Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air,
pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Konservasi
sumber daya air meliputi upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas
dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada
waktu sekarang maupun yang akan datang. Pendayagunaan sumberdaya air
meliputi upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan
pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Pengendalian daya rusak air meliputi upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
Pengelola sumberdaya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pengelolaan sumber daya air. Sesuai dengan pengertian ini,
didalam pengelolaan sumberdaya air telah dikenalkan terminology pengusahaan
air, yang kemudian dijamin lewat pemberian hak guna usaha air.

Pengelolaan sumberdaya air di Indonesia menghadapi problema yang


sangat kompleks, mengingat air mempunyai beberapa fungsi baik fungsi sosial-
budaya, ekonomi dan lingkungan yang masing dapat saling bertentangan. Dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kegiatan ekonomi, telah
terjadi perubahan sumberdaya alam yang sangat cepat. Pembukaan lahan guna
keperluan perluasan daerah pertanian, pemukiman dan industri, yang tidak
terkoordinasi dengan baik dalam suatu kerangka pengembangan tata ruang, telah
mengakibatkan terjadinya degradasi lahan, erosi, tanah longsor, banjir. Di Pulau
Jawa, yang hanya mempunyai 4,5% potensi air tawar nasional, harus menopang
kebutuhan 60% jumlah penduduk Indonesia, hampir 70% daerah irigasi

1
Indonesia, dan harus melayani 70% kebutuhan air industri nasional. Hal itu telah
mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara para pengguna air baik
untuk kepentingan rumah tangga, pertanian dan industri, termasuk penggunaan air
permukaan dan air bawah tanah di perkotaan. Saat ini sektor pertanian
menggunakan hampir 80% kebutuhan air total, sedangkan kebutuhan untuk
industri dan rumah tangga hanya 20%. Pada tahun 2020, diperkirakan akan terjadi
kenaikan kebutuhan air untuk rumah tangga dan industri sebesar 25% - 30%.
Selain itu, beberapa daerah aliran sungai di Pulau Jawa telah mengalami degradasi
yang sangat memprihatinkan, erosi yang berlebihan telah mengakibatkan
terjadinya sedimentasi di beberapa waduk yang telah dibangun di sungai Citarum,
Brantas, Serayu-Bogowonto dan Bengawan Solo. Sedimentasi tersebut akan
mengurangi usia tampung waduk, usia tampung beberapa waduk tersebut
diperkirakan hanya akan mampu memenuhi kebutuhan air baku hingga tahun
2010 saja. Pengambilan air tanah yang berlebihan di beberapa akuifer di kota-kota
besar di Pulau Jawa (Jakarta, Semarang, Surabaya) telah mengakibatkan terjadi
intrusi air laut dan penurunan elevasi muka tanah. Ketidaktersediaan sistem
sanitasi dan pengolah limbah industri yang baik, juga telah mengakibatkan
terjadinya pencemaran air tanah dan sungai oleh buangan air rumah tangga dan
industri, terutama di musim kemarau. Di saat lain, dimusim hujan, banjir terjadi di
mana-mana, akibat karena semakin kecilnya daerah resapan, turunnya kapasitas
sungai dan rusaknya sistem drainasi internal.

Upaya konservasi air guna menjaga keberlanjutan ketersediaan air menjadi


tuntutan utama. Beberapa konsep konservasi telah dikemukakan, mulai dari sumur
resapan, lobang biopori, embung, penghijauan, prokasih, namun hingga saat ini
hasilnya tidak/belum terlihat dengan nyata, bahkan sebagian kegiatan tersebut
hanya bersifat seremonial saja. Problema pengelolaan air di Indonesia tidak hanya
tergantung pada masalah teknis, banyak masalah social, ekonomi dan lingkungan
yang saling berinteraksi, yang pada ujungnya keputusan politis menjadi sangat
penting dalam memecahkan masalah ini. Banyak keputusan politis yang tidak
memihak pada konsep konservasi air. Sebagai contoh Peraturan Pemerintah no

