Anda di halaman 1dari 7

KOTA SEMARANG

Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Semarang merupakan salah kota yang dipimpin
oleh walikota. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya.
Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan
Kabupaten Kendal di barat.

A. SEJARAH SINGKAT

Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang
menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan
pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih
terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang
dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah
Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho
bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid
yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan
(Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu
semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang),
sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I.
Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai
Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan
Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya
yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan
daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2
Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H
disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan
sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang
sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai
hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian
dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik
VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Kantor KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) di Semarang (1918-1930) Pada tahun 1906 dengan Stanblat
Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang
Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942
dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang.
Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia.
Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan
pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia
menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.

Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal
l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota
Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah
kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah
pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian
berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan
pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan
Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti di masa
kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan
kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950
Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr
Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat
pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.

B. GEOGRAFI

Luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2. Secara administratif Kota Semarang
terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang
mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km 2 dan Kecamatan Gunungpati,
dengan luas wilayah 54,11 Km 2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah
perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan
kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km 2
diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km 2. Wilayah Administrasi Kota Semarang (Km
2 ) Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS (data diolah)

Batas wilayah administratif Kota Semarang sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan
Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan
panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi
astronomi di antara garis o 10 Lintang Selatan dan garis Bujur Timur. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis
karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang
terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis
seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah
Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa
Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api
dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota
Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa,
secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.

Kota Semarang Gambar Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan Indonesia. Seiring dengan perkembangan
Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan
lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di
sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang
merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang. Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat
perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza (ex-ramayana) dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang berada di sepanjang
trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl Pandanaran dengan adanya kawasan
pusat oleh-oleh khas Semarang dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa
juga dapat dijumpai di Jl Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan Sri Ratu serta kawasan perkantoran.
Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl MT Haryono dengan adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan
pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl Pahlawan dengan adanya
kantor-kantor dan bank-bank. Belum lagi adanya pasarpasar tradisional seperti Pasar Johar di kawasan Kota Lama
juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang. Secara topografis Kota Semarang terdiri dari
daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan
adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan
25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang
dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari,
Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen.
Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan
Ngaliyan, lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian
wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan
Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan
sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian
besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan,
permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota
Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan
atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya
sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan
348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan
perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan
mempunyai ketinggian 90, mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang
Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota bawah
merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan
merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%. Secara lengkap ketinggian tempat
di Kota Semarang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel Ketinggian Tempat di Kota Semarang No. Bagian
Wilayah Ketinggian (MDPL) 1. Daerah Pantai 0,75 2. Daerah Dataran Rendah - Pusat Kota (Depan Hotel Dibya Puri
2,45 Semarang) - Simpang Lima 3,49 3. Daerah Perbukitan - Candi Baru 90,56 - Jatingaleh 136,00 - Gombel 270,00 -
Mijen 253,00 - Gunungpati Barat 259,00 - Gunungpati Tmur 348,00 Sumber : Kota Semarang Dalam Angka

C. DEMOGRAFI

Jumlah Penduduk Kota Semarang pada tahun 2006 (data terbaru dari BPS) sebesar 1.434.025 jiwa. Dengan jumlah
tersebut Kota Semarang termasuk 5 besar Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa
Tengah. Jumlah penduduk pada tahun 2006 tersebut terdiri dari 711.761 penduduk laki-laki dan 722.264 penduduk
perempuan. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar 14.470
orang per km2, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Mijen sebesar 786 orang per km2. Jumlah usia
produktif cukup besar, mencapai 69.30% dari jumlah penduduk. Ini menunjukkan potensi tenaga kerja dan segi
kuantitas amat besar, sehingga kebutuhan tenaga kerja bagi mereka yang tertarik menanamkan investasinya di sini
tidak menjadi masalah lagi. Belum lagi penduduk dari daerah hinterlandnya.

