LP, SP
LP, SP
Waham adalah keyakinan terhadap suatu yang salah dan secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal. (Stuart dan sundeen, 2011).
Waham adalah keyakinan klien yang tiak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Kenyataan ini
berasal dari pemikiran klien klien yang sudah kehilangan kontrol ( Depkes RI,
2011 ).
Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan
menyalah artikan kesan terhadap kejadian
Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga
perasaan, pikiran, dan keinginan negatif / tidak dapat diterima menjadi bagian
eksternal
A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya waham, yaitu faktor
perkembangan, sosial budaya, psikologis dan genetik.
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif. Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham. Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda
atau bertentangan, dapat menyebabkan timbulnya ansietas dan berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan. Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi
otak.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya waham adalah faktor sosial budaya, biokimia, dan
psikologis.
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok. Dopamin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menyebabkan terjadinya waham pada seseorang. Kecemasan yang memanjang
dan terbatasnya kemampuan unstuck mengatasi masalah sehingga klien
mengembangkan koping unstuck menghindari kenyataan yang menyenangkan.
C. Jenis Waham
1. Waham Kebesaran
Individu menyakini bahwa ia memiliki kebebasan atau kekuasaan khusus dan
diucapkan berulang kali.
2. Waham Curiga
Individu menyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan.
3. Waham Agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
4. Waham Somatik
Individu menyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
5. Waham Nihilistik
Individu menyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
D. Fase – fase
Menurut Yosep (2010), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.
E. Rentang respon neurologik
Respon Adaptif Respon Maladaptif
F. Mekanisme koping
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik
terhadap orang, tempat, waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya
akurat. Pengendalian implus pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat
adanya rencan bunuh diri, membunuh, atau melakukan kekerasan pada orang
lain.
Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya riwayat
penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan libik otak. Bisa
dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya
perubahan emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain
dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respon
lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan
timbul risiko perilaku kekerasan pada orang lain.
III. A. POHON MASALAH
b. Objektif :
a) Klien terlihat terus ngocehtentang pemahaman yang dimilikinya
b) Pembicaraan klien cenderung diulang
c) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
Direja . (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Keliat dan Akemat. (2010). model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta : EGC
A. PENGERTIAN
Gangguan konsep diri adalah suatu keadaan negatif dari perubahan mengenai
perasaan, pikiran atau pandangan tentang dirinya sendiri yang negatif. Harga diri
rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi diri yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat
kesehatan jiwa. Gangguan harga diri rendah biasanya digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri
A. Faktor Predisposisi
meliputi penolakan dan kurangnya penghargaan diri dari orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, orang tua yang tidak benar, membenci dan tidak menerima akan
mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri
yang tidak realistis, gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain, misalnya
karena orang tua tidak percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang
berubah.
B. Faktor Presipitasi
faktor presipitasi lain yaitu ketegangan peran berhubungan dengan peran atau
posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Pada mulanya klien
merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang
orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan
diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu
sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman tidak tercapai.
dari pada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
C. Rentang Respons
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif
dair dirinya.
3. Harga diri rendah adalah individu cendrung untuk menilai dirinya negatif dan
5. Depresionalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
D. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Anna Budi Keliat, 1998,
mekanisme koping pada pasien dengan gangguan konsep diri menjadi 2 yaitu :
kasus.
sementara.
individu.
Isolasi Sosial
1. Masalah Keperawatan
Data Subyektif :
Merasionalisasikan penolakan
Data Obyektif :
Produktifitas menurun
Penyalahgunaan zat
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2017. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan Pendahuluan & Strategi
Perilaku Kekerasan
Stuart GW, Sundeen. (2011). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book.
Keterangan :
1. Respons adaptif
Yaitu respons individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan budaya yang meliputi :
a. Solitude (merenung) merupakan respons yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya,
dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya.
b. Autonomy (kebebasan) merupakan respon individu untuk menentukan
dan menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan
sosialnya.
c. Mutuality merupakan respons individu dalam berhubungan
interpersonal dimana individu saling memberi dan menerima.
d. Interdependence (saling ketergantungan) merupakan respons individu
dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan hubungan
interpersonal.
