DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................................... 2
1.5. Target Luaran .............................................................................................................. 3
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5
2.1. Stres ............................................................................................................................. 5
1. Pengertian stres ........................................................................................................... 5
2. Penyebab Stres ............................................................................................................ 5
3. Jenis Stres .................................................................................................................... 6
4. Tingkat stres ................................................................................................................ 7
5. Dampak Stres .............................................................................................................. 8
6. Respon Stres ................................................................................................................ 8
2.2. Insomnia .................................................................................................................... 10
1. Pengertian Insomnia .................................................................................................. 10
2. Faktor- faktor Penyebab Insomnia ............................................................................ 10
3. Jenis-Jenis Insomnia .................................................................................................. 11
4. Tingkat Insomnia....................................................................................................... 12
5. Tanda-Tanda Insomnia .............................................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 17
3.1. Tahap Penelitian ........................................................................................................ 17
3.2. Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 17
3.3. Rancangan Penelitian ................................................................................................ 17
3.4. Teknik Pengumplan Data .......................................................................................... 17
3.5. Analisi Data ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19
i
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan tinggi merubah status, dari siswa menjadi mahasiswa. Status ini di
menjadi lebih tinggi. Begitu pula yang diungkapkan oleh Bertens (2005) yang
tinggi selama kurun waktu tertentu dan memiliki tugas untuk berusaha keras dalam
Stresor ini berasal dari dalam diri mahasiwa ataupun dari luar diri mahasiswa. Lubis &
mengalami stres. Hal ini diperkuat oleh Lubis & Nurlaila (2010) yang mengatakan
bahwa saat ini tingkat stres pelajar dan mahasiswa meningkat lima kali lebih tinggi
dibandingkan dengan era depresi besar pada tahun 1938. Penelitian yang dilakukan
oleh Kaufman (2008) mencatat 56% dari 94.806 mahasiswa mengalami stres.
rentan stres tetapi juga rentan mengalami gangguan tidur. Hal ini diperkuat oleh hasil
mengalami setidaknya satu jenis gangguan tidur dan yang paling sering dialami adalah
1
jenis narkolepsi, hipersomnia, obstruktif henti napas saat tidur, dan insomnia. Hasil
studi lain yang dilakukan oleh Kushida, Simon, Grauke, Hyde & Dement (2000)
terhadap 1254 responden yang mengalami gangguan tidur menyatakan bahwa terdapat
tiga jenis gangguan tidur yang paling sering terjadi yaitu insomnia, sindrome henti
Tingkat Stres Terhadap Kejadian Insomnia pada Mahasiswa FKM UHO Angkatan
2019?
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat
stres terhadap kejadian insomnia pada mahasiswa FKM UHO angkatan 2019.
dikalangan mahasiswa. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai evidence untuk
melakukan promosi kesehatan mengenai manajemen stres dan tidur bagi mahasiswa
2. Manfaat Metodologi
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan data dasar bagi penelitian selanjutnya
di area FKM UHO, khususnya penelitian yang berhubungan dengan stres dan
insomnia.
2
3. Manfaat bagi penulis
penelitian ini sebagai syarat bagi peneliti dalam memenuhi tugas mata kuliah
Epidemiologi Perilaku.
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
dengan seorang dokter (wikipedia, 2019). Stres akademik merupakan respon mahasiwa
melebihi batas kemampuan yang ditandai dengan berbagai reaksi yang mempengaruhi
indonesia.com, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan kondisi
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
1. Artikel ilmiah.
3
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
insomnia pada mahasiswa FKM UHO angkatan 2019 khususnya kelas K3.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
1. Pengertian stres
Stres diartikan oleh beberapa ahli sebagai suatu respon individu, baik berupa
respon fisik maupun psikis, terhadap tuntutan atau ancaman yang dihadapi sepanjang
hidupnya, yang dapat menyebabkan perubahan pada diri individu, baik perubahan fisik,
mengartikan stres sebagai respon yang tidak dapat dihindari oleh individu yang
respon yang dialami setiap individu dan menimbulkan dampak, baik dampak positif
maupun negatif. Mahasiswa Indonesia yang mengalami stres meningkat lima kali lipat
dibandingkan dengan mahasiswa pada era depresi tahun 1939 (Lubis dan Nurlaila,
2010).
2. Penyebab Stres
Penyebab stres (stresor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan
individu merasa tertekan atau terancam. Stresor yang sama akan dinilai berbeda oleh
individu untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap stresor yang membuat stres
(Safaria & Saputra, 2009; Rawlins, 51993). Losyk (2005) menyatakan bahwa stres pada
individu dapat terjadi karena tuntutan-tuntutan yang individu diletakan dalam diri
sendiri.