Sementara itu jika kita lihat mata pencaharian penduduk tersebut tersebar pada pegawai negeri, sektor industri,
ABRI, petani, buruh tani, pengusaha; pedagang, angkutan dan selebihnya pensiunan. Dari aspek pendidikan dapat
kita lihat, bahwa rata-rata anak usia sekolah di Kota Semarang dapat melanjutkan hingga batas wajar sembilan
tahun, bahkan tidak sedikit yang lulus SLTA dan Sarjana. Meskipun masih ada sebagian yang tidak mengenyam
pendidikan formal, namun demikian dapat dicatat bahwa sejak tahun 2003 penduduk Kota Semarang telah bebas
dan 3 buta (buta aksara, buta angka dan buta pengetahuan dasar). Dengan komposisi struktur pendidikan demikian
ini cukup mendukung perkembangan Kota Semarang, apalagi peningkatan kualitas penduduk yang selalu mendapat
prioritas utama didalam upaya peningkatan kesejahteraan. Tingkat kepadatan penduduk memang belum merata.
Penduduk lebih tersentral di pusat kota. Pertumbuhan penduduk rata-rata 1,43%/tahun. Ini berarti laju
pertumbuhan penduduk dapat ditekan, setidaknya terkendali dan kesejahteraan umum segera terealisasi.

• Permasalahan penduduk

Permasalahan penduduk yang ada di kota semarang salah satunya adalah perkembangan permukiman kumuh dari
tahun 1985 – 2005 yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan faktor geografi. Salah satu penyebab munculnya
permukiman kumuh adalah adanya urbanisasi tang tidak terkendali, proses pengkotaan (urbanisasi) baik secara
fisik maupun karena adanya mobilitas penduduk dari luar perkotaan berakibat terhadap adanya krisis perumahan
( Drakakis-Smith, 1980). Meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk bertenpat tingal bagi penduduk kota yang tidak
diimbangi dengan peningkatan luas lahan akan menyebabkan terjadinya pemadatan rumah mukim (densifikasi) dan
menurunnya kkualitas permukiman itu sendiri (deteriorisasi), dua hal tersebut merupakan faktor yang
menyebabkan proses taudifikasi berjalan terus menerus.

 Faktor Ekonomi

Dalam menentukan prioritas tentang rumah, seseorang atau sebuah keluarga yang berpendapatan sangat rendah
cenderung meletakkan prioritas utama pada lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat yang dapat
memberikan kesempatan kerja. Tanpa kesempatan kerja yang dapat menopang kebutuhan sehari- hari, sulit bagi
mereka untuk dapat mempertahankan hidupnya. Status kepemilikan rumah dan lahan menempati prioritas kedu,
sedangkan bentuk maupun kualitas rumah adalah merupakan priorotas terakhir, yang terpenting pada tahap ini
adalah tersedianya rumah untuk berlindung dan beristirahat dalam upaya mempertahankan hidupnya.

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan sangat rendah, faktor jarak
antara lokasi rumah dengan tempat kerja menempati prioritas utama. Faktor kejelasan status kepemilikan lahan
dan rumah menjadi prioritas kedua, sedangkan bentuk dan kualitas bangunan tetap menempati prioritas paling
rendah.

 Faktor Geografi

Faktor geografi meliputi letak dan ketersediaan lahan, lahan diperkotaan khususnya untuk perumahan semakin
sulit didapat dan semakin mahal, hal ini tentu saja diluar keterjangkauan sebagian besar anggota masyarakat,
sulitnya akses untuk memperoleh lahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah antara lain disebabkan oleh
spekulasi lahan, kepemilikan lahan yang berlebihan oleh pihak-pihak tertentu, aspek hukum kepemilikan dan
ketidakjelasan kebijaksanaan pemerintah dalam masalah lahan (Abrahams, 1969). Hal ini yang menjadi pemicu
munculnya kantong- kantong permukiman kumuh di kota-kota besar.

