian anak-anak di Rumah singgah menggunakan taplak
meja sebagai media pentingnya. Maka anak-anak berusaha untuk mendapatkan taplak meja
sebagai alat untuk ujian. Hingga Bude Kinanti dan Pakde Kempul saling bernostalgia di rumah
singgah itu, membicarakan masa lau mereka.
3) Bagian Akhir
Bude Kinanti dan Pakde Kempul akhirnya menikah. Sementara anak-anak singgah sudah kembali
bersama orang tua mereka. Bahkan mereka memberikan hadiah untuk pasangan pengantin itu
gaun pengantin dan maskawin bermotif taplak meja.
c. TOKOH
Yang sangat berperan penting dalam suatu drama adalah tokoh. Dalam teks drama ini
menampilkan tokoh-tokoh antara lain:
1) Pakde Kempul
Pakde Kempul merupakan tokoh utama dan memiliki peran yang penting dalam drama ini. Ia
berperwatakkan baik hati, senang melucu dan bercanda, peramah, rendah hati, serta terkadang
tegas.
2) Bude Kinanti
Bude Kinanti merupakan tokoh tambahan yang membuat drama ini hidup dengan mengeluarkan
konflik-konflik sederhana dengan Pakde Kempul, meskipun bukan konflik antara protagonist dan
antagonis. Bude Kinanti melakonkan watak yang baik hati, peramah, penyayang, suka humor,
dan berjiwa sosial yang tinggi.
3) Anak-anak rumah singgah
Anak-anak rumah singgah ini merupakan tokoh-tokoh tambahan yang dapat dikatakan pula
tokoh utama karena hampir di setiap adegan mereka muncul. Tetapi tokoh sentralnya tetap pada
Pakde Kempul yang menjadi pusat penceritaan. Tokoh anak-anak ini memiliki perwatakan yang
berbeda-beda, antara lain:
a) Kemprut
Kemprut memiliki sifat yang senang bercanda, suka kentut, bicara apa adanya (blak-
blakan), memiliki ide yang diungkapkan sekenanya.
b) Wirid
Sifat yang dimiliki Wirid adalah taat pada agama, suka menasehati, paling sopan disbanding
anak yang lain.
c) Genting
Perwatakan yang dimiliki Genting adalah senang bercanda, ia yang paling cerdas
disbanding dengan yang lain.
d) Janthil
Pada drama ini Janthil berperwatakan berperwatakkan lugu, dan terlalu jujur dalam
mengungkapkan sesuatu.
e) Sower
Sower memiliki watak yang senang bercanda dan suka tidur.
f) Mama Kemprut
Mama Kemprut adalah seorang ibu yang sangat menyayangi Kemprut,anaknya. Ia juga baik
hati, terlihat dari cara dia menelpon Kemprut.
d. DIALOG
Dialog “Taplak Meja” ini sudah memenuhi tuntutan, yakni :
1) Dialog harus menunjang gerak dan laku tokohnya karena selain terdapat wawancang (dialog)
terdapat pula kramagung (teks samping atau petunjuk laku) nya.
2) Dialog dalam pentas harus lebih tajam daripada dialog sehari-hari. Ketajamannya terlihat atau
tampak pada saat menyanyikan lagu-lagu kreatif secara kompak. Dalam kehidupan sehari-hari
jarang sekali adanya dialog seperti itu. Selain itu penyampaian potongan-potongan amanat yang
disampaikanoleh Bude Kinanti yang disampaikan pada anak-anak yang terlalu formal apabila
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka dapat dikatakan dialog dalam naskah drama ini
sudah sesuai tuntutan dan ketentuan.
f. AMANAT
Ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang ialah antara lain:
1) Kita harus menghargai orang lain terlebih lagi orang yang usianya lebih tua.
2) Kita tidak boleh menyontek, hendaklah percaya diri kepada diri kita sendiri.
3) Kita hendaknya berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan kita tingkatkan.
2. UNSUR EKSTRINSIK
Unsur ekstrinsik drama ini antara lain:
a. Latar belakang pengarang
Pengarang adalah seorang penulis yang berpendidikan maka tak heran ia mengangkat dan
menyertakan nilai moral dalam kegiatan ujian misalnya menggunakan taplak meja.
b. Hal-hal yang menarik
Hal yang menarik dari teks drama ini adalah pemilihan judul dan tema yang sangat kreatif, belum
pernah terbayangkan untuk membuat cerita ataupun drama dengan objek taplak meja.
c. Nilai-nilai yang terkandung
Nilai yang berhubungan secara langsung dengan drama tapi berhubungan dengan penulis,
misalnya:
1) Nilai agama
Dalam naskah drama Wirid banyak menggunakan kata-kata islami, sesuai dengan agama Herlina
Syarifudin. Lina seorang muslim maka ia tahu kata-kata ungakapan yang bernapaskan islami.
2) Nilai pendidikan
Secara tidak langsung drama ini mengungkapkan bahwa pendidikan yang ada di kehidupan
sehari-hari misalnya dalam ujian berporos pada pengalaman yang dialami oleh penulis. Inti atau
amanat dalam naskah drama ini adalah untuk mengajarkan kejujuran kepada anak-anak dalam
gambaran jelasnya adalah tampak pada saat anak-anak melaksanakan ujian namun dialasi taplak
meja.
3) Nilai sosial
Karena Herlina memiliki jiwa sosial yang tinggi maka ia mengangkat setting atau latar di sebuah
rumah singgah intuk anak-anak brokenhome.