2
43/2008 tentang air tanah, pada pasal 55 ayat 2 (c) dikatakan bahwa hak guna
pakai air dari pemanfaatan air tanah, diperoleh tanpa izin, untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan apabila kurang dari 100 m3/bulan
per kepala keluarga dengan tidak menggunakan system distribusi terpusat. Jumlah
100 m3/bulan/kk merupakan jumlah yang sangat besar, mengingat rerata
pemakaian air kita saat ini masih 100 liter/orang/hari, sedangkan di Negara maju
hanya 200 liter/orang/hari. Katakan dalam satu KK terdapat 5 orang, maka
kebutuhan air untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari satu KK hanya 5 x
30 x 100 liter = 15.000 liter/bulan/kk = 15 m3/bulan/kk. Apabila aturan ini
diterapkan, maka ekstraksi air tanah akan meningkat dan akan menimbulkan
kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi. Demikian pula standar penggunaan
air tanah untuk kepentingan pertanian. Di dalam pasal 55 ayat 3 (b) dinyatakan
pembatasan pemakaian tidak lebih dari 2 (dua) liter per detik per kepala keluarga
dalam hal air permukaan tidak mencukupi. Angka pemberian air irigasi yang
ditetapkan berdasar kepala keluarga, bukan berdasar areal pertanian yang diberi
air irigasi, menunjukkan ketidak-tepatan peraturan ini dalam penentuan pemberian
hak guna air. Seharusnya peraturan perundangan yang ada lebih memperhatikan
kelangkaan air yang saat ini menjadi isu internasional. Peningkatan konversi
hutan di lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit sangat terlihat nyata pada
beberapa tahun terakhir ini, jutaan hectare hutan gambut telah diubah menjadi
perkebunan kelapa sawit. Telah terjadi peningkatan produksi dari tahun 1995
sebesar 5 juta ton menjadi 15 juta ton pada tahun 2005. Konversi lahan gambut ini
telah mengakibatkan perubahan sifat fisik tanah gambut yang tadinya mampu
menyimpan air pada saat musim hujan sehingga dapat meredam banjir dan
melepas air saat musim kemarau guna keberlanjutan aliran air sungai, menjadi
tanah gambut kering yang hilang kemampuan menyimpan air nya lagi.
Peningkatan produksi kelapa sawit didorong oleh keinginan untuk memproduksi
bio-fuel sebagai pengganti bahan bakar fosil, namun akibatnya kerusakan
lingkungan yang terjadi lebih mahal dari pada penghematan yang akan dicapai.
Konsep kali bersih sudah hilang dari peredaran, pencemaran dari rumah penduduk
sering dipakai sebagai alasan, padahal pencemaran dari industry belum dapat

3
dikontrol oleh peraturan yang ada. Perluasan pemukiman yang mengubah tata
ruang tidak diikuti oleh upaya penggantian daerah resapan air yang memadai dan
pengolahan limbah yang terkoordinasi, karena ijin perluasan pemukiman hanya
diberikan oleh instansi yang berwenang mengatur ruang tanpa koordinasi dengan
instansi yang mengatur lingkungan dan sumberdaya air. Upaya konservasi air
sangat diperlukan mengingat kejadian kelangkaan air sudah semakin sering terjadi
di Indonesia. Hampir 25 juta kepala keluarga hidupnya tergantung pada pertanian
yang membutuhkan hampir 80% air yang tersedia. Peningkatan penduduk
perkotaan membutuhkan air bersih yang cukup dan layak untuk kepentingan
hidup mereka. Semangat masyarakat untuk mencapai cita-cita itu telah banyak
disampaikan, namun kegagalan-kegagalan sering menurunkan semangat tersebut.
Salah satu hal yang menjadi kendala adalah kemauan politis yang tidak sesuai
dengan niat baik itu.

Air sendiri merupakan kebutuhan utama mahluk hidup. Air juga


dibutuhkan oleh manusia tidak hanya sebagai bahan baku tetapi juga dibutuhkan
sebagai media produksi, sebagai air irigasi untuk keperluan budidaya pertanian,
sebagai media produksi industri dan tenaga listrik. Air yang ada dibumi ini tidak
hanya dibutuhkan oleh manusia tetapi juga oleh alam guna menjaga stabilitas
ekosistemnya. Dalam suatu sistem sungai, selain untuk mencukupi kebutuhan
hidup manusia, air juga dibutuhkan untuk menjaga stabilitas sungai dengan
kemampuan untuk membawa dan mengendapkan sedimen, untuk menjaga
kualitas lingkungan dan lain-lain. Oleh karena itu keberadaan air dalam kuantitas,
kualitas dan waktu tertentu sangat diharapkan guna menjamin kelestarian hidup
manusia dan lingkungan.

Dengan semakin meningkatnya jumlah manusia, semakin berkembangnya


daerah pertanian dan pemukiman, serta menurunnya daerah resapan, kualitas
lingkungan dan berubahnya pola cuaca, maka mulai dirasa ketidak-seimbangan
antara pemanfaatan dan ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas yang
mencukupi. Sebagian besar air hujan yang jatuh ke bumi langsung menjadi runoff
(aliran permukaan), karena lahan tidak mempunyai kemampuan menyimpan air.

4
Hal tersebut akan mengakibatkan perbedaan aliran sungai di musim hujan dan
musim kemarau yang sangat besar yang dapat menjadi bencana banjir dan
kekeringan bagi kita semua. Selain itu, sebagian dari kita mulai tidak peduli akan
kelestarian dan kesehatan lingkungan sehingga beberapa sumber air (sungai,
waduk, danau) dikotori dengan limbah rumah tangga, industri dll.

Rivalitas dalam upaya mendapatkan air guna berbagai kepentingan dengan


kendala spasial dan waktu, telah mengakibatkan terjadinya upaya menjadikan air
sebagai komoditas ekonomi. Agar sumberdaya air tersebut dapat dimanfaatkan
guna menunjang hajat hidup orang banyak sesuai dengan harapan di dalam UUD
1945, diperlukan pola pengelolaan sumberdaya air yang komprehensif yang
berkelanjutan dan terpadu.

Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy)


negara dalam perekonomian modern seperti saat ini, pasar modal memiliki peran
yang sangat strategis. Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan
perekonomian suatu negara melalui pemanfaatan kekuatan swasta dan
mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43). Dalam menjalankan perannya,
pasar modal memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Dalam fungsi ekonomi, pasar modal berperan sebagai penyedia
fasilitas atau tempat untuk mempertemukan dua pihak, yaitu pihak yang memiliki
kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (perusahaan/penerbit
efek atau emiten). Dalam menjalankan fungsi keuangan, pasar modal memberikan
kesempatan kepada pemilik dana (investor) untuk mendapatkan imbalan (return)
dari hasil investasinya. Dengan tersedianya pasar modal ini, diharapkan akan
meningkatkan aktifitas perekonomian, karena pasar modal merupakan alternatif
pendanaan jangka panjang bagi perusahaan. Di Indonesia, pasar modal memiliki
peranan yang sangat penting baik bagi sektor swasta, pemerintah maupun
masyarakat. Melalui pasar modal, pihak swasta dapat memanfaatkannya sebagai
alternatif pembiayaan usahanya melalui penerbitan efek. Mengingat adanya
kendala pada biaya bunga dan terbatasnya dana perbankan. Bagi masyarakat,
pasar modal merupakan alternatif penyimpanan

5
Dana dalam bentuk investasi dalam surat-surat berharga seperti saham,
obligasi, dan reksa dana dengan harapan mendapatkan keuntungan atau tingkat
pengembalian atas pendapatan dari investasi dalam surat-surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal tersebut. Sedangkan bagi pemerintah, pasar modal
merupakan sarana penggerak perekonomian dan pembangunan ekonomi (Samsul
2006: 43). Hal ini dirasa cukup penting mengingat kemampuan pemerintah dalam
menyediakan dana untuk pembangunan sangat terbatas. Perkembangan pasar
modal dapat dijadikan tolak ukur bagi perkembangan ekonomi suatu negara
secara keseluruhan dan mencerminkan kondisi perekonomian secara makro.
Investasi di pasar modal, selain memberikan hasil juga mengandung resiko karena
memiliki tingkat ketidakpastian dari hasil investasi. Besar kecilnya resiko di pasar
modal sangat dipengaruhi oleh keadaan negara tersebut, baik dibidang ekonomi,
sosial maupun politik. Demi meminimalisir resiko yang masih dapat dihindari,
sebaiknya seorang investor harus paham betul dengan mekanisme bekerjanya
pasar modal dan bagaimana resiko yang ada di pasar modal tersebut. Salah satu
indikator yang dapat menjadi pedoman seorang investor untuk meminimalisir
resiko investasi yaitu dengan mengetahui informasi mengenai indeks harga
saham. Indeks harga saham ini merupakan angka indeks dari harga-harga saham
yang disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi
mengenai perubahan harga saham. Dengan mengetahui indeks harga saham, maka
investor dapat mengetahui kondisi pasar secara umum, sehingga nantinya investor
mendapatkan tingkat pengembalian saham yang optimal.

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk melihat perkembangan


pasar modal di Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan ini mengalami pergerakan atau
perubahan setiap harinya. Hal ini terjadi karena perubahan harga pasar yang
terjadi setiap hari dan adanya saham tambahan. Melalui Indeks Harga Saham
Gabungan ini, seorang investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang
bergairah (bullish) atau lesu (bearish). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan

6
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari luar negeri (eksternal)
maupun yang berasal dari dalam negeri (internal). Faktor eksternal tersebut dapat
berupa perubahan pergerakan indeks bursa asing, perubahan harga minyak dunia
maupun keadaan ekonomi suatu negara. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam
negeri dapat berupa perubahan nilai tukar terhadap mata uang asing, inflasi,
tingkat suku bunga dan lain sebagainya atau yang biasa disebut dengan faktor
makro dalam negeri. Selain itu, perilaku investor juga mempengaruhi kinerja dari
Indeks Harga Saham Gabungan. Di pasar modal Indonesia, faktor ekonomi makro
dalam negeri yang mempengaruhi harga-harga saham antara lain tingkat inflasi,
Produk Domestik Bruto (PDB), suku bunga, defisit anggaran, nilai tukar mata
uang (kurs) dan lain sebagainya. Faktor-faktor makro dalam negeri tersebut saling
mempengaruhi dan pada akhirnya akan memberikan dampak terhadap pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Tingkat inflasi berdampak pada pergerakan Indeks Harga Saham


Gabungan di BEI karena inflasi berkaitan dengan penurunan daya beli uang
(purchasing power of money). Dengan adanya inflasi harga-harga barang secara
umum akan mengalami peningkatan secara terus-menerus, sehingga daya beli
masyarakat akan menurun. Hal ini akan menurunkan minat investor untuk
berinvestasi pada suatu perusahaan karena inflasi tersebut akan mengurangi
tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor. Jika minat investor untuk
berinvestasi pada suatu perusahaan turun, maka akan berdampak terhadap
penurunan harga-harga saham perusahaan. Dimana nantinya yang akan ditemui di
pasar modal hanyalah para pemilik saham yang menjual saham yang mereka
miliki. Hal ini secara otomatis akan menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) akan menurun. Perubahan tingkat suku bunga SBI juga memberikan
pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Perubahan tingkat suku bunga
SBI juga akan diikuti dengan perubahan tingkat suku bunga deposito. Suku bunga
deposito cenderung berpengaruh negatif terhadap harga saham. Tingkat suku
bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran
kas perusahaan, sehingga kesempatan berinvestasi tidak akan menarik lagi.