5
Potter & Perry (2005) mengklasifikasikan stresor menjadi dua, yaitu stresor
internal dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab stres yang berasal dari
dalam diri individu, dan stresor eksternal adalah penyebab stres yang berasal dari luar
diri individu. Penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa selama menjalani
persepsi individu terhadap waktu penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan
bahasa yang digunakan, dan biaya perkuliahan (Kausar, 2010; Lubis dan Nurlaila,
3. Jenis Stres
Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan atau merusak yang
disebut sebagai distres dan stres yang menguntungkan atau membangun, yang disebut
sebagai eustres (Safaria & Saputra, 2005). Selye (1976) dalam Potter & Perry (2005)
1. Eustres
Eustres adalah stres yang menghasilkan respon individu bersifat sehat, positif, dan
membangun. Respon positif tersebut tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga
2. Distres
Distres adalah stres yang bersifat berkebalikan dengan eustres, yaitu tidak sehat,
negatif, dan merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
6
4. Tingkat stres
60,9% mengalami stres ringan dan 39,1% mengalami stres sedang dan mahasiswa yang
bekerja 83,3% mengalami stres ringan dan 16,7% mahasiswa mengalami stres sedang.
Potter & Perry (2005) menjelaskan perbedaan antara tingkatan stres ringan, sedang, dan
berat.
1. Stres Ringan
Stres ringan adalah stres yang dihadapi secara teratur, biasanya dirasakan setiap
individu, misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan, dan kritikan. Suzanne & Brenada
(2008) mengatakan pada fase ini seseorang mengalami peningkatan kesadaran dan
lapang persepsinya. Stres biasanya berakhir dalam beberapa menit atau jam dan
2. Stres Sedang
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai hari.
Fase ini ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indra penglihatan dan
situasi yang dapat mempengaruhi dirinya (Suzanne & Brenada, 2008). Contoh stres
3. Stres Berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin
sering dan lama situasi stres, semakin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan
(Wiebe & Williams 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Hal tersebut terjadi karena
7
pada tahap ini individu tidak mampu menggunakan koping yang adaptif, tidak
mampu melakukan kontrol aktifitas fisik dalam jangka waktu yang lama, dan sulit
fokus pada satu hal terutama dalam memecahkan masalah (Suzanne & Brenada,
2008).
5. Dampak Stres
Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif atau negatif.
Rafidah, dkk (2009) menyatakan bahwa stres dapat meningkatkan kemampuan individu
dalam proses belajar dan berpikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik
maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Rice (1992) dalam Safaria
& Saputra (2005) mengelompokkan dampak negatif stres yang dirasakan oleh individu
dalam lima gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal, dan
organisasional. Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa keluhan seperti sakit
kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah
tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan kehilangan
semangat. Selain dampak fisiologis, individu yang mengalami stres akan mengalami
perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut,
mudah tersinggung, sedih, dan depresi. Perubahan psikologis akibat stres akan
membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau.
Dampak negatif stres yang mudah diamati antara lain sikap acuh tak acuh pada
6. Respon Stres
individu kembali berada pada titik keseimbangan diri dan meimiliki energi untuk
menghadapi stresor selanjutnya. Respon adaptasi yang terjadi dapat berupa adaptasi
8
fisiologi dan psikologi (Brunner, 2001). Penelitian Selye (1976) dalam Potter & Perry
(2005) mengidentifikasi dua respon stres, yaitu Local Adaptation Syndrome, LAS dan
LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena
trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS adalah respon
refleks nyeri dan respon inflamasi. Karakteristik dari LAS, yaitu respon adaptif dan
jangka pendek. Selain itu, respon tidak tejadi terus menerus dan membantu dalam
Selye (1973) dalam Losyk (2005) menyakan bahwa dampak negatif yang terjadi
akibat stres dapat dijelaskan menurut teori sindrom adaptasi umum (general
adaptation system, GAS) dari Selye. GAS adalah respons berpola tertentu terhadap
tuntutan ekstra yang diterimanya. Menurut Selye ada tiga tahap spesifik, yaitu reaksi
berguna ke dalam aliran darah. Akibatnya, detak jantung dan pernapasan meningkat,
melakukan aksi. Gerakan pertahanan ini membantu kita agar dapat bertahan
terhadap faktor penyebab stres yang kita hadapi. 9Tahap kedua merupakan tahap
pertahanan. Hormon-hormon di dalam darah tetap berada pada tingkat tinggi. Tubuh
menyesuaikan diri untuk melawan stres. Penyesuaian ini bisa saja hanya terjadi di
dalam sebuah organ tubuh tersendiri maupun sistem organ secara menyeluruh. Jika
9
stres tingkat tinggi terus berlangsung, keadaan ini sering kali berakibat pada
timbulnya penyakit dalam sebuah organ atau sistem tubuh. Tingginya tingkat stres
ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi gugup, lelah, dan sering kali marah-
marah. Tahap terakhir adalah tahap penghabisan, tahap di mana jika stres tetap
berlangsung, jaringan dan sistem organ tubuh bisa rusak. Dalam jangka waktu yang
2.2. Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. The diagnostic and statistical of
tentang kesulitan mengawali tidur dan menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang
tidak restoratif minimal satu bulan terakhir (Heny, 2013). Insomnia adalah gejala yang
di alami oleh klien yang mengalami kesulitan tidur kronis untuk tidur, sering terbangun
dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Potter & Perry dalam Ramadhani,
2014). Erliana dalam Heny (2013), berpendapat kesulitan tidur atau insomnia adalah
keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan karena sulit memasuki tidur,
sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi,
Secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia (Dewi,
2013) yaitu:
a. Stress, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan
10
b. Depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi juga menimbulkan keinginan untuk
tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang
menyebabkan depresi.
c. Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal,
d. Efek samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi
penyebab insomnia.
e. Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur
f. Kafein, nikotin, dan alkohol. Kafein dan nikotin adalah zat stimulant. Alkohol dapat
g. Kurang berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.