2. Respons antara adaptif dan maladaptif
a. Aloness (merasa sendiri) dimana individu merasakan kesepian,
terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungannya.
b. Withdrawl (menarik diri) gangguan yang terjadi dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan
orang lain, dimana individu sengaja menghindari hubungan interpersonal
ataupun dengan lingkungannya.
c. Dependence (ketergantungan) individu mulai tergantung kepada individu
yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
3. Respons maladaptif
Yaitu respons individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungannya,yang
meliputi :
a. Loneliness (kesepian) merupakan gangguan yang terjadi apabila
seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain
atau tanpa bersama orang lain untuk mencari ketenangan sementara
waktu.
b. Manipulation (manipulasi) merupakan hubungan yang berpusat pada
masalah pengendalian lain dan individu cendrung berorientasi pada diri
sendiri atau tujuan dan bukan pada orang lain.
c. Narksisme merupakan rasa cinta pada diri sendiri yang berlebihan
D. Mekanisme Koping
Individu mempunyai respons sosial maladaptif yang menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme yang disajikan
disini berkaitan dengan jenis spesifik dari masalah-masalah berhubngan :
1. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian anti sosial yaitu
proyeksi, pemisahan dan merendahkan orang lain.
2. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian borderline yaitu
pemisahan, reaksi formasi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi – proyeksi.
III .A. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI
1. Masalah Keperawatan
Gangguan Sensori persepsi : Halusinasi
2. Data yang perlu dikaji
Data Subyektif
Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan di telinga.
Klien mengatakan sering melihat sesuatu
Data Obyektif
Klien tampak ketakutan
Klien tampak bicara sendiri
Klien tampak marah tanpa sebab
Klien kadang tertawa sendiri
Klien sering menyendiri
Klien tampak mondar-mandir
IV . DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
Stuart and Sundeen. 2011. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
HDR
Carpenito, Lynda Juall. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 2016. Proses Keperawatan Dan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
Usaha bunuh diri adalah tindakan yang merupakan bagian dari depresi
gambaran diri buruk) dan dapat dipandang sebagai tangisan untuk meminta
Pencederaan diri adalah aniaya diri, agresi yang diarahkan kepada diri
sendiri, membahayakan diri, cedera yang membebani diri dan mutilasi diri dengan
tujuan mengakhiri hidup (Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J.Sundeen, Edisi 3 ,
2012).
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku bunuh diri
A. Faktor Predisposisi
lain faktor diagnostik dimana lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
dimana ada tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi. Faktor lingkungan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. Faktor riwayat keluarga
yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk
B. Faktor Presipitasi
terisolasi yang dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
dapat menghadapi stres. Faktor perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri
C. Rentang Respons
Adaptif Maladaptif
diri
Keterangan :
serta tingkat stres yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara
adaptif dan jika gagal ia akan berespons maladaptif dengan menggunakan koping
bunuh diri.
D. Mekanisme Koping
menanggulangi stres. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas yang meliputi
bahwa setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistik atau
gangguan fungsi mental yang bervarariasi dari yang ringan sampai yang berat
karena itu perlu ditolong. Pencegahan bunuh diri altruistik boleh dikatakan tidak
Keputusasaan
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI
1. Masalah Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Data yang dikaji
Data Subyektif
Klien mengungkapkan ingin untuk bunuh diri
Klien mengungkapkan keinginan untuk mati
Klien mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
Klien sering berbicara tentang kematian, menanyakan dosis obat
yang mematikan
Klien mengungkapkan adanya konflik interpersonal
Klien mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat
kecil
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari
keluarga
Data Obyektif
Impulsif
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis dan penyalahgunaan
alkhohol)
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan atau kegagalan
dalam karier)
Status perkawinan yang tidak harmonis
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Keliat Anna Bdi, Akemat. 2017. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC
Surya, herman, Ade. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP 1 P )
Nama :
Ruangan :
Hari / tanggal :
Pertemuan :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat, memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus, klien terlihat terus ngoceh tentang pemahaman
yang dimilikinya, Pembicaraan klien cenderung diulang, Isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham Agama
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam
pikiran klien
c. Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya
d. Klien dapat mengidentifikasi wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bantu orientasi realita
c. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
e. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM TINDAKAN
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya ................., sering dipanggil
.............. Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu, saya adalah
praktek pada pagi hari dari pukl 08.00 – 14.00 WIB. Hoby ibu apa?.”
