Anda di halaman 1dari 31

1

PERILAKU ORGANISASI

Oleh

Fridiyanto

A. Pendahuluan
1. Konteks Kajian

Organisasi dapat didefinisikan sebagai hubungan-hubungan yang terpolakan


di anatara orang-orang berurusan dengan aktifitas-aktifitas ketergantungan yang
diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan sentral hampir di setiap organisasi
bisa dikatakan adalah kelangsungan hidupnya.

Dalam sebuah organisasi, manusia adalah pendukung utama. Olehkarena itu


perilaku setiap individu dalam sebuah organisasi akan memengaruhi kinerja
organisasi. Individu memiliki perbedaan satu sama lain dalam menilai berbagai
hal, dan pandangan terhadap sebuah prinsip. Individu juga memiliki pengalaman
pribadi yang turut membentuk karakter dan cara kerjanya. Setiap perilaku yang
diperankan individu dalam organisasi tidak bisa dihindari, pasti memengaruhi
organisasi.

Dikarenakan perbedaan setiap individu dalam sebuah organisasi, maka sebuah


kajian khusus mengenai perilaku organisasi menjadi sebuah kajian penting. Jika
individu di organisasi tidak dikelola dengan baik, maka organisasi akan sulit
mencapai tujuannya, dikarenakan setiap individu lebih menonjolkan perilaku
individunya. Sehingga mengancam keberlangsungan organisasi yang
membutuhkan sinergitas.

Berdasarkan konteks di atas, maka sebuah organisasi tidak cukup hanya


dikelola secara mekanis, para pengelola di organisasi perlu menyadari bahwa
perlu memanusiakan manusia, perlu memahami individu sebagai individu, dan
bagaimana individu tersebut ketika sudah berada dalam sebuah kelompok.
2

2. Fokus Kajian

Fokus kajian makalah ini, yaitu:

a. Bagaiamana konsep Perilaku Organisasi


b. Bagaimana konsep perilaku organisasi dalam Islam

B. Pembahasan
1. Konsep Perilaku Organisasi
a. Definisi Perilaku Organisasi

Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah


laku manusia dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini meliputi aspek yang
ditimbulkan oleh pengaruh organisasi terhadap manusia. Demikian pula aspek
yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi. Perilaku organisasi
mempelajari bagaimana perilaku manusia memengaruhi usaha pencapaian tujuan-
tujuan organisasi.1

Ivancevich mendefinisikan perilaku organisasi sebagai sebuah studi perilaku,


sikap, dan kinerja manusia dalam lingkungan organisasi; berdasarkan teori,
metode, dan prinsip dari disiplin seperti Psikologi, Sosiologi, dan Antropologi
Budaya untuk belajar mengenai persepsi individu, nilai, dan tindakan bekerja
dalam kelommpok dan dalam organisasi secara total; menganalisis dampak
lingkungan eksternal terhadap organisasi dan sumber daya manusia, tujuan, dan
strategi organisasi.2

Jika dilihat dari definisi di atas bahwa studi prilaku organisasi merupakan
pertemuan dari berbagai ilmu untuk menyelesaikan permasalahan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Organisasi yang terdiri dari individu dan kelompok

1
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali
Pers, 2003), hlm.171.
2
John M. Ivancevich., Robert Konopaske., Michael T. Mattson, Perilaku dan Manajemen
Organisasi Jilid 1 (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), hlm. 10.
3

harus dipahami hakikat diri mereka, motivasi mereka sehingga tidak terjadi
tindakan dan sikap yang tidak selaras dengan makna kolektivitas dalam
organisasi. Olehkarena itu studi perilaku organisasi sangat dibutuhkan agar
menajer dapat memetakan kondisi psikologis orang-orang yang ada di bawah
kendalinya.

Kunci keberhasilan organisasi adalah pengelolaan sumber daya manusia.


Organisasi memerlukan sumber daya manusia yang mau bekerja di organisasi,
dan berpikir kreatif, berkinerja unggul. Namun untuk memperoleh itu dari anggota
organisasi, diperlukan penghargaan, dan motivasi.

Perilaku anggota merupakan kunci dalam mencapai efektivitas. Orang


berperilaku dengan cara-cara yang dapat, maupun yang tidak dapat diprediksi.
Setiap orang memiliki perilaku yang unik. Olehkarena itu seorang manajer harus
mengamati, merespon, dan menghadapi serangkaian pola perilaku yang ditujukan
kepada karyawan.

Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang


bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi. Perilaku organisasi adalah
sarana manusia bagi keuntungan manusia. Perilaku organisasi dapat diterapkan
secara luas dalam perilaku orang-orang di semua jenis organisasi untuk
memahami perilaku organisasi.3

Menurut Davis bahwa unsur pokok organisasi adalah: Orang4, Struktur5,


Teknologi,6 dan Lingkungan tempat beroperasinya organisasi.7 Setiap unsur
tersebut saling memengaruhi.

3
L.L. Cummings dalam Keith Davis dan John W. Newstrom, Perilaku dalam Organisasi Jilid I
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985), hlm. 5.
4
Orang-orang membentuk sistem sosial di organisasi. Mereka terdiri dari orang dan kelompok,
serta kelompok besar, termasuk juga kelompok kecil. Setiap kelompok orang tersebut sangat
dinamis, bisa bersatu dan bisa juga bercerai. Orang-orang adalah mahluk hidup yang memiliki
pikiran, perasaan, kehendak untuk mencapai tujuan pribadinya ataupun kelompoknya. Organisasi
dibentuk untuk melayani manusia, bukan manusia untuk melayani organisasi.
5
Struktur merupakan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi. Berbagai pekerjaan yang ada
diperlukan untuk menggerakkan organisasi. Orang-orang ini harus dihubungkan melalui struktur
4

b. Sejarah Studi Perilaku Organisasi

Terdapat tiga nama penting yang memengaruhi kajian mengenai perilaku


organisasi8,yaitu:

1) Adam Smith (1776). Kontribusi Smith salah satunya adalah


menyampaikan pentingnya spesialisasi bidang kerja atau adanya
pembagian tugas. Spesialisasi tugas akan memberikan kontribusi
produktivitas yang tinggi.
2) Charles Babbage (1832). Babbage adalah seorang Profesor Matematika
asal Inggris yang mengembangkan sistem pembagian tugas yang telah
diartikulasikan oleh Smith. Hanya saja Babbage menambahkan
spesialisasi tugas, maka perlu juga menghemat waktu yang sering disia-
siakan dalam melakukan pekerjaan.
3) Robert Owen (1852). Owen berjasa memeringatkan dunia industri yang
sering merendahkan pekerja sebagai manusia. Owen menolak praktik kerja
yang melanggar batas-batas manusiawi, misalnya kelebihan jam kerja.
4) Andrew Ure. Dalam bukunya yang berjudul the Philosophy of
Manufactures, yang diterbitkan tahun 1835, Ure mengakui pentingnya
mekanik dan komersial dari manufaktur. Namun Ure menambahkan
pentingnya faktor manusia. Sehingga gagasan Ure diterapkan di industri,
misalnya dengan mempersiapkan teh hangat, perawatan kesehatan,
ventilasi, dan pembayaran di rumah sakit bagi pekerja.
c. Kontribusi berbagai Ilmu dalam Memahami Perilaku Organisasi

agar pekerjaan menjadi efektif. Semua hubungan ini menimbulkan berbagai masalah kerjasama,
perundingan, dan pengambilan keputusan yang rumit.
6
Teknologi menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk bekerja dan sumber
daya itu memengaruhi tugas mereka. Organisasi tidak dapat melakukan banyak hal tanpa
teknologi.
7
Semua organisasi beroperasi di lingkungan luar dan tidak berdiri sendiri. Organisasi merupakan
bagian dari sistem yang lebih besar yang terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, keluarga.
Olehkarena itu lingkungan luar sangat memengaruhi organisasi dan harus diperhatikan untuk
memplajari perilaku organisasi.
8
Veithal Rivai, Kepemimpinan, hlm.175.
5

Bisa dikatakan bahwa ilmu manajemen merupakan ilmu yang tidak bisa
berdiri sendiri, dikarenakan karakteristik setiap kajian yang ada dalam ilmu
manajemen, pada dasarnya adalah kajian dari ilmu-ilmu lain. Ilmu manajemen
merupakan sebuah ilmu terapan yang memanfaatkan hasil-hasil riset ilmu yang
ada agar dapat bermanfaat dalam organisasi. Dalam konteks perilaku organisasi,
ilmu-ilmu berikut penting dipelajari oleh seorang manajer, agar lebih dapat
memahami dinamika keorganisasian.

1) Psikologi. Dengan mempelajari Psikologi maka akan dapat mempelajari


keunikan individu dalam sebuah organisasi. Setelah memahami karakter
individu tersebut, maka seorang manajer dapat mengambil langkah-
langkah yang tepat terhadap individu atau sebuah kelompok di organisasi.
2) Sosiologi. Ilmu Sosiologi yang mempelajari interaksi manusia dalam suatu
sistem sosial sangatlah penting diterapkan dalam sebuah organisasi yang
juga merupakan sebuah sistem. Dengan mempelajari Sosiologi, maka akan
dapat diketahui dinamika kelompok, desain tim kerja, birokrasi,
komunikasi, perilaku antar kelompok, perubahan sosial, konflik, dan
sebagainya. Tanpa memperlajari Sosiologi, seorang manajer akan sulit
memetakan permasalahan keorganisasian.
3) Antropologi. Ilmu Antroplogi merupakan ilmu tentang manusia dan
bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui
mempelajari Antropologi maka akan dapat diketahui mengenai
kebudayaan sebuah komunitas. Antropologi akan membantu manajer
memahami perbedaan tingkah laku, nilai, norma individu, dan bagaimana
kemudian untuk mendinamisirnya menjadi sebuah budaya keorganisasian.
4) Ilmu Politik. Manusia merupakan mahluk politik (zoon politicon), setiap
individu pasti akan berpolitik dengan berbagai varian dan skalanya.
Melalui berpolitiklah individu dapat memenuhi kepentingan individu, atau
kelompoknya dalam sebuah organisasi. Dengan mempelajari Ilmu Politik
maka akan dapat dipahami perilaku politik dan perilaku kelompok,
sehingga dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan dalam aktivitas
6

politik yang merupakan hal wajar tersebut. Ilmu politik akan membantu
mempengaruhi individu atau kelompok, membagi sumber daya dan
wewenang, serta mengatasi konflik.

Menurut Robbins kajian perilaku organisasi meliputi ilmu-ilmu: Psikologi,


Sosiologi, Psikologi Sosial, Antropologi, dan Ilmu Politik. berikut tabel ilmu dan
kontribusi konsep ilmu-ilmu yang telah diadaptasi9

Tabel 1
Kontribusi berbagai Ilmu terhadap Studi Perilaku Organisasi

Perilaku Kontribusi konsep


Psikologi Nilai, konsep, atribusi, pembelajaran,
motivasi, kepribadian, emosi, persepsi,
pelatihan, efektivitas, kepemimpinan,
kepuasan kerja, pengambilan keputusan
individu, penilaian kinerja, pengukuran
sifat, pemilihan karyawan, rancangan
pekerjaan, stres pekerjaan.
Sosiologi Dinamika kelompok, tim kerja,
komunikasi, kekuatan, konflik,
negosiasi, perilaku antar kelompok,
teori organisasi formal, teknologi
organisasi, perubahan organisasi,
komunikasi, proses kelompok,
pengambilan keputusan kelompok.
Psikologi Sosial Perubahan perilaku, perubahan sikap,
komunikasi, proses kelompok,
pengambilan keputusan kelompok
Antropologi Nilai komparatif, sikap komparatif,
analisis antar budaya, budaya
organisasi, lingkungan organisasi.
Ilmu politik Konflik, pengaruh, koalisi, aliansi, joint
venture, politik antar organisasi,
kekuasaan.

d. Landasan Memahami Perilaku Organisasi

Terdapat tiga variabel yang perlu diperhatikan dalam memahami perilaku,


yaitu: Variabel individual, Psikologikal, dan Keorganisasian.10 Dalam perilaku

9
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm.4.
7

organisasi terdapat faktor dari tiga variabel tersebut, misalnya: 1) kemampuan dan
keterampilan-keterampilan para karyawan; 2) Susunan psikologikal karyawan; 3)
reaksi para karyawan terhadap variabel-variabel keorganisasian.

Menurut Winardi, berdasarkan riset-riset perilaku keorganisasian yang


dilakukan selama ini, bahwa terdapat kesimpulan mengenai perilaku:

1. Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karna sesuatu hal.


2. Perilaku ditujukan ke arah sasaran tertentu.
3. Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur.
4. Perilaku yang tidak langsung dapat diobservasi (persepsi, pikiran) juga
penting dalam mencapai tujuan.
5. Perilaku dapat dimotivasi.11

Perilaku organisasi bersangkut paut dengan seperangkat konsep dasar di


sekitar Hakikat Manusia dan Organisasi. Jika diringkas bahwa Hakikat Manusia
lingkup kajiannya: perbedaan individu, orang seutuhnya, perilaku yang
termotivasi, nilai orang (martabat manusia). Sedangkan Hakikat Organisasi
meliputi: sistem nilai, kepentingan bersama. Dari kedua unsur ini menghasilkan
perilaku organisasi.12

Berikut rincian mengenai Hakikat Manusia.

1. Perbedaan Individu. Orang memiliki banyak kesamaan, misalnya ingin


dihargai, ingin bahagia, ingin sejahtera, dan hal-hal manusiawi universal
lainnya. Namun tidak juga bisa dipungkiri bahwa setiap individu di dunia
ini pasti memiliki perbedaan. Olehkarena setiap individu berbeda maka di
dalam organisasi terdapat perbedaan perlakuan terhadap individu. Oleh
Erwin S Tanton perbedaan ini disebutnya dengan Hukum Perbedaan
Individu.

10
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.196.
11
J. Winardi, Manajemen, hlm. 199.
12
Keith Davis, Perilaku, hlm. 9.
8

2. Orang Seutuhnya. Individu tidak bisa dilepaskan dari epistimologi


individunya. Karakter individu sangat dipengaruhi faktor geografis tempat
lahir dan tinggalnya, keluarganya, masyarakatnya, dan pendidikannya.
Olehkarena itu individu disebut sebagai manusia seutuhnya yang dibentuk
dari berbagai macam aspek.
3. Perilaku Termotivasi. Tindakan pada dasarnya adalah sebuah
konsekwensi dari hal yang memotivasi individu melakukan sesuatu.
Motivasi hal yang penting dalam penyelenggaraan organisasi. Organisasi
harus benar-benar memahami tindakan-tindakan apa yang dibutuhkan
individu sehingga individu sebagai angota organisasi dapat memberi
kontribusi bagi organisasi.
4. Nilai Orang (martabat manusia). Anggota organisasi jangan hanya
dipandang sebagai alat produksi yang merupakan aset bagi organisasi
untuk produktivitas. Individu sebagai manusia harus dipandang sebagai
mahluk yang tertinggi derajatnya dari benda apapun. Olehkarena itu
manusia harus diangkat derajat dan martabatnya sebagai manusia. Setiap
individu berhak untuk dihormati karena hakekat kehormatan sebagai
manusia.

Sedangkan penjelasan untuk Hakikat Organisasi:

1. Sistem Sosial. Dalam ilmu Sosiologi telah banyak penjelasan tentang


organisasi sebagai sistem sosial. Konsekwensinya adalah aktivitas
organisasi diatur oleh hukum sosial dan hukum psikologi. Perilaku
organisasi dipengaruhi oleh dorongan kelompok dan individu dalam
organisasi.
2. Kepentingan Bersama. “organisasi memerlukan orang-orang, dan orang-
orang membutuhkan organisasi.” Kutipan tersebut merupakan gambaran
simbiosis mutualis antara organisasi dan orang. Organisasi didirikan
dikarenakan kesamaan tujuan individu. Olehkarena itu organisasi didirikan
untuk mencapai tujuan. Sedangkan organisasi membutuhkan orang agar
dapat mencapai tujuan organisasi.
9

3. Perilaku Organisasi Holistik. Perilaku holistik ini menafsirkan hubungan


orang-organisasi dalam hubungan yang seutuhnya, kelompok seutuhnya,
organisasi seutuhnya, dan sistem sosial secara keseluruhan. Olehkarena itu
setiap permasalahan dalam organisasi dibutuhkan analisa untuk dicarikan
solusi.

Organisasi tidak bisa terlepas dari berbagai faktor di luar dari internal
organisasi. Beberapa faktor yang memengaruhi organisasi, yaitu: pesaing,
konsumen, budaya sub lingkungan, pemasok material dan energi, pemilik saham,
instansi pemerintah, para pelanggan.13

Kelompok
Pesaing konsumen

Serikat

Para
pelangg
Organisasi
an
Budaya
sub
Instansi
lingkung
pemerin
Pemasok aan
tah material
Pemilik dan energi
saham

e. Objek Kajian Perilaku Organisasi


1. Individu dalam Organisasi
a. Dasar-dasar perilaku individu

13
Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia (Jakarta:
Rineka Cipta, 1992),hlm. 17.
10

Menurut Robbins pemahaman tentang perilaku individu dapat dipahami


dengan empat konsep: Sikap, Perilaku, Persepsi dan Pembelajaran.

Sikap, merupakan sebuah pernyataan evaluatif senang atau tidak,


mengenai suatu objek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana
seseorang merasakan sesuatu. Dari berbagai macam sikap individu, dalam kajian
perilaku organisasi difokuskan pada kepuasan kerja, keterlibatan kerja, dan
komitmen terhadap organisasi.

Kepribadian, setiap individu dalam organisasi memiliki karakteristik


berbeda-beda, ada yang pemalu, pemarah, pasif, pendiam, agresif, ambisius, setia,
suka bergaul, introvert. Dalam kajian perilaku organisasi kepribadian individu
merupakan objek kajian penting. Menurut para psikolog, pada dasarnya individu
memiliki dua titik ekstrim, misalnya individu yang penyendiri lawannya peramah.
Sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 2
Enam Belas Sifat Kepribadian Utama
Penyendiri Peramah
Kecerdasan rendah Kecerdasan tinggi
Dipengaruhi oleh perasaan Stabil secara emosional
Pengikut Dominan
Serius Santai
Berani mengambil resiko Bijaksana/penuh pertimbangan
Pemalu Petualang
Keras hati Peka
Mudah percaya Pencuriga
Praktis Imajinatif
Blak-blakan Tersembunyi
Percaya diri Mudah cemas
Konservatif Suka mencoba
Tergantung pada kelompok Mandiri
Tidak terkendali Terkendali
Rileks Tegang

Persepsi, merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan


menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan
11

mereka.14 Berbagai penelitian mengenai persepsi bahwa individu memiliki


perbedaan dalam melihat hal yang sama namun memahaminya tetap secara
realistis. Masalahnya adalah realitas adalah interpretasi individu sehingga dapat
disebut realitas.

Pembelajaran, pembelajaran menjadi bahasan dalam perilaku organisasi


karena hampir semua perilaku manusia pada dasarnya sedang dipelajari dalam
konteks perilaku organisasi. Darimana individu belajar? Bisa melalui keteladanan,
sanksi, penghargaan, dan pembiasaan.

b. Konsep motivasi dasar

Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan


kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.15 Dekade 1950-an
teori motivasi berkembang, diantaranya muncul teori X , dan teori Y, teori
higienis, dan teori hirarki kebutuhan Maslow. Hingga saat ini teori-teori
kontemporer mengenai motivasi terus berkembang untuk membantah teori
sebelumnya atau menyempurnakannya.

c. Motivasi: konsep ke aplikasi

Seorang manajer mempelajari teori motivasi agar dapat memanfaatkannya


dalam praktik keorganisasian. Seorang manajer perlu konsep teori motivasi agar
dapat mencapai tujuan organisasi dengan memahami mengapa anggota mau
bergerak, atau keterlibatannya di organisasi.

Keterlibatan organisasi merupakan istilah yang digunakan untuk


menggambarkan beragam teknik dalam menggerakkan atau memotivasi anggota.
Bentuk teknisnya bisa pendelegasian wewenang, demokratisasi, dan kepemilikian
karyawan. Olehkarna itu keterlibatan karyawan dapat dimaknai sebagai proses
partisipasi yang menggunakan seluruh kapasitas anggota untuk meningkatkan
komitmen bagi kesuksesan organisasi. Logika filosofisnya adalah keterlibatan

14
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 46
15
Stphen P. Robbins, Perilaku, hlm. 55.
12

anggota dalam proses keorganisasian akan berpengaruh pada meningkatnya


otonomi dan kendali mereka atas kehidupan kerjanya akan membuat karyawan
lebih termotivasi.

d. Pengambilan keputusan individu

Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan, yaitu mereka


menentukan pilihan diantara dua tau lebih alternatif. Bila individu menghadapi
keputusan-keputusan baru yang penting, mereka akan memprtimbangkan secara
mendalam. Alternatif keputusan akan dikembangkan, pro dan kontra akan muncul
dan harus dipertimbangkan. Keputusan diambil melaui proses berikut: rasionalitas
terbatas, intuisi, identifikasi masalah, pengembangan alternatif.

2. Kelompok dalam Organisasi


a. Dasar-dasar perilaku kelompok

Perilaku individu dalam kelompok merupakan sesuatu yang lebih dari


sekedar total jumlah dari setiap tindakan dengan cara mereka sendiri-sndiri.
Ketika individu sudah berada di kelompok, mereka bertindak berbeda
dibandingkan ketika masih sebagai individu.16

Kelompok didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi


dan saling tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin
mencapai tujuan -tujuan tertentu.17 Kelompok dapat berbentuk formal dan
informal. Kelompok formal jika didefinisikan sebagai struktur organisasi.
Sedangkan kelompok informal merupakan aliansi yang tidak terstruktur dan
ditetapkan secara organisasional. Jika diklasifikasi kelompok dapat dikategorikan:
kelompok perintah (command froup), kelompok tugas (task group), kelompok
kepentingan (interest group), dan kelompok persahabatan (friendship group).

Tabel 3

16
Stephen P.Robbins, Perilaku,hlm. 106.
17
Stephen P.Robbins, Perilaku,hlm. 107.
13

Mengapa Orang Berkelompok18


Alasan Manfaat
Keamanan Dengan bergabung dalam suatu kelompok
maka individu dapat mengurangi rasa
ketidakamanan dalam keadaan sendiri.
Dengan berkelompok maka individu akan
resisten terhadap ancaman.
Status Masuknya ke dalam suatu klompok
dianggap penting karena kelompok
memberikan pengakuan dan status bagi
anggotanya.
Harga Diri Kelompok dapat memberikan perasaan
akan berharganya seseorang. Disamping
memberikan status pada mereka yang
berada di luar kelompok. Keanggotaan juga
memberikan tambahan perasaan berharga
sebagai anggota.
Afiliasi Kelompok dapat memenuhi kebutuhan
sosial. Orang-orang menikmati interaksi
reguler yang berasal dari keanggotaannya
dalam kelompok.
Kekuasaan Apa yang tidak dapat dicapai secara
individu mungkin terwujud melalui aksi
kelompok. Jumlah yang banyak
menyebabkan adanya kekuasaan.
Pencapaian Tujuan Dalam organisasi dibutuhan banyak orang
yang terampil dalam berbagai bidang untuk
menyelesaikan pekerjaan dan masalah yang
dihadapi organisasi

18
Stephen P.Robbins, hlm. 107.
14

Dalam ilmu manajemen, khususnya studi perilaku organisasi bahwa


kelompok bukanlah gerombolan orang yang tidak terstruktur. Kelompok dalam
organisasi memiliki struktur yang menjalankan: Peran, Norma, Kekompakan,
Komposisi, dan Status.

Menurut Ivancevich terdapat lima tahapan dalam pembentukan kelompok,


sebagai berikut: Tahap pembentukan, Tahap konflik, Tahap pembentukan norma,
Tahap penujukkan kinerja, kelompok, danTahap pembubaran.

Tahap Pembentukan, adalah tahap pertama dalam organisasi. Dalam tahap


ini terdapat ketidakpastian mengenai sasaran, tujuan, struktur, dan kepemimpinan.
Aktifitas pada tahap ini cendrung berpusat pada tahap usaha anggota untuk
memahami dan memberikan definisi mengenai sasaran, peran, dan tugas dalam
kelompok. Dalam tahap ini organisasi masih pada tahap coba-coba memilih mana
yang cocok dengan organisasi.

Tahap Konflik (Storming), merupakan tahap perkembangan kelompok


yang cendrung diwarnai banyaknya pertentangan. Biasanya mulai muncul
kompetisi antar anggota kelompok dalam mendapatkan posisi dan tugas. Namun
hal terpenting dalam tahap ini adalah, organisasi harus mendefinisikan ulang
tugas-tugas spesifik kelompok dan sasaran organisasi secara keseluruhan.

Tahap Norma (Norming), dalam tahap ini mulai nampak tanda kerjasama
dan kekompakan. Di organisasi mulai terjadi kohesivitas secara signifikan. Norma
perilaku ditetapkan dan berlaku di organisasi, dan mulai merumuskan usaha-usaha
yang dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi.

Tahap Penunjukkan Kinerja (Performing), tahap ini mulai


memperlihatkan kinerjan. Kelompok mulai berfungsi sepenuhnya, struktur
organisasi telah ditetapkan, setiap anggota telah memahami perannya, kelompok
memusatkan energi, usaha-usaha, dan komitmen pada pencapaian tugas. Tahap ini
memperlihatkan efektifitas yang optimal, kelompok mempertahankan hasil
optimalnya dan berupaya menciptakan hasil-hasil lebih tinggi.
15

Tahap Pembubaran (Adjourning), merupakan tahap akhir kelompok.


Tahap ini ditandai melalui capaian target kerja. Namun dalam tahap ini diwarnai
oleh perasaan kalah dan amarah. Emosi negatif ini muncul pada kelompok-
kelompok permanen yang gagal bertahan karena adanya penyusutan organisasi,
penggabungan kelompok, dan kebangkrutan.

Perlu menjadi catatan bahwa tidak semua organisasi melewati tahap-tahap


di atas secara urut dan mememenuhi semua urutan tersebut. Terdapat banyak
faktor yang membuat proses yang ada dan menghambat. Misalnya pada tahap
pembubaran, bisa saja siklus hidup organisasi akan menjadi lebih panjang ketika
organisasi memang benar-benar sadar akan prediksi kematian sebuah organisasi.
Sehingga melakukan manajemen perubahan, dan dengan perumusan manajemen
strategis.

b. Memahami tim kerja

Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi.


Usaha-usaha individu memberikan tingkat kinerja yang lebih besar daripada
jumlah input tersebut.19 Dengan memahami maksud tuntutan kerja maka
organisasi dapat mencari sinergi positif yang produktif bagi organisasi.
Penggunaan tim yang ekstensif dapat menciptakan potensi bagi suatu organisasi
untuk menghasilkan output lebih besar.

Robbins mengemukkan ciri-ciri tim kerja yang efektif, sebagai berikut:

1. Ukuran tim kerja. Sebuah tim kerja yang baik, bukanlah jumlah anggota
yang besar. Jumlah yang besar hanya cocok untuk membangun
kekompakan, bukan tim kerja. Sebaiknya tim kerja dibawah selusin
anggota. Dengan tim yang kecil ini akan lebih dijamin akuntabilitas untuk
mencapai kinerja tertinggi.

19
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 130.
16

2. Kemampuan para anggota. Sebuah tim kerja membutuhkan keterampilan


yang berbeda-beda. Tanpa perbdaan skill ini maka akan sulit bagi sebuah
tim mencapai target kerjanya.
3. Mengalokasikan peran dan menunjukkan perbedaan. Tim kerja akan
menjadi lebih efektif jika individu anggota ditempatkan dengan pekerjaan
yang cocok dengan kepribadiannya. Tentunya hal ini bisa dilakukan dalam
proses penyeleksian sebuah tim kerja.
4. Memiliki suatu komitmen untuk suatu tujuan yang sama. Tim kerja efektif
memiliki tujuan yang sama dan bermakna yang memberikan arah,
momentum, dan komitmen bagi anggota. Olehkarena itu tujuan yang sama
dan komitmen adalah kunci dari sebuh tim kerja.
5. Mengembangkan tujuan-tujuan yang spesifik. Tim kerja yang berhasil
mengartikulasikan tujuan mereka yang sama akan mencapai tujuan
spesifik, terukur, dan realistis.
6. Kepemimpian dan struktur. Kepemimpinan dan struktur akan memberikan
fokus dan arah. Para anggota tim harus sepakat tentang siapa mengerjakan
apa dan harus memastikan bahwa beban kerja anggota sama.
7. Kemalasan sosial dan akuntabilitas. Tim yang akuntabilitas tinggi akan
dapat mengidentifikasi anggota yang malas dan tidak bermotivasi.
Olehkarena itu tim kerja sangat menuntut tanggung jawab individu.
8. Sistem penilaian dan penghargaan kinerja yang tepat. Untuk mengevaluasi
dan memberi penghargaan kepada karyawan atas kontribusi individunya
maka pihak organisasi (manajemen) seharusnya mempertimbangkan
penilaian yang didasarkan pada kelompok, pembagian keuntungan,
pembagian prestasi, insentif untuk kelompok kecil, dan modifikasi sistem
lainnya. Jadi tidak tepat lagi dengan menggunakan sistem tradisional yang
yang hanya berorientasi individu.
9. Mengembangkan rasa saling percaya yang tinggi., saling percaya yang
tinggi sangat dibutuhkan dalam sebuah tim kerja. Anggota di tim kerja
harus saling percaya terhadap kredibilitas, keahlian, integritas, dan
karakter antar individu di tim kerja.
17

c. Komunikasi

Konflik selalu dimulai dari komunikasi yang tidak baik di organisasi.


Manusia menghabiskan waktunya 70 persen untuk berkomunikasi, apakah itu
dalam bentuk membaca, menulis, berbicara, mendengar, yang kesemua aktifitas
ini dilakukan diorganisasi. Tanpa komunikasi tidak akan ada klompok atau
organisasi dapat hidup. Sebuah ide yang bagus tidak akan brmanfaat jika tidak
dikomunikasikan dengan baik dalam organisasi. Komunikasi yang baik secara
sederhananya adalah sipenerima informasi memiliki pemahaman yang sama dari
pemberi informassi.

Komunikasi memiliki empat fungsi utama, yaitu: fungsi kendali, motivasi,


pernyataan emosi, dan informasi.20 Diantara empat fungsi tersebut derajat
kepentingannya sama, tidak ada yang lebih menonjol. Jika disederhanakan bahwa
organisasi membutuhkan kendali terhadap anggotanya, memotivasi anggota
melakukan aktifitas untuk organisasi, menyediakan media untuk mengungkapkan
emosi, dan membuat pilihan.

Dalam komunikasi terdapat tujuh proses komunikasi, diantaranya: sumber


berita, penyandian, berita, saluran komunikasi, pemecahan sandi, penerima berita,
dan umpan balik. Jika terjadi distorsi ditengah tengah proses komunikasi dari
sender kepada receiver, maka akan terjadi miskomunikasi.

d. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memengaruhi suatu


kelompok untuk pencapaian tujuan. Pengaruh dilakukan melalui studi organisasi .
Namun tidak semua seorang pemimpin adalah manajer, begitu juga sebaliknya
tidak semua manajer adalah pemimpin. Seorang pemimpin dapat muncul dalam
organisasi walaupun tidak diangkat secara formal.

e. Kekuasaan dan Politik

20
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 146.
18

Kekuasaan menentukan tujuan apa saja yang ingin diraih oleh suatu kelompok
dan bagaimana sumber daya dalam organisasi didistribusikan kepada anggota.
Dengan kekuasaan dan keahlian politik maka sumber daya akan dimanfaatkan
sesuai keinginan “penguasa politik”.

Robert Dahl mendefnisian kekuasaan sebagai A memiliki kekuasaan atas B


sedemikian rupa sehingga dapat membuat B melakukan sesuatu hal yang tidak
akan dilakukan B atas kehendaknya sendiri.21

Kekuasaan yaitu sebuah kondisi si A harus memengaruhi pelaku B untuk


melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan oleh si B. Implikasi
definisi ini adalah: 1) suatu potensi yang tidak perlu diaktualiasikan agar menjadi
efektif; 2) suatu hubungan yang saling ketergantungan; 3) bahwa si B mempunyai
keleluasaan terhadap perilaku dirinya sndiri.22

Apakah perbedaan kepemimpinan dan kekuasaan? Salah satu perbedaanya


terkait dengan kesesuaian tujuan. Kekuasaan tidak memerlukan kesesuaian tujuan,
yang diperlukan hanyalah ketergantungan. Sementara kepemimpinan
memerlukan adanya kesesuaian antara tujuan pemimpin dan yang dipimpin.

Kekuasaan juga memiliki perbedaan dengan pengaruh.23 Kekuasaan


menggambarkan kemampuan membuat seseorang melakukan sesuatu, sedangkan
pengaruh adalah penggunaan kemampuan tersebut. Kekuasaan adalah potensi
yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan pengaruh adalah kekuasaan yang tampil
dalam wujud tindakan nyata.

Kekuasaan bersumber dari; kekuasaan karena paksaan, kekuasaan karena


penghargaan, kekuasaan karena jabatan, kekuasaan karena keahlian, dan
kekuasaan karena kharisma. Sumber-sumber kekuasaan ini akan berimplikasi
pada aktifitas politik individu dan kelompok-kelompok dalam organisasi. Jika

21
Robert A. Dahl dalam John M. Ivancevich, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi
(Jakarta:Penerbit Erlangga, 2006), hlm. 77-78.
22
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 182.
23
John, M.Ivancvich, Perilaku,,hlm. 78.
19

tidak dikelola dengan baik kekuasaan akan menyebabkan proses politik yang tidak
sehat yang menganggu organisasi yang sehat.

Bila orang bekerjasama maka kekuasaan akan diperolehnya. Orang ingin


mengukir prestasi dalam hidupnya, salah satunya adalah dengan menduduki
sebuah kekuasaan, penghargaan, dan mengembangkan karir mereka. Bila anggota
organisasi ingin merealisasikan motivasi dalam hidupnya, maka mereka akan
terlibat perilaku bepolitik24 dalam organisasi.

Robbins menyarankan kepada para manajer. Olehkarena kekuassaan itu


penting untuk menyelesaikan kerja atau masalah dalam individu atau kelompok.
Aktifitas politik dalam organisasi bukanlah sebuah aktifitas yang tabu, malah
merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin bisa dihindari. Olehkarna itu
seorang manajer efktif harus memahami hakikat politik dalam organisasi. Dengan
mempelajari perilaku politik dan kekuasaan dalam organisasi. Maka seorang
manajer akan bisa mempersiapkan tindakan dan menjalankan strategi-strategi
politik yang menguntungkan, bagi dirinya dan organisasi.

3. Konflik dan Negosiasi

Sejarah konflik, lahir bersamaan dengan sejarah manusia. Konflik akan selalu
ada dalam kehidupan manusia, terutama dalam organisasi. Tinggal yang menjadi
masalah adalah apa saja penyebab konflik, siapa saja yang berkonflik, dan apakah
dampak dari konflik? untuk menyelesaikan masalah konflik tersebut, ilmu
perilaku organisasi sangat bermanfaat.

Konflik merupakan suatu proses dimana upaya secara sengaja dilakukan oleh
A untuk mengimbangi B dengan berbagai bentuk hambatan yang akan
mengakibatkan B frustrasi dalam mencapai tujuan dan kepentingannya. 25 Dalam
ilmu manajemen perkembangan konsep mengenai konflik sangat dinamis.

24
Perilaku berpolitik dalam organisasi sebagai aktivitas yang tidak diperlukan sebagai bagian dari
peran formal seseorang dalam organisasi, tapi yang memengaruhi atau berusaha untuk
memengaruhi, penditribusian keuntungan atau kerugian di dalam organisasi.
25
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm 199.
20

Terdapat Pandangan Tradisionalis26, Pandangan Hubungan Manusia27, Pandangan


Interaksionis.28

Robbins menyarankan seorang manajer harus menggunakan kompetisi,


kolaborasi, penghindaran, akomodasi, dan kompromi dalam organisasi. Seorang
manajer harus cakap dan memiliki kemampuan negosiasi. Perhatikan strategi
dalam mengatasi konflik, diantaranya: Selidiki lawan anda, Mulai dengan tawaran
positif, Arahkan masalah, Berikan sedikit perhatian untuk tawaran awal, tekankan
solusi menang-menang, ciptakan iklim keterbukaan dan kepercayaan.

4. Sistem Organisasi
a. Dasar-dasar struktur organisasi

Organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,


dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.29 Terdapat enam poin penting
dalam struktur organisasi, yaitu: Spesialisasi pekerjaan, Departemetalisasi, Rantai
Perintah, Rentang Kendali, Sentralisasi dan Desentralisasi, Formalisasi.

Spesialisasi pekerjaan akan menguntungkan secara ekonomi yang


diakibatkan oleh spesialisasi pekerjaan dan jenis-jenis pekerjaan tertentu.
Departementalisasi, pengelompokan kegiatan berdasarkan fungsi yang
dilaksanakan. Rantai Perintah, merupakan garis kewenangan yang tidak terputus
dari puncak organisasi ke eselon yang paling bawah dan menjelaskan siapa
melapor kepada siapa. Rentang kendali, adalah jumlah bawahan yang menjadi
tanggung jawab seorang manajer untuk diawasi.30 Semakin besar organisasi

26
Pandangan tradisionalis bahwa konflik itu hal negatif yang sinonimnya yaitu kekerasan,
pengrusakan, dan ketidakrasionalan. Konflik harus dihindari di dalam organisasi.
27
Pandangan hubungan manusia bahwa konflik merupakan kejadian alamiah dalam proses
keorganisasian. Konflik tidak mungkin dapat dihindari, maka konflik harus diterima dan bahkan
bisa bermanfaat bagi organisasi.
28
Pandangan interaksionis oleh Robbins masih dianggap pandangan terbaru mengenai konflik.
pandangan ini berkeyakinan bahwa kelompok yang harmonis, damai, tenang, dan kooperatif dapat
membuat organisasi menjadi statis. Kontribusi utama dari pendekatan interaksionis adalah
mendorong kelompok untuk mempertahankan agar kelompok tetap hidup, dapat mengkritik diri
sendiri, dan menjadi lebih kreatif.
29
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 217.
30
Kenneth N. Wexley dan Gary Yukl, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia (Jakarta:
Rinka Cipta, 1992),hlm.19.
21

semakin besar peluang berkurangnya kendali dari manajer. Maka dibutuhkan


sistem kendali yang baik.

Sentralisasi dan Desentralisasi merupakan bahasan organisasi yang


sangat penting. Sentralisasi mengacu pada terpusatnya pengambilan keputusan di
titik tunggal dalam organisasi. Desentralisasi hanya mengakui kewenangan
formal, yang melekat pada kedudukan sseorang. Sedangkan desentralisasi dalam
pengambilan keputusan semakin banyak ketrlibatn bawahan.

Formalisasi merupakan suatu cara mengatur perilaku dan membatasi


kebebasan karyawan pada jenjang-jenjang lebih bawah. Formalisasi sering
dijumpai di organisasi yang tersentralisir.31 Mengacu pada suatu tingkat dimana
pekerjaan dalam organisasi distandarisasikan. Jika suatu pekerjaan sangat
traformalisasi, pekerjaan tersebut memiliki sedikit kewenangan dalam
menentukan kegiatan apa yang harus dilaksanakan, dan bagaimana harus
melakukannya.

Menurut Robbins struktur intern organisasi memberikan penjelasan dan


prediksi terhadap anggota, yaitu selain faktor pribadi dan kelompok, hubungan
struktural dimana individu bekerja memiliki pengaruh pada sikap dan perilaku
anggota organisasi. Struktur organisasi juga akan mengendalikan apa yang mereka
lakukan, karena kesetiaan pada rantai perintah dan adanya kendali.

b. Teknologi dan desain kerja

Teknologi telah mengubah organisasi dan perilaku anggota organisasi. Anggota


harus beradaptasi dan terampil dalam menggunakan teknologi di lingkungan
kerja. Untuk menyikapi perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka
organisasi harus menerapkan manajemen mutu terpadu, peroses kerja rekayasa
ulang, sistem manufaktur yang fleksibel, dan ketertinggalan pekerja.

Manajemen mutu terpadu mencoba mencapai perbaikan terus menerus


seingga variabilitas berkurang secara konstan. Ketika menghilangkan variasi,

31
Kenneth N. Wexley, Perilaku, hlm. 25.
22

maka telah meningkatkan keseragaman produk atau jasa. Dengan meningkatkan


keseragaman, maka pada akhirnya mengakibatkan biaya lebih rendah dan kualitas
tinggi.

Proses kerja rekayasa ulang, merupakan pemisahan produk elektronik


dan merancang versi yang lebih baik. Organisasi harus mampu membersihkan
dirinya dari teknologi-teknologi yang sudah kuno dan ketinggalan zaman.

Sistem manufaktur yang fleksibel, merupakan sebuah prinsip yang


membatalkan konsep produksi masal sebelumnya. Dengan prinsip manufaktur
fleksibel yang didukung dengan komputer, rekayasa, maka manufaktur dapat
memproduksi dengan volume produksi yang lebih rendah dibanding produksi
massal. Ketertinggalan kerja, pergerakan teknologi yang beitu cepat, membuat
pergeseran dalam dunia tenaga kerja. Olehkarena itu penting memberikan
pelatihan dan memotivasi.

c. Sistem penilaian kinerja dan penghargaan

Menurut Robbins penilaian kinerja memiliki tujuan: 1) manajemen


menggunakan penilaian untuk mengambil keputusan personalia secara umum. 2)
penilaian memberikan penjelasan tentang pelatihan dan pengembangan yang
dibutuhkan. 3) penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai kriteria untuk program
seleksi dan pengembangan yang disahkan. 4) penilaian kinerja juga untuk
memenuhi tujuan umpan balik yang ada terhadap para peukkerja tentang
bagaimana organisasi memandang kinerja mereka. 5) penilaian kinerja digunakan
sebagai dasar untuk mengevaluasi atau menentukan penghargaan.32

d. Budaya Organisasi

Budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengrtian bersama yang


dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi

32
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 259.
23

tersebut dari organisasi lainnya.33 Menurut Robbins, saat ini terdapat tujuh elemen
penting budaya organisasi yang disimpulkan berdasar penelitian:

1. Inovasi dan pngambilan rsiko. Tingkat daya pendorong karyawan untuk


bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail.tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk
lebih mampu memperlihatkan ketepatan, analisis, dan perhatian terhadap
detail.
3. Orientasi terhadap hasil. Tingkatan tuntutan terhadap manajemn untuk
lebih memusatkan terhadap hasil.
4. Orientasi terhadap individu. Tingkat keputusan manajemen dalam
mempertimbangkan efek-fek hasil terhadap individu yang ada di dalam
organisasi.
5. Orientasi terhadap tim. Tingkat aktifitas pekerjaan yang diatur dalam tim,
bukan secara perorangan.
6. Agresivitas. Tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif
dan bersaing, dan tidak bersikap santai.
7. Stabilitas. Tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam mempertahankan
status quo berbanding pertumbuhan.

Menurut Robbins, telah terbukti diberbagai riset bahwa perubahan budaya


dapat dilakukan bila semua atau hampir semua kondisi berikut terpenuhi.

Krisis yang dramatis, kondisi krisis akan menggoyahkan status quo dan
memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada waktu itu. Pergantian
kepemimpinan, pemimpin baru yang menawarkan serangkaian nilai-nilai
alternatif, dapat dianggap mampu mengatasi krisis. Organisasi baru dan
berukuran kecil, semakin muda suatu organisasi semakin kurang pengakaran
budaya organisasi tersebut. Budaya lemah, semakin luas suatu budaya diakui dan

33
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 279.
24

semakin tinggi kesepakatan terhadap nilai-nilainya, semakin sulit untuk


mengubahnya.

f. Perubahan dan pengembangan organisasi

Tekanan-tekanan yang terjadi dan ketidakpastian di luar organisasi, membuat


organisasi harus merubah perilkau dan berbagai aspek di internal organisasi.
Namun perubahan yang akan dibuat di organisasi selalu mendapat tentangan dari
anggota dan berbagai kelompok di organisasi. Dengan mempelajari dan aplikasi
perilaku organisasi maka resistensi tersebut akan dapat diatasi.

Jika sebuah organisasi ingin bertahan maka tuntutan perubahan harus


dilakukan. Maka perubahan harus direncanakan, proaktif dan memiliki tujuan
yang jelas. Perubahan direncanakan dengan alasan: Pertama, untuk memperbaiki
kemampuan organisasi dalam beradaptasi terhadap perubahan di lingkungannya.
Kedua, untuk merubah perilaku para pekerja.

Menyikapi perubahan tersebut membuat hampir seluruh yang ada di


organisasi akan mengalami perubahan, misalnya: sikap, persepsi, tim,
kepemimpinan, motivasi, rancangan organisasi. Disini peran manajer sangat
penting sebagai agen perubahan, yang juga bisa merekayasa berbagai perilaku di
organisasinya.

g. Pentingnya Mmplajari Prilaku Organisasi

Ivanevich menyampaikan enam poin penting mengapa perilaku organisasi


perlu dipelajari dan diaplikasikan diorganisasi, diantaranya: Pertama, perilaku
organisasi merupakan suatu cara berpikir. Perilaku dipandang beroperasi pada
tingkat individu, kelompok, dan organisasi. Dalam mempelajari perilaku
organisasi harus mengidentifikasi dengan jelas tingkat analisis yang digunakan:
individu, kelompok, dan organisasi.

Kedua, perilaku organisasi adalah multidisiplin. Dalam studi perilaku


organisasi menggunakan prinsip, model, dan metode dari berbagai disiplin ilmu
lain. Ketiga, terdapat orientasi humanistik yang tampak jelas dalam perilaku
25

organisasi. Orang dan sikap, persepsi, kapasitas pembelajaran, perasaan, dan


tujuan mereka merupakan hal penting bagi rendah tingginya kinerja. Keempat,
perilaku organisasi berorientasi pada kinerja. Kelima, dalam kajian perilaku
organisasi dibutuhkan metode ilmiah. Keenam, kajian perilaku organisasi
memiliki orientasi penerapan dalam konteks pengelolaan keorganisasian.

Manfaat perilaku organisasi lainnya adalah:

1. Prediksi. Dengan menerapkan kajian perilaku organisasi, maka


diharapkan di organisasi dapat memprediksi hal-hal yang dianggap
bermanfaat bagi kepentingan organisasi yang ada kaitannya terhadap
perilaku anggota organisasi.
2. Penjelasan. Organisasi membutuhkan penjelasan terhadap fenomena
perilaku anggota-anggotanya. Dengan adanya penjelasan terhadap perilaku
yang ada di organisasi, maka akan dapat dicarikan solusinya. Misalnya
kenapa produktivitas organisasi menurun, maka dapat dipelajari dengan
perilaku anggota.
3. Pengendalian. Dengan adanya ilmu perilaku organisasi maka seorang
manajer atau pimpinan sebuah organisasi telah memahami “peta
psikologis” organisasi yang dipimpinnya. Sehingga bisa mengambil
langkah-langkah strategis dan taktis untuk mengendalikan anggotanya
agar dapat terlibat untuk mencapai tujuan organisasi.

Apabila perilaku organisasi berhasil diterapkan, maka akan menjadi sistem


imbalan rangkap tiga, dimana tujuan manusia, organisasi, dan masyarakat
menyatu.34 Menurut Davis orang-orang merasa lebih puas dalam pekerjaan
apabila terwujud kerjasama dan kerja tim. Mereka belajar dan tumbuh, serta
memberikan kontribusi. Organisasi juga lebih berhasil karena beroprasi secara
lebih efektif. Kualitas meningkat dan kerugian menyusut. Sedangkan masyarakat
juga akan mendapatkan manfaat dari sebuah organisasi yang dikelola dengan
baik, salah satu implikasinya adalah produk dari organisasi yang menjadi lebih

34
Keith Davis, Perilaku, hlm. 6-7.
26

berkualitas. Dengan menerapkan prinsip perilaku organisasi maka setiap pihak


akan mengalami kemenangan.

Menurut Robbins bahwa dengan analisis perilaku organisasi terdapat peluang


dan tantangan bagi organisasi35, sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas dan produktivitas.Manajer harus memahami bahwa


keberhasilan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas tidak akan
tercapai tanpa ada keterlibatan penuh dari anggota. Anggota harus merasa
dilibatkan dalam merencanakan masa depan organisasi, bukan hanya
sebagai pekerja.
2. Meningkatkan keterampilan anggota.Keterampilan anggota membutuhkan
kecakapan manajerial. Olehkarena itu seorang manajer harus cakap dalam
menerapkan ilmu perilaku organisasi agar dapat berdaya guna bagi
organisasi.
3. Mengelola keragaman tenaga kerja. Dalam organisasi terdapat individu
memiliiki latar belakang sendiri. Ketika sudah berada dalam organisasi
bagaimana membangun komunalisme dan kolektivitas di organisasi
menjadi sangat penting.
4. Menanggapi globalisasi. Di era globalisasi seorang manajer tidak tertutup
kemungkinan untuk bertugas di sebuah negara asing. Maka kemampuan
membaca perilaku organisasi sangat dibutuhkan, agar segera dapat
beradaptasi.
5. Memberdayakan anggota. Manajer perlu memberikan otonomi kepada
anggotanya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Manajer harus belajar
memberikan kendali, begitu pula anggota harus mampu menjalankan
tanggung jawabnya.
6. Menstimulus inovasi dan perubahan. Organisasi yang sukses harus
mengembangkan inovasi dan menguasai seni perubahan. Kemenangan

35
Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Jakarta: Penerbit rlangga,
2002),hlm.7-15.
27

hanya dapat diraih bagi organisasi yang fleksibel, terus memperbaiki


kualitas, dan merebut pasar dengan produk-produk inovatif.
7. Mengatasi kekinian. Manajer dan anggotanya harus belajar hidup dalam
dinamika dan perubahan terus menerus tanpa henti yang tidak dapat
diramalkan. Dengan studi perilaku organisasi akan memberikan
pemahaman terhadap perubahan dan kekinian.
8. Memotivasi anggota (bermodus ganda). Organisasi harus menyikapi
sebuah kondisi dimana seorang upah anggota yang berketerampilan
rendah dengan upah mendekati minimum dan pekerja berketerampilan
tinggi yang memberikan jalan bagi mereka untuk mempertahankan gaya
hidup kalangan atas.
9. Perbaikan perilaku etis. Di organisasi perlu diciptakan iklim etika yang
sehat sehingga dapat melaksanakan pekerjaan secara produktif dan
meminimalisir keraguan terhadap benar dan salah di organisasi.

Menurut Davis36 kajian perilaku organisasi bukanlah puncak dari berbagai


upaya permasalahan keorganisasian. Perilaku organisasi memiliki keterbatasan,
perilaku organisasi tidak akan mampu menghilangkan konflik dan frustrasi,
kecuali hanya menguranginya dan mendinamisir konflik. Perilaku organisasi
adalah cara untuk memperbaiki keadaan, bukan merupakan jawaban mutlak untuk
menanggulangi masalah. Perilaku organisasi hanyalah bagian dari seluruh pakaian
organisasi. Perilaku organisasi memang dapat dijadikan kajian khusus dalam
organisasi, namun jangan lupa untuk mengaitkannya kembali dengan keseluruhan
realitas. Perilaku organisasi tidak dapat menggantikan perencanaan yang jelek,
pengorganisasian yang tidak baik, atau pengendalian yang tidak memadai.
Perilaku organisasi hanyalah satu dari banyak sistem yang berfungsi di dalam
sistem sosial yang lebih besar.

4. Perilaku Organisasi dalam Islam

36
Keith Davis dan John W. Newstrom, Perilaku dalam Organisasi Jilid 2 (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1985), hlm. 230.
28

Jika konteks bangunan teori perilaku organisasi tidak bisa terlepas dari
kontribusi ilmu-ilmu: Politik, Sosiologi, Antropologi, dan Psikologi maka pada
dasarnya di dalam Al-Qur’an banyak pesan dan konteks yang dibahas dalam ilmu-
ilmu tersebut. Namun dalam makalah ini hanya akan diambil beberapa ayat yang
mencerminkan nilai-nilai utama yang dibutuhkan organisasi, seperti: Persatuan,
Perbedaan, dan Kerjasama.

a. Persatuan

 
 
 
 

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” 37

Menurut Quraish Shihab dalam ayat ini dijelaskan bahwa setelah mengajak memeluk Islam
dan meninggalkan kesatuan, maka perintah utama adalah laksanakan shalat dan zakat. Dua
kewajiban pokok ini merupakan pertanda hubungan harmonis, shalat untuk hubungan baik dengan
alam dan sesama manusia. Kewajiban lainnya rukuklah bersama-sama orang yang rukuk dalam
arti tunduk dan taatlah pada ketentuan Allah sebagaimana dan bersama orang-orang yang tunduk.
Dalam ayat ini terdapat pesan-pesan imaniyah dan badaniyah.38

b. Berbangsa-bangsa

  


  
 
 
  
  
    
 

37
QS.2: 43
38
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keharmonisan Al-Qur’an. Jilid I
(Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 41-45.
29

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”39

Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini merupakan
prinsip dasar hingga hubungan antar manusia. Karena itu ayat ini tidak kepada “orang yang
beriman” melainkan kepada jenis manusia. Ayat ini merupakan pengantar untuk menegaskan
bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama disisi Allah swt. Tidak ada perbedaan antara
suku dan lainnya. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan
perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Karena yang
paling mulia disisi Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa. 40

Selanjutnya Quraish Shihab menjelaskan berdasarkan riwayat Abu Daud, bahwa ayat ini
turun berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah pembantu. Nabi meminta
kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putri mereka dengan Abu Hind, tetapi
mereka mereka enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahi putri mereka dengan budak
mereka. Namun ada juga riwayat lain yang mengatakan bahwa Usaid Ibn Abi al-Ish berkomentar
ketika mendengar Billal mengumandangkan azan di Ka’bah: “Alhamdulilah, ayahku wafat
sebelum melihat kejadian ini.” Ada juga komentar lain, “Apakah Muhammad tidak menemukan
selain burung gagak ini untuk berazan?”

Menurut Quraish Shihab, bahwa apapun sabab nuzul nya, ayat ini menegaskan kesatuan
asal-usul manusia dengan mnunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar
seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi daripada yang lain, bukan saja antara satu
bangsa, suku, atau warna kulit dan lainnya. Dalam konteks kesetaraan manusia ini, sewaktu Haji
Wada’ (perpisahan), Nabi berpesan: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa,
asal kamu satu, tiada kelebihan orang Arab atau non Arab, tidak juga non Arab atas orang Ara.
Atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah (yakni putih), tidak juga sebaliknya,
kecuali dengan takwa. Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah adalah yang paling
bertaqwa.”41

Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk
saling memberi manfaat. Ayat ini juga menekankan atas pentingnya untuk saling mengenal.
Perkenalan ini dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain guna

39
QS.49:13
40
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keharmonisan Al-Qur’an. Jilid I (Jakarta:
Lentera Hati, 2009).
41
HR. Al-Baihaqi melalui Jabir Ibn-Abdilla.
30

meningkatkan ketawaan kepada Allah. Tanpa saling mengenal tidak akan ada kedamaian, tidak
dapat saling melengkapi, bahkan tidak dapat bekerjasama dalam melakukan pekerjaan.

c. Tolong Menolong dan Kerjasama

 
  
  
 
  
    
 
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-
orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh
ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.”42

Ayat ini menginformasikan kedudukan mereka serta ganjaran yang mereka peroleh sebagai
imbalan kerjasama dalam kebaikan, kata rizqun karim dalam ayat ini maknanya tidak terbatas pada
rezeki di surga. Tetapi rezeki yang dimaksud beraneka ragam lagi sangat memuaskan. 43

C. Penutup
Berdasarkan ulasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kajian perilaku organisasi dibutuhkan agar seorang manajer atau pimpinan


organisasi dapat memahami individu (orang-orang), kelompok (kelompok
orang-orang) yang ada dalam organisasi agar dapat mempelajari karakter
mereka, dan motif mereka untuk berada dalam organisasi. Namun untuk
mempelajari karakter dan keunikan anggota dan kelompok tersebut
seorang manajer membutuhkan pendekatan berbagai ilmu, diantaranya:
Psikologi, Sosiologi, Antropologi, dan Politik, dikarenakan kajian perilaku
organisasi belum merupakan kajian yang bisa berdiri sendiri dalam
merumuskan teori-teorinya. Paraktik kajian perilaku organisasi dapat
diterapkan dengan membangun struktur organisasi, penghargaan, sanksi,

42
QS.08: 74.
43
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keharmonisan Al-Qur’an. Jilid IV
(Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 622.
31

motivasi, tim kerja, job description, manajemen konflik dan berbagai sub
bahasan ilmu manajemen lainnya. Bisa dikatakan kajian perilaku
organisasi harus memahami terlebih dahulu berbagai kajian dalam
organisasi (ilmu manajemen) dalam berbagai aspeknya.
2. Dalam Al-Qur’an anyak terdapat kisah, pesan, sejarah mengenai perilaku
individu, perilaku kelompok, dan perilaku keorganisasian (suku, negara).
Namun jika diambil beberapa poin penting konsep Islam dalam masalaha
keorganisasian adalah bahwa keragaman dan pluralisme adalah sebuah
keniscayaan ang tidak bisa dipungkiri. Manusia diciptakan berpasang-
pasangan, bersuku bangsa. Namun dibalik keberagaman individu atau
kelompok tersebut, manusia dituntut untuk saling mengenal, saling belajar,
agar dapat saling bekerjasama, tolong menolong. Persatuan ummat
manusia juga dapat dilihat jelas dalam Pesan Haji Wada’ (perpisahan)
Nabi. Bahwa tidak boleh ada satu individu merasa paling mulia atas
individu yang lain. Manusia harus dimuliakan nilai-nilai kemanusiaannya
karena manusia berasal dari satu asal. Implikasi bagi kehidupan
keorganisasian bahwa di dalam organisasi yang terdiri dari keberagaman
individu organisasi adalah sebuah modal untuk saling belajar dan mengisi
kekurangan satu pihak untuk mencapai tujuan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai