Anda di halaman 1dari 14

Mosharafa

Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 2, Nomor 3, September 2013

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY
DENGAN YANG MENDAPATKAN MODEL PEMBELAJARAN
NUMBERED HEAD TOGETHER
(Studi Penelitian kuasi Eksperimen di SMP Negeri 1 Sukawening)
(STKIP Garut Tahun 2012/2013)

Lia Nurul Hidayatilah


Moersetyo Rahadi

STKIP Garut

Abstract:
Quasi experiment studies with experimental design ( the statistic group posttes design) aimed to
determine differences in mathematical problem solving ability of students get the learning model two
stay two stray with again learning model Numbered Head Together, as well as the attitude of students
towards learning mathematics for teaching model Two stay Two stray with learning model Numbered
Head Together. Data analysis can be carried out with test data normality. Mann whitney. The results
of this study indicate : (1) there is a difference mathematical problem solving ability of students get
the learning model Two stay two stray with a gain learning model Numbered Head Together; (2)
student’s attitudes toward learning model Two stay Two stray and learning model Numbered Head
Together in general the students to be kind to both the learning model.
Abstak:
Penelitian kuasi eksperimen dengan desain eksperimen (the statistic group posttes design) bertujuan
untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan
model pembelajaran Two stay Two Stray dengan yang mendapatkan model pembelajaran Numbered
Head Together, serta mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika terhadap model
pembelajaran Two stay Two Stray dengan model pembelajaran Numbered Head Together. Analisis
data dilakukan dengan uji normalitas data, Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa:
(1) terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan model
pembelajaran Two stay Two Stray dengan yang mendapatkan model pembelajaran Numbered Head
Together; (2) sikap siswa terhadap model pembelajaran Two stay Two Stray dan model pembelajaran
Numbered Head Together secara umum siswa bersikap baik terhadap kedua model pembelajaran
tersebut.

A. Latar Belakang Masalah menjadi sumber daya manusia yang handal dan
Pendidikan merupakan kegiatan yang terampil di bidangnya.
universal dalam kehidupan manusia, dengan Matematika adalah salah satu mata
pendidikan manusia berusaha pelajaran yang ikut membantu dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya, pemecahan suatu masalah. Matematika dapat
mengubah tingkah laku kearah yang lebih baik, membantu mempersiapkan siswa agar sanggup
pendidikan juga dapat mencetak manusia menghadapi perubahan keadaan yang

ISSN 2086-4280 155


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

berkembang melalui latihan tindakan atas berlangsung dengan baik. Dan diantaranya
dasar pemikiran kritis, rasional dan cermat, model pembelajaran yang dapat digunakan
serta dapat menggunakan pola pikir untuk mengembangkan kompetensi belajar
matematika, baik dalam mempelajari ilmu siswa yaitu metode pembelajaran kooperatif.
pengetahuan maupun dalam kehidupan sehari- Untuk meningkatkan
hari. Kemudian dalam menghadapi era pemecahan masalah matematika, salah satu
globalisasi pemerintah harus menyiapkan model pembelajaran yang relevan dan dapat
SDM yang berkualitas dan mempunyai diterima oleh siswa adalah model
kemampuan bersaing yang tinggi, bisa bekerja pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
sama, berani serta handal dalam berkompetisi. Together (NHT). Numbered Heads Together
Dalam pembelajaran matematika (NHT) adalah salah satu pendekatan lebih
kemampuan pemecahan masalah sangat banyak siswa dalam menelaah teori yang
penting. Kemampuan pemecahan masalah tercakup dalam suatu pembelajaran dan
merupakan tujuan umum dalam pembelajaran mengecek pemahaman mereka terhadap
matematika, bahkan sebagai jantungnya pelajaran tersebut. Selain itu dalam
matematika, artinya kemampuan pemecahan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
masalah merupakan kemampuan dasar dalam Together (NHT) siswa belajar dengan bantuan
pelajaran matematika. Pandangan bahwa LKS secara kelompok berbagi tanggung jawab
kemampuan menyelesaikan masalah dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
merupakan tujuan umum pengajaran guru. Siswa secara individu diberi suatu tes
matematika, mengandung pengertian bahwa yang ikut berpengaruh terhadap keberhasilan
matematika dapat membantu dalam kelompok. Hasil belajar kelompok tersebut
memecahkan masalah baik dalam pelajaran dibandingkan dengan kelompok lain guna
lain maupun dalam kehidupan sehari hari. Oleh memperoleh penghargaan.
karenanya kemampuan pemecahan masalah ini Two Stay Two Stray (TSTS) “Dua
menjadi tujuan umum pembelajaran tinggal dua tamu” adalah salah satu model
matematika. pembelajaran kooperatif dan biasa digunakan
Dalam pemecahan masalah bersama dengan model kepala bernomor
matematika setiap siswa mempunyai (Numbered Head). Two Stay Two Stray
kemampuan yang berbeda-beda. Guru harus (TSTS) adalah salah satu tipe pembelajaran
pandai mencari strategi pembelajaran sesuai kooperatif yang memberikan kesempatan
dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh kepada kelompok untuk membagikan hasil
anak tersebut, guna memfasilitasi anak-anak imformasi kepada kelompok lain. Dalam
dengan kemampuan yang berbeda-beda. Salah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
satunya dengan memperhatikan bagaimana Two Stray (TSTS) ini siswa dihadapkan pada
menentukan model pembelajaran yang sesuai kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan
sehingga dapat mengakomodasi kemampuan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang
anak yang berbeda-beda tersebut. Di sisi lain secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk
guru juga mempunyai tugas untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota
menciptakan suasana belajar mengajar yang kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.
dapat memotivasi siswa agar senantiasa belajar Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan
yang baik dan bersemangat dalam setiap menyimak pada siswa.
kegiatan pembelajaran sehingga akan Sehubungan dengan itu, penulis
mendapat hasil belajar yang optimal. Oleh mencoba untuk melakukan penelitian
karena itu, guru harus mampu memilih dan pembelajaran dengan judul: Perbedaan
menggunakan model pembelajaran yang tepat, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
agar sarana interaksi antara guru dengan murid Siswa yang Mendapatkan Model

