Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN DIAGNOSIS HIPERPLASIA

ENDOMETRIUM DI BAGIAN PATOLOGI ANATOMI RSUP.


MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERRIODE
1 JANUARI 2014 – 31 JULI 2018
Rifqoh Trikurnia1, Wresnindyatsih2, Msy Rulan Adnindya2
1 Program
Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2 Bagian
Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3Bagian
Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. Dr. Mohammad Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5 Palembang, 30126, Indonesia
Email: rifqoh3kurnia@gmail.com

Abstrak

Kasus hiperplasia endometriummasih menjadi masalah umum ginekologi yang harus diperhatikan karena menimbulkan
gejala berupa perdarahan yang abnormal yang dapat menyebabkan keresahan pada wanita. Faktor risikohiperplasia
endometrium antara lain usia 46- 55 tahun, nullipara, obesitas, dan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara faktor risiko hiperplasia endometrum dengan diagnosis histopatologi hiperplasia
endometrium. penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang selama dua bulan. Pengambilan Data dilakukan dengan menggunakan data sekunder
yang merupakan data pasien hiperplasia endometrium. Pasien hiperplasia endometrium paling banyak ditemukan pada
usia 46 -55 tahun sebanyak 41,4%, pada pasien multipara sebesar 44,5%, pasien yang tidak mengalami obesitas
sebanyak 71,9 %, dan pada pasien yang tidak mengalami diabetes melitus sebanyak92,9%. Tipe hiperplasia non atipikal
merupakan tipe hiperplasia endometrium yang paling banyak ditemukan yaitu sebesar 67,2. Terdapat hubungan yang
bermakna antara usia dengan diagnosis histopatologi hiperplasia endometrium karena didapatkan nilai p value
(p=0,000) dari (α=0,5) Sedangkan, pada variabel yang lainnya tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara
paritas, obesitas, dan diabetes melitus dengan diagnosis hiperplasia endometrium. Terdapat hubungan yang bermakna
antara usia dengan diagnosis histopatologi hiperplasia endometrium. Sedangkan , variabel yang lainnya tidak dietmukan
hubungan yang bermakna dengan diagnosis hiperplasia endometrium.

Kata Kunci : Faktor Risiko, Usia, Obesitas, Diagnosis Hiperplasia Endometrium.

Abstract

The case of endometrial hyperplasia is still a common gynecological problem that must be considered because it causes
symptoms of abnormal bleeding that can cause anxiety in women. Risk factors for endometrial hyperplasia include age
46-55 years, nullipara, obesity, and diabetes mellitus. The purpose of this study was to determine the relationship
between risk factors for endometrial hyperplasia and histopathological diagnosis of endometrial hyperplasia.
Observational analytic study with cross sectional design. The study was conducted at RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang for two months. Data retrieval is done using secondary data which is a data of patients with endometrial
hyperplasia. Most patients with endometrial hyperplasia were found at the age of 46-55 years as much as 41.4%, in
multiparous patients by 44.5%, patients who were not obese as much as 71.9%, and in patients who did not have
diabetes mellitus as much as 92 , 9%. The type of non-atypical hyperplasia is the most common type of endometrial
hyperplasia which is equal to 67.2. There is a significant relationship between age and histopathological diagnosis of
endometrial hyperplasia because the value of p value is obtained (p = 0,000) from (α = 0.5) Whereas, in the other
variables there is no significant relationship between parity, obesity, and diabetes mellitus with a diagnosis endometrial
hyperplasia. There is a significant relationship between age and histopathological diagnosis of endometrial hyperplasia.
Whereas, the other variables did not include significant relationships with the diagnosis of endometrial hyperplasia.

