Oleh :
Kelompok 4 (3B)
2019
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
3. Persamaan Fergusson-Church
Persamaan kecepatan pengendapan dapat dirumuskan (Ferguson, 2004)
𝜌𝑔𝐷 2
𝑣 = 18𝜇+√0,3𝜌𝑔𝐷3 (3)
3.1.2. Bahan
Tepung terigu
Larutan PAC pekat
Larutan flokulan 0,01%
Larutan Kapur (CaO)
3.2. Langkah Kerja
3.2.1. Persiapan
membuat larutan
analisis pH, TDS
tepung 1 gr/L mengisi tangki
dan kekeruhan air
dalam 80 L (air bak umpan
umpan
baku)
mengatur pH=8
mengatur debit
dengan menyalakan
influen sebesar
penambahan pompa
3,2 L/menit
larutan kapur
Mengatur debit
flokulan dan matikan dozing
koagulan dengan pump
air
3.2.2. Operasi
3.4. MSDS
Natrium Hidroksida (NaOH)
Sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit (korosif, mengiritasi, permeator), kontak
mata (iritan, korosif), terelan, dari terhirup. Jumlah kerusakan jaringan tergantung
pada panjang kontak. Kontak mata dapat mengakibatkan kerusakan kornea atau
kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan peradangan dan terik. Menghirup
debunya akan menghasilkan iritasi pada gastro-intestinal atau saluran pernapasan,
yang ditandai dengan rasa terbakar, bersin dan batuk. Parah over-eksposur dapat
menghasilkan kerusakan paru-paru, tersedak, pingsan atau kematian. Peradangan
mata ditandai dengan kemerahan, penyiraman, dan gatal. Peradangan kulit ditandai
dengan gatal, kemerahan scaling,, atau, kadang-kadang, terik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Volume air umpan : 80 Liter
Berat tepung : 80 gram
pH awal : 7
Berat CaO : 10 gram
Kekeruhan awal : 101,6 NTU
TDS awal : 41,8 μS/cm
pH setelah ditambah CaO : 8
Laju alir koagulan : 62.2 mL/detik
Laju alir flokulan : 62.2 mL/detik
Volume bak sedimentasi : 40 Liter
80
Efisiensi (%)
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
100
80
Kekeruhan (NTU)
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
Kurva pengaruh DHL terhadap Waktu
50
40
DHL ((µs/cm))
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
4.2. Pembahasan
Heri Kurniawan (171411045)
Proses sedimentasi adalah prosespengendapan flok yang telah terbentuk pada
proses flokulasi akibat gaya gravitasi. Partikelyang mempunyai berat jenis lebih besar
dariberat jenis air akan mengendap ke bawah danyang lebih kecil akan mengapung atau
melayang ( Wityasari, 2015).
Pada percobaan menggunakan larutan tepung dengan konsentrasi 1000 ppm. Laju alir
influent yaitu 2,8 L/menit (hasil kalibrasi), waktu tinggal didalam lamella 14,28 menit,
waktu Operasi 32,14 menit dan mengkalibrasi laju alir alir koagulan dan flokulan yang
masing – masing memiliki laju alir 62.2 mL/detik dan 62.2 mL/detik. percobaan
dilakukan pada bak sedimentasi dengan volume 40 Liter. Dilakukan pengujian influent
terlebih dahulu dengan parameter uji pH yang bertujuan untuk menciptakan kondisi
proses sesuai dengan pH optimum koagulan bekerja, DHL untuk mengetahui pengaruh
koagulan, dan parameter kekeruhan untuk mengetahui kinerja dan hasil proses
sedimentasi.
Pengaruh Koagulasi dan Flokulasi Pada Proses Sedimentasi
Pada dasarnya proses sedimentasi dilakukan dengan bantuan gaya gravitasi
sehingga pada proses pengedapan sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel. Proses
sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi, tujuannya adalah untuk
memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam
waktu lebih singkat (merieana, 2013).
Pada percobaan kami melakukan proses koagulasi dengan pengadukan cepat
dan flokulasi dengan pengandukan lambat. Tujuan dari pengadukan cepat
untuk menghasilkan turbulensi air sehingga dapat mendispersikan koagulan
yangakan dilarutkan dalam air. Pengadukan lambat dilakukan di bak
flokulasi untuk mempercepat kontak antar flok -flok yang terbentuk
sehingga menaikan diameter partikel dan massa jenis partekel. Pada bak
flokulasi tidak dilakukan pengadukan cepat karena dapat menghancurkan
flok – flok yang terbentuk.
Pada percobaan koagulan yang digunakan yaitu polialuminium klorida (PAC).
kelebihan PAC menurut Echanpin (2005) dalam Yuliati (2006), memiliki tingkat
adsorpsi yang kuat, mempunyai kekuatan lekat, tingkat pembentukan flok-flok tinggi
walau dengan dosis kecil, memiliki tingkat sedimentasi yang cepat dan merupakan agen
penjernih air yang memiliki efisiensi tinggi. Menurut Bambang (2016) PAC memiliki
pH optimum sekitar 4,5 – 8. Pada proses influent memiliki pH sekitar 7 sehingga
ditambahkan CaO sebanyak 10 gram untuk menaikan pH menjadi 8. Selain itu, pada
percobaan laju alir koagulan yaitu 62,2 mL/menit dan laju alir Flokulan 62,2 mL/menit.
Pengaruh Sedimentasi Terhadap Kekeruhan
Salah satu parameter uji dalam menguji kinerja pengolahan air yaitu tingkat
kekeruhan dari air hasil pengolahan. Kekeruhan disebabkan oleh adanya zat yang
tersuspensi dan terlaru. Tingginya nilai kekeruhan berhubungan dangan padatan terlarut
dan tersuspensi. Semakin tinggi nilai padatan terlarut dan tersuspensi, maka nilai
kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi,tingginya padatan terlarut tidak selalu
diikuti dengan tingginya kekeruhan.
Pada percobaan hasil dari analisis influent air umpan memiliki nilai kekeruhan
awal sebesar 101,6 NTU. Pada proses dilakukan penganbilan data setiap 2 menit untuk
berbagai analisis. Hasil analisis pada parameter uji kekeruhan didapat bahwa semakin
lamanya proses maka nilai kekeruhan semakin menurun yang dapat dilihat pada
gambar. 1 berikut:
Kurva Kekeruhan Terhadap Waktu
120
Kekeruhan (NTU)
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
Dari percobaan didapatkan nilai efisiensi dalam setiap waktu seperti dalam gambar 2
Kurva Waktu Terhadap
Efisiensi pengendapan
100
80
Efisiensi (%)
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
Proses sedimentasi kali ini menggunakan air kran yang telah dicampur dengan
tepung menjadi air keruh atau memiliki padatan tersuspensi. Selain itu, pada proses ini
terdapat peralatan pendukung yaitu bak koagulasi dan bak flokulasi. Koloid memiliki
gaya elektrostatis (gaya tolak) dan gaya Van Der Walls (gaya tarik) yang di dalamnya
menghasilkan gaya tolak yang lebih besar daripada gaya tariknya yang mengakibatkan
koloid bersifat stabil dan tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Untuk
mengendapkan partikel koloid dibutuhkan zat kimia bernama koagulan yang bertujuan
mendestabilisasi muatan partikel koloid untuk membentuk fine floks melalui proses
koagulasi. Pada umumnya air limbah bermuatan negatif. Supaya terjadi proses
destabilisasi, maka koagulan bermuatan positif agar terjadi gaya tarik diantara
keduanya. Koagulan yang digunakan ialah PAC (Poly Aluminium Chloride) 60 ppm.
Menurut Eaglebrook Inc (1999) dalam Yuliati (2006), PAC merupakan koagulan
anorganik yang tersusun dari polimer makromolekul dengan kelebihan seperti memiliki
tingkat adsorpsi yang kuat, mempunyai kekuatan lekat, tingkat pembentukan flok-flok
tinggi walau dengan dosis kecil, memiliki tingkat sedimentasi yang cepat, cakupan
penggunaannya luas, merupakan agen penjernih air yang memiliki efisiensi tinggi,
cepat dalam proses, aman, dan konsumsinya cukup pada konsentrasi rendah. PAC
(AlnCl(3n-m)(OH)m) bekerja pada rentang pH 6-9. Maka dari itu, pH air baku dibuat basa
dengan penambahan CaO untuk mengoptimalkan reaksi koagulasi.pH setelah ditambah
CaO naik yang awalnya pH 7 menjadi pH 8.
Proses flokulasi ditujukan untuk menjaring fine flok menjadi flok yang lebih
besar lagi sehingga dapat diendapkan dengan menggunakan flokulan. Dosis flokulan
ialah 0.125 ppm. Peralatan pendukung pada proses koagulasi dan flokulasi ialah
agitator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi atau tumbukan antara koagulan atau
flokulan dengan partikel koloid. Kecepatan agitator koagulan lebih cepat dibandingkan
kecepatan agitator flokulan. Hal tersebut dikarenakan apabila kecepatan agitator
flokulan besar akan mengahancurkan flok-flok besar yang terbentuk sehingga lebih
sulit untuk diendapkan
Parameter lain yang diamati saat sedimentasi ialah Daya Hantar Listrik (DHL)
dengan konduktometer. DHL diukur untuk mengetahui ion-ion terlarut dalam air. Pada
kurva DHL terhadap waktu menunjukkan bahwa daya hantar listrik berfluktuasi seiring
dengan bertambahnya waktu. DHL yang tinggi menunjukkan seberapa besar ion-ion
pada koagulan dan flokulan yang tidak dapat menarik atau bereaksi dengan ion pada air
limbah. seberapa besar koagulan yang telah bereaksi dengan air limbah. Koagulan dan
flokulan yang ditambahkan memiliki ion-ion yang terlarut dalam air dan ion tersebut
akan bereaksi dengan ion berlawanan pada air limbah. DHL menit ke-0 bernilai rendah
karena belum ada koagulan dan flokulan dapat terikat secara maksimal dengan partikel
koloid. Pada menit ke – 20, nilai DHL mencapai 46,9 µS/cm atau setara dengan 30
mg/L. Nilai DHL tersebut telah berada di bawah ambang batas yaitu 1500 mg/L.
Parameter yang kami uji pada praktikum sedimentasi adalah pH, DHL, dan
kekeruhan. Untuk nilai pH dari awal proses hingga akhir tidak mengalami perubahan
pH. Kemudian nilai daya hantar listrik (DHL) diukur dengan konduktometer.
Pengukuran DHL ini untuk membandingkan ion-ion sebelum proses sedimentasi dan
setelah proses sedimentasi. Hasil yang terukur mengalami fluktuasi tetapi hingga akhir
proses nilai DHL mengalami penurunan ini menunnjukan bahwa ion-ion yang
terkadung didalam larutan ikut mengendap didalam endapan sedimentasi yang nilai
semula yaitu 51,6 μS/cm menjadi 46,9 μS/cm. Nilai kekeruhan amati untuk mengetahui
kinerja dari proses sedimentasi dengan membandingkan nilai kekeruhan umpan masuk
dengan kekeruhan yang diambil setiap waktunya. Kekeruhan yang didapat pada umpan
masuk yaitu 101,6 NTU setelah berjalanya waktu nilai penurunan kekeruhan yang
paling signifikan terjadi pada dua menit pertama yaitu berubah menjadi 24,78 NTU
dengan memiliki eisiensi sebesar 75,61%. Hingga akhir proses sedimentasi nilai
kekeruhan terus mengalami penurunan tetapi nilainya tidak mengalami penurunan yang
sangat signifikan. Kekeruhan seiring berjalanya waktu nilainya terus menerus
mengalami penurunan sedikit-sedikit hingga ada akhir proses diketahui bahwa nilai
kekeruhanya 7,51. Dan diketahui efisiensinya yaitu 92,60%.
Jihan Azizah (171411048)
Pada percobaan ini, air baku yang sudah ditambahkan dengan tepung harus di
atur pH nya hingga kondisi netral, penetralan dilakukan dengan penambahan kapur.
Penambahan kapur atau CaO dapat menaikkan pH menjadi 8 (kondisi netral).
Pengaturan pH ini bertujuan agar pada saat air yang telah melewati proses koagulasi
dan flokulasi, flok-flok yang sudah terbentuk tidak mudah hancur dan limbah yang
keluaran dari unit sedimentasi tidak terlalu asam saat dibuang ke lingkungan.
Tangki koagulan dan flokulan dilengkapi dengan pengaduk dan dozing pump.
Kalibrasi untuk dozing pump diatur sama agar laju alir untuk tangki koagulan, dan
tangki flokulan yang mengalir masuk kedalam lamella clarifer akan habis secara
bersamaan. Koagulan tidak langsung ditambahkan pada tangki umpan karena dapat
merubah konsentrasi air umpan. Pengadukan pada tangki koagulan adalah pengadukan
cepat dengan tujuan untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia
melalui air yang diolah. Sedangkan untuk pengadukan flokulasi adalah pengadukan
lambat karena pada tangki koagulasi akan terbentuk flok-flok halus sehingga pada saat
masuk kedalam tangki flokulan, flok-flok akan menggumpal agar gumpalan tersebut
tidak pecah maka dilakukan pengadukan lambat.
Parameter untuk nilai pH, rentang pH air hasil akhir yaitu 8 karena penggunaan
PAC sebagai koagulan tidak menurunkan pH air, sehingga air limbah dapat dibuang ke
lingkungan karena berada pada kondisi netral.
Untuk nilai DHL dari setiap sampel yang diambil mengalami fluktuasi seiring
bertambahnya waktu proses. DHL efluen pada sampel akhir mengalami kenaikan dari
DHL influentnya dari 41,8 µS/cm ke 46,9 µS/cm. kenaikan DHL adalah akibat dari
koagulan anorganik yang bisa meningkatkan total padatan terlarut (TDS) konsentrasi
air yang diolah. Adanya peningkatan padatan terlarut ini menunjukkan bahwa flokulan
sudah tidak bisa mengikat partikel tersebut untuk menjadi flok.
DAFTAR PUSTAKA
Foust A.S., 1980, Principle of Unit Operation, 4 ed., John Wiley and Sons: New York
Marieanna (2013). Penentuan Jenis Koagulan dan Dosis Optimum untuk Meningkatkan
Setiadi, dkk.2014. Model Persamaan Faktor Koreksipada Proses Sedimentasi dalam Keadaan
Free Settling. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Vol 6 No. 2.Teknik Kimia:
https://repository.ar-raniry.ac.id/5587/1/T%20Ryven%20Trias%20Kembara.pdf, diunduh
101,6−24,78
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t1 = 𝑥 100% = 75,61%
101,6
101,6−18,3
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t2 = 𝑥 100% = 81,98%
101,6
101,6−13,36
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t3 = 𝑥 100% = 86,85%
101,6
101,6−11,25
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t4 = 𝑥 100% = 88,92%
101,6
101,6−9,86
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t5 = 𝑥 100% = 90,29%
101,6
101,6−7,78
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t6 = 𝑥 100% = 92.34%
101,6
101,6−7,12
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t7 = 𝑥 100% = 92,99%
101,6
101,6−7,77
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t8 = 𝑥 100% = 92,35%
101,6
101,6−7
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t9 = 𝑥 100% = 93,11%
101,6
101,6−7,51
Efisiensi penurunan kekeruhan pada t10 = 𝑥 100% = 92,60%
101,6
Gambar 1. Cairan efluen pada menit Gambar 2. Cairan efluen pada menit
ke 2 dan 4 ke 6 dan 8
Gambar 3. Cairan efluen pada menit Gambar 4. Cairan efluen pada menit
ke 10 dan 12 ke 14 dan 16