D. KLIMATOLOGI

Semarang memiliki iklim tropis 2 (dua) jenis yaitu , Musim Kemarau dan musim Penghujan yang memiliki siklus
pergantian + 6 bulan. Hujan sepanjang tahun, dengan curah hujan tahunan yang bervariasi dari tahun ke tahun
rata-rata 2215 mm sampai dengan 2183 mm dengan maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember sampai
bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 25.80 0 C sampai dengan 29.30 0 C, kelembaban udara rata-rata
bervariasi dari 62 % sampai dengan 84 %. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara menuju Barat
Laut dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 5.7 km/jam.
E. KONDISI DAN POTENSI SOSIAL BUDAYA

Dalam kurun waktu sejarah telah tercatat bahwa Semarang telah mampu berkembang sebagai transformasi
budaya, baik yang bersifat religi, tradisi, teknologi maupun aspirasi yang semuanya itu merupakan daya penggerak
yang sangat besar nilainya dalam memberi corak serta memperkaya kebudayaaan, kepribadian dan kebanggaan
daerah.Nilai-nilai agama yang universal dan abadi sifatnya merupakan salah satu aspek bagi kehidupan dan
kebudayaan bangsa.

Kerukunan agama di Kota Semarang cukup mantap, maka tempat ibadahpun terus berjalan dengan baik. Mayoritas
pemeluk agam di kota semarang beragama Islam selain juga ada Khatolik, Protestan, Budha Hindu dan sebagian
lainnya. Dalam usaha meningkatkan kualitas penduduk, maka salah satu cara yang penting adalah dengan
meningkatkan pendidikan bagi seluruh masyarakat. Pemerintah Kota Semarang berupaya memperluas dan
meningkatkan kesempatan belajar melalui penyediaan sarana dan prasaran pendidikan, serta meningkatkan mutu
pendidikan baik formal maupun non formal. Masalah Kesehatan Pemerintah Kota Semarang juga mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih merata, Kota Semarang mempunyai 9 rumah sakit umum,
puskesmas 53 , Posyandu yang menyebar di seluruh wilayah, Dokter Praktek, Bidan praktek dan masih banyak
sarana dan prasarana lainnya, sehingga setiap orang dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan mudah.

F. KONDISI PEREKONOMIAN

Uraian sektorel yang disajikan ini mencakup ruang lingkup dan definsi dan masing-masing sektor dan sub
sektor.yang berperan secara dominan yang akan diJelaskan sebagai berikut :

• Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti, padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat,
kacang tanah sayur-sayuran, buah-buahan, kacang hijau, tanaman pangan lainnya, dan hasil-hasil produk
ikutannya.Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, sedangkan data harga seluruhnya
bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik Tanaman Perkebunan Besar Sub sektor ini
mencakup semua jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang berbentuk badan hukum.
Komoditi yang dihasilkan adalah karet Baik data produksi maupun harga diperoleh dari Dinas Perkebunan dan
Badan Pusat Statistik. Sub sektor ini mencakup produksi temak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil
temak, seperti' sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi temak diperkirakan sama
dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi temak dan ekspor temak neto. Data
mengenai jumlah temak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta hasil-hasil temak diperoleh
dari Dinas Peternakan

• Peternakan dan Hasil-hasilnya

Sub Sektor ini mencakupn produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil -hasil ternak, seperti sapi,
kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah
ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah
ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telor serta hasil-hasil ternak diperoleh dari Dinas
Peternakan.
• Kehutanan

Sub sektor kehutanan mencakup tiga jenis kegiatan seperti penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan lainnya.
Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Sedangkan hasil
kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa kulit kayu, kopal, akar-akaran dan sebagainya

• Perikanan

Komoditi yang dicakup adalah semua hasil kegiatan perikanan laut, per-airan umum, tambak, kolam, sawah dan
karamba. Data mengenai produksi, dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas Perikanan Kotamadya Semarang

