Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................................... 2
1.5. Target Luaran .............................................................................................................. 3
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5
2.1. Stres ............................................................................................................................. 5
1. Pengertian stres ........................................................................................................... 5
2. Penyebab Stres ............................................................................................................ 5
3. Jenis Stres .................................................................................................................... 6
4. Tingkat stres ................................................................................................................ 7
5. Dampak Stres .............................................................................................................. 8
6. Respon Stres ................................................................................................................ 8
2.2. Insomnia .................................................................................................................... 10
1. Pengertian Insomnia .................................................................................................. 10
2. Faktor- faktor Penyebab Insomnia ............................................................................ 10
3. Jenis-Jenis Insomnia .................................................................................................. 11
4. Tingkat Insomnia....................................................................................................... 12
5. Tanda-Tanda Insomnia .............................................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 17
3.1. Tahap Penelitian ........................................................................................................ 17
3.2. Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 17
3.3. Rancangan Penelitian ................................................................................................ 17
3.4. Teknik Pengumplan Data .......................................................................................... 17
3.5. Analisi Data ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan tinggi merubah status, dari siswa menjadi mahasiswa. Status ini di

Indonesia dipandang lebih daripada siswa sehingga tuntutan terhadap mahasiswa

menjadi lebih tinggi. Begitu pula yang diungkapkan oleh Bertens (2005) yang

menyatakan bahwa mahasiswa merupakan individu yang bersekolah di perguruan

tinggi selama kurun waktu tertentu dan memiliki tugas untuk berusaha keras dalam

studinya. Persepsi masyarakat terhadap mahasiswa dan periode yangdijalaninya

menyebabkan mahasiswa memiliki berbagai tuntutan akademik (Wulandari, 2012).

Tuntutan akademik yang dihadapi mahasiswa menjadi stresor bagi mahasiswa.

Stresor ini berasal dari dalam diri mahasiwa ataupun dari luar diri mahasiswa. Lubis &

Nurlaila (2010) dan Robotham (2008) mengatakan bahwa dalam menyelesaikan

akademiknya mahasiswa dihadapkan pada kondisi ujian, kondisi adaptasi terhadap

perubahan kehidupan perkuliahan, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan, dan

dalam hal biaya perkuliahan.

Banyaknya stresor dan tuntutan yang dihadapi menyebabkan mahasiswa rentan

mengalami stres. Hal ini diperkuat oleh Lubis & Nurlaila (2010) yang mengatakan

bahwa saat ini tingkat stres pelajar dan mahasiswa meningkat lima kali lebih tinggi

dibandingkan dengan era depresi besar pada tahun 1938. Penelitian yang dilakukan

oleh Kaufman (2008) mencatat 56% dari 94.806 mahasiswa mengalami stres.

Stresor yang dihadapi mahasiswa skripsi tidak hanya menyebabkan mahasiwa

rentan stres tetapi juga rentan mengalami gangguan tidur. Hal ini diperkuat oleh hasil

penelitian Gaultney (2010) terhadap 1.845 mahasiswa yang menyebutkan 27%

mengalami setidaknya satu jenis gangguan tidur dan yang paling sering dialami adalah

1
jenis narkolepsi, hipersomnia, obstruktif henti napas saat tidur, dan insomnia. Hasil

studi lain yang dilakukan oleh Kushida, Simon, Grauke, Hyde & Dement (2000)

terhadap 1254 responden yang mengalami gangguan tidur menyatakan bahwa terdapat

tiga jenis gangguan tidur yang paling sering terjadi yaitu insomnia, sindrome henti

napas saat tidur, dan sindrome kegelisahan saat tidur.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalampenelitian ini adalah bagaimana Pengaruh

Tingkat Stres Terhadap Kejadian Insomnia pada Mahasiswa FKM UHO Angkatan

2019?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat

stres terhadap kejadian insomnia pada mahasiswa FKM UHO angkatan 2019.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Mahasiswa

Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan

dan wawasan terkait gambaran pengaruh stres terhadap kejadian insomnia

dikalangan mahasiswa. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai evidence untuk

melakukan promosi kesehatan mengenai manajemen stres dan tidur bagi mahasiswa

agar dapat meraih kesuksesan akademik.

2. Manfaat Metodologi

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan data dasar bagi penelitian selanjutnya

di area FKM UHO, khususnya penelitian yang berhubungan dengan stres dan

insomnia.

2
3. Manfaat bagi penulis

Penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terkait gambaran

pengaruh stres terhadap kejadian insomnia dikalangan mahasiswa. Selain itu

penelitian ini sebagai syarat bagi peneliti dalam memenuhi tugas mata kuliah

Epidemiologi Perilaku.

1.5. Target Luaran

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang

menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang

dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi

dengan seorang dokter (wikipedia, 2019). Stres akademik merupakan respon mahasiwa

terhadap berbagai tuntutan akademik dan dipersepsikan mahasiswa sebagai beban

melebihi batas kemampuan yang ditandai dengan berbagai reaksi yang mempengaruhi

fisik, emosi, perilaku serta bisa menyebakan masalah kesehatan (konselin

indonesia.com, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan kondisi

fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan. Sedangkanmenurut UU nomor 36 tahun 2009

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Adapun target luaran yang diharapkandari penelitianini adalah :

1. Artikel ilmiah.

2. Penyuluhan (promosi kesehatan mengenai manajemen stres dan tidur bagi

mahasiswa agar dapat meraih kesuksesan akademik).

3
1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh tingkat stres terhadap kejadian

insomnia pada mahasiswa FKM UHO angkatan 2019 khususnya kelas K3.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

1. Pengertian stres

Stres diartikan oleh beberapa ahli sebagai suatu respon individu, baik berupa

respon fisik maupun psikis, terhadap tuntutan atau ancaman yang dihadapi sepanjang

hidupnya, yang dapat menyebabkan perubahan pada diri individu, baik perubahan fisik,

psikologi, maupun spiritual (Asmadi, 2008; Bruner 2001). Pendapat lainnya

mengartikan stres sebagai respon yang tidak dapat dihindari oleh individu yang

diperlukan untuk memberikan stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan (Selye

1976 dalam Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli disimpulkan stres merupakan sebuah

respon yang dialami setiap individu dan menimbulkan dampak, baik dampak positif

maupun negatif. Mahasiswa Indonesia yang mengalami stres meningkat lima kali lipat

dibandingkan dengan mahasiswa pada era depresi tahun 1939 (Lubis dan Nurlaila,

2010).

2. Penyebab Stres

Penyebab stres (stresor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan

individu merasa tertekan atau terancam. Stresor yang sama akan dinilai berbeda oleh

setiap individu. Penilaian individu terhadap stresor akan mempengaruhi kemampuan

individu untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap stresor yang membuat stres

(Safaria & Saputra, 2009; Rawlins, 51993). Losyk (2005) menyatakan bahwa stres pada

individu dapat terjadi karena tuntutan-tuntutan yang individu diletakan dalam diri

sendiri.

5
Potter & Perry (2005) mengklasifikasikan stresor menjadi dua, yaitu stresor

internal dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab stres yang berasal dari

dalam diri individu, dan stresor eksternal adalah penyebab stres yang berasal dari luar

diri individu. Penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa selama menjalani

perkuliahan adalah tuntutan akademik, penilaian sosial, manajemen waktu serta

persepsi individu terhadap waktu penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan

bahasa yang digunakan, dan biaya perkuliahan (Kausar, 2010; Lubis dan Nurlaila,

2010; Robotham, 2008).

3. Jenis Stres

Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan atau merusak yang

disebut sebagai distres dan stres yang menguntungkan atau membangun, yang disebut

sebagai eustres (Safaria & Saputra, 2005). Selye (1976) dalam Potter & Perry (2005)

membagi stres menjadi dua, yaitu eustres dan distres.

1. Eustres

Eustres adalah stres yang menghasilkan respon individu bersifat sehat, positif, dan

membangun. Respon positif tersebut tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga

oleh lingkungan sekitar individu, seperti dengan adanya pertumbuhan, fleksibilitas,

kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

2. Distres

Distres adalah stres yang bersifat berkebalikan dengan eustres, yaitu tidak sehat,

negatif, dan merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga

organisasi seperti tingkat ketidakhadiran (absenteism) yang tinggi, sulit

berkonsentrasi, sulit menerima hasil yang didapat.