Keywords: Risk factors, age, obesity, diagnosis of endometrial hyperplasia


1. Pendahuluan (WHO, 2014). Pada penelitian ini akan
digunakan klasifikasi hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium merupakan yang terbaru dengan menggunakan data rekam
kasus ginekologi yang sering terjadi 120.000 medis dari tahun 2014 sampai tahun 2018.
kasus baru setiap tahun di Uni Eropa (BAAK, Sampai saat ini kejadian hiperplasia
Mutter, 2000). Insiden hiperplasia endometrium masih banyak ditemukan,
endometrium menurun tajam sejak 1980 informasi mengenai prevalensi dan hubungan
sampai 1999 dan terjadi peningkatan pada antara faktor risiko dengan diagnosis
tahun 2003 di Amerika Serikat (Lacey Jr et hiperplasia endometrium diperlukan sebagai
al., 2012). Penurunan kejadian insiden gambaran kejadian sekaligus pengetahuan
hiperplasia endometrium di Amerika Serikat mengenai faktor risiko dengan diagnosis
terjadi karena efek penghentian penggunaan histopatologi hiperplasia endometrium. Oleh
estrogen sebagai terapi hormon. Peningkatan sebab itu penelitian ini penelitian ini dilakukan
kejadian hiperplasia endometrium kembali untuk mengetahui angka kejadian hiperplasia
terjadi karena meningkatnya wanita yang endometrium dan faktor risikonya, serta data
obesitas di Amerika Serikat (Lacey Jr et al., untuk membandingkan dengan penelitian yang
2012). lainnya.
Pada dasarnya usia yang lebih tua
khususnya yang sudah mengalami 2. Metode Penelitian
postmenopause, wanita dengan PCOS, Penelitian ini merupakan penelitian
wanita nullipara serta wanita yang infertilitas analitik dengan desain cross sectional di
berisiko mengalami hiperplasia endometrium Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr.
dikarenakan tidak terjadi ovulasi sehingga Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini
tidak ada peningkatan LH (Luteinizing dilakukan sejak bulan Juli sampai bulan
Hormone) untuk menghasilkan corpus luteum Desember 2018. Populasi penelitian ini
yang menyebabkan progesteron tidak adalah seluruh data rekam medis pasien
diproduksi lagi sehingga keseimbangan hiperplasia endometrium yang diperiksa di
dinding endometrium terganggu dan Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.
meningkatkan proliferasi endometrium. Mohammad Hoesin Palembang periode 1
Menarche dini dan perimenopause yang Januari 2014 – 31 Juli 2018. Kriteria inklusi
lambat menyebabkan banyaknya paparan pada penelitian ini adalah diagnosis kerja
estrogen di dalam tubuh sehingga dapat histopatologi hiperplasia endometrium
menyebabkan proliferasi sel menjadi meliputi hiperplasia atipikal dan hiperplasia
hiperplasia endometrium. Wanita yang non atipikal. Kriteria eksklusi pada penelitian
mengalami obesitas dan diabetes melitus ini adalah data pasien pada rekam medis tidak
mengalami resistensi dan hiperinsulinemia lengkap. pel penelitian adalah seluruh data
menyebakan deposit di jaringan lemak rekam medik pasien yang terdiagnosis
sehingga terjadi ekspresi aromatisasi yang hiperplasia endometrium di Bagian PA
menghambat apoptosis dan memicu RSMH Palembang periode 1 Januari 2014 –
proliferasi sel. Faktor risiko yang 31 Juli 2018. Sampel diambil dengan
menyebabkan hiperplasia endometrium menggunakan teknik total sampling dengan
adalah usia yang lebih tua, postmenstruasi, minimal 110 sampel. Variabel pada penelitian
menarche dini, perimenopause yang lambat, ini meliputi variabel bebas (usia, jumlah
obesitas, diabetes mellitus, nullipara, dan paritas, obesitas, diabetes melitus dan variabel
Polycystic ovarian syndrome (Sanderson, et tergantung yang meliputi diagnosis
all., 2017). histopatologi hiperplasia endometrium
Klasifikasi hiperplasia endometrium meliputi hiperplasia atipikal dan hiperplasia
terdiri dari hiperplasia atipikal dan non atipikal non atipikal. Data yang digunakan pada Formatted: Font: Not Bold
penelitian ini menggunakan data sekunder Tabel 2. Distribusi Tipe Histopatologi
yang didapat dari data rekam medis pasien Hiperplasia Endometrium Menurut Kelompok Usia
(n=128)
hiperplasia endometrium di Bagian Obstetri
Ginekologi dan Patologi Anatomi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang selama Hiperplasia Hiperplasia
Usia
periode Januari 2014 - Juli 2018. Data – atipikal non atipikal
data yang didapatkan dari rekam medis, n n
selanjutnya dikumpulkan sesuai kelompok < 25 0 1
usia, paritas, obesitas, diabetes melitus, dan 26 – 35 5 11
gambaran histopatologi endometrium. dan 36 – 45 8 39
46 – 55 19 34
selanjutnya diolah dan dianalisis dengan 56 – 65 9 1
analisis univariat dan bivariat. Analisis > 65 1 0
univariat digunakan untuk mengetahui angka Total 42 86
kejadian hiperplasia endometrium. dan
kemudian akan didapatkan distribusi Berdasarkan hasil penelitian
frekuensi selanjutnya yang disajikan dalam didapatkan kasus hiperplasia endometrium
bentuk tabel atau grafik dan dijelaskan dalam non atipikal lebih banyak ditemukan pada
bentuk narasi. Dan digunakan analisis bivariat kelompok usia 36 – 45 tahun (39 kasus) dan
untuk mengetahui hubungan antar variabel kelompok usia 46 – 55 tahun (34 kasus).
terikat dengan jenis histopatologi hiperplasia Sedangkan hiperplasia endometrium non
endometrium menggunakan metode Chi- atipikal tidak ditemukan pada kelompok usia
Square atau Fischer Exact. lebih dari 65 tahun. Hiperplasia endometrium
3. Hasil atipikal lebih banyak ditemukan pada
kelompok usia 46 – 55 tahun (19 kasus).
Analisis Univariat Sedangkan hiperplasia endometrium atipikal
tidak ditemukan kelompok usia kurang dari
Tabel 1. Distribusi Hiperplasia Endometrium 25 tahun.
Menurut Kelompok Usia (n=128)
Tabel 3. Distribusi Hiperplasia
Usia n % Endometrium Menurut Kelompok Paritas (n=128)
<25 1 8
Jumlah Paritas n %
26 – 35 16 12.5 0 (Nullipara) 43 33.6
36 – 45 47 36.7 1(Primipara) 18 14.1
46 – 55 53 41.4 2- 4 (multipara) 57 44.5
56 – 65 10 7.8 >4 (Grandemultipara) 10 7.8
> 65 1 8 Total 128 100

Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian


didapatkan kelompok usia yang lebih sedikit didapatkan pasien yang hanya sedikit
mengalami hiperplasia endometrium adalah mengalami hiperplasia endometrium adalah
kelompok usia kurang dari 25 tahun dan lebih pasien grandemultipara sebanyak 10 orang
dari 65 tahun masing - masing sebanyak 8%. (7,8%). Sedangkan kelompok terbanyak
Sedangkan kelompok usia terbanyak yang mengalami hiperplasia endometrium adalah
mengalami hiperplasia endometrium adalah pasien multipara sebanyak 57 orang (44,5%)
kelompok usia 46 – 55 tahun sebanyak dan nullipara 43 orang atau (33,6%).
41,4%.
Tabel 4. Distribusi Tipe Histopatologi Tabel 6. Distribusi Tipe Histopatologi
Hiperplasia Endometrium Menurut Kelompok Hiperplasia Endometrium Menurut Obesitas
Paritas (n=128) (n=128)

Hiperplasia Hiperplasia non Hiperplasia Hiperplasia non atipikal


Paritas atipikal atipikal Obesitas atipikal
n n n n
Nullipara 12 31 Obesitas 16 20
Primipara 4 14 Tidak 26 66
Multipara 19 38 Obesitas
Grande 7 3 Total 42 86
Multipara
Total 42 86