• Pertambangan Dan Penggalian

Merupakan bagian dari sumberdaya alam dari jenis sumberdaya mineral, yaitu semua cadangan bahan galian yang
dijumpai di muka bumi dan dapat dipakai bagi kebutuhan manusia. Sumberdaya mineral ini dalam bentuk zat padat
yang sebagian besar terdiri dari kristal, mempunyai sifat homogen, merupakan unsur atau senyawa kimia anorganik
alamiah dengan susunan kimia yang tetap dan terdapat di bagian kerak bumi sebagai material penyusun atau
bahan pembentuk batuan yang mempunyai nilai ekonomi. Menurut data Metropolitan Semarang dalam Angka
(1998), sumberdaya mineral ini mempunyai nilai ekonomi dan memberikan sumbangan terhadap PDRB
Metropolitan Semarang sebesar 0,22 %. Menurut laporan Dinas Pertambangan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Tengah. Tahun Anggaran 1993/1994 dan Neraca Sumberdaya Alam Spasial Metropolitan Semarang Tahun 1998,
jenis sumberdaya mineral yang terdapat di wilayah Kotamadya Semarang hanya termasuk Bahan Galian Golongan C
(Nir Strategis dan Nir Vital). Dari hasil pendataan bahan galian golongan C ini, termasuk pada tingkat keyakinan
perolehan cadangan tereka antara 20 - 30 %, yaitu berada pada klasifikasi cadangan tereka dan dari 32
penggolongan sumberdaya mineral bahan galian golongan C ini Kotamadya Semarang memiliki 8 jenis bahan galian
golongan C, antara lain : Andesit, Basalt, Batugamping, Pasir dan Batu (Sirtu), Tanah liat (Lempung), Tras dan Tanah
Urug.

G. KONDISI DAN POTENSI PEMERINTAHAN

Perkembangan Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan telah terbukti jauh sebelum Kota Semarang
menyandang status IbuKota Propinsi Jawa Tengah dan menunjukkan peranannya dalam pencaturan Pemerintahan.
Dengan demikian pusat pemerintahan Jawa Tengah berada di Kota Semarang. Disamping itu di Kota Semarang juga
terdapat Komando Daerah Militer IV Diponegoro. Dengan demikian predikat Semarang sebagai pusat
pemerintahan dan kemiliteran untuk Jawa Tengah semakin mantap.

Sejak kedaulatan mencapai kejayaannya Semarang telah diakui sebagai pemerintahan yang berbentuk kabupaten,
dan ternyata fungsi ini semakin lama tampak nyata bahkan diikuti dengan perkembangan fungsi - fungsi lain yaitu
perhubungan, perdagangan, industri dan lain sebagainya.

Untuk menunjang perkembangan kegiatan tersebut maka sejak tanggal 19 Juni 1976 Kota Semarang telah diperluas
sampai wilayah Mijen, Gunungpati, Genuk dan Tugu.
Jumlah kecamatan di Kota Semarang saat ini ada 16 kecamatan dan 177 kelurahan, adapun kecamatan tersebut
antara lain :

Kota Semarang terdiri atas 15 kecamatan

1. Semarang Tengah
2. Semarang Utara
3. Semarang Timur
4. Gayamsari
5. Genuk
6. Pedurungan
7. Semarang Selatan
8. Candisari
9. Gajahmungkur
10. Tembalang
11. Banyumanik
12. Gunungpati
13. Semarang Barat
14. Ngaliyan
15. Mijen

Dalam rangka mengantisipasi pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan maka Kota Semarang telah
membentuk Dinas-Dinas Daerah , Lembaga Daerah dan Perusda . Untuk memudahkan pelayanan kepada
masyarakat Pemerintah Kota Semarang berupaya memusatkan semua unit / instansi tersebut di lingkungan
komplek Balikota dengan membangun gedung bertingkat VIII lantai dengan berbagai kelengkapannya. Disamping
itu Pemerintah Kota Semarang juga menyupayakan segala pelayanan kepada masyarakat untuk dipermudah dan
bisa dilayani di satu atap dengan membentuknya Unit Pelayanan Terpadu ( UPT ).

Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 Walikota adalah penguasa tunggal di wilayahnya.
Adapun pelaksanaannya di dalam pemerintahan dan pembangunan di daerah diatur melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 1988. oleh karena itu dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan di daerah dan demi
terwujudnya keserasian serta keberhasilan pembangunan, Pemerintah Kota Semarang berusaha menciptakan
koordinasi kegiatan dengan semua instansi yang ada di jajarannya .

Koordinasi ini merupakan upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian dan
keterpaduan, baik di dalam perencanaan maupun di dalam pelaksanaan pembangunan Kota Semarang. Dengan
demikian hasil pembangunan Kota Semarang selama ini adalah merupakan keterpaduan program-program antar
Departemental. Demikian usaha Pemerintah Kota Semarang untuk memantapkan potensi Semarang sebagai Pusat
Pemerintahan di Jawa Tengah yang handal.

Anda mungkin juga menyukai