2. Validasi
Bagaimana perasaan ibu sekarang ini?
Bagaimana tidurnya semalam?
3. Kontrak :
a. Topik : Boleh kita berbincang – bincang sebentar bu untuk
melakukan perkenalan? Dan berbincang – bincang tentang apa yang
ibu rasakan sekarang ini?
b. Waktu : ibu mau kita berbincang – bincang berapa lama bu?
Bagaimana kalau 15 menit saja? Dari pukul 10.00 – 10.15 ya pak.
c. Tempat : Dimana enaknya kita berbincang – bincang ya bu?
Bagaimana kalau dimeja makan ya bu?
d. Tujuan : Agar kita saling mengenal, ibu lebih mengenal bruder,
dan bruder lebih mengenal ibu, serta ibu dapat mengenal perasaan apa
yang ibu rasakan sekarang ini.
b. Fase kerja
Ibu sudah berapa lama dirawat disini?. Kalau bruder boleh tahu ada
masalah apa sampai ibu dibawa ke sini bu?
Saya mengerti ibu merasa kalau ibu adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya bu karena setahu saya semua nabi sudah tidak
ada lagi bu. Bisa kita lanjutkan pembicaraan kita yang terputus tadi bu?
Tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan
sekarang?
O…jadi ibu merasa takut nanti diatur – atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri ibu sendiri?
Menurut ibu siapa orang – orang yang suka mengatur ibu?
O …jadi bapak yang sering mengatur – ngatur ibu ya bu,?
Kalau ibu sendiri inginnya seperti apa bu?
Bagus, bapak sudah sudah punya jadwal dan rencana sendiri untuk diri bu,
coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut ya bu. Wah bagus sekali bu,
jadi sekarang setiap hari ibu ingin melakukan kegiatan di luar rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya pak? Sekarang bruder juga punya
jadwal ini bu buat ibu, ibu isi jam dan tanggal berapa ibu melakukan
kegiatan, kegiatan apa yang ibu lakukan, dan keterangannya dapat ibu
tuluskan hurup M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang
lain, B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain dan T : Jika tergantung
penuh pada orang lain, apabila ibu melakukan kegiatan diluar rumah dan
mengisi jadwal kegiatan yang ibu punya maka ibu juga jangan lupa
sekalian isi jadwal kegiatan yang bruder kasik ya bu.
c. Fase terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif :
Bu, bagaimana perasaan bu setelah berbincang – bincang dengan
bruder tadi,,?
Kegiatan apa yang sudah ibu lakukan?
2) Evaluasi Objektif
Bu masih ingat siapa nama bruder? Coba ibu ulangi kembali
kegiatan apa yang akan dilakukan dan yang sudah diajarkan tadi?
Bagaimana kalau jadwal yang sudah ibu buat untuk diri sendiri ini
ibu coba lagi bu, setuju?
Nama :
Ruangan :
Hari / tanggal :
Pertemuan :
I . PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi Klien
Klien mengatakan dirinya tidak berguna dan malu, merasa tidak mampu, malu
B. Diagnosa Keperawatan
C. Tujuan Khusus
dimiliki klien
kemampuan klien
D. Tindakan Keperawatan
klien
C. Tahap Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya ........, sering dipanggil ............
Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu, saya adalah mahasiswa S1
dari tanggal 30 September – 25 Oktober 2019. Saya praktek pada pagi hari
2. Kontrak
yang biasa ibu lakukan sehari-hari? Tujuannya agar ibu dapat menilai
menit”
taman.”