Berdasarkan hasil penelitian


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pasien yang lebih banyak
didapatkan kelompok pasien yang lebih mengalami hiperplasia non atipikal dan
banyak mengalami hiperplasia endometrium atipikal adalah pasien yang tidak mengalami
non atipikal adalah kelompok multipara obesitas masing- masing sebesar 66 orang dan
sebanyak 38 orang. Sedangkan, kelompok 26 orang. Sedangkan pasien yang hanya
pasien yang hanya sedikit mengalami sedikit mengalami hiperplasia atipikal dan
hiperplasia non atipikal adalah kelompok non atipikal adalah pasien obesitas masing-
grandemultipara sebanyak tiga orang. masing sebesar 16 dan 20 orang.
Kelompok yang lebih banyak mengalami
Tabel 7. Distribusi Hiperplasia
hiperplasia endometrium atipikal adalah Endometrium Menurut Diabetes Melitus (n=128)
kelompok multipara sebanyak 19 orang.
Sedangkan kelompok pasien yang hanya Diabetes Melitus N %
sedikit mengalami hiperplasia endometrium Ada 18 7,8
atipikal adalah kelompok primipara sebanyak Tidak Ada 110 92,9
empat orang. Total 128 100
Tabel 5. Distribusi Hiperplasia Berdasarkan hasil penelitian
Endometrium Menurut Obesitas (n=128) didapatkan pasien yang lebih banyak
mengalami hiperplasia endometrium adalah
Obesitas N % pasien yang tidak mengalami diabetes melitus
Obesitas 36 28.1 sebanyak 110 orang (92,9%) dibandingkan
Tidak Obesitas 92 71.9 dengan pasien diabetes melitus sebanyak 18
orang (7,8%).
Total 128 100
Tabel 8. Distribusi Tipe Histopatologi
Hiperplasia Endometrium Menurut Diabetes
Berdasarkan hasil penelitian Melitus (n=128)
didapatkan pasien yang lebih banyak Hiperplasia Hiperplasia non atipikal
mengalami hiperplasia endometrium adalah Diabetes atipikal
pasien yang tidak obesitas sebanyak 92 orang Melitus
n n
(71,9%) dibandingkan dengan pasien obesitas
Ada 4 6
sebanyak 36 orang (28,1%).
Tidak 38 80
Ada
Total 42 86
Berdasarkan hasil penelitian lebih berisiko sebesar 4,14 kali untuk
didapatkan pasien yang lebih banyak mengalami hiperplasia atipikal.
mengalami hiperplasia non atipikal dan
Tabel 11. Hubungan antara Paritas dengan
atipikal adalah pasien yang tidak mengalami
Diagnosis Histopatologi Hiperplasia Endometrium
diabetes melitus masing-masing sebesar 80
orang dan 38 orang. Sedangkan pasien yang
hanya sedikit mengalami hiperplasia atipikal Hiperplasia Hiperplasia P
Paritas
dan non atipikal adalah pasien dengan atipikal non atipikal
diabetes melitus masing-masing sebesar n n
empat orang dan enam orang. Tidak 19 34
Punya Anak
Tabel 9. Distribusi Diagnosis Histopatologi Punya Anak 23 52 0,67
Endometrium (N = 128)
Total 42 86
Diagnosis Hiperplasia n %
Endometrium Berdasarkan uji statistik chi-square
Non Atipikal 86 67,2 dengan tabel 2x2 didapatkan nilai P value
Atipikal 42 32,8 sebesar 0,67 (p>0,05). Hal ini berarti dapat
Total 128 100 disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
128 bermakna antara jumlah paritas dengan
Berdasarkan hasil penelitian diagnosis histopatologi hiperplasia
didapatkan tipe hiperplasia endometrium endometrium.
terbanyak yaitu non atipikal sebesar 86 orang
Tabel 12. Hubungan Obesitas dengan
(67,2%). Sedangkan tipe hanya sedikit yaitu Diagnosis Histopatologi Hiperplasia Endometrium
hiperplasia atipikal sebesar 42 orang (32,8%).