7
Investor akan cenderung mengalihkan investasinya dalam bentuk tabungan dan
menjual saham yang mereka miliki secara besar-besaran yang akan menjatuhkan
harga saham di pasar modal. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan
meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan
menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan
meningkat. Sebaliknya,penurunan tingkat suku bunga SBI akan mendorong
investor untuk mengalihkan dana yang dimilikinya dalam bentuk investasi saham.
Akibatnya, permintaan akan saham pun akan meningkat sehingga harga saham
akan bergerak naik.

Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah sebagai


berikut,

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana analisis terkait naik atau turunnya harga air mineral berbagai
merek tersebut berdasarkan data observasi ?
b. Berapa indeks harga yang dihitung dengan menggunakan tahun 2014 dan
tahun 2015 berdasarkan metode angka indeks tidak tertimbang dan angka
indeks harga agregat tertimbang metode Laspeyres?
c. Bagaimana analisis tentang hasil perhitungan ke dua metode tersebut ?
d. Berapa besarnya inflasi dari tahun 2014 ke tahun 2015 dan bagaimana
analisis dari hasil perhitungan tersebut ?

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjuan Pustaka
1. Indeks Harga
a. Pengertian
Indeks harga dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan
mengenai berbagai perubahan yang terjadi pada harga dari waktu ke
waktu.
b. Indeks harga dapat dibedakan menjadi :
1. Indeks harga konsumen (IHK) Indeks harga konsumen adalah angka
perbandingan perubahan harga barang dan jasa yang dihitung serta
dianggap mewakili belanja konsumen, kelompok barang yang dihitung
dapat berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual pada
masyarakat.
2. Indeks harga produsen (IHP) merupakan perbandingan perubahan
barang dan juga jasa yang dibeli oleh para produsen pada kurun waktu
tertentu, yang dibeli oleh produsen antara lain bahan-bahan mentah dan
bahan-bahan setengah jadi. Perbedaannya antara IHP dan IHK adalah
kalau IHP mengukur tingkat harga pada saat awal sistem distribusi,
IHK mengukur harga secara langsung yang dibayar oleh konsumen
pada tingkat harga eceran yang ditentukan. Indeks harga produsen dapat
disebut dengan indeks harga grosir.
3. Indeks harga yang dibayar dan diterima petani. Indeks harga berbagai
jenis barang yang harus dibayar oleh petani baik itu untuk biaya hidup
ataupun biaya proses produksi, apabila dalam menghitung indeks
tersebut dimasukkan unsur jumlah biaya hipotek, pajak, dan upah
pekerja yang harus dibayar oleh petani, indeks yang diperoleh dapat
disebut indeks paritas. Rasio perbandingan antara indeks harga yang

9
dibayar petani dengan indeks paritas dalam kurun waktu tertentu
disebut rasio paritas.

c. Indeks harga memiliki peranan dalam hal ekonomi, yaitu :


1. Indeks harga adalah suatu petunjuk atau sebuah barometer dari kondisi
ekonomi umum. Hal ini mengandung suatu maksud sebagai berikut :
a. Indeks harga grosir menggambarkan dengan tepat tentang tren
perdagangan.
b. Indeks harga diterima oleh petani guna menggambarkan tingkat
kemakmuran di bidang agraria.
c. Indeks harga umum adalah pedoman untuk berbagai kebijakan dan
administrasi perusahaan.
2. Indeks harga dapat dipakai untuk deflator, pengaruh perubahan harga
dapat dihilangkan melalui cara membagi nilai tertentu dengan indeks
harga yang lebih sesuai. Proses tersebut dinamakan deflasi dan
pembaginya dinamakan deflator.
3. Indeks harga dapat dipergunakan untuk pedoman bagi pembelian
berbagai jenis barang. Maksudnya adalah harga barang yang dibeli
dapat untuk dibandingkan dengan indeks harga eceran atau grosir
supaya dapat diukur efisiensi dalam pembelian suatu barang yang
bersangkutan.
4. Indeks harga barang-barang konsumsi ialah pedoman dalam mengatur
gaji buruh atau untuk menyesuaikan kenaikan gaji buruh pada saat
inflasi.
d. Metode perhitungan indeks harga :
1. Indeks harga tidak tertimbang
i. Angka indeks harga (Price = P)

10
ii. Angka indeks kuantitas (Quantity = Q)

Keterangan:
IA = indeks kuantitas tidak ditimbang
Qn = kuantitas yang mau dihitung angka indeks
Qo = kuantitas pada tahun dasar
iii. Angka indeks nilai (Value = V)

2. Indeks harga tertimbang


a. Metode agregatif sederhana

Keterangan:
IA = indeks harga yang ditimbang
Pn = nilai yang dihitung angkanya

11
Po = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang.

b. Metode Laspeyres

c. Metode Paasche

d. Metode Drobisch and Bowley

e. Metode Irving Fisher

12
f. Metode Marshal Edgewarth

2. Inflasi

a. Penggertian
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum
dan terus menerus.
b. Penyebab inflasi :
1. Tarikan permintaan (Demand pull inflation)
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan
bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya
permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi
meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment . Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal
dengan istilah demand pull inflation.
2. Desakan biaya (Cost push inflation)
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga
mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
c. Teori-teori Inflasi
1. Teori Kuantitas (Irving Fisher)
Inflasi diakibatkan oleh dua faktor, yaitu
a. jumlah uang yang beredar
b. psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
mendatang.
2. Teori Keynes
Inflasi terjadi karena:

13
a. keinginan masyarakat untuk hidup di luar batas kemampuan
ekonominya
b. adanya perebutan rezeki antarkelompok.
3. Teori Strukturalis
Penyebab inflasi ialah:
a. kekakuan (ketidakelastisan) penerimaan ekspor
b. kekakuan (ketidakelastisan) penawaran bahan makanan.

d. Penggolongan Inflasi

1. Berdasarkan asal timbulnya inflasi


a. Inflasi berasal dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat terjadinya
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang
baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi
mahal.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat
naiknya harga barang impor. Hal ini terjadi akibat biaya produksi
barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
2. Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga
Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan inflasi
tertutupinflasi tertutup (closed beberapa barang tertentu secara kontinu
disebut inflasi tertutup inflasi tertutupinflasi tertutup inflation), dan
apabila kenaikan harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi inflasi
terbukaterbuka (open inflation), sedangkan apabila serangan inflasi
inflasi terbuka inflasi inflasi terbukaterbuka demikian hebatnya dan
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang
tidak dapat menahan uang lebih lama inflasi yang tak terkendaliinflasi
yang tak terkendali disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tak terkendali inflasi yang tak terkendaliinflasi yang tak terkendali
(hyperinflation).
3. Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan: inflasi
ringan (di bawah 10% setahun), inflasi sedang (antara 10%–30%

14
setahun), inflasi berat (antara 30%–100% setahun) dan inflasi tak
terkendali (di atas 100% setahun)

e. Rumus perhitungan inflasi

Keterangan :
In adalah inflasi.
IHKn adalah harga konsumen tahun dasar dalam hal ini nilainya 100.
IHKn-1 adalah indeks harga konsumen tahun berikutnya.
Dfn adalah GNP atau PDB deflator tahun berikutnya.
Dfn-1 adalah GNPP atau PDB deflator tahun awal (sebelumnya).

f. Cara-cara Mengatasi Inflasi


1. Kebijakan Moneter
Peran bank sentral dalam mengatasi inflasi adalah dengan mengatur
jumlah uang yang beredar yaitu dengan menggunakan cara-cara sebagai
berikut :
a. Politik Diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk
memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan
menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat bunga
diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang
karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada
menjalankan investasi.
b. Politik Pasar Terbuka (open market policy) dijalankan dengan
membeli dan menjual surat-surat berharga. Dengan menjual suratsurat
berharga diharapkan uang akan tersedot dari masyarakat.
c. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy) adalah politik Bank Sentral
untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan

15
menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan
dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah kredit
akan berkurang.
d. Pengawasan kredit secara selektif.

2. Kebijakan Fiskal

Selain kebijakan moneter, pemerintah dapat juga memberlakukan


kebijakan fiskal yaitu kebijakan yang berhubungan dengan pengaturan
penerimaan dan pengeluaran Negara. Jadi yang diatur dalam kebijakan
fiskal adalah pengaturan pengeluaran pemerintah (APBN) dan
peningkatan tarif/pajak.

3. Kebijakan Nonmoneter

Selain dua kebijakan di atas ada juga yang disebut kebijakan nonmoneter
yang mengatur hal-hal berikut : Peningkatan produksi, Kebijakan upah,
Pengawasan harga.

3. Keberadaan air mineral

Air merupakan kebutuhan utama mahluk hidup. Air juga dibutuhkan oleh manusia
tidak hanya sebagai bahan baku tetapi juga dibutuhkan sebagai media produksi,
sebagai air irigasi untuk keperluan budidaya pertanian, sebagai media produksi
industri dan tenaga listrik. Air yang ada dibumi ini tidak hanya dibutuhkan oleh
manusia tetapi juga oleh alam guna menjaga stabilitas ekosistemnya. Dalam suatu
sistem sungai, selain untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, air juga
dibutuhkan untuk menjaga stabilitas sungai dengan kemampuan untuk membawa
dan mengendapkan sedimen, untuk menjaga kualitas lingkungan dan lain-lain.
Oleh karena itu keberadaan air dalam kuantitas, kualitas dan waktu tertentu sangat
diharapkan guna menjamin kelestarian hidup manusia dan lingkungan.

16
Dengan semakin meningkatnya jumlah manusia, semakin berkembangnya
daerah pertanian dan pemukiman, serta menurunnya daerah resapan, kualitas
lingkungan dan berubahnya pola cuaca, maka mulai dirasa ketidak-seimbangan
antara pemanfaatan dan ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas yang
mencukupi. Sebagian besar air hujan yang jatuh ke bumi langsung menjadi runoff
(aliran permukaan), karena lahan tidak mempunyai kemampuan menyimpan air.
Hal tersebut akan mengakibatkan perbedaan aliran sungai di musim hujan dan
musim kemarau yang sangat besar yang dapat menjadi bencana banjir dan
kekeringan bagi kita semua. Selain itu, sebagian dari kita mulai tidak peduli akan
kelestarian dan kesehatan lingkungan sehingga beberapa sumber air (sungai,
waduk, danau) dikotori dengan limbah rumah tangga, industri dll.

Rivalitas dalam upaya mendapatkan air guna berbagai kepentingan dengan


kendala spasial dan waktu, telah mengakibatkan terjadinya upaya menjadikan air
sebagai komoditas ekonomi. Agar sumberdaya air tersebut dapat dimanfaatkan
guna menunjang hajat hidup orang banyak sesuai dengan harapan di dalam UUD
1945, diperlukan pola pengelolaan sumber daya air yang komprehensif yang
berkelanjutan dan terpadu.

Pengelolaan sumber daya air di Indonesia menghadapi problema yang


sangat kompleks, mengingat air mempunyai beberapa fungsi. Dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kegiatan ekonomi, telah terjadi
perubahan sumberdaya alam yang sangat cepat. Pembukaan lahan guna keperluan
perluasan daerah pertanian, pemukiman dan industri, yang tidak terkoordinasi
dengan baik dalam suatu kerangka pengembangan tata ruang, telah
mengakibatkan terjadinya degradasi lahan, erosi, tanah longsor, banjir. Di Pulau
Jawa, yang hanya mempunyai 4,5% potensi air tawar nasional, harus menopang
kebutuhan 60% jumlah penduduk Indonesia, hampir 70% daerah irigasi
Indonesia, dan harus melayani 70% kebutuhan air industri nasional. Hal itu telah
mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara para pengguna air baik
untuk kepentingan rumah tangga, pertanian dan industri, termasuk penggunaan air
permukaan dan air bawah tanah di perkotaan. Pada tahun 2020, diperkirakan akan

17
terjadi kenaikan kebutuhan air untuk rumah tangga dan industri sebesar 25% -
30%. Pengambilan air tanah yang berlebihan di beberapa akuifer di kota-kota
besar di Pulau Jawa (Jakarta, Semarang, Surabaya) telah mengakibatkan terjadi
intrusi air laut dan penurunan elevasi muka tanah. Ketidaktersediaan sistem
sanitasi dan pengolah limbah industri yang baik, juga telah mengakibatkan
terjadinya pencemaran air tanah dan sungai oleh buangan air rumah tangga dan
industri, terutama di musim kemarau. Di saat lain, dimusim hujan, banjir terjadi di
mana-mana, akibat karena semakin kecilnya daerah resapan, turunnya kapasitas
sungai dan rusaknya sistem drainasi internal.

Upaya konservasi air guna menjaga keberlanjutan ketersediaan air menjadi


tuntutan utama. Beberapa konsep konservasi telah dikemukakan, mulai dari sumur
resapan, lobang biopori, embung, penghijauan, prokasih, namun hingga saat ini
hasilnya belum terlihat dengan nyata, bahkan sebagian kegiatan tersebut hanya
bersifat seremonial saja. Problema pengelolaan air di Indonesia tidak hanya
tergantung pada masalah teknis, banyak masalah social, ekonomi dan lingkungan
yang saling berinteraksi, yang pada ujungnya keputusan politis menjadi sangat
penting dalam memecahkan masalah ini. Seharusnya peraturan perundangan yang
ada lebih memperhatikan kelangkaan air yang saat ini menjadi isu internasional.
Peningkatan konversi hutan di lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit
sangat terlihat nyata pada beberapa tahun terakhir ini, jutaan hectare hutan gambut
telah diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Telah terjadi peningkatan produksi
dari tahun 1995 sebesar 5 juta ton menjadi 15 juta ton pada tahun 2005. Konversi
lahan gambut ini telah mengakibatkan perubahan sifat fisik tanah gambut yang
tadinya mampu menyimpan air pada saat musim hujan sehingga dapat meredam
banjir dan melepas air saat musim kemarau guna keberlanjutan aliran air sungai,
menjadi tanah gambut kering yang hilang kemampuan menyimpan air nya lagi.

Perluasan pemukiman yang mengubah tata ruang tidak diikuti oleh upaya
penggantian daerah resapan air yang memadai dan pengolahan limbah yang
terkoordinasi, karena ijin perluasan pemukiman hanya diberikan oleh instansi
yang berwenang mengatur ruang tanpa koordinasi dengan instansi yang mengatur

18
lingkungan dan sumberdaya air. Upaya konservasi air sangat diperlukan
mengingat kejadian kelangkaan air sudah semakin sering terjadi di Indonesia.
Hampir 25 juta kepala keluarga hidupnya tergantung pada pertanian yang
membutuhkan hampir 80% air yang tersedia. Peningkatan penduduk perkotaan
membutuhkan air bersih yang cukup dan layak untuk kepentingan hidup mereka.
Upaya melindungi kebutuhan orang banyak terhadap kebutuhan utama hajat hidup
manusia memerlukan pemikiran yang komprehensif. Air merupakan kebutuhan
utama manusia untuk hidup dan tidak dapat digantikan oleh barang lain, sehingga
air harus diberlakukan sebagai barang public. Upaya komodifikasi sumberdaya air
dapat menghambat upaya pengelolaan sumberdaya air terpadu, karena
komodifikasi ini telah memisah-misahkan sumberdaya air dalam beberapa jenis
yang dapat memutus siklus hidrologi alami sumberdaya air.

