2211 IPB LPT LAPRES PRINT Revisi
2211 IPB LPT LAPRES PRINT Revisi
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
BAB I
PENDAHULUAN
1. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan
Liquid Penetrant.
1.2.1 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu komponen yang dapat
diuji dengan Liquid penetran dan mampu menjelaskan jenis-jenis diskontinuitas
yang mampu dideteksi dengan Liquid Penetrant .
2. DASAR TEORI
Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada konstruksi
yang menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara rutin, untuk
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan mempermudah
perawatannya. Untuk melakukan pengevaluasian atau inspeksi tersebut diperlukan
suatu metoda pengujian yang sekiranya mampu mendeteksi keberadaan
diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis NDT
(Non-Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk dilakukan. Uji liquid
penetran ini dapat digunakan untuk mengetahui diskontinyuitas halus pada
permukaan seperti retak, berlubang atau kebocoran. Pada prinsipnya metoda
pengujian dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk kedalam
diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan dari dalam
diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang (developer) yang
warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih). Terdeteksinya diskontinyuitas
adalah dengan timbulnya bercak-bercak merah (liquid penetrant) yang keluar dari
dalam diskontinyuitas.
1
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
2
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
3. Metode pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda hasil hasil
metallurgy yang kurang padat.
Acceptance Criteria
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier apabila pada cacat tersebut
memiliki panjang lebih dari 3 kali lebarnya dan dikatakan memiliki indikasi
lingkaran apabila pada cacat tersebut memiliki panjang kurang dari 3 kali lebarnya.
Cacat yang dikatakan sebagai non relevan indication apabila panjang indikasi
kurang darii 1.5 mm (diabaikan).
Menurut ASME VIII divisi 1:
1. Tidak boleh ada relevan indication (>1.5mm)
2. Tidak boleh ada rounded indication lebih dari 5mm
3. Tidak boleh ada 4 atau lebih rounded indication dalam 1 garis terpisah
dengan jarak 1.5mm atau kurang
4
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
BAB II
METODOLOGI
2. PROSEDUR PENGUJIAN
2.1 Menentukan Teknik Uji Liquid Penetrant
Sebelum pengujian dilakukan ditentukan terlebih dahulu teknik yang digunakan
dalam Liquid Penetrant Test, yaitu dengan menggunakan Solvent Removable
System. Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan
pembasuhan penetrant.
Pembersihan penetrant secara optimum dapat dicapai dengan cara mengelap
permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan dengan solvent. Tahap
akhir dari pengelapan dilakukan dengan menggunakan kain kering. Pengujian
kemudian dilakukan dengan menggunakan material uji berupa Weld part (baja
karbon).
6
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
7
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
8
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
dibersihkan dengan lap ataupun kertas penyerap yang dilembabkan dengan cleaner
untuk membersihkan permukaan spesimen hingga tidak ada lagi sisa penetrant yang
ada kecuali yang meresap di dalam diskontinuitas.
Sebelum diberi (disemprotkan) developer terlebih dahulu dilihat Dwell Time
dari developer yang digunakan. Dwell Time dari developer yaitu minimum 10
menit. Setelah itu barulah disemprotkan ke material uji dengan jarak penyemprotan
± 25 centimeter sehingga diperoleh penyemprotan yang rata ke seluruh permukaan
material uji. Aplikasi developer dapat dilihat pada Gambar 2.4
9
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
10
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
BAB III
ANALISA DATA
11
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
J J uuuuiui
Selain itu pada pengujian ini kami menggunakan lampu dengan intensitas
cahaya 143 fc. Untuk mendapatkan intensitas cahaya tersebut maka kami atur jarak
antara lampu (sumber cahaya) dan material adalah 220 mm.
12
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
13
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari pengujian yang telah dilakukan dapat dikesimpulan bahwa terdapat
discontinuity pada material uji weld part yakni berupa discontinuity berbentuk
linear dan rounded yang berada pada logam daerah lasan. Karena beberapa cacat
yang terdeteksi melebihi acceptance criteria pada ASME 8 Div. 1 , maka material
harus diperbaiki.
15
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN TEKNIK
NEGERI UJI PENETRAN PRAKTIKUM PERMESINAN
SURABAYA DT-NDT KAPAL
DAFTAR PUSTAKA
16