Analisis Bivariat Hiperplasia Hiperplasia P


Obesitas
atipikal non atipikal
Tabel 10. Hubungan antara Usia dengan
n n
Histopatologi Hiperplasia Endometrium
Obesitas 16 20
Tidak 26 66
Hiperplas Hiperplasia OR Obesitas 0,09
P
Usia ia atipikal non atipikal (CL Total 42 86
95%)
n n
Berdasarkan uji statistik chi-square
≤ 52 Tahun 22 83 4,14 dengan tabel 2x2 didapatkan nilai P value
>52 tahun 20 3 (0,161 sebesar 0,09 (p>0,05). Hal ini berarti dapat
0,000 – disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
0,361)
bermakna antara obesitas dengan diagnosis
Total 42 42
histopatologi hiperplasia endometrium.
Berdasarkan uji statistik chi-square
dengan tabel 2x2 didapatkan nilai P value
sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara umur dengan diagnosis
histopatologi hiperplasia endometrium. Nilai
OR sebesar 4,14 yang berarti usia ≤ 52 tahun
Tabel 13. Hubungan Diabetes Melitus (Indahwati, 2007), (Budiman, 2014),
Dengan Diagnosis Histopatologi Hiperplasia (Shrestha, 2018).
Endometrium
Kelompok paritas terbanyak yang
mengalami hiperplasia endometrium adalah
Hiperplasia Hiperplasia non P
Diabetes
atipikal atipikal
kelompok multipara dan nullipara.
n n
Hiperplasia endometrium non atipikal dan
atipikal paling banyak ditemukan pada
Ada 4 6
kelompok multipara dan primipara masing -
Tidak Ada 38 80
0,87 masing sebesar 57 dan 43 orang. Sedangkan
Total 42 86 kelompok pasien yang paling sedikit
mengalami hiperplasia non atipikal adalah
Berdasarkan uji statistik fisher exact pasien dengan grandemultipara sebesar tiga
dengan tabel 2x2 didapatkan nilai P value orang. Pasien yang paling sedikit mengalami
sebesar 0,87 (p>0,05). Hal ini berarti dapat hiperplasia endometrium atipikal adalah
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan kelompok primipara sebanyak empat orang.
yang bermakna antara diabetes melitus Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan
dengan diagnosis histopatologi hiperplasia yang bermakna antara paritas dengan
endometrium. diagnosis histopatologi hiperplasia
endometrium. Hiperplasia endometrium
4. Pembahasan banyak ditemukan pada status paritas
nullipara dan multipara (Indahwati,2007),
Kelompok usia terbanyak yang (Wachidah,2011), (Budiman, 2014), (Hasan,
mengalami hiperplasia endometrium adalah 2015). Kelompok nulipara yang paling
kelompok usia 46 – 55 tahun. Sedangkan beresiko untuk mengalami hiperplasia
kelompok usia yang paling sedikit mengalami endometrium karena behubungan dengan
hiperplasia endometrium adalah kelompok siklus anovulatorik yang ditandai dengan
kurang dari 25 tahun dan lebih dari 65 tahun. pajanan estrogen jangka panjang karena
Kasus hiperplasia endometrium non atipikal jumlah siklus menstruasi yang lebih tinggi
dan atipikal paling banyak ditemukan pada sepanjang hidup (Flake,2003),
kelompok usia 36–55 tahun sebesar 73 kasus. (William,2007), (Hasan,2015).
Sedangkan kasus hiperplasia endometrium
non atipikal dan atipikal tidak ditemukan pada Hasil penelitian ini mendapatkan
usia lebih dari 65 tahun dan kurang dari 25 bahwa pasien yang paling banyak mengalami
tahun. Terdapat hubungan yang bermakna hiperplasia endomerium baik tipe atipikal
antara usia dengan diagnosis hiperplasia maupun non atipikal adalah pasien yang tidak
endometrium. Hal ini sesuai dengan obesitas dan tidak menderita diabetes melitus.
penelitian sebelumnya yang menyatakan Secara statistik tidak terdapat hubungan yang
hiperplasia endometrium paling sering terjadi bermakna antara obesitas dan dibetes melitus
pada dekade keempat dan kelima (46 – 50 terhadap diagnosis histopatologi hiperplasia
tahun). Hal ini dikarenakan pada usia tersebut endometrium. Hal ini sesuai dengan
merupakan masa transisi atau masa penelitian sebelumnya yang menyatakan tidak
perimenopause. “Rata- rata usia menopause terdapat hubungan yang bermakna antara
wanita Indonesia adalah 45,2 tahun”. obesitas dan diabetes melitus dengan
“Sedangkan di Amerika Serikat rata – rata diagnosis histopatologi hiperplasia
usia wanita yang menopause adalah usia 51,3 endometrium (Wise,2016). Namun banyak
tahun” (Safitri,2009), (Sur and Chakravorty, peneltian yang menyatakan terdapat
2016), (Reed,dkk, 2010), (Gargi, 2010), hubungan yang bermakna antara obesitas dan
diabetes melitus dengan diagnosis hiperplasia
endometrium (Friberg, 2014). Hal ini dapat pasien yang sadar secara dini untuk
diterangkan karena pada pasien obesitas dan memeriksakan diri lebih awal sehingga sering
diabetes melitus mengalami resistensi insulin ditemukan tipe non atipikal atau tipe yang
dan hiperinsulinemia yang dapat awal dari hiperplasia endometrium. Hal ini
menstimulasi proliferasi sel ovarium dan sangat baik untuk kedepannya agar bisa
endometrium. Resistensi insulin akan didiagnosis dan ditatalaksana lebih awal
menimbulkan keadaan hiperinsulinemia sehingga dapat dicegah dan tidak terjadi ke
sebagai reaksi kompensasi insensitivitas kondisi yang lebih buruk.
insulin. Hiperinsulinemia dapat menstimulasi
pertumbuhan sel stroma endometrium dengan 5. Kesimpulan
mengikat reseptor pada sel endometrium.
Berdasarkan hasil penelitian
Hiperinsulinemia dapat mengikat dan
didapatkan hubungan yang bermakna antara
mengaktifkan reseptor IGF – I melalui
usia dengan diagnosis histopatologi
penurunan kadar insulin-like growth factor
hiperplasia endometrium. Usia terbanyak
(IGF) -mengikat protein-1 dan pro-binding
yang mengalami hiperplasia endometrium
IGFtein-3 meningkatkan sirkulasi IGF-I
adalah kelompok usia 46 -55 tahun.
secara bebas mengaktifkan reseptor IGF-I di
endometrium merangsang terjadinya Ucapan Terimakasih
proliferasi sel (Kazer,1995) (Nestler, 1991)
(Irwin, 1993). Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada dr. Wresnindyatsih, Sp PA, M. Kes dan
Tipe yang paing banyak ditemukan dr. Msy. Rulan Adnindya, M.Biomed yang telah
adalah tipe non atipikal dibandingkan atipikal bersedia memberikan saran perbaikan dalam
yaitu masing – masing sebesar 86 orang penyelesaian laporan penelitian.
(67,2%) dan 42 orang (32,8%). Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya mendapatkan Daftar Acuan
pasien yang mengalami hiperplasia
endometrium dengan tipe terbanyak yaitu tipe 1. Abbot SD dkk. 1986. Dissociation
hiperplasia endometrium non atipikal (Re et Between Pituitay GnRH binding Sites
al., 2015), (Gargi,2010), (Budiman,2014). and LH Respones to GnRH in vitro.
Perbedaan yang mendasari antara hiperplasia Mollecular and Cellular Endocrinology
endometrium non atipikal dan atipikal adalah 48 1919 – 197. Doi: 10.1016/0303-
gambaran histologi yang terlihat. Hiperplasia 7207(86)90041-9
endometrium non atipikal merupakan tipe 2. Alianto Ricky.2018. Perbedaan Nilai
yang lebih ringan dibandingkan dengan tipe Rerata AgNOR antara Lesi Hiperplasia
atipikal. Sekitar 1,6% pasien yang didiagnosis Endometrium Non Atipik, Endometrioid
dengan hiperplasia endometrium non atipikal Intrapithelial Neoplasia, dan Karsinoma
dapat berkembang menjadi karsinoma Endometrioid Endometrium. Program
endometrium (Alianto, 2018). Tipe Pendidikan Magister Kedokteran Klinik
hiperplasia endometrium jenis non atipikal Departemen Patologi Anatomik Fakultas
dapat berubah menjadi hiperplasia atipikal Kedokteran Universitas Sumatera Utara
jika terjadi mutasi sel dan proliferasi sel yang Medan.
lebih banyak. Sebanyak 22% pasien
hiperplasia endometrium atipikal dapat 3. Anwar H Nassar. 2005.Gynecologists