B. Tahap Kerja
Bu, dari tadi saya melihat ibu melamun dan diam saja? Apa yang menyebabkan
ibu melamun memandang ke bawah? Kegiatan apa yang ibu lakukan sehari-hari?
Oh..ternyata ibu setiap hari kegiatannya merapihkan tempat tidur setiap pagi , doa
bersama, senam bersama, dan hari-hari tertentu seperti Selasa dan Kamis ikut
pengajian. Kalau begitu kegiatan apa yang paling ibu suka, dan sering ibu
lakukan?
C. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
bincang?.”
b. Evaluasi obyektif :
“Coba ibu sebutkan lagi kegiatan apa yang sering ibu lakukan?
“Saya harap ibu dapat mengingat apa yang telah kita perbincangkan tadi.”
a. Topik :”Bu, waktu kita berbincang-bincang sudah selesai dan besok kita
lagi?.”
d. Waktu :”Jam berapa besok kita bertemu? Bagaimana kalau jam 10.00
pagi?.”
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP 1 P )
Nama :
Ruangan :
Hari / tanggal :
Pertemuan :
I . PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi Klien
Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan, merasa orang sekitar
jahat, dan mengancam, juga tampak tegang, muka merah, matanya melotot,
nada suaranya tinggi, sering mengepalkan tangan, mengatupkan rahangnya dan
jalan mondar mandir.
B. Diagnosa Keperawatan :
Perilaku Kekerasan
C. Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Kien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang digunakan
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
7. Klien dapat mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik 1
D. Tindakan Keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan penyebab perilaku kekerasan
3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Diskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5. Diskusikan akibat perilaku kekerasan
6. Latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
7. Masukkan ke jadwal kegiatan harian
........ Nama bapak siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Bapak, saya adalah
praktek pada pagi hari dari pukl 08.00 – 14.00 WIB. Hoby ibu apa?.”
2. Kontrak
menit”
taman.”
B. Tahap Kerja :
“Apa yang menyebabkan ibu marah?.Apakah sebelumnya ibu pernah
marah?Terus, penyebabnya apa?.Samakah dengan yang sekarang?.O....ya, jadi
ada 2 penyebab marah ibu”.” Pada saat penyebab marah itu ada, seperti ibu
pulang ke rumah dan keluarga belum menyediakan makanan, apa yang
rasakan?.”Apakah ibu merasakan kesal kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mengepal?”.”Setelah itu apa yang ibu
lakukan? O...ya, jadi ibu memukul anak ibu dan memecahkan piring, apakah
dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara
yang ibu lakukan? Betul, keluarga jadi sakit dan takut,piring-piring pecah.
Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah ibu belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?.”Ada
beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, ibu. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah”. “Ada beberapa
cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?.”Begini ibu, kalau tanda-
tanda marah tadi sudah ibu rasakan maka ibu berdiri, lalu tarik nafas dari hidung
sambil mengangkat kedua tangan ke atas, tahan sebentar, lalu keluarkan
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan sambil
membungkukkan badan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung sambil mengangkat
kedua tangan ke atas, bagus....tahan sebentar dan tiup melalui mulut sambil
membungkukkan badan. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, ibu sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”.”Nah, sebaiknya latihan ini ibu
lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu
sudah terbiasa melakukannya”.
C. Tahap Terminasi :
1. Evaluasi (respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Data Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah melakukan latihan teknik nafas dalam tadi?.”
Data Obyektif
“Coba ibu praktekkan lagi bagaimana cara melakukan tehnik nafas dalam.”
