PERILAKU ORGANISASI
Oleh
Fridiyanto
A. Pendahuluan
1. Konteks Kajian
2. Fokus Kajian
B. Pembahasan
1. Konsep Perilaku Organisasi
a. Definisi Perilaku Organisasi
Jika dilihat dari definisi di atas bahwa studi prilaku organisasi merupakan
pertemuan dari berbagai ilmu untuk menyelesaikan permasalahan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Organisasi yang terdiri dari individu dan kelompok
1
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali
Pers, 2003), hlm.171.
2
John M. Ivancevich., Robert Konopaske., Michael T. Mattson, Perilaku dan Manajemen
Organisasi Jilid 1 (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), hlm. 10.
3
harus dipahami hakikat diri mereka, motivasi mereka sehingga tidak terjadi
tindakan dan sikap yang tidak selaras dengan makna kolektivitas dalam
organisasi. Olehkarena itu studi perilaku organisasi sangat dibutuhkan agar
menajer dapat memetakan kondisi psikologis orang-orang yang ada di bawah
kendalinya.
3
L.L. Cummings dalam Keith Davis dan John W. Newstrom, Perilaku dalam Organisasi Jilid I
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985), hlm. 5.
4
Orang-orang membentuk sistem sosial di organisasi. Mereka terdiri dari orang dan kelompok,
serta kelompok besar, termasuk juga kelompok kecil. Setiap kelompok orang tersebut sangat
dinamis, bisa bersatu dan bisa juga bercerai. Orang-orang adalah mahluk hidup yang memiliki
pikiran, perasaan, kehendak untuk mencapai tujuan pribadinya ataupun kelompoknya. Organisasi
dibentuk untuk melayani manusia, bukan manusia untuk melayani organisasi.
5
Struktur merupakan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi. Berbagai pekerjaan yang ada
diperlukan untuk menggerakkan organisasi. Orang-orang ini harus dihubungkan melalui struktur
4
agar pekerjaan menjadi efektif. Semua hubungan ini menimbulkan berbagai masalah kerjasama,
perundingan, dan pengambilan keputusan yang rumit.
6
Teknologi menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk bekerja dan sumber
daya itu memengaruhi tugas mereka. Organisasi tidak dapat melakukan banyak hal tanpa
teknologi.
7
Semua organisasi beroperasi di lingkungan luar dan tidak berdiri sendiri. Organisasi merupakan
bagian dari sistem yang lebih besar yang terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, keluarga.
Olehkarena itu lingkungan luar sangat memengaruhi organisasi dan harus diperhatikan untuk
memplajari perilaku organisasi.
8
Veithal Rivai, Kepemimpinan, hlm.175.
5
Bisa dikatakan bahwa ilmu manajemen merupakan ilmu yang tidak bisa
berdiri sendiri, dikarenakan karakteristik setiap kajian yang ada dalam ilmu
manajemen, pada dasarnya adalah kajian dari ilmu-ilmu lain. Ilmu manajemen
merupakan sebuah ilmu terapan yang memanfaatkan hasil-hasil riset ilmu yang
ada agar dapat bermanfaat dalam organisasi. Dalam konteks perilaku organisasi,
ilmu-ilmu berikut penting dipelajari oleh seorang manajer, agar lebih dapat
memahami dinamika keorganisasian.
politik yang merupakan hal wajar tersebut. Ilmu politik akan membantu
mempengaruhi individu atau kelompok, membagi sumber daya dan
wewenang, serta mengatasi konflik.
Tabel 1
Kontribusi berbagai Ilmu terhadap Studi Perilaku Organisasi
9
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm.4.
7
organisasi terdapat faktor dari tiga variabel tersebut, misalnya: 1) kemampuan dan
keterampilan-keterampilan para karyawan; 2) Susunan psikologikal karyawan; 3)
reaksi para karyawan terhadap variabel-variabel keorganisasian.
10
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.196.
11
J. Winardi, Manajemen, hlm. 199.
12
Keith Davis, Perilaku, hlm. 9.
8
Organisasi tidak bisa terlepas dari berbagai faktor di luar dari internal
organisasi. Beberapa faktor yang memengaruhi organisasi, yaitu: pesaing,
konsumen, budaya sub lingkungan, pemasok material dan energi, pemilik saham,
instansi pemerintah, para pelanggan.13
Kelompok
Pesaing konsumen
Serikat
Para
pelangg
Organisasi
an
Budaya
sub
Instansi
lingkung
pemerin
Pemasok aan
tah material
Pemilik dan energi
saham
13
Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia (Jakarta:
Rineka Cipta, 1992),hlm. 17.
10
Tabel 2
Enam Belas Sifat Kepribadian Utama
Penyendiri Peramah
Kecerdasan rendah Kecerdasan tinggi
Dipengaruhi oleh perasaan Stabil secara emosional
Pengikut Dominan
Serius Santai
Berani mengambil resiko Bijaksana/penuh pertimbangan
Pemalu Petualang
Keras hati Peka
Mudah percaya Pencuriga
Praktis Imajinatif
Blak-blakan Tersembunyi
Percaya diri Mudah cemas
Konservatif Suka mencoba
Tergantung pada kelompok Mandiri
Tidak terkendali Terkendali
Rileks Tegang
14
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 46
15
Stphen P. Robbins, Perilaku, hlm. 55.
12
Tabel 3
16
Stephen P.Robbins, Perilaku,hlm. 106.
17
Stephen P.Robbins, Perilaku,hlm. 107.
13
18
Stephen P.Robbins, hlm. 107.
14
Tahap Norma (Norming), dalam tahap ini mulai nampak tanda kerjasama
dan kekompakan. Di organisasi mulai terjadi kohesivitas secara signifikan. Norma
perilaku ditetapkan dan berlaku di organisasi, dan mulai merumuskan usaha-usaha
yang dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi.
1. Ukuran tim kerja. Sebuah tim kerja yang baik, bukanlah jumlah anggota
yang besar. Jumlah yang besar hanya cocok untuk membangun
kekompakan, bukan tim kerja. Sebaiknya tim kerja dibawah selusin
anggota. Dengan tim yang kecil ini akan lebih dijamin akuntabilitas untuk
mencapai kinerja tertinggi.
19
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 130.
16
c. Komunikasi
d. Kepemimpinan
20
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 146.
18
Kekuasaan menentukan tujuan apa saja yang ingin diraih oleh suatu kelompok
dan bagaimana sumber daya dalam organisasi didistribusikan kepada anggota.
Dengan kekuasaan dan keahlian politik maka sumber daya akan dimanfaatkan
sesuai keinginan “penguasa politik”.
21
Robert A. Dahl dalam John M. Ivancevich, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi
(Jakarta:Penerbit Erlangga, 2006), hlm. 77-78.
22
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 182.
23
John, M.Ivancvich, Perilaku,,hlm. 78.
19
tidak dikelola dengan baik kekuasaan akan menyebabkan proses politik yang tidak
sehat yang menganggu organisasi yang sehat.
Sejarah konflik, lahir bersamaan dengan sejarah manusia. Konflik akan selalu
ada dalam kehidupan manusia, terutama dalam organisasi. Tinggal yang menjadi
masalah adalah apa saja penyebab konflik, siapa saja yang berkonflik, dan apakah
dampak dari konflik? untuk menyelesaikan masalah konflik tersebut, ilmu
perilaku organisasi sangat bermanfaat.
Konflik merupakan suatu proses dimana upaya secara sengaja dilakukan oleh
A untuk mengimbangi B dengan berbagai bentuk hambatan yang akan
mengakibatkan B frustrasi dalam mencapai tujuan dan kepentingannya. 25 Dalam
ilmu manajemen perkembangan konsep mengenai konflik sangat dinamis.
24
Perilaku berpolitik dalam organisasi sebagai aktivitas yang tidak diperlukan sebagai bagian dari
peran formal seseorang dalam organisasi, tapi yang memengaruhi atau berusaha untuk
memengaruhi, penditribusian keuntungan atau kerugian di dalam organisasi.
25
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm 199.
20
4. Sistem Organisasi
a. Dasar-dasar struktur organisasi
26
Pandangan tradisionalis bahwa konflik itu hal negatif yang sinonimnya yaitu kekerasan,
pengrusakan, dan ketidakrasionalan. Konflik harus dihindari di dalam organisasi.
27
Pandangan hubungan manusia bahwa konflik merupakan kejadian alamiah dalam proses
keorganisasian. Konflik tidak mungkin dapat dihindari, maka konflik harus diterima dan bahkan
bisa bermanfaat bagi organisasi.
28
Pandangan interaksionis oleh Robbins masih dianggap pandangan terbaru mengenai konflik.
pandangan ini berkeyakinan bahwa kelompok yang harmonis, damai, tenang, dan kooperatif dapat
membuat organisasi menjadi statis. Kontribusi utama dari pendekatan interaksionis adalah
mendorong kelompok untuk mempertahankan agar kelompok tetap hidup, dapat mengkritik diri
sendiri, dan menjadi lebih kreatif.
29
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 217.
30
Kenneth N. Wexley dan Gary Yukl, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia (Jakarta:
Rinka Cipta, 1992),hlm.19.
21
31
Kenneth N. Wexley, Perilaku, hlm. 25.
22
d. Budaya Organisasi
32
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 259.
23
tersebut dari organisasi lainnya.33 Menurut Robbins, saat ini terdapat tujuh elemen
penting budaya organisasi yang disimpulkan berdasar penelitian:
Krisis yang dramatis, kondisi krisis akan menggoyahkan status quo dan
memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada waktu itu. Pergantian
kepemimpinan, pemimpin baru yang menawarkan serangkaian nilai-nilai
alternatif, dapat dianggap mampu mengatasi krisis. Organisasi baru dan
berukuran kecil, semakin muda suatu organisasi semakin kurang pengakaran
budaya organisasi tersebut. Budaya lemah, semakin luas suatu budaya diakui dan
33
Stephen P.Robbins, Perilaku, hlm. 279.
24
34
Keith Davis, Perilaku, hlm. 6-7.
26
35
Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Jakarta: Penerbit rlangga,
2002),hlm.7-15.
27
36
Keith Davis dan John W. Newstrom, Perilaku dalam Organisasi Jilid 2 (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1985), hlm. 230.
28
Jika konteks bangunan teori perilaku organisasi tidak bisa terlepas dari
kontribusi ilmu-ilmu: Politik, Sosiologi, Antropologi, dan Psikologi maka pada
dasarnya di dalam Al-Qur’an banyak pesan dan konteks yang dibahas dalam ilmu-
ilmu tersebut. Namun dalam makalah ini hanya akan diambil beberapa ayat yang
mencerminkan nilai-nilai utama yang dibutuhkan organisasi, seperti: Persatuan,
Perbedaan, dan Kerjasama.
a. Persatuan
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” 37
Menurut Quraish Shihab dalam ayat ini dijelaskan bahwa setelah mengajak memeluk Islam
dan meninggalkan kesatuan, maka perintah utama adalah laksanakan shalat dan zakat. Dua
kewajiban pokok ini merupakan pertanda hubungan harmonis, shalat untuk hubungan baik dengan
alam dan sesama manusia. Kewajiban lainnya rukuklah bersama-sama orang yang rukuk dalam
arti tunduk dan taatlah pada ketentuan Allah sebagaimana dan bersama orang-orang yang tunduk.
Dalam ayat ini terdapat pesan-pesan imaniyah dan badaniyah.38
b. Berbangsa-bangsa
37
QS.2: 43
38
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keharmonisan Al-Qur’an. Jilid I
(Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 41-45.
29
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”39
Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini merupakan
prinsip dasar hingga hubungan antar manusia. Karena itu ayat ini tidak kepada “orang yang
beriman” melainkan kepada jenis manusia. Ayat ini merupakan pengantar untuk menegaskan
bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama disisi Allah swt. Tidak ada perbedaan antara
suku dan lainnya. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan
perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Karena yang
paling mulia disisi Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa. 40
Selanjutnya Quraish Shihab menjelaskan berdasarkan riwayat Abu Daud, bahwa ayat ini
turun berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah pembantu. Nabi meminta
kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putri mereka dengan Abu Hind, tetapi
mereka mereka enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahi putri mereka dengan budak
mereka. Namun ada juga riwayat lain yang mengatakan bahwa Usaid Ibn Abi al-Ish berkomentar
ketika mendengar Billal mengumandangkan azan di Ka’bah: “Alhamdulilah, ayahku wafat
sebelum melihat kejadian ini.” Ada juga komentar lain, “Apakah Muhammad tidak menemukan
selain burung gagak ini untuk berazan?”
Menurut Quraish Shihab, bahwa apapun sabab nuzul nya, ayat ini menegaskan kesatuan
asal-usul manusia dengan mnunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar
seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi daripada yang lain, bukan saja antara satu
bangsa, suku, atau warna kulit dan lainnya. Dalam konteks kesetaraan manusia ini, sewaktu Haji
Wada’ (perpisahan), Nabi berpesan: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa,
asal kamu satu, tiada kelebihan orang Arab atau non Arab, tidak juga non Arab atas orang Ara.
Atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah (yakni putih), tidak juga sebaliknya,
kecuali dengan takwa. Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah adalah yang paling
bertaqwa.”41
Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk
saling memberi manfaat. Ayat ini juga menekankan atas pentingnya untuk saling mengenal.
Perkenalan ini dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain guna
39
QS.49:13
40
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keharmonisan Al-Qur’an. Jilid I (Jakarta:
Lentera Hati, 2009).
41
HR. Al-Baihaqi melalui Jabir Ibn-Abdilla.
30
meningkatkan ketawaan kepada Allah. Tanpa saling mengenal tidak akan ada kedamaian, tidak
dapat saling melengkapi, bahkan tidak dapat bekerjasama dalam melakukan pekerjaan.
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-
orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh
ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.”42
Ayat ini menginformasikan kedudukan mereka serta ganjaran yang mereka peroleh sebagai
imbalan kerjasama dalam kebaikan, kata rizqun karim dalam ayat ini maknanya tidak terbatas pada
rezeki di surga. Tetapi rezeki yang dimaksud beraneka ragam lagi sangat memuaskan. 43
C. Penutup
Berdasarkan ulasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
42
QS.08: 74.
43
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keharmonisan Al-Qur’an. Jilid IV
(Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 622.
31
motivasi, tim kerja, job description, manajemen konflik dan berbagai sub
bahasan ilmu manajemen lainnya. Bisa dikatakan kajian perilaku
organisasi harus memahami terlebih dahulu berbagai kajian dalam
organisasi (ilmu manajemen) dalam berbagai aspeknya.
2. Dalam Al-Qur’an anyak terdapat kisah, pesan, sejarah mengenai perilaku
individu, perilaku kelompok, dan perilaku keorganisasian (suku, negara).
Namun jika diambil beberapa poin penting konsep Islam dalam masalaha
keorganisasian adalah bahwa keragaman dan pluralisme adalah sebuah
keniscayaan ang tidak bisa dipungkiri. Manusia diciptakan berpasang-
pasangan, bersuku bangsa. Namun dibalik keberagaman individu atau
kelompok tersebut, manusia dituntut untuk saling mengenal, saling belajar,
agar dapat saling bekerjasama, tolong menolong. Persatuan ummat
manusia juga dapat dilihat jelas dalam Pesan Haji Wada’ (perpisahan)
Nabi. Bahwa tidak boleh ada satu individu merasa paling mulia atas
individu yang lain. Manusia harus dimuliakan nilai-nilai kemanusiaannya
karena manusia berasal dari satu asal. Implikasi bagi kehidupan
keorganisasian bahwa di dalam organisasi yang terdiri dari keberagaman
individu organisasi adalah sebuah modal untuk saling belajar dan mengisi
kekurangan satu pihak untuk mencapai tujuan organisasi.