berubah menjadi karsinoma endometrium Attitude Towards Hormone Therapy in
(Alianto, 2018). Hiperplasia endometrium The Post Women’s Health Initiative
non atipikal paling banyak ditemukan. Hal ini
Study Era.52(1),18-25
terjadi kemungkinan dikarenakan banyaknya
4. Flake, Gordon P, Janet Andersen, factor binding protein-1, cell
Darlene Dixon., 2003, Etiology And proliferation, and prolactin
Pathogenesis Of Uterine Secretion. Regul: 48 165-177.
Leiomiomas: A Review, Enviromental
Health Perspective, 111(8):p;1037-1054. 11. Indahwati, D., Suryawan, A. and
Sastrawinata, U.2010. Hubungan
5. Friberg Emilie, Christos S. Mantzoros Kerapatan Reseptor Hormon Estrogen
and Alicja Wolk. Cancer Epidemiology, pada Wanita Perimenopause terhadap
Biomarkers and Prevention Diabetes Kejadian Tipe Hiperplasia Endometrium.
Jurnal Kedokteran Maranatha, 6 (2), p.
and Risk Of Endometrial Cancer A
pp-1.
Population-Based Prospective Cohort
Study. Cancer Epideiol Biomarkers Prev 12. Jose E Sanchez, dkk. 2012. Estrogen
2007;16:267-280. Receptor (ESR) 2 Partially offsets the
absence of ESR1 in Gonadotropes of
6. Gargi Bandhyopadhaya.2010. Pituitary- Spesific Esr1 Knokcout
Examination of the Regulation Female Mice. Reproduction:
Galectin-3 Expresssion in Cancer. 355- 143(4),549-558,2012.
369. 13. Khaled M Zeitoun dan Serdar E
Bulun.1999. Aromatase: A Key
7. Garrido, Gracia JC dkk. 2007.The Molecule in The Pathophysiology
Integrated Action of Oestrogen Receptor of Endometriosis And
Isoforms and Sites with Progesterone Therapeutic Target. 72(6),961-
Receptor in Gonadotrope ModulatesLH 969,1999.
Secretion: Evidence From Tamoxifen-
Treated Ovariectomizedrats.Journal of 14. Kazer RR. 1995. Insulin Resistance,
Endrocrinology 193 107 -119. doi: Insulin- like growth factor I, and
10.1677/JOE-06-021. Breast Cancer: Hypothesis. Int
J Cancer: 62:403.
8. Garrido, Gracia JC, Gordon A, Aguilar
R, Monterde.2008. Morphological Effects of 15. Nestler JE, Powers LP, Matt DW, et
Oestradiol- 17β, and Selective Oestrogen al. A Direct Effect of
Receptor α and β Agonist on Luteinising Hyperinsulinemia on Serum
Hormone-Secreting Cells in Sex Hormone-Binding Globulin
Tamoxifen-Treated Ovariectomised Rats. Levels in Obese Women With The P
Histology 23 1453- 14639. olycystic Ovary Syndrome. J Clin
Endocrinol Metab; 72:83-9.
9. Jose E Sanchez, dkk. 2012. Estrogen
Receptor (ESR) 2 Partially offsets the 16. POGI (Perkumpulan Obstetri dan
absence of ESR1 in Gonadotropes of Ginekologi Indonesia) dan HIFERI
Pituitary- Spesific Esr1 Knokcout Female Himpunan Endokrinologi Reproduksi
Mice. Reproduction: 143(4),549- dan Fertilitas Indonesia. Konsensus
558,2012. Tatalaksana Perdarahan Uterus
Abnormal
10. Irwin JC, Fuentes, Duspin BA.1999.
Guidence LC.Insulin-Like Growth Factor 17. Prawirohardjo.2005.IlmuKandungan.
Regulation of Human Endometrial Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Stromal Cell Function: Coordinate
Effects on Insulin-like growth
18. Ramenzalani, Fariba, dkk.
Relationships Between Serum
Luteinizing Hormon Level,
Endometrial Thickness and Body
Mas Index in Polycistic Ovary
Syndrome Patiens with and
Without Endometrial Hyperplasia.
19. Shresta Pravin. 2018. Endometrial
Study by Ultrasonografi and Its
Correlation with Histopathology
in Abnormal Uterine Bleeding. Asian
Journal of Medical Sciences:9 (2),
31-35.
20. Sietse Mosselman dkk. ERB:
Identification and Characterization of
A Novel Human Estrogen
Receptor. FEBS Letters 392 (1),
49 -53.
21. Sur D dan Chakravorty R. 2016.
Correlation of Endometrial Thickness
and Histopathology in Woman
with Abnormal Uterine
Bleeding. Reproductive System
and Sexual Disorder. 124 (3):404-411
10
11

Anda mungkin juga menyukai