B. Pemecahan Masalah
1. Data hasil observasi
Adapun data hasil observasi mengenai harga (P) dan jumlah (Q) air
mineral dari berbagai merek pada toko sebagai berikut :
Data Hasil Observasi Harga (P) dan Jumlah (Q) Tahun 2013, 2014
dan 2015
Jenis
minuman Q- Q- Q-
NO. P-2013 P-2014 P-2015
mineral/ 2013 2014 2015
240ml
1. Aqua 19.500 21.000 23.000 731 730 732
2. Club 16.000 17.500 18.000 715 712 715
3. Cleo 19.000 19.500 20.000 600 600 602
4. Ju 12.000 13.000 15.000 400 410 410
5. Oasis 12.000 13.500 15.000 400 415 415
Sumber : Data Hasil Observasi

Berdasarkan data hasil observasi ini, maka tugas proyek ini dapat dijawab sesuai
tinjuan pustaka dan dapat digunakan sebagai acuan untuk pembahasan tugas
proyek ini :

2. Pembahasan
a. Bagaimana analisis terkait naik atau turunnya harga air mineral
berbagai merek tersebut berdasarkan data observasi ?

19
Dari data hasil observasi harga air mineral tahun 2013 sampai 2015
yang telah kami survei membuktikan adanya perubahan harga dalam
setiap tahunnya, dari tahun 2013 hingga 2015 menunjukan rata rata
berbagai macam merek mengalami perubahan harga seperti merek :

1. Aqua dari tahun 2013 yang mempunyai harga sebesar Rp.19.500


mengalami perubahan tahun 2014 menjadi Rp. 21.000, perubahan
harga terus terjadi hingga tahun 2015 sebesar Rp.23.000 dan rata-
rata mengalami perubahan jumlah permintaan konsumen. Pada
tahun 2013 permintaan konsumen sebesar 731 kemudian perubahan
terjadi pada tahun 2014 sebesar 730 dan tahun 2015 sebesar 732.
2. Club dari tahun 2013 yang mempunyai harga sebesar Rp.16.000
mengalami perubahan tahun 2014 menjadi Rp. 17. 500, perubahan
harga terus terjadi hingga tahun 2015 sebesar Rp.18.000 dan rata-
rata mengalami perubahan jumlah permintaan konsumen. Pada
tahun 2013 permintaan konsumen sebesar 715 kemudian perubahan
terjadi pada tahun 2014 sebesar 712 dan tahun 2015 sebesar 715.
3. Cleo dari tahun 2013 yang mempunyai harga sebesar Rp.19.000
mengalami perubahan tahun 2014 menjadi Rp. 19.500, perubahan
harga terus terjadi hingga tahun 2015 sebesar Rp.20.000 dan rata-
rata mengalami perubahan jumlah permintaan konsumen. Pada
tahun 2013 permintaan konsumen sebesar 600 kemudian perubahan
terjadi pada tahun 2014 sebesar 600 dan tahun 2015 sebesar 602.
4. JV dari tahun 2013 yang mempunyai harga sebesar Rp.12.000
mengalami perubahan tahun 2014 menjadi Rp. 13.000, perubahan
harga terus terjadi hingga tahun 2015 sebesar Rp.15.000 dan rata-
rata mengalami perubahan jumlah permintaan konsumen. Pada
tahun 2013 permintaan konsumen sebesar 400 kemudian perubahan
terjadi pada tahun 2014 sebesar 410 dan tahun 2015 sebesar 410.
5. Oasis dari tahun 2013 yang mempunyai harga sebesar Rp.12.000
mengalami perubahan tahun 2014 menjadi Rp. 13.500, perubahan

20
harga terus terjadi hingga tahun 2015 sebesar Rp.15.000 dan rata-
rata mengalami perubahan jumlah permintaan konsumen. Pada
tahun 2013 permintaan konsumen sebesar 400 kemudian perubahan
terjadi pada tahun 2014 sebesar 415 dan tahun 2015 sebesar 416.

b. Berapa indeks harga yang dihitung dengan menggunakan tahun 2014


dan tahun 2015 berdasarkan metode angka indeks tidak tertimbang
dan angka indeks harga agregat tertimbang metode Laspeyres?
1. Perhitungan Indeks Harga pada tugas proyek ini menggunakan
Indeks Harga tak tertimbang.
a. Perhitungan indeks harga tak tertimbang tahun 2014
Data perhitungan indeks harga tak tertimbang tahun 2013
– 2014
Jenis minuman mineral/
P-2013 P-2014
240ml
Aqua 19.500 21.000
Club 16.000 17.500
Cleo 19.000 19.500
Ju 12.000 13.000
Oasis 12.000 13.500
Sumber : data observasi sesudah diolah
Rumus : 𝑃𝑛
∑ x 100%
𝑃𝑜

Ip = 84.500 x 100% = 107, 6%


78.500
b. Perhitungan indeks harga tak tertimbang tahun 2014
Data perhitungan indeks harga tak tertimbang tahun 2014 –
2015
Jenis minuman mineral/
P-2014 P-2015
240ml
Aqua 21.000 23.000
Club 17.500 18.000
Cleo 19.500 20.000
Ju 13.000 15.000
Oasis 13.500 15.000
Sumber : data observasi sesudah diolah

21
𝑃𝑛
Rumus : ∑ x 100%
𝑃𝑜

Ip = 91.000 x 100% = 107, 7%


84.500
2. Perhitungan Indeks Harga pada tugas proyek ini menggunakan
metode laspeyres.
a. Perhitungan tahun 2014