3. Jenis-Jenis Insomnia
Menurut Dewi (2013), insomnia dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:
a. Transient insomnia
termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi dikarenakan suatu stres atau suatu
situasi penuh stres yang berlangsung untuk waktu yang tidak terlalu lama (misalnya
perjalanan jauh dengan pesawat terbang yang melampaui zona waktu, hospitalisasi,
dan sebagainya), tidak bisa tidur. Pemicu utama dari transient insomnia yaitu,
penyakit akut, cedera atau pembedahan, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
11
b. Short-term insomnia
penyakit fisik). Biasanya insomnia yang demikian itu lamanya sampai tiga minggu
c. Long-term insomnia
Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia. Untuk
dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk mengadakan
4. Tingkat Insomnia
b. Insomnia sedang
12
Menurut klasifikasi diagnostic dari World Health Organization (WHO) pada
Maintaining Sleep (DIMS), yang secara praktis dikasifikasikan menjadi dua kelompok,
yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder (Putra, bimma adi, 2013).
a. Insomnia Primer
diketahui secara pasti. Sehingga dengan demikian pengobatannya masih relatif sukar
dilakukan dan biasanya berlangsung lama atau kronis (Long Term Insomnia).
depresi, yang justru dapat menyebabkan semakin parahnya gangguan sulit tidur
khususnya depresi ringan sampai menengah berat. Adapun sebagian penderita lain
b. Insomnia Sekunder
dapat diketahui secara pasti. Gangguan tersebut dapat berupa faktor gangguan sakit
seseorang yang termasuk dalam golongan dapat tidur normal, namun karena
13
atau pindah tempat tidur), menjadi sulit tidur. Pada keadaan ini, obat hipnotik,
terhadap lingkungan penyebab stres atau ketegangan tersebut) (Putra, bimma adi,
2013).
merupakan gangguan tidur yang terjadi pada penderita sakit fisik (misalnya
batuk, rematik, dan lain sebagainya), atau mendapat stres situasional (misalnya
kehilangan atau kematian orang dekat, pindah pekerjaan, dan lain sebagainya).
Biasanya gangguan sulit tidur ini akan 14 dapat sembuh beberapa saat setelah
terjadi adaptasi, pengobatan, ataupun perbaikan suasana tidur. Dalam kondisi ini,
(paling baik diberikan selama 1 minggu saja). Pemakaian obat secara berselang-
seling (intermittent), akan lebih aman, karena dapat menghindari terjadinya efek
3) Insomnia Kronis (Jangka Panjang), yaitu kesulitan tidur yang berlangsung lebih
1) Acute Insomnia : durasi atau lama waktunya adalah 4 minggu atau kurang dari
itu.
2) Chronic Insomnia : durasi atau lama waktunya 4 minggu atau lebih dari itu.
atau mempertahankan tidur yang terjadi sebagai akibat dari keterkaitan yang tidak
14
sehat dalam hubungannya dengan rangkaian proses medis, psikiatri atau
psikologi. Insomnia sekunder meliputi: rasa sakit yang terkait dengan rheumatoid
insomnia yang tidak sehat terkait dengan episode depresi, atau insomnia terkait
siang hari. Hubungan negatif yang terkondisi terkait dengan tidur, cenderung
dengan tidur mereka. Dua gangguan tidur lainnya yang tidak termasuk insomnia :
a. Primary Sleep Disorder : Kelainan primer atau intrinsik tidur adalah salah satu
hal yang mengemukakan tentang proses psikologis dari tidur. Contoh dari
kelainan tidur primer yang mengganggu adalah sleep apnea, restless leg
mempunyai efek yang substansial pada kualitas hidup individu agar bisa
5. Tanda-Tanda Insomnia
15
f. Bangun berkali-kali saat tidur
h. Pemarah
j. Masalah berkonsentrasi
Orang yang menderita insomnia biasanya terus berpikir tentang bagaimana untuk
mendapatkan lebih banyak tidur, semakin mereka mencoba, semakin besar penderitaan
mereka dan menjadi frustrasi yang akhirnya mengarah pada kesulitan yang lebih besar.
16
BAB III METODE PENELITIAN
a. Membuat protokol
c. Mengembangkan kuesioner
17
3.5. Analisi Data
Analisis data merupakan sebuah cara untuk mengolah data menjadi informasi
agar karakteristik data tersebut mudah dipahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan, terutama dalam hal yang berkaitan dengan penelitian. Adapun tahap-
a. Penyuntingan data
Dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul, yakni kegiatan
b. Pengkodean (coding)
pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
c. Entri data
Entri data adalah pemasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master label.
dependen.
18
DAFTAR PUSTAKA
19