2. Tindak Lanjut :
Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah ibu yang lalu, apa
yang ibu lakukan kalau marah, dan jangan lupa latihan nafas dalamnya ya ibu.
Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau latihan
nafas dalam?.Jam berapa saja bu?
3 . Kontrak Topik Yang Akan Datang :
a. Topik :”Baik ibu kita sudah selesai berbincang-bincang, besok saya akan
menemui ibu kembali untuk melihat perkembangan kondisi ibu dan
mengajarkan tehnik relaksasi yang lain”.
b. Tempat :”Di mana sebaiknya kita bertemu besok bu? Bagaimana di sini saja?”
c. Waktu :”Ibu mau jam berapa kita bertemu besok? Bagaimana kalau jam 09.00
pagi? Baiklah bu, saya permisi dulu,sampai jumpa besok.
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP 1 P )
Nama :
Ruangan :
Hari / tanggal :
Pertemuan :
I . PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi Klien
II . STRATEGI KOMUNIKASI
B. Tahap Orientasi
1. Salam terapeutik :
............ Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu saya adalah
praktek pada pagi hari dari pukl 08.00 – 14.00 WIB. Hoby ibu apa?
2. Evaluasi validasi :
3. Kontrak :
a. Topik :”Ibu , pagi ini kita bertemu untuk berkenalan dan berbincang-
menit?
ruang makan?
lebih dekat satu sama lain dan mengetahui permasalahan yang ibu
hadapi.
C. Tahap Kerja
“Ibu sudah berapa lama dirawat di sini? Apa ibu tahu, ibu sekarang berada
di mana? Apakah ibu punya teman di sini? Kegiatan apa yang ibu lakukan di
sini? Apa ibu punya hoby? Hoby ibu apa? Mengapa ibu bilang tidak punya
teman? Bukannya di sini banyak teman? Menurut ibu apa keuntungan
berhubungan sosial atau berinteraksi dengan orang lain dan apa kerugiannya
jika tidak berinteraksi dengan orang lain? Apakah ibu mengenal semua
orang yang ada di sini? Apakah ibu sering ngobrol-ngobrol dengan mereka
dengan orang lain? Jadi jika ibu mau berkenalan atau berinteraksi dengan
orang lain berarti ibu akan mempunyai banyak teman, ibu mau tidak
akan kesepian, bisa berdiskusi dan saling menolong dan akan ada banyak
orang yang akan membantu ibu jika ibu ada masalah dan sebaliknya jika ibu
tidak mau berkenalan dengan banyak orang, ibu akan merasa sendirian,
baik. Pertama, ibu ucapkan salam, lalu berjabat tangan dan sebutkan nama
ibu dan senang dipanggil siapa, lalu ibu tanyakan nama lawan bicara dan
alamatnya di mana, asalnya dari mana dan hobynya apa, dan lain-lain.
Evaluasi Subyektif
Evaluasi Obyektif
“Tadi ibu sudah tahu cara berkenalan, coba ibu praktekkan lagi cara
“Ibu, ingat-ingat cara berkenalan dengan orang lain yang benar seperti
tadi bunda ajarkan dan ibu bisa melakukannya dengan siapa saja. Tadi
harian ibu, nanti ibu latihan sesuai jadwal ya...nanti dalam mengisi
jadwal berikan tanda pada huruf M bila dilakuakn mandiri, huruf B bila
dengan bantuan dan huruf T bila tidak dikerjakan dan besok akan bruder
1. Topik :”Sesuai janji bruder, karena sudah 15 menit maka kita berhenti
dulu diskusi kita. Besok kita akan lanjutkan pembicaraan kita tentang
2. Waktu :”Jam berapa besok kita bertemu, bagaimana kalau jam 10.00
menit?.”
Nama :
Ruangan :
Hari / tanggal :
Pertemuan :
I . PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi Klien
yang tidak jelas, klien mengatakan suara itu datang setiap saat, klien
mengatakan suara itu muncul sekitar 5-10 menit, klien mengatakan bila suara
itu muncul saya gelisah tidak bisa tidur, yang biasa saya lakukan adalah
berdoa. Klien terlihat tersenyum sendiri, klien tampak senang berbicara sendiri
B. Diagnosa Keperawatan
C. Tujuan Khusus
D. Tindakan Keperawatan
kegiatan harian.