ISSN 2086-4280 156


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two motivasi, minat dan kemampuan
Stray (TSTS) dengan Siswa yang Mendapatkan pemecahan masalah matematik siswa
Model Pembelajaran Numbered Head dalam pelajaran matematika.
Together (NHT). Dengan harapan pendekatan 3. Bagi penulis, penelitian ini dapat
ini dapat meningkatkan pemecahan masalah dijadikan pengalaman dan sarana
matematis siswa. untuk menerapkan segala ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah D. Tinjauan Pustaka
yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan 1. Pengertian Belajar.
masalah penelitian ini adalah : pengertian belajar dalam Purwanto
1. Apakah terdapat perbedaan (1990: 84)
kemampuan pemecahan masalah a. Gagne dalam The Condition of
matematika siswa antara yang Learrning (1975) “belajar terjadi
mendapatkan pembelajaran kooperatif apabila suatu situasi stimulus dengan
tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
pembelajaran Numbered Head sedemikian rupa sehingga
Together (NHT)? perbuatannya (performance-nya)
2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap berubah dari waktu sebelum ia
model pembelajaran koopertif tipe Two mengalami situasi tadi“.
Stay Two Stray (TSTS)? b. Morgan dalam bukunya Introduction
3. Bagaimanakah sikap siswa terhadap to Psychology (1978) “belajar adalah
model pembelajaran koopertif tipe suatu perubahan yang terjadi sebagai
Numbered Head Together (NHT)? suatu hasil dari latihan dan
C. Manfaat Penelitian pengalaman”.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian Dari beberapa pengertian belajar
ini adalah sebagai berikut: menurut para ahli di atas bisa kita ambil
1. Bagi pengajar, model Pembelajaran kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray tindakan atau tingkah laku yang kompleks
(TSTS) dengan Tipe Numbered Head dimana didalamnya terdapat suatu
Together (NHT) dapat dijadikan salah pengembangan diri melalui pengalaman akibat
satu alternative dalam proses kegiatan dengan interaksi dengan lingkungan.
belajar mengajar supaya tidak jenuh 2. Kemampuan Pemecahan Masalah
dan bosan dan dapat meningkatkan a. Masalah Matematika
kemampuan masalah siswa dalam Menurut Hudoyo (dalam Dardiri, 2007
pembelajaran matematika. : 26) mengemukakan bahwa suatu pertanyaan
2. Bagi siswa, melalui model merupakan masalah apabila pernyataan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two tersebut menantang untuk dijawab yang
Stay Two Stray (TSTS) dengan Tipe jawabannya tidak dapat dilakukan secara rutin
Numbered Head Together (NHT) ini saja, lebih lanjut pertanyaan yang menantang
dapat menunjukkan keberaniannya ini menjadi masalah bagi seseorang bila itu
dalam mengemukakan pendapat dan menerima tantangan itu.
siswa dapat lebih aktif, kreatif dan Dari prndapat di atas dapat
tidak mudah menyerah dalam disimpulkan masalah dalam matematika
menyelesaikan masalah matematika adalah suatu persoalan matematika yang harus
serta diharapkan dapat meningkatkan diselesaikan tanpa menggunakan cara atau

ISSN 2086-4280 157


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

algoritma yang rutin. Hal tersebut juga sesuai efektif untuk mengembangkan keterampilan
dengan kesiapan dan pengetahuan yang telah sosial siswa.
diperoleh.
4. Model Pembelajaran Two Stay Two
b. Pemecahan Masalah dalam Matematika Stray.
Dalam pembelajaran matematika Tahap pertama sebelum memulai
kemampuan pemecahan masalah sangat pelajaran Two Stay Two Stray ini, siswa di
penting. Hal ini sesuai dengan pendapat yang kelompokkan dalam kelompok-kelompok
dikemukakan oleh Soedjadi (dalam kecil yang berjumlah empat orang.
Anderiyani, 2009:1) yaitu
(1) Kemampuan pemecahan masalah Tahap kedua dari model pembelajaran
merupakan tujuan umum pembelajaran Two Stay Two Stray adalah penyajian materi.
matematika, bahkan sebagai jantungnya Pada tahap ini guru memberikan penyajian
matematika; (2) pemecahan masalah meliputi materi baik melalui metode ceramah,
model, prosedur dan strategi dalam pemecahan ekspositori, demonstrasi dan membahas materi
masalah merupakan proses inti dan utama terkait, setelah itu Guru memberikan tugas
dalam kurikulum matematika; (3) pemecahan kepada tiap siswa dalam kelompok berbentuk
masalah merupakan kemampuan dasar dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan
pembelajaran dalam matematika. yang akan dipelajari siswa.
Oleh karena itu dengan mengacu pada Tahap ketiga adalah siswa bekerjasama
pendapat di atas, maka pemecahan masalah dalam kelompok beranggotakan empat orang,
dapat dilihat dari berbagai pengertian. Yaitu, Setelah selesai, dua orang dari masing-masing
sebagai upaya mencari jalan keluar yang kelompok meninggalkan kelompoknya untuk
dilakukan dalam mencapai tujuan. Juga bertamu ke kelompok lain.
memerlukan kesiapan, kreativitas, Tahap keempat adalah Tamu mohon
pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya diri dan kembali ke kelompoknya mereka
dalam kehidupan sehari-hari. sendiri dan melaporkan temuan mereka dari
kelompok lain. Kelompok mencocokan dan
3. Pengertian Pembelajaran Kooperatif membahas hasil-hasil kerja mereka.
Tahap kelima masing-masing
Menurut Slavin (dalam Ahmad, 2011) kelompok mempresentasikan hasil kerja
mengemukakan, ‘in cooperative learning mereka.
methods, student work together in four member 5. Model Pembelajaran Numbered Head
teams to master material initially presented by Together.
the teacher’. Dari uraian tersebut dapat Langkah pembelajaran kooperatif tipe
dikemukakan bahwa cooperative learning NHT, yaitu:
adalah suatu model pembelajaran dimana a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap
sistem belajar dan bekerja dalam kelompok- siswa dalam setiap kelompok mendapat
kelompok kecil yang berjumlah empat sampai nomor.
enam orang secara kolaboratif sehingga dapat b. Guru memberikan tugas dan masing-
merangsang siswa lebih bergairah dalam masing kelompok mengerjakannya.
belajar. c. Kelompok memutuskan jawaban yang
Model pembelajaran kooperatif sangat dianggap paling benar dan memastikan
berbeda dengan pengajaran langsung. setiap anggota kelompok mengetahui
Disamping model pembelajaran kooperatif jawaban ini
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik, model pembelajaran kooperatif juga

ISSN 2086-4280 158


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

d. Guru memanggil salah satu nomor. Dalam penelitian ini instrumen yang
Siswa dengan nomor yang dipanggil digunakan adalah berupa tes dan non tes dalam
melaporkan hasil kerja sama mereka. upaya mengumpulkan data yang berguna
untuk menguji hipotesis. Instrumen yang
E. Variabel dan Desain Penelitian berbentuk tes yaitu tes kemampuan Pemecahan
Pada penelitian ini yang menjadi Masalah Matematik dalam bentuk soal uraian,
variabel penelitian adalah: sedangkan instrumen yang berbentuk non tes
Variabel Model pembelajaran Two adalah skala sikap.
Bebas: Stay Two Stray dan model
pembelajaran Numbered
Head Together.

Variabel Kemampuan Pemecahan


Terikat: Masalah Matematis Siswa.
H. Hasil Penelitian
Adapun desain untuk penelitian ini 1. Analisis Data Kuantitatif
adalah sebagai berikut: a. Analisis Data Prasyarat (Tes Awal)
Tabel 1
Kelompok Tes Perlakuan Tes Deskripsi Data Prasyarat (Tes Awal)
Awal Akhir
O X1 O Kelas N ̅
𝑿 (S)
E1
E2 O X2 O Two Stay Two Stray 31 23,41 8,12
Numbered Head Together 36 31,19 2,77
Gambar 1
Desain Penelitian a) Uji Normalitas
Sumber: Buku Panduan Skripsi (69: 2013) Berdasarkan hasil uji normalitas data
Keterangan: tes awal dengan menggunakan uji chi-kuadrat,
E1 : Kelas eksperimen 1 hasilnya dapat di lihat pada tabel 2 berikut:
E2 : Kelas eksperimen 2 Tabel 2
O : Test awal (Prasyarat) dan tes akhir Hasil Uji Normalitas Data Pretest
(PostTest) Nilai  2
X1 : Pemberian perlakuan pada Kelas Tes Awal Interpretasi
Eksperimen 1 dengan menggunakan model  2 hitung  2 tabel
pembelajaran Two Stay Two Stray. Two Stay Two Berdistribusi
Stray
4,42 7,8147 Normal
X2 : Pemberian perlakuan pada Kelas
Eksperimen 2 dengan menggunakan Numbered
Berdistribusi
model pembelajaran Numbered Head
Head 12,39 7,8147 Tidak Normal
Together
Together. Karena salah satu dari kelompok
F. Populasi dan Sampel Penelitian sampel berdistribusi tidak normal, selanjutnya
Populasi yang diambil dalam dilakukan uji statistika non parametrik yaitu
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Uji Mann Whitney.
SMP Negeri 1 Sukawening yang terdiri dari 8 b) Uji Mann Whitney
kelas. Selanjutnya sampel diambil dari Tabel 3
populasi yang terdiri dari 8 kelas tidak secara Hasil Uji Mann Whitney Pretest
acak sebanyak 2 kelas yaitu kelas VIII–F
sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas Keterangan Nilai
VIII–B sebagai kelompok eksperimen 2. Uhitung(1) 1268
𝜇𝑈 558
G. Instrumen Penelitian

ISSN 2086-4280 159


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

∑T 964 Berdasarkan hasil uji normalitas data


𝛿𝑈 77,921 Gain Ternormalisasi dengan menggunakan uji
Zhitung 7,956 chi-kuadrat, hasilnya dapat dilihat pada Tabel
Ztabel 1,96 4.5 berikut:
Tabel 5
(1) Hipotesis Pengujian Hasil Uji Normalitas Data Gain
Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan Ternormalisasi
awal komunikasi matematik siswa antara
yang mendapatkan model pembelajaran Nilai  2
Tes Akhir Interpretasi
Two Stay Two Stray dengan model  2 hitung  2 tabel
pembelajaran Numbered Head Together. Two Stay Two Berdistribusi
9,638 7,8147
Ha: Terdapat perbedaan kemampuan awal Stray Tidak Normal
komunikasi matematik siswa antara Numbered
Berdistribusi
yang mendapatkan model pembelajaran Head 3,054 7,8147
Normal
Together
Two Stay Two Stray dengan model
pembelajaran Numbered Head Together.
Karena salah satu data gain
(2) Kriteria Pengambilan Keputusan ternormalisasi berdistribusi tidak normal,
Jika berada di antara -Ztabel dan Ztabel, maka maka untuk perhitungan selanjutnya
Ho diterima. digunakan uji Mann Whitney.
Jika – Ztabel > Zhitung atau Zhitung > Ztabel,
b) Uji Mann Whitney
maka Ho ditolak
Tabel 6
(3) Kesimpulan Hasil Uji Mann Whitney Gain
Karena nilai zh > zt = 7,956 > 1,96 berada Ternormalisasi
diluar daerah interval, maka dapat
Keterangan Nilai
disimpulkan hipotesis nol (Ho) ditolak
artinya hipotesis alternatifnya (Ha) Uhitung(1) 1250
diterima, yaitu : “Terdapat perbedaan 𝜇𝑈 558
kemampuan awal pemecahan masalah ∑T 671,5
matematika siswa yang mendapatkan 𝛿𝑈 78,39
model pembelajaran kooperatif tipe Two Zhitung 7,90
Stay Two Stray (TSTS) dengan yang Ztabel 1,96
mendapatkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (1) Hipotesis Pengujian
(NHT)”. Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa
b. Analisis Data Gain Ternormalisasi yang mendapatkan model pembelajaran
Tabel 4 kooperatif tipe Two Stay Two Stray
Deskripsi Data Gain Ternormalisasi dengan yang mendapatkan model
pembelajaran Numbered Head Together.
Kelas N X (S) Ha: terdapat perbedaan kemampuan
Two Stay Two Stray 31 0,37 0,20 pemecahan masalah matematis siswa
yang mendapatkan model pembelajaran
Numbered Head kooperatif tipe Two Stay Two Stray
Together
36 0,53 0,15
dengan yang mendapatkan model
a) Uji Normalitas pembelajaran Numbered Head Together.
Kriteria Pengambilan Keputusan

ISSN 2086-4280 160


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

Jika berada di antara -Ztabel dan Ztabel maupun pernyataan negatif. Jumlah skor total
maka Ho diterima. 1409 terdapat pada rentang skala tanggapan
Jika – Ztabel > Zhitung atau Zhitung > Ztabel, 1240 – 1611 (lihat lampiran E.1). Jadi
maka Ho ditolak. interpretasi sikap siswa secara umum pada
(2) Kesimpulan kelas Two Stay Two Stray mengenai sikap
Karena nilai zh > zt = 7,90 > 1,96 berada siswa terhadap pembelajaran matematika
diluar daerah interval, maka dapat dengan menggunakan model pembelajaran
disimpulkan hipotesis nol (Ho) ditolak Two Stay Two Stray berintepretasi baik.
artinya hipotesis alternatifnya (Ha) a.2 Interpretasi Skala Sikap Kelas Two Stay
diterima, yaitu : Terdapat perbedaan Two Stray terhadap Masing-masing
kemampuan pemecahan masalah Indikator
matematika siswa yang mendapatkan Setiap indikator mempunyai skala
model pembelajaran kooperatif tipe Two tanggapan yang berbeda-beda. Setelah skala
Stay Two Stray (TSTS) dengan siswa yang tanggapan dari masing-masing indikator
mendapatkan model pembelajaran didapat, maka dihasilkan interpretasi dari
kooperatif tipe Numbered Head Together mmasing-masing indikator seperti berikut ini:
(NHT). 1) Pada indikator menunjukkan minat siswa
terhadap matematika terdapat 2 pernyataan
2. Analisis Data Kualitatif yang menghasilkan jumlah skor total
a. Analisis Hasil Data Angket sebesar 182. Jumlah skor total tersebut
Kelompok kelas Two Stay Two Stray terdapat pada skala tanggapan 155 – 200,5
dan kelompok kelas Numbered Head Together dengan interpretasi baik (lihat lampiran
diberikan angket. Angket ini digunakan untuk E.1).
menelaah sikap siswa terhadap pembelajaran 2) Pada indikator menilai cara guru dalam
matematika dengan menggunakan model menyampaikan pelajaran matematika
pembelajaran Two Stay Two Stray untuk kelas terdapat terdapat 4 pernyataan diantaranya:
eksperimen 1 dan menggunakan model untuk pernyataan 2 berjumlah 103,
pembelajaran Numbered Head Together untuk pernyataan 7 berjumlah 86, pernyataan 10
kelas eksperimen 2. Peneliti membuat angket berjumlah 97, untuk pernyataan 8
tertulis yang terdiri dari 16 pernyataan. Dari 16 berjumlah 77, sehingga menghasilkan
pernyataan tersebut terdiri dari 8 pernyataan jumlah skor total sebesar 363 (lihat
positif dan 8 pernyatan negatif. lampiran E.1). Jumlah skor total tersebut
Pada penelitian ini, peneliti membahas terdapat pada skala tanggapan 310 – 402
mengenai analisis interpretasi skala sikap dengan interpretasi baik.
siswa secara umum, interpretasi skala sikap 3) Pada indikator menunjukan sikap
siswa terhadap masing-masing indikator, dan semangat dan kesungguhan siswa dalam
interpretasi skala sikap siswa tiap individu proses pembelajaran matematika terdapat 2
terhadap pembelajaran matematika dengan pernyataan diantaranya: untuk pernyataan
menggunakan model pembelajaran Two Stay 3 berjumlah 104, pernyataan 16 berjumlah
Two Stray dan model pembelajaran Numbered 91, sehingga menghasilkan jumlah skor
Head Together. total sebesar 195 (lihat lampiran E.1).
a) Interpretasi Skala Sikap Kelas Two Stay Jumlah skor total tersebut terdapat pada
Two Stray skala tanggapan 155 – 200,5 dengan
a.1 Interpretasi Skala Sikap Secara Umum interpretasi sangat baik.
Kelas Two Stay Two Stray 4) Pada indikator sikap siswa terhadap belajar
Jumlah skor total didapat dari jumlah kelompok terdapat 2 pernyataan
skor setiap pernyataan, baik pernyataan positif diantaranya: untuk pernyataan 15

ISSN 2086-4280 161


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

Interpretasi Frekuensi Two Stray tergolong dalam interpretasi cukup,


No Frekuensi
Sikap Siswa Relatif (%) baik, dan sangat baik.
1 Baik 27 88,88 Tabel 7
2 Sangat Baik 4 11,12 Interpretasi Sikap siswa Tiap Individu
Jumlah 31 100 Kelas Two Stay Two Stray
berjumlah 82, pernyataan 5 berjumlah 77,
Jadi dapat disimpulkan bahwa interpretasi
sehingga menghasilkan jumlah skor total
siswa terhadap pembelajaran matematika
sebesar 159 (lihat lampiran E.1). Jumlah
dengan menggunakan model pembelajaran
skor total tersebut terdapat pada skala
Two Stay Two Stray berintepretasi baik.
tanggapan 155 – 200,5 dengan interpretasi
sangat baik.
5) Pada indikator ingin belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Two
Stay Two Stray terdapat 2 pernyataan
diantaranya: untuk pernyataan 4 berjumlah b) Interpretasi Skala Sikap Kelas
93, pernyataan 9 berjumlah 74, sehingga Numbered Head Together
menghasilkan jumlah skor total sebesar b.1 Interpretasi Skala Sikap Secara Umum
167 (lihat lampiran E.1). Jumlah skor total Kelas Numbered Head Together
tersebut terdapat pada skala tanggapan 155 Jumlah skor total didapat dari jumlah
– 200,5 dengan interpretasi baik. skor dari setiap pernyataan, baik pernyataan
6) Pada indikator peran aktif siswa dalam positif maupun pernyataan negatif. Jumlah
kegiatan pembelajaran dengan skor total 1602 terdapat pada rentang skala
menggunakan model pembelajaran tanggapan 1440-1871 (lihat lampiran E.2).
kooperatif tipe Two Stay Two Stray Jadi interpretasi sikap siswa secara umum pada
terdapat 2 pernyataan diantaranya: untuk kelas Numbered Head Together mengenai
pernyataan 14 berjumlah 82, pernyataan 12 sikap siswa terhadap pembelajaran matematika
berjumlah 83, sehingga menghasilkan dengan menggunakan model pembelajaran
jumlah skor total sebesar 165 (lihat Numbered Head Together berintepretasi baik.
lampiran E.1). Jumlah skor total tersebut
terdapat pada skala tanggapan 155 – 200,5 b.2 Interpretasi Skala Sikap Kelas
dengan interpretasi baik. Numbered Head Together terhadap
7) Pada indikator peningkatan kemampuan Masing-masing Indikator
pemecahan masalah matematika siswa Setiap indikator mempunyai skala
terdapat 2 pernyataan diantaranya: untuk tanggapan yang berbeda-beda.Untuk analisis
pernyataan 13 berjumlah 99, pernyataan 11 selengkapnya lihat lampiran E.2.
berjumlah 79, sehingga menghasilkan Setelah skala tanggapan dari masing-
jumlah skor total sebesar 178 (lihat masing indikator didapat, maka dihasilkan
lampiran E.1). Jumlah skor total tersebut interpretasi dari masing-masing indikator
terdapat pada skala tanggapan 155 – 200,5 seperti berikut ini:
dengan interpretasi baik 1) Pada indikator tanggapan siswa terhadap
matematika terdapat 2 pernyataan
a.3 Interpretasi Sikap Tiap Individu Kelas diantaranya: untuk pernyataan 1
Two Stay Two Stray berjumlah 125, pernyataan 6 berjumlah
Pada data interpretasi skala sikap tiap 100, sehingga menghasilkan jumlah skor
individu di kelas Two Stay Two Stray terhadap total sebesar 225 (lihat lampiran E.2).
pembelajaran matematika dengan Jumlah skor total tersebut terdapat pada
menggunakan model pembelajaran Two Stay

ISSN 2086-4280 162


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

skala tanggapan 180 – 233 dengan pernyataan 14 berjumlah 122, pernyataan


interpretasi baik. 12 berjumlah 106, sehingga menghasilkan
2) Pada indikator menilai cara guru dalam jumlah skor total sebesar 228 (lihat
menyampaikan pelajaran matematika lampiran E.2). Jumlah skor total tersebut
terdapat terdapat 4 pernyataan diantaranya: terdapat pada skala tanggapan 180 – 233
untuk pernyataan 2 berjumlah 121, dengan interpretasi baik.
pernyataan 7 berjumlah 114, pernyataan 10 7) Pada indikator peningkatan kemampuan
berjumlah 104, untuk pernyataan 8 pemecahan masalah matematika siswa
berjumlah 107, sehingga menghasilkan terdapat 2 pernyataan diantaranya: untuk
jumlah skor total sebesar 446 (lihat pernyataan 13 berjumlah 135, pernyataan
lampiran E.2). Jumlah skor total tersebut 11 berjumlah 105, sehingga menghasilkan
terdapat pada skala tanggapan 360 – 467 jumlah skor total sebesar 240 (lihat
dengan interpretasi baik. lampiran E.2). Jumlah skor total tersebut
3) Pada indikator menunjukan sikap terdapat pada skala tanggapan 234 – 288
semangat dan kesungguhan siswa dalam dengan interpretasi baik
proses pembelajaran matematika terdapat 2 b.3 Interpretasi Sikap Tiap Individu Kelas
pernyataan diantaranya: untuk pernyataan Numbered Head Together
3 berjumlah 112, pernyataan 16 berjumlah Pada data interpretasi skala sikap tiap
106, sehingga menghasilkan jumlah skor individu di kelas Numbered Head Together
total sebesar 218 (lihat lampiran E.2). terhadap pembelajaran matematika dengan
Jumlah skor total tersebut terdapat pada menggunakan model pembelajaran Numbered
skala tanggapan 180 – 233 dengan Head Together tergolong dalam interpretasi
interpretasi sangat baik. baik, dan sangat baik. Setelah diolah maka
4) Pada indikator sikap siswa terhadap belajar didapat skala frekuensi relatif kelas Numbered
kelompok terdapat 2 pernyataan Head Together seperti berikut ini:
diantaranya: untuk pernyataan 15 Tabel 8
berjumlah 120, pernyataan 5 berjumlah Interpretasi Sikap Siswa Tiap Individu
102, sehingga menghasilkan jumlah skor Kelas Numbered Head Together
total sebesar 222 (lihat lampiran E.2). Frekuensi
Interpretasi
Jumlah skor total tersebut terdapat pada No Frekuensi Relatif
Sikap Siswa
skala tanggapan 180 – 233 dengan (%)
interpretasi sangat baik. 1 Baik 23 63,89
5) Pada indikator ingin belajar dengan 2 Sangat Baik 13 36,11
menggunakan model pembelajaran Jumlah 36 100
Numbered Head Together terdapat 2 Jadi dapat dinyatakan bahwa
pernyataan diantaranya: untuk pernyataan interpretasi siswa terhadap pembelajaran
4 berjumlah 107, pernyataan 9 berjumlah matematika dengan menggunakan model
100, sehingga menghasilkan jumlah skor pembelajaran Numbered Head Together
total sebesar 207 (lihat lampiran E.2). berintepretsai baik.
Jumlah skor total tersebut terdapat pada
skala tanggapan 180 – 233dengan I. Pembahasan Hasil Penelitian
interpretasi baik. Penelitian ini bertujuan untuk
6) Pada indikator peran aktif siswa dalam mengetahui apakah terdapat perbedaan
kegiatan pembelajaran dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
menggunakan model pembelajaran siswa antara kelas eksperimen 1 yang
kooperetif tipe Numbered Head Together mendapatkan model pembelajaran Two Stay
terdapat 2 pernyataan diantaranya: untuk Two Stray dengan siswa kelas eksperimen 2

ISSN 2086-4280 163


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

yang mendapatkan model pembelajaran pula karena waktu kegiatan belajar yang tidak
Numbered Head Together. cukup. Sedangkan kegiatan belajar pertemuan
Pada pertemuan pertama siswa tampak berikutnya lebih efektif dari sebelumnya,
belum cukup memahami cara belajar dengan karena sebagian siswa susah mempersiapkan
model pembelajaran Two Stay Two Stray materinya.
(TSTS). Karena sebagian siswa belum Pembelajaran menggunakan model
memahami langkah-langkah dari model pembelajaran Numbered Head Together akan
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) lebih efekif jika digunakan pada siswa-siswa
yang dua orang harus bertamu ke kelompok yang antusias dalam kegiatan belajar serta
lain untuk mencari informasi dari kelompok senang mencari informasi-informasi baru
lain. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran terutama dalam hal ini matematika.
belum kondusif karena siswa lebih banyak Kemampuan awal pemecahan masalah
bertanya mengenai cara bertamu ke kelompok matematik siswa berdasarkan data hasil
lain itu untuk mencari informasi apa. Prasayarat setelah diolah hasil datanya, dapat
Sedangkan, untuk pertemuan berikutnya diambil kesimpulan: terdapat perbedaan
sebagian siswa lebih paham dengan yang dua kemampuan awal pemecahan masalah
orang harus bertamu ke kelompok lain untuk matematika siswa yang mendapatkan model
mencari informasi dari kelompok lain, jadi pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe
kegiatan pembelajaran cukup kondusif dan Two Stay Two Stray dengan siswa yang
efisien. mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe
Kegiatan belajar dengan menggunakan Two Numbered Head Together. Berdasarkan hal
Stay Two Stray (TSTS) bagi siswa yang tersebut dilanjutkan dengan perhitungan uji
memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi Gain Ternormalisasi.
membuat kegiatan pembelajaran lebih efektif. Kemampuan pemecahan masalah
Namun, berbeda untuk siswa yang matematik siswa setelah mendapatkan model
berkemampuan rendah, siswa yang pembelajaran Two stay Two Stray pada kelas
berkemampuan rendah lebih memilih diam eksperimen 1 dan model pembelajaran
saja di bangkunya dan tidak mau bertamu ke Numbered Head Together pada kelas
kelompok lain untuk mencari informasi. Jadi, eksperimen 2 berdasarkan data hasil posttest
Penggunaan Two Stay Two Stray akan lebih setelah diolah hasil datanya, dapat diambil
efisien digunakan pada siswa yang memiliki kesimpulan: terdapat perbedaan kemampuan
konsentrasi lebih tinggi. Pembelajaran pemecahan masalah matematika siswa yang
matematika dengan menggunakan model Two mendapatkan model pembelajaran
Stay Two Stray (TSTS) membuat siswa lebih pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
aktif dalam pembelajaran dan lebih Stray dengan siswa yang mendapatkan
memperhatikan guru ketika sedang pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
menjelaskan materi, serta membuat siswa Together.
lebih antusias terhadap pelajaran matematika. Kesimpulan akhir didapat bahwa Ha
Pada pertemuan pertama, kegiatan peneliti diterima, sehingga terdapat perbedaan
pembelajaran tidak begitu kondusif karena kemampuan pemecahan masalah matematika
sebagian siswa kebingungan ketika diberi siswa yang mendapatkan model pembelajaran
penomoran dikepala dan masing-masing siswa kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan
harus dapat memahami soal-soal, hal ini siswa yang mendapatkan pembelajaran
disebabkan belum ada kesiapan siswa dalam kooperatif tipe Numbered Head Together.
materi Kubus Balok. Oleh karena itu, