Disusun Oleh :
Kelompok 4
Ika Puji Lestari
30901700036
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena beliau
masih memberikan kesempatan pada hambanya ini untuk melaksanakan segala
kegiatannya, dalam hal ini termasuk memberikan suatu kecerdasan pikiran untuk
menyelesaikan tugas-tugas kami sebagai mahasiswa.
Didalam penyusunan makalah ini terdapat kesulitan dan hambatan.
Berkat dukungan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat berguna bagi
mahasiswa lain ataupun dalam sebagai bahan bacaan atau referensi, dan dapat
membantu proses belajar dalam materi pembelajaran bidang studi Keperawatan
Jiwa dengan judul Gangguan Retardasi Mental pada Anak Tunagrahita.
Makalah yang di susun ini tak luput dari kekurangan, baik dari segi isi
materi, maupun tata bahasanya. Karena itu saran dan sumbangsihnya yang bersifat
membangun kami harapkan dengan sangat, agar dapat menyajikan makalah yang
baik dan sempurna selanjutnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
DAFTAR ISI.... ................................................................................................................iii
1. Pengertian .............................................................................................................. 6
2. Batasan ................................................................................................................... 6
3. Karasteristik .......................................................................................................... 7
4. Klasifikasi .............................................................................................................. 8
5. Faktor Penyebab ................................................................................................. 10
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang di
seluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu, retardasi mental merupakan masalah di
bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang
mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
4
wanita dengan retardari mental untuk memahami kehamilan, untuk merawat diri selama
kehamilan ataupun merawat anaknya. Peneliti di Brussel mensurvei sekitar 400 wanita dengan
retardasi mental untuk menentukan metoda kontrasepsi dan faktor sosial dan medis yang
mempengaruhi keputusan pemilihan metode kontrasepsi tersebut.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum.
1.3 Manfaat
1) Bagi masyarakat
Memberi informasi pada masyarakat maupun orang tua tentang gangguan reterdasi
mental pada anak tunagrahita.
2) Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang di dapat dalam
perkuliahan.
3) Bagi institusi pendidikan
Dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan bidang
keperawatan, serta menambahkan data dan dapat digunakan sebagai informasi pada
institusi serta dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
tentang gangguan reterdasi mental pada anak tunagrahita.
5
BAB II
KONSEP KEBUTUHAN DASAR
1. Pengertian
Secara umum pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yangmemiliki
keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yangmembutuhkan perlakuan
khusus supaya dapat berkembang pada kemampuanyang maksimal. Berbagai definisi telah
dikemukakan oleh para ahli. Salah satu definisiyang diterima secara luas dan menjadi rujukan
utama ialah definisi yangdirumuskan Grossman (dalam Wardani, Hernawati, & Astati, 2007)
yang secararesmi digunakan AAMD (American Association on Mental Deficiency), yakni
ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang memiliki IQ di bawah 84
bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diridan semua ini berlangsung
pada masa perkembangannya.Sedangkan
Japan League for Mentally Retarded (Abdurrachman dan Sudjadi, 1996: 20) mendefinisikan
bahwa tunagrahita adalah fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes
inteligensi baku, kekurangan dalam perilaku adaptif, dan terjadi
pada masa perkembangan,yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.Tunagrahita
termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus. Pendidikan secara khusus untuk
penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar biasa (SLB). Tunagrahita
merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan
hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam
segi kekuatan,nilai, kualitas, dan kuantitas.
Tunagrahita mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang
terganggu. Tunagrahita dapat berupa cacat ganda, yaitu cacat mental yang dibarengi dengan
cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan kelainan penglihatan
(cacat mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Tidak semua anak
tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita
ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang.