II . STRATEGI KOMUNIKASI
A. Tahap Orientasi
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya ..........., sering dipanggil ..........
Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu saya adalah mahasiswa
pagi hari dari pukl 08.00 – 14.00 WIB. Hoby ibu apa?
2. Evaluasi validasi :
3. Kontrak :
a. Topik :”Ibu , pagi ini kita bertemu untuk berkenalan dan berbincang-
menit?
ruang makan?
d. Tujuannya : kita berbincang-bincang hari ini agar kita kenal lebih dekat
B. Tahap Kerja
“Sudah berapa lama ibu berada di sini?Coba ibu ceritakan, apa yang
menyebabkan ibu di bawa ke sini? Sekarang ini permasalahan apa yang ibu
percaya dengan apa yang ibu dengar, tetapi bruder tidak mendengar suara-
“Suara apa yang ibu dengar? Apa yang dikatakan oleh suara-suara tersebut?
“Dalam satu hari, berapa kali suara-suara itu muncul? Pada saat ibu lagi
ngapain suara-suara itu muncul? Apa yang ibu rasakan? Apakah ibu merasa
tenang atau merasa tidak nyaman? Terus apa yang ibu lakukan saat suara-
suara itu muncul? Apa ibu marah-marah, memukul-mukul atau ibu diam saja?
“Apakah ibu sudah mengerti? Nah ...coba sekarang ibu lakukan sendiri cara
menghardik halusinasi seperti yang saya ajarkan tadi. Benar sekali bu, Ibu
dengan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian ibu. Apakah ibu sudah
tahu cara mengisi jadwal kegiatan? Caranya adalah apabila ibu bisa
dengan bantuan orang lain, ibu tulis dan bila ibu tergantung sepenuhnya pada
C. Tahap Terminasi
Evaluasi Subyektif
cara menghardik?”
Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan lagi siapa nama bruder? Tadi kita sudah
sekarang coba ibu peragakan lagi dengan cara seperti yang bruder
a. Topik :”Ibu besok kita akan bertemu lagi dan berbincang-bincang cara
menit?”
Baik bu, Rita pamit dulu sampai bertemu lagi besok pagi, selamat
pagi,
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1 P)
Nama :
Ruangan :
Hari / tanggal :
Pertemuan :
I. PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi Klien
Klien mengatakan malas mandi, tidak mau menyisir rambut, tidak mau
menggosok gigi, tidak mau memotong kuku, tidak mau berhias dan tidak mau
menggunakan alat mandi atau kebersihan diri.
Klien tampak kotor, badan bau, pakaian kotor, mulut bau, gigi kotor, rambut
kotor, kuku panjang dan penampilan tidak rapi.
B. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri.
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
3. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
4. Klien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
D. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien pentingnya kebersihan diri
3. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri
4. Bantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
5. Berikan pujian kepada klien atas usahanya
6. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
II. STRATEGI KOMUNIKASI
A. Tahap Orientasi
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya .........., sering dipanggil ............
Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu saya adalah mahasiswa S1
dari tanggal 30 September – 25 Oktober 2019. Saya praktek pada pagi hari
2. Evaluasi validasi :
3. Kontrak :
a. Topik :”Ibu , pagi ini kita bertemu untuk berkenalan dan berbincang-
menit?
ruang makan?
lebih dekat satu sama lain dan mengetahui permasalahan yang ibu
hadapi.
B. Tahap Kerja
ibu sudah mandi hari ini? Apa yang menyebabkan ibu tidak melakukan
perawatan diri? Menurut ibu apa kegunaan atau manfaat kalau kait menjaga
kebersihan diri? Apa alasan ibu sehingga tidak bisa merawat diri atau mandi?
Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya?
Misalnya badan gatal. Apalagi ya? Apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut
dan muka? Kapan saja ibu menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa
“berapa kali ibu makan sehari? Apa yang ibu lakukan setelah makan? Apa betul
“Menurut ibu kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang
perlu kita persiapkan? Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, bunda
Bara akan membantu ibu melakukannya. Sekarang ibu siram seluruh tubuh
termasuk rambut lalu ambil shampo gosokkan pada kepala ibu sampai berbusa
lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di
seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih. Jangan lupa
sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah, gosok
seluruh gigi mulai dari depan sampai belakang, bagus sekali, lalu kumur-kumur
sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk, ibu sudah bagus melakukannya. Selanjutnya ibu pakai
C. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Sekarang coba ibu sebutkan apa saja yang disiapkan saat mandi serta
cara-cara mandi yang baik yang sudah ibu lakukan tadi?” Bagus sekali.
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian. Nah tadi ibu
manfaat perawatan diri, tanda-tanda orang yang tidak merawat diri serta cara-
cara melakukan perawatan diri,ibu jangan lupa tentang perawatan diri yang
berdandan”.
b. Waktu :”Jam berapa besok kita bertemu? Bagaimana kalau jam 10.00
Nama :
Ruangan :
Hari / tanggal :
Pertemuan :
I. PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi Klien
klien ingin mati, klien menggatakan pernah mencoba untuk bunuh diri, klien
juga mengatakan putus asa karena diputuskan pacarnya satau tahun yang lalu,
klien tampak murung, tidak bergairah, sering menyendiri, memainkan tali, ada
B. Diagnosa Keperawatan
C. Tujuan Khusus
D. Tindakan Keperawatan
A. Tahap Orientasi
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya .........., sering dipanggil .........
Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu saya adalah mahasiswa S1
dari tanggal 30 September – 25 Oktober 2019. Saya praktek pada pagi hari
2. Evaluasi validasi :
3. Kontrak :
a. Topik :”Ibu , pagi ini kita bertemu untuk berkenalan dan berbincang-
menit?
ruang makan?
d. Tujuannya :Tujuan kita berbincang-bincang hari ini agar kita kenal lebih
dekat satu sama lain dan mengetahui permasalahan yang ibu hadapi.
B. Tahap Kerja
“Nah...sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu pikirkan? Mungkin bruder dapat
membantu. Mengapa ibu sering memainkan tali di sudut ruangan tempat tidur
ibu? Saya sedih bruder karena baru diputuskan pacar saya sejak satu tahun yang
lalu, padahal saya sudah tunangan. Saya merasa sudah tidak berguna lagi, saya
ingin mati bruder karena keluarga dan teman-teman saya sudah tidak
dorongan bunuh diri dengan cara latihan fisik yaitu tarik nafas dalam dan
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian, ibu isi jam dan tanggal berapa
melakukan kegiatan, kegiatan apa yang ibu lakukan dan keterangannya dapat ibu
tuliskan huruf : M jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain. B
T : jika tergantung penuh pada orang lain. Apabila ibu merasa ada dorongan
untuk mengakhiri kehidupan sebaiknya ibulakukan tarik nafas dalam ya, lalu ibu
masukkan ke dalam jadwal ini. Jangan lupa diisi jadwal kegiatan yang telah
C. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
ajarkan tadi?.”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu lakukan lagi cara mengendalikan dorongan bunuh diri seperti
yang bruder ajarkan tadi? Ya..bagus, ibu.” Bagaimana kalau jadwal yang
“Coba mulai sekarang, ibu malakukan tehnik nafas dalam apabila dorongan
a. Topik :”Bu bagaimana kalau besok bruder akan datang kembali untuk
ibu dan besok bruder akan ajarkan tentang cara lain mengendalikan
b. Waktu :”Jam berapa besok kita bertemu? Bagaimana kalau jam 10.00
menit?