Data perhitungan indeks harga metode laspeyres tahun 2013


– 2014

TAHUN 2014
NO. Pn xQo Po x Qo
1 15.351.000 14254500
2 12.512.000 11440000
3 11.700.000 11400000
4 5.200.000 4800000
5 5.400.000 4800000

JUMLAH 50.163.500 46694500


Sumber : Data observasi sesudah diolah
𝑃𝑛.𝑄𝑜
Rumus : ∑ x 100%
𝑃𝑜.𝑄𝑜
𝟓𝟎.𝟏𝟔𝟑.𝟓𝟎𝟎
IL = x 100% = 105, 4%
𝟒𝟔𝟔𝟗𝟒𝟓𝟎𝟎

22
b. Perhitungan tahun 2015
Data perhitungan indeks harga metode laspeyres tahun 2014 –
2015

TAHUN 2015
NO. Pn x Qo Po x Qo

1 16836000 15330000
2 12888000 12460000
3 12000000 11700000
4 6150000 5535000
5 6225000 6225000

JUMLAH 54099000 51,250,000


Sumber : Data observasi sesudah diolah

𝑃𝑛.𝑄𝑜
Rumus : ∑ x 100%
𝑃𝑜.𝑄𝑜

𝟓𝟑,𝟗𝟖𝟏,𝟎𝟎𝟎
IL = x 100% = 107,5 %
𝟓𝟏,𝟐𝟓𝟎,𝟎𝟎𝟎

c. Bagaimana analisis tentang hasil perhitungan ke dua metode tersebut ?

Analisis hasil perhitungan ke dua metode ini adalah dari kedua data
kami tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan dapat
mempengaruhi besar kecilnya kenaikan harga dari tahun ke tahun.
Semakin banyak jumlah permintaan maka semakin besar pula
kenaikan harga tersebut, semakin kecil permintaan maka semakin
kecil pula tingkat kenaikan harga tersebut. Hal ini berhubungan
dengan tingkat kelangkaan. Semakin banyak permintaan tetapi
penwaran tetap maka tingkat kelangkaan tinggi dan harga semakin
naik.

d. Berapa besarnya inflasi dari tahun 2014 ke tahun 2015 dan bagaimana
analisis dari hasil perhitungan tersebut ?

23
Inflasi dari tahun 2014 ke tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus :

Laju Inflasi metode tak tertimbang

= 107,7% − 107,6% x 100% = 0,09 %


107,6%

Laju Inflasi metode Laspeyres


107,5 %−105,4%
= x 100% = 1,99 %
105,4%

Sebagai analisis hasil perhitungan ke dua metode ini adalah dari kedua
data kami tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan dapat
mempengaruhi besar kecilnya inflasi dari tahun ke tahun. Semakin banyak
jumlah permintaan maka semakin besar pula inflasinya, semakin kecil
permintaan maka semakin kecil pula tingkat inflasinya. Hal ini
berhubungan dengan tingkat kelangkaan. Semakin banyak permintaan
tetapi penwaran tetap maka tingkat kelangkaan tinggi dan harga semakin
naik. Laju inflasi menggunakan metode tak tertimbang adalah sebesar
0,09% yang termasuk dalam jenis inflasi ringan, sedangkan laju inflasi
menggunakan metode laspeyres adalah sebesar 1,99% yang juga termasuk
dalam jenis inflasi ringan.

24
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada survei harga air mineral yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
kenaikan harga pada air mineral memang dapat terus meningkat, dan dapat
dikatakan mengalami inflasi. Inflasi sendiri adalah proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya kenaikan harga air mineral, diantaranya : banyaknya permintaan
maka semakin naik harga tersebut, sudah terjamin kehigienisannya, sudah
dipastikan aman dibandingkan dengan air isi ulang dll.

2. Saran
Diharapkan kepada pemerintah untuk menstabilkan efisiensi ekonomi tanpa
harus menyebabkan ketidaksetimbangan indeks harga di masyarakat.
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam mengurangi dampak negatif
inflasi hendaknya dapat dijalankan sebagaimana mestinya dan mendapatkan
partisipasi aktif oleh masyarakat. Pemerintah Indonesia juga diharapkan dapat
segera mengambil suatu tindakan yang bijak, lebih memperhatikan
masyarakat dan harus melindungi masyarakat dari inflasi. Karena inflasi
dapat menurunkan daya beli masyarakat dan juga sangat menyengsarakan
masyarakat miskin. Dengan terus menaiknya inflasi kesejahteraan masyarakat
Indonesia pun kian berkurang. Namun tidak hanya pemerintah yang berusaha
untuk mengatasi masalah inflasi ini tapi masyarakat juga harus mendukung
pemerintah.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelsains.com/2015/01/pengertian-inflasi-dan-cara-
menghitung.html

https://emhaclady.wordpress.com/2012/03/08/makalah-inflasi-dan-indeks-harga/

http://www.academia.edu/12683314/MAKALAH_INFLASI_DI_INDONESIA

http://tugas-yanuar3.blogspot.co.id/2013/04/tugas-minggu-ke-4-makalah-
tentang.html

http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/budi.htm

http://tiwiwiti.blogspot.co.id/2013/12/laporan-analisa-air.html

26

Anda mungkin juga menyukai