2. Batasan
Batasan tentang anak berkelainan mental subnormal atau tunagrahita bagi para
ahli berbeda-beda. Perbedaan tersebut terkait erat dengan tujuan dan kepentingannya
6
serta pendekatan yang berbeda. Pada dasarnya batasan tentang anak tunagrahita
mengacu pada fungsi intelektual berada di bawah rata-rata, kekurangan dalam adaptasi
tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan. Fungsi intelektual
ditentukan melaui tes intelegensi yang menunjukkan pada kemampuan yang
berhubungan dengan kinerja akademis. Kemampuan adaptif merujuk pada kemampuan
konseptual, sosial, dan pratikal yang dipelajari seseorang untuk dapat berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari. Kekurangan adaptasi tingkah laku maksudnya adalah anak
tunagrahita kurang mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan umurnya, tetapi hanya
mampu melakukan pekerjaan yang berada di bawah umurnya.
3. Karasteristik
Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown (At all, 1991; Wolery &Harring, 1994
pada Exceptional Children Fith Edition, 1996) sebagai berikut :
a) Lamban dalam mempelajari hal hal baru, mempunyai kesulitan dalam
mempelajari dengan kemampuan abstrak atau yang berkaitan , dan selalucepat
lupa apa yang di pelajari anpa latihan terus menerus
b) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yag baru
c) Kemampuan bicaranya sagat kurang bagi anak tyunagrahita berat
d) Cacat fisik dan perkembangan gerak. Anak tunagrahita berat mempunyai
keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak
dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendonakan
kepala.
e) Kurang dalm kemampuan menolong diri sendiri. sebagian dari anak tunagrahita
berat sangat suit utuk engurus diri sendiri, seperti: berpakaian,makan, mengurus
kebersihan diri. mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari
kemampuan dasar
f) Tingkah laku dan interaksi yang idak lazim. Anak tunagrahita ringan
dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai
tunagrahita berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan
kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan perhatian terhadap lawan
main.
g) Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak tunagrahita erat
bertingkah
7
laku tanpa tujuan yang jelas. Keliatan mereka seperti ritual,misalnya memutar-
mutar jari didepan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri
sendiri, misalnya menggigit diri sendir, membentur- bentukan kepala.
4. Klasifikasi
Klasifikasi anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut America
Association on Mental Retardation (dalam Spesial Education in Ontario Schools)
sebagai berikut :
a. Educable, anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam
akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar.
b. Trainable, mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan
diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemapuan untuk pendidikan secara
akademik.
c. Custodial, dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat
melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan
yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan
dukungan terus menerus.
Klasifikasi menurut AAMD dan PP No. 72 Tahun 1991, sebagai berikut :
a. Tunagrahita ringan
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan
adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk
berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan
bekerja. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian sosial
mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial yang
lebih luas, bahkan kebanyakan dari mereka bisa mandiri dalam masyarakat.
Penampilan fisik anak tunagrahita ringan tidak beda dengan anak norrnal,
sehingga seringkali mereka tidak bisa diidentifikasi sampai ia mencapai usia
sekolah. Biasanya mereka diketahui setelah mengikuti pelajaran di sekolah
karena kesukaran mereka dalam mengikuti pelajaran dan penyesuai diri dengan
teman-temannya.
b. Tunagrahita sedang
Mereka yang termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki
kemampuan intelektual dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan.
Mereka mampu memeperoleh keterampilan mengurus diri sendiri seperti
8
berpakaian, makan, mandi, mengunakan WC, melindungi atau menghindar diri
dari bahaya, mengadakan adaptasi sosial di rumah dan lingkungannya Pada
umumnya anak tunagrahita sedang dapat teridentifikasi sewaktu bayi atau
selagi kecil karena keterlambatan perkembangan dan terlihat dari penampilan
fisiknya. IQ anak tunagrahita sedang berkisar 30-50 sehingga tingkat kemajuan
dan perkembangannya bervariasi. Mereka dapat belajar keterampilan dasar
akademis seperti membaca, berhitung sederhana dan menulis sederhana.
c. Tunagrahita berat dan sangat berat
Pada umumnya anak yang tergolong tunagrahita berat dan sangat berat hampir
tidak memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi
dan bekerja. Sepanjang hidupnya mereka selalu bergantung pada orang lain. IQ
mereka kurang dari 30 sehingga mereka tidak keterampilan dasar akademis.
Hampir semua tunagrahita berat dan sangat berat menyandang cacat ganda.
Klasifikasi menurut tipe klinis Klasifikasi tipe klinis adalah pengelompokan
anak tunagrahita berdasarkan kelainan jasmaniah. Secara lebih rinci dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Down Syndrom
Tunagrahita jenis ini disebut juga tipe mongoloid karena raut mukanya
menyerupai orang Mongol dengan ciri-ciri: mata sipit dan miring,lidah tebal,
telinga kecil, kulit kering dan kasar, susunan geliginya kurang baik dan
lingkaran tengkoraknya kecil.
b. Kretin
Dalam bahasa Indonesia disebut kate atau cebol. Ciri-cirinya: badan gemuk,
pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, rambut kering, lidah dan bibir
tebal, pertumbuhan gigi terlambat, serta hidung lebar.
c. Hydrocephal
Ketunagrahitaan jenis ini memiliki ciri-ciri seperti kepala besar, raut muka
kecil, tengkoraknya membesar, pandangan dan pendengarannya kurang
sempurna, mata kadang juling.
d. Microcephal, Macrocephal, Brahicephal dan Schaphocephal
Ketunagrahitaan ini menunjukkan kelainan bentuk dan ukuran kepala.
Microcephal memiliki ukuran kepala kecil. Macrocephal memiliki bentuk dan
ukuran kepala besar, Brahicephal memiliki bentuk kepala yang lebar dan
Schaphocephal memiliki ukuran kepala yang panjang
9
5. Faktor Penyebab
Berikut ini beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik
yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan:
1) Faktor Keturunan
a. Kelainan kromosom dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari
bentuk dapat berupa inverse atau kelainan yang menyebabkan berubahnya
urutan gen karena melihatnya kromosom;delesi (kegagalan meiosis), yaitu salah
satu pasangan sel tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada
salah satu sel; duplikasi yaitu kromosom tidak berhasil memisahkan diri
sehingga terjadi kelebihan kromosom pada salah satu sel lainnya; translokasi,
yaitu adanya kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom
lain.
b. Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya
tampak dari luar namun tetap dalam tingkat genotif.
1) Gangguan Metabolisme dan Gizi Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel
otak. Kegagalan metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.
2) Infeksi dan Keracunan Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-
penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan. Penyakit yang
dimaksud antara lain rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya
kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kurang
ketika lahir, syphilis bawaan,syndrome gravidity beracun.
3) Trauma dan Zat Radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi
zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang
terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran yang sulit
sehingga memerlukan alat bantuan. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi
sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental
microcephaly.
4) Masalah pada Kelahiran
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai
hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang dan napas
10
pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada
kelahiran yang sulit.
5) Faktor Lingkungan Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab
terjadinya ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang digunakan untuk
pembuktian hal ini, salah satunya adalah penemuan Patton & Polloway
(Mangunsong, 2012), bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau
kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode
perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Latar belakang
pendidikan orangtua sering juga dihubungkan dengan masalah-masalah
perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan
dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsangan positif dalam
masa perkembangan anak menjadi penyebab salah satu timbulnya gangguan
11
BAB V
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Retasdasi mental merupakan bentuk fungsi kognitif dibawah normal secara signifikan.
Ditunjukan dengan IQ sekitar 70 atau kurang, dengan defesiensi dalam prilaku adaptasi pada
usia yang sesuai (komunikasi, keterampilan social, dan perawatan diri) yang muncul sebelum
usia 18 tahun.
3.2 Saran
Guna peyempurnaan makalah ini, saya dari kelompok 4 sangat mengharapkan kritik serta
saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain. Semoga dari
pembuatan makalah yang berjudul gangguan reterdasi mental pada anak tunagrahita
dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa baik dari fakultas ilmu keperawatan
ataupun dari fakultas lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Akhmetzyanova, A. Ivanova. 2014. The Development of Self-Care Skills of Children
with Severe Mental Retardation in the Context of Lekoteka World Applied Sciences Journal
29 (6): 724-727.
13