6
4. Tingkat stres

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Destanti, Handayani, Widyastuti, dan

Yanuarista (2011) terhadap 41 mahasiswa Ekstensi 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia menunjukan bahwa mahasiswa ekstensi yang tidak bekerja

60,9% mengalami stres ringan dan 39,1% mengalami stres sedang dan mahasiswa yang

bekerja 83,3% mengalami stres ringan dan 16,7% mahasiswa mengalami stres sedang.

Potter & Perry (2005) menjelaskan perbedaan antara tingkatan stres ringan, sedang, dan

berat.

1. Stres Ringan

Stres ringan adalah stres yang dihadapi secara teratur, biasanya dirasakan setiap

individu, misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan, dan kritikan. Suzanne & Brenada

(2008) mengatakan pada fase ini seseorang mengalami peningkatan kesadaran dan

lapang persepsinya. Stres biasanya berakhir dalam beberapa menit atau jam dan

tidak menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

2. Stres Sedang

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai hari.

Fase ini ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indra penglihatan dan

pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu mengatasi

situasi yang dapat mempengaruhi dirinya (Suzanne & Brenada, 2008). Contoh stres

sedang yang sering dihadapi mahasiswa perselisihan antarteman, tugas yang

berlebihan, mengharapkan liburan, permasalahan keluarga.

3. Stres Berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin

sering dan lama situasi stres, semakin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan

(Wiebe & Williams 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Hal tersebut terjadi karena

7
pada tahap ini individu tidak mampu menggunakan koping yang adaptif, tidak

mampu melakukan kontrol aktifitas fisik dalam jangka waktu yang lama, dan sulit

fokus pada satu hal terutama dalam memecahkan masalah (Suzanne & Brenada,

2008).

5. Dampak Stres

Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif atau negatif.

Rafidah, dkk (2009) menyatakan bahwa stres dapat meningkatkan kemampuan individu

dalam proses belajar dan berpikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik

maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Rice (1992) dalam Safaria

& Saputra (2005) mengelompokkan dampak negatif stres yang dirasakan oleh individu

dalam lima gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal, dan

organisasional. Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa keluhan seperti sakit

kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah

tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan kehilangan

semangat. Selain dampak fisiologis, individu yang mengalami stres akan mengalami

perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut,

mudah tersinggung, sedih, dan depresi. Perubahan psikologis akibat stres akan

mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif, seperti sulit berkonsentrasi, sulit

membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau.

Dampak negatif stres yang mudah diamati antara lain sikap acuh tak acuh pada

lingkungan, apatis, agresif, minder, dan mudah menyalahkan orang lain.

6. Respon Stres

Individu diharapkan mampu beradaptasi ketika menghadapi stres sehingga

individu kembali berada pada titik keseimbangan diri dan meimiliki energi untuk

menghadapi stresor selanjutnya. Respon adaptasi yang terjadi dapat berupa adaptasi

8
fisiologi dan psikologi (Brunner, 2001). Penelitian Selye (1976) dalam Potter & Perry

(2005) mengidentifikasi dua respon stres, yaitu Local Adaptation Syndrome, LAS dan

General Adaptation Syndrome, GAS.

1. Local Adaptation Syndrome (LAS)

LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena

trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS adalah respon

refleks nyeri dan respon inflamasi. Karakteristik dari LAS, yaitu respon adaptif dan

tidak melibatkan seluruh sistem tubuh, memerlukan stresor untuk menstimulasinya,

jangka pendek. Selain itu, respon tidak tejadi terus menerus dan membantu dalam

memulihkan homeostasis region atau bagian tubuh.

2. General Adaptation Syndrome (GAS)

Selye (1973) dalam Losyk (2005) menyakan bahwa dampak negatif yang terjadi

akibat stres dapat dijelaskan menurut teori sindrom adaptasi umum (general

adaptation system, GAS) dari Selye. GAS adalah respons berpola tertentu terhadap

tuntutan ekstra yang diterimanya. Menurut Selye ada tiga tahap spesifik, yaitu reaksi

peringatan, pertahanan, dan penghabisan. Tahap peringatan tubuh dihadapkan pada

penyebab stres. Individu menjadi bingung dan kehilangan arah. Tubuh

mempersiapkan dirinya melawan stres dengan mengirimkan hormon-hormon

berguna ke dalam aliran darah. Akibatnya, detak jantung dan pernapasan meningkat,

ditambah dengan semakin menegangnya otot-otot pada saat tubuh bersiap-siap

melakukan aksi. Gerakan pertahanan ini membantu kita agar dapat bertahan

terhadap faktor penyebab stres yang kita hadapi. 9Tahap kedua merupakan tahap

pertahanan. Hormon-hormon di dalam darah tetap berada pada tingkat tinggi. Tubuh

menyesuaikan diri untuk melawan stres. Penyesuaian ini bisa saja hanya terjadi di

dalam sebuah organ tubuh tersendiri maupun sistem organ secara menyeluruh. Jika

9
stres tingkat tinggi terus berlangsung, keadaan ini sering kali berakibat pada

timbulnya penyakit dalam sebuah organ atau sistem tubuh. Tingginya tingkat stres

ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi gugup, lelah, dan sering kali marah-

marah. Tahap terakhir adalah tahap penghabisan, tahap di mana jika stres tetap

berlangsung, jaringan dan sistem organ tubuh bisa rusak. Dalam jangka waktu yang

panjang, keadaan ini bisa menimbulkan penyakit atau kematian.

2.2. Insomnia

1. Pengertian Insomnia

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi

insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. The diagnostic and statistical of

mental Disorder (DSM-IV) mendefinisikan gangguan insomnia primer adalah keluhan

tentang kesulitan mengawali tidur dan menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang

tidak restoratif minimal satu bulan terakhir (Heny, 2013). Insomnia adalah gejala yang

di alami oleh klien yang mengalami kesulitan tidur kronis untuk tidur, sering terbangun

dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Potter & Perry dalam Ramadhani,

2014). Erliana dalam Heny (2013), berpendapat kesulitan tidur atau insomnia adalah

keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan karena sulit memasuki tidur,

sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi,

dan tidur yang tidak nyenyak.

2. Faktor- faktor Penyebab Insomnia

Secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia (Dewi,

2013) yaitu:

a. Stress, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan

permasalahan yang sedang dihadapi.

10
b. Depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi juga menimbulkan keinginan untuk

tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang

dihadapi, depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia

menyebabkan depresi.

c. Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal,

arthritis, atau penyakit mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.

d. Efek samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi

penyebab insomnia.

e. Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur

bisa menyulitkan untuk tertidur.

f. Kafein, nikotin, dan alkohol. Kafein dan nikotin adalah zat stimulant. Alkohol dapat

mengacaukan pola tidur.

g. Kurang berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.

3. Jenis-Jenis Insomnia

Menurut Dewi (2013), insomnia dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:

a. Transient insomnia

Mereka yang menderita transient insomnia biasanya adalah mereka yang

termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi dikarenakan suatu stres atau suatu

situasi penuh stres yang berlangsung untuk waktu yang tidak terlalu lama (misalnya

perjalanan jauh dengan pesawat terbang yang melampaui zona waktu, hospitalisasi,

dan sebagainya), tidak bisa tidur. Pemicu utama dari transient insomnia yaitu,

penyakit akut, cedera atau pembedahan, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan

pekerjaan, perubahan cuaca yang ekstrim, menghadapi ujian, perjalanan jauh,

masalah dalam pekerjaan.

11
b. Short-term insomnia

Mereka yang menderita short-term insomnia adalah mereka yang mengalami

stres situasional (kehilangan/kematian seorang yang dekat, perubahan pekerjaan dan

lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain, atau

penyakit fisik). Biasanya insomnia yang demikian itu lamanya sampai tiga minggu

dan akan pulih lagi seperti biasa.

c. Long-term insomnia

Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia. Untuk

dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk mengadakan

pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang terinci dan komprehensif

4. Tingkat Insomnia

Akoso dalam Erliana (2013) menyatakan ada 3 tingkatan insomnia yaitu :

a. Insomnia akut/ ringan

Insomnia yang berlangsung beberapa malam hingga beberapa hari.

b. Insomnia sedang

Insomnia yang biasanya berlangsung kurang dari tiga minggu.

c. Insomnia berat/ kronik

Insomnia yang terjadi setiap saat, menimbulkan penderitaan dan berlangsung

sebulan atau lebih (kadang-kadang bertahun-tahun).

12
Menurut klasifikasi diagnostic dari World Health Organization (WHO) pada

tahun 1990), insomnia dimasukkan dalam golongan Disorders of Iniating and

Maintaining Sleep (DIMS), yang secara praktis dikasifikasikan menjadi dua kelompok,

yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder (Putra, bimma adi, 2013).

a. Insomnia Primer

Insomnia primer, merupakan gangguan sulit tidur yang penyebabnya belum

diketahui secara pasti. Sehingga dengan demikian pengobatannya masih relatif sukar

dilakukan dan biasanya berlangsung lama atau kronis (Long Term Insomnia).

Insomnia primer ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi 13 kecemasan dan

depresi, yang justru dapat menyebabkan semakin parahnya gangguan sulit tidur

tersebut. Sebagian penderita golongan ini mempunyai dasar gangguan psikiatris,

khususnya depresi ringan sampai menengah berat. Adapun sebagian penderita lain

merupakan pecandu alkohol atau obat-obatan terlarang (narkotik). Kelompok yang

terakhir ini memerlukan penanganan yang khusus secara terpadu mencakup

perbaikan kondisi tidur (Sleep, Environment), pengobatan, dan terapi kejiwaan

(Psikoterapi) (Putra, bimma adi, 2013).

b. Insomnia Sekunder

Insomnia sekunder merupakan merupakan gangguan sulit tidur yang penyebabnya

dapat diketahui secara pasti. Gangguan tersebut dapat berupa faktor gangguan sakit

fisik, ataupun gangguan kejiwaan (Psikis). Pengobatan insomnia sekunder relatif

lebih mudah dilakukan terutama dengan menghilangkan penyebab utamanya terlebih

dahulu. Insomnia sekunder dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Insomnia Sementara (Transient Insomnia), Insomnia sementara terjadi pada

seseorang yang termasuk dalam golongan dapat tidur normal, namun karena

adanya stres atau ketegangan 20 sementara (misalnya karena adanya kebisingan

13
atau pindah tempat tidur), menjadi sulit tidur. Pada keadaan ini, obat hipnotik,

dapat digunakan ataupun tidak (tergantung pada kemampuan adaptasi penderita

terhadap lingkungan penyebab stres atau ketegangan tersebut) (Putra, bimma adi,

2013).

2) Insomnia Jangka Pendek (Short Term Insomnia), Insomnia jangka pendek

merupakan gangguan tidur yang terjadi pada penderita sakit fisik (misalnya

batuk, rematik, dan lain sebagainya), atau mendapat stres situasional (misalnya

kehilangan atau kematian orang dekat, pindah pekerjaan, dan lain sebagainya).

Biasanya gangguan sulit tidur ini akan 14 dapat sembuh beberapa saat setelah

terjadi adaptasi, pengobatan, ataupun perbaikan suasana tidur. Dalam kondisi ini,

pemakaian obat hipnotik dianjurkan dengan pemberian tidak melebihi 3 minggu

(paling baik diberikan selama 1 minggu saja). Pemakaian obat secara berselang-

seling (intermittent), akan lebih aman, karena dapat menghindari terjadinya efek

sedasi yang timbul berkaitan dengan akumulasi obat.

3) Insomnia Kronis (Jangka Panjang), yaitu kesulitan tidur yang berlangsung lebih

dari sebulan (Putra, bimma adi, 2013).

Sedangkan berdasarkan Clinical Practice Guideline Adult Insomnia : Assesment

to Diagnosis (2007: 1) menyebutkan ada 6 gangguan tidur, dan 4 diantaranya adalah

insomnia, yaitu : Empat macam gangguan yang termasuk Insomnia :

1) Acute Insomnia : durasi atau lama waktunya adalah 4 minggu atau kurang dari

itu.

2) Chronic Insomnia : durasi atau lama waktunya 4 minggu atau lebih dari itu.

3) Secondary Insomnia : insomnia sekunder mengacu pada kesulitan memulai dan

atau mempertahankan tidur yang terjadi sebagai akibat dari keterkaitan yang tidak

14
sehat dalam hubungannya dengan rangkaian proses medis, psikiatri atau

psikologi. Insomnia sekunder meliputi: rasa sakit yang terkait dengan rheumatoid

arthritis yang mengganggu inisiasi dan atau pemeliharaan tidur, keterkaitan

insomnia yang tidak sehat terkait dengan episode depresi, atau insomnia terkait

dengan stres emosional akut.

4) Primary Insomnia (dikenal juga dengan psychophysiologic insomnia (PPI)) :

Kelainan ketegangan somatisasi dan belajar tidur, mencegah 15 hubungan yang

dihasilkan dalam keluhan dari insomnia dan konsekuensi dari ketidakmampuan di

siang hari. Hubungan negatif yang terkondisi terkait dengan tidur, cenderung

melanggengkan insomnia dan diperburuk oleh pasien yang obsessive berkaitan

dengan tidur mereka. Dua gangguan tidur lainnya yang tidak termasuk insomnia :

a. Primary Sleep Disorder : Kelainan primer atau intrinsik tidur adalah salah satu

hal yang mengemukakan tentang proses psikologis dari tidur. Contoh dari

kelainan tidur primer yang mengganggu adalah sleep apnea, restless leg

syndrome, periodic limb movement disorder atau parasomnia.

b. Daytime Impairment : Konsekuensi siang hari dari insomnia yang di dalamnya

termasuk: dysphoric (kecemasan yang berlebihan) seperti iritabilitas;

ketidakmampuan kognisi seperti melemahnya konsentrasi dan daya ingat, dan

kelelahan dalam keseharian. Konsekuensi siang hari dari insomnia harus

mempunyai efek yang substansial pada kualitas hidup individu agar bisa

dianggap berarti (Putra, bimma adi, 2013).

5. Tanda-Tanda Insomnia

c. Kesulitan tidur secara teratur

d. Jatuh tidur atau merasa lelah di siang hari

e. Perasaan tidak segar atau merasa lelah setelah baru bangun

15
f. Bangun berkali-kali saat tidur

g. Kesulitan jatuh tertidur

h. Pemarah

i. Bangun terlalu dini

j. Masalah berkonsentrasi

Orang yang menderita insomnia biasanya terus berpikir tentang bagaimana untuk

mendapatkan lebih banyak tidur, semakin mereka mencoba, semakin besar penderitaan

mereka dan menjadi frustrasi yang akhirnya mengarah pada kesulitan yang lebih besar.

16
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tahap Penelitian

Tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Membuat protokol

b. Memilih metode survey

c. Mengembangkan kuesioner

d. Merancang dan memilih sampel

e. Mengumpulkan data (pembagian kuesioner)

f. Memasukkan data ke komputer, memeriksa dan mengolah data

g. Melakukan analisa data

h. Menulis laporan survey dan membuat artikel ilmiah

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Halu Oleo Kota Kendari.

3.3. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dengan menggunakan kuesioner dalam penelitian ini

menggunakan sampel sebanyak 54 orang.

3.4. Teknik Pengumplan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitianini yaitu mengumpulkan data primer

dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Dimana kuesioner dibagikan dan

diisi sendiri oleh responden.

17
3.5. Analisi Data

Analisis data merupakan sebuah cara untuk mengolah data menjadi informasi

agar karakteristik data tersebut mudah dipahami dan bermanfaat untuk solusi

permasalahan, terutama dalam hal yang berkaitan dengan penelitian. Adapun tahap-

tahap dalam pengolahn data yaitu :

a. Penyuntingan data

Dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul, yakni kegiatan

memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Pengkodean (coding)

Dilakukan untuk memudahkan pengelolahan data. Coding merupakan Kegiatan

pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Entri data

Entri data adalah pemasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master label.

d. Melakukan tehnik analisis

Tehnik analisis data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi. Program

SPSS dimaksudkan untuk menguji hubungan variabel independen dengan variabel

dependen.

18
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti. STRES KELUARGA : MODEL DAN PENGUKURANNYA Pendahuluan. Vol.


1, 2016, pp. 335–43.

Nurlia. PENGARUH POLA TIDUR SEHAT TERHADAP TINGKAT INSOMNIA LANSIA


Skripsi. 2016.

Wulandari, Resti Putri. HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN TIDUR


PADA MAHASISWA SKRIPSI DI SALAH SATU FAKULTAS RUMPUN SCIENCE-
TECHNOLOGY UI. 2012.

Wikipedia, 2019. Penyakit. Diakses 1Oktober 2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit

Bariyyah, Khairul. 2012. Konseling Indonesia.com. Stress Akademik. Diakses 1 Oktober


2019. https://www.konselingindonesia.com/read/379/stress-akademik.html

19

Anda mungkin juga menyukai