56/DIKTI/Kep/2005
Alex Sobur
ABSTRACT
According to Jerry Gray, author of “Media Sins in US” (2006), media were responsible
to represent a huge amount of biased facts. For example, US media have depicted
Saddam Hussein, Iraqi leader, as the most dangerous threat for American. A high diplomatic
leader, John Brady Keisling, agreed with Gray’s statement. He reported saying that intelligent
information had being distorted systematically to manipulate Americans opinion.
This article tried to dig relation between media biased and the main source of media power
in the hands of media owner. More than half of media moguls rooted to a Jewish family,
and they were capable to construct and circulating news which served best for their sake.
Mahasiswa Fikom yang pernah belajar skandal Watergate dan perlawanan terhadap Iran.
“dasar-dasar jurnalistik” atau “penulisan berita” Memang, gagasan manipulasi pembenaran perang
tentu hafal betul ihwal definisi berita. Juga tujuan membuat para komentator (media) menjadi tidak
mulia jurnalisme. “Berita adalah laporan hangat nyaman, karena mereka menolak kemungkinan itu.”
tentang fakta atau pendapat yang menarik atau – Paul Krugman (dalam Gray, 2006:2-3).
penting atau kedua-duanya bagi sejumlah besar John Brady Keisling, Duta Besar karier AS,
pembaca,” begitu kata Prof. Charnley (1965). pada 27 Februari 2003, menyatakan, “Kami belum
“Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada pernah menyaksikan distorsi intelijen yang
kebenaran,” tulis Kovach & Rosenstiel (2003). sedemikian sistematis dan manipulasi opini warga
Menyimpang dari definisi di atas, media berita Amerika yang sedemikian hebat, sejak perang di
tampaknya tidak selalu menyajikan laporan sesuai Vietnam.” Meskipun demikian, pers tetap
dengan faktanya. Lihat saja, misalnya, komentar- menulikan telinga atas isu-isu yang bukan bagian
komentar yang dikutip Jerry D. Gray dalam agenda pemerintahan Bush (Gray, 2006:77-78).
karyanya, Dosa-Dosa Media Amerika (2006), “Dilaporkan lebih dari separuh warga Amerika
berikut ini menunjukkan banyak distorsi fakta yang percaya bahwa Saddam Hussein bertanggung
dilakukan media. jawab atas serangan teroris 11 September. Artinya,
“Saddam Hussein digambarkan sebagai media AS amat sangat memalukan dan
ancaman yang paling berbahaya. Jika pernyataan menyedihkan karena telah gagal menjalankan
itu bohong, maka keputusan berperang bisa jadi jurnalisme yang benar dan gagal membuat laporan
merupakan skandal terburuk dalam sejarah politik berita yang akurat dan benar. Ini benar-benar gila!
Amerika. Bahkan lebih buruk dibandingkan Media bertanggung jawab seratus persen karena
atau World Bank (Bank Dunia); dan tanpa Amerika, Melampaui Kebencian
PBB bukan lagi Perserikatan Bangsa Bangsa. Di
tingkat global, Amerika itu penyebab pertama Dengan analisis seperti itu Sardar dan Davies
sekaligus yang menopang. melihat bahwa kini Amerika Serikat
mengoperasikan kebijakan luar negerinya dan
Ketiga, untuk merasa membenci Amerika berhubungan dengan bangsa-bangsa lainnya di
adalah ontologis sifatnya; yaitu, berhubungan dunia atas dasar empat kategori konseptual
dengan sifat keberadaan itu sendiri. Argumentasi- tersebut. Keempatnya telah menjadi aksioma bagi
argumentasi ontologis mengimplikasikan bahwa Amerika: Keempatnya terpadu dengan identitas
sesuatu itu ada karena konsep-konsep tertentu diri bangsa Amerika sebagai ‘kebenaran-kebenaran
berhubungan dengan cara tertentu. Baik dan jahat yang terbukti sendiri.’
dihubungkan sebagai lawan. Jadi, kalau jahat itu Secara kolektif, keempat kategori konseptual
ada, pasti baik ada juga. Amerika berhubungan tersebut memastikan permusuhan terhadap
dengan dunia lewat logika ontologis yang
Amerika itu hampir-hampir sama universalnya
melingkar seperti itu: karena ‘teroris’ itu jahat,
seperti hasrat akan udara segar yang bebas dari
Amerika itu baik; ‘Sumbu Kejahatan’ secara implisit
polusi. Maka itu, bagi Sardar dan Davies, jelaslah,
memosisikan Amerika Serikat dengan para
kebencian yang seperti ini tidaklah baik bagi
sekutunya sebagai ‘Sumbu Kebaikan’. Namun, ini
kepentingan dunia.
bukanlah sekadar oposisi biner: unsur
Berdasarkan analisis itu pula Sardar dan
ontologisnya, yaitu sifat keberadaan Amerika,
Davies kemudian mengingatkan bahwa kunci
menjadikan Amerika hanya baik. Betapa sering,
menuju masa depan yang layak serta waras bagi
misalnya, kita mendengar bahwa mereka telah
kita semua adalah terletak pada kemampuan
dipilih oleh Tuhan dan sejarah. Betapa sering pula
melampaui kebencian. Karena Amerika merupakan
kita mendengar pemimpin-pemimpin Amerika
objek sekaligus sumber kebencian global, ia harus
menyatakan bahwa Tuhan menyertai mereka; atau
memikul tanggung jawab menggerakkan kita semua
bahwa sejarah telah memanggil Amerika untuk
untuk melampauinya. Dengan kata lain, Amerika
bertindak. Tetapi, mengambil alih kebaikan demi
perlu menanggalkan bendera yang menyelimuti
diri sendiri, lantas berbuat jahat, merupakan
dirinya.
kemunafikan bagi yang lain.
Sayangnya, persis seperti kata Luthfi
Keempat, alasan yang berhubungan dengan Assyaukanie (Kompas, 2/Agustus 2006), Amerika
definisi. Amerika bukan saja hiperkuasa tunggal— seperti sudah kehilangan akal sehat. Kritik-kritik
ia telah menjadi kuasa yang mendefinisikan di terhadap tindakan Amerika Serikat selalu
dunia. Amerika-lah yang mendefinisikan apa itu menghadapi tembok karena pemerintah negara ini
demokrasi, keadilan, kebebasan; apa itu hak asasi seperti tak pernah peduli.
manusia, dan apa itu multi-kebudayaan; siapa itu
yang disebut ‘fundamentalis’, ‘teroris’, atau Politik Luar Negeri AS
pokoknya ‘jahat.’ Singkatnya, apa artinya menjadi
manusia. Bangsa-bangsa lainnya di dunia, Ketika pemerintahan Reagan mulai berjalan,
termasuk Eropa, pokoknya harus menerima definisi- ia mengumumkan dengan sangat keras dan jelas
definisi ini dan mengikuti pemimpin Amerika (yang bahwa fokus kebijakan politik luar negeri Amerika
kebanyakan, dilaksanakan dengan sangat setia Serikat adalah “Perang atas Teror”. Dan khususnya
oleh Inggris). Tetapi, Amerika mendefinisikan mereka memokuskan pada apa yang disebut, dalam
semua hal ini dengan istilah tunggal—menurut kata-kata Menteri Luar Negeri George Shultz,
identitas diri Amerika, sejarah Amerika, “momok kejahatan terorisme,” suatu wabah yang
pengalaman dan kebudayaan Amerika, dan, lebih disebarkan oleh “para penentang peradaban
sering daripada tidak, menurut kepentingan diri sendiri yang bejat” dalam “kembalinya barbarisme
Amerika sendiri. pada zaman modern.” Pemerintahan Reagan