OLEH :
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. Karena
atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak
untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya
kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri ini tepat pada waktunya.
Penulis sangat tertarik untuk mengajukan Judul : “Tugas Seorang Suami Terhadap
Istri ”.
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas mandiri
ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga
Penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh karena itu pada
kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
· Perempuan istimewa Ibu dan Ayah yang selalu menjadi inspirasi, serta mencurahkan
kasih sayang tanpa pamrih.
· Ust. Anas sebagai dosen mata kuliah Agama Islam. Semoga ilmunya berkah dan menjadi
aliran amal hingga kelak di Barzakh.
· Teman-teman yang sudah memberikan masukan, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyimpulkan bahwa tugas kelompok ini masih belum sempurna, oleh karena
itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas kelompok ini dan
bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
D. Hak Suami..................................................................................................8
A. Kesimpulan............................................................................................... 12
B. Saran......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga yang harmonis dan mengikuti aturan rumah tangga ataupun mengikuti
sesuai dengan ADRT adalah hal yang sangat penting untuk melanggengkan ikatan
rumah tangga tersebut. sehingga harus bisa menjaga dan memelihara setiap individunya
untuk bisa memberikan yang terbaik kepada suami ataupun istri. Hal itu dikaji dalam
ilmu Fikih Munakahat yang menjelaskan tentang bagaimana hak dan kewajiban suami
istri dalam rumah tangga.
Rotasi waktu banyak memberikan perubahan dalam realita kehidupan sehari-hari.
Perubahan mengharuskan adanya adaptasi dan perubahan pola pikir. Seiring dengan
adanya perubahan itu, tak sedikit yang bermindset bahwa semua perkembangan dan
perubahan harus diikuti dan diterapkan. Padahal mindset mereka salah besar.
Perubahan merupakan suatu tantangan bagi proses pendewasaan pola pikir, yakni
mampu memilah dan memilih mana yang bernilai positif dan negatif. Kesalahan dalam
mindset, sehingga mengabaikan hak dan ataupun kewajiban, Na’udzubillahi min dzalik.
Hal tersebut misalnya tercermin dalam sikap seorang suami atas istrinya, pada
pemenuhan hak dan kewajibannya yang lebih mengedepankan salah satunya, tidak
seimbang antara keduanya. Problematika muncul dari perilaku tersebut. Berawal dari
percekcokan kecil, pisah ranjang, kekerasan dalam rumah tangga, dan berakhir pada
jatuhnya thalak.
Bertolak dari wacana di atas, kami mencoba mengemas dan memaparkan secara
rici tentang hak dan kewajiban suami atas istri yang semestinya, dari berbagai sudut
pandang. Bertujuan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena tidak
terpenuhinya salah satu dari hak dan kewajibannya.
B. Rumusan Masalah
1. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istri dan Anak-anaknya
2. Kewajiban Suami Terhadap Istri
3. Kesalahan Suami Terhadap Istri
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Tanggung Jawab Suami Terhadap Istri dan Anak-anaknya
2. Mengetahui Kewajiban Suami Terhadap Istri
3. Dapat Menghindari Kesalahan Yang Biasa Dilakukan Oleh Seorang Suami
Terhadap Istrinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tahun, dan pukulah mereka pada usia sepuluh tahun." Ini merupakan perintah dan tugas
bagi orang tua. Maka siapa yang tidak memerintahkan anak-anaknya melakukan shalat,
dia telah bermaksiat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan melakukan perbuatan
yang diharamkan serta meninggalkan kewajiban yang diperintahkan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin,
dan setiap kalian akan ditanya tentang orang-orang yang dia pimpin." (HR. Bukhari dan
Muslim).
Sebagaian orang tua, ironisnya, sibuk dengan urusan dunianya dan tidak
memperdulikan anak-anaknya. Mereka tidak menyisihkan waktunya untuk anak-
anaknya. Akan tetapi seluruh waktunya hanya untuk dunia. Ini merupakan bahaya yang
besar dan banyak terjadi di negeri-negeri Islam yang dampaknya sangat negatif terhadap
pendidikan anak-anak mereka. Maka sesungguhnya mereka tidak mendapatkan kebaikan,
baik untuk agama maupun dunianya. Laa haula wa laa quwwata illa billahil'aliyyil aziim.
(Al-Muntaqa fi Fatawa Syekh Al-Fauzan, 5/297, 298, soal no. 421) Wallahua'lam.
3
Itulah beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami kepada istri.
Semoga, dengan terpenuhinya kewajiban tersebut dapat terciptanya keluarga yang
sakinah, mawadah, dan warahmah. Amin
4
malaikat yang kasar, keras & tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg di
perintahkan-Nya kepada mereka & selalu mengerjakan apa yang diperintakan”
{Al-Quran, Surah At-Tahrim:6}
Maka para suami diminta untuk tidak sesekali mengABAIkan hal ini,
karena semuanya akan diminta dipertanggungjawaban atasnya. Hendaklah benar-
benar mengajarkan agama kepada isterinya, baik dilakukan sendiri atau melalui
perantara. Antara lain yang dapat dilakukan; menghadiahkan buku-buku tentang
Islam & hukum-hukumnya serta berbincang bersama-sama, kaset/cd ceramah,
mengajak isterinya menghadiri ke majlis-majlis ILMU yang disampaikan oleh
orang-orang yang berilmu dsb.. (yang paling praktis.. ajaklah solat berjamaah di
rumah atau di masjid )
2. Suka mencari kekurangan & kesalahan isteri
Dalam suatu hadith riwayat Bukhari & Muslim, Rasulullah s.a.w melarang
lelaki yang berpergian dalam waktu yang lama, pulang menemui keluarganya di
waktu malam, karena dikhawatirkan akan mendapati berbagai kekurangan isteri
& cela isterinya. Bahkan suami diminta bersabar & menahan diri dari kekurangan
yang ada pada isterinya, juga ketika isteri tidak melaksanakan kewajibannya.
Karena suami juga mempunyai kekurangan & celaan, seperti sabda Rasulullah:
“Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman.
Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain
darinya.” {H.R. Muslim}
3. Memberi hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan isteri
Ini termasuk bentuk kezaliman terhadap isteri, antara lain iaitu:
Menggunakan pukulan di tahap awal pemberitahuan hukuman {lihat Al-
Quran, Surah An-Nisa : 34}
Mengusir isteri dari rumahnya tanpa ada kebenaran secara syar’ie {lihat Al-
Quran, Surah Ath-Thalaq : 1}
Memukul wajah, mencela dan menghina.
Dalam as-Sunan dan al-Musnan dari Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi
bahawa ia berkata: “Ya Rasulullah, apakah HAK isteri atas suaminya? Nabi
s.a.w menjawab:
“Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya
pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-
jelekkannya …..” {H.R. Ibnu Majah disahihkan oleh Syeikh Albani}
5
tidak ada salahnya bagi kamu apabila kamu serahkan (upah) yang kamu berikan
itu dengan cara yang patut. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, serta
ketahuilah, sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apapun yang kamu
lakukan.” {Al-Quran, Surah Al-Baqarah : 233}
Isteri BERHAK mendapatkan nafkah, kerana dia telah membolehkan
suaminya bersenang–senang kepadanya, dia telah mentaati suaminya, tinggal di
rumahnya, mengasuh & mendidik anak-anaknya. Dan jika isteri mendapati
suaminya culas dalam memberi nafkah, bakhil, tidak memberikan nafkah
kepadanya tanpa ada pembenaran syar’i, maka dia boleh mengambil harta suami
untuk mencukupi keperluannya secara ma’ruf (tidak berlebihan) meskipun tanpa
sepengetahuan suaminya.
Sabda Rasulullah s.a.w: “Jika seorang muslim mengeluarkan nafkah untuk
keluarganya sedangkan dia mengharapkan pahalanya, maka nafkah itu adalah
sedekah baginya.” {Muttafaq ‘alaih}
6
hendaknya perkataan cerai/talak itu tidak digunakan sebagai bahan
gurauan/mainan. Karena Rasulullah s.a.w telah bersabda:
“Ada 3 hal yang kesungguhannya dan gurauannya sama-sama dianggap
sungguh-sungguh yaitu: NIKAH, TALAK (cerai) dan RUJUK.” {H.R. Abu
Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai “hasan” oleh asy-Syeikh Albani}
Memang perselisihan antara suami isteri sering terjadi kadang sampai
mengarah kepada penceraian. Akan tetapi penceraian ini tidak boleh dijadikan
sebagai langkah pertama dalam penyelesaian perselisihan ini. Bahkana harus
diusahakan berbagai cara untuk menyelesaikannya, karena kemungkinan besar
akan banyak rasa penyesalan yang ditimbulkan dikemudian hari kelak.
Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Iblis meletakkan
singgahsananya di atas air (laut), kemudian ia mengutus para tentaranya. Maka
tentara yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya
(penyesatannya). Maka datanglah salah satu tenteranya dan melapor: Aku telah
melakukan ini dan itu, maka Iblis berkata: Engkau belum melakukan apa-apa,
kemudian datanglah tentara yang lain dan melapor: Aku telah menggodanya
hingga akhirnya aku menceraikannya dengan isterinya. Maka Iblis pun
mendekatkan tentara syaitan ini di sisinya lalu berkata: Engkau tentara terbaik.”
{H.R. Muslim}
7
“Ditusukkan kepala seorang lelaki dengan jarum dari besi lebih baik
daripada dia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” {lihat dalam
ash-Shahihah : 226}
Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap isterinya, dia akan
memperhatikan sabda Rasulullah s.a.w:
“Janganlah kalian masuk menemui para wanita.” lalu seorang Ansar
berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan al-hamwu (kerabat suami/ipar )?”
Beliau mengatakan, “Al- hamwu (ipar) adalah kematian.” {Muttafaq ‘alaih}
Perhatikan juga ancaman Rasulullah s.a.w terhadap lelaki yang tidak
memiliki kecemburuan terhadap keluarga (isteri):
“Tiga golongan yang Allah s.w.t tidak akan melihat mereka pada hari
kiamat iaitu seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang
menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts” {H.R. An-Nasa’i dinilai ‘hasan’ oleh syeikh
Albani, lihat ash-Shahihah : 674}
Dan ad-Dayyuts(dayus) adalah LELAKI yang tidak memiliki kecemburuan
terhadap keluarganya.
D. Hak Suami
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri hanya merupakan hak-hak
kebendaan,sebab menurut hukum islam istri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang
diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga.Bahkan lebih diutamakan istri
tidak usah ikut bekerja mencari nafkah,jika memang suaminya mampu memenuhi nafkah
keluarga dengan baik.Hal ini dimaksudkan agar istri dapat melaksanakan kewajiban
membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan generasi yang shaleh.Kewajiban ini
cukup berat bagi istri jika memang dilaksanakan dengan baik.ini berarti bahwa agar istri
jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang berat itu dengan ikut mencari nafkah
keluarga.Kecuali apabila keadaan memang mendesak,usaha suami tidak dapat
menghasilkan kecukupan nafkah keluarga,maka dalam batas-batas yang memberatkan istri
dapat diajak berusaha mencari nafkah yang diperlukan itu.
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah : hak ditaati mengenai hal-hal
yang menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada istri dengan cara
yang baik dan layak dengan kedudukan suami istri.
1. Hak ditaati
QS.An-nisa’ ayat 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami) berkewajiban
memimpin kaum perempuan (istri),karena kaum laki-laki mempunyai kelebihan atas
perempuan (dari segi kodrat kejadiannya),dan adanya kewajiban laki-laki memberi
nafkah untuk keperluan keluarganya.Istri-istri yang shaleh adalah yang patuh kepada
Allah dan kepada suami-suami mereka serta memelihara harta benda dan hak-hak
suami.
8
Kewajiban suami memimpin istri itu tidak akan terselenggara dengan baik apabila
istri tidak taat kepada pimpinan suami.Isi dari pengertian taat adalah :
a. Istri supaya bertempat tinggal bersama suami dirumah yang telah disediakan.
b. Taan kepada perintah-perintah suami,kecuali apabila melanggar larangan Allah.
c. Berdiam dirumah,tidak keluar kecuali dengan izin suami.
Kewajiban taat yang meliputi emapat hal tersebut disertai dengan syarat-syarat yang
tidak memberatkan istri.
a) Bertempat tinggal bersama suami
Istri berkewajiaban memenuhi hak suami bertempat tinggal di rumah yang telah
disediakan apabila syarat-syarat sebagai berikut :
1.) Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri
2.) Rumah yang disediakan adalah pantas untuk menjadi tempat tinggal istri serta
dilengkapi dengan perabot dan alat-alat yang diperlukan untuk hidup berumah
tnagga secara wajar dan sederhana serta tidak melebihi kemampuan suami
3.) Rumah yang disediakan cukup menjamin keamanan jiwa dan harta
bendanya,tidak terlalu jauh dengan tetangga dan penjaga-penjaga keamanan
4.) Suami dapat menjamin keselamatan istri ditempat yang disediakannya.
c) Berdiam di rumah
Istri wajib berdiam dirumah dan tidak boleh keluar kecuali dengan izin suami,
apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri.
9
2. Larangan keluar rumah tidak berakibat memutuskan hubungan keluarga,
dengan demikian apabila suami melarang istri menjenguk keluarga-
keluarganya, maka istri tidak wajib taat,ia boleh keluar untuk berkunjung,
tetapi tidak boleh bermalam tanpa izin suami.
10
pelajaran yang lebih berat. Namun demikian, apabila pelajaran tingkat kedua ini belum
juga membekas, pelajaran yang paling pahit dapat dilakukan, tetapi dengan cara yang
tidak mengakibatkan cedera dan tidak pada bagian muka.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam berumah tangga banyak terdapat halangan dan rintangan serta masalah-
masalah, itu adalah hal yang sangat biasa. Untuk mengatasi halangan dan rintangan
serta masalah-masalah yang terdapat dalam kehidupan rumah tangga, maka penuhilah
hak dan kewajiban antara suami dengan istri. Dengan terpenuhinya kewajiban
tersebut insyak Allah tercipta keluarga yang bahagia, sakinah mawaddah dan
warahma.
Hak merupakan suatu yang merupakan milik atau dapat dimilki oleh suami
dan istri diperoleh dari hasil perkawinannya. Sedangkan kewajiban di sini adalah hal-
hal yang wajib dilakukan atau diadakan oleh salah seorang dari suami atau istri untuk
memenuhi hak dari pihak yang lain.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, penulis menyarankan kepada setiap
mahasiswa ataupun pembaca dapat memahami konsep hak dan kewajiban seorang
suami terhadap istrinya, agar dapat membangun keluarga yang di ridhoi Allah SWT,
amin.
12
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Bulan Bintang, Jakarta 1974
As’ad, Mahrus, Wahid, Memahami Fiqh Madrasah Aliyah Kelas II, Armico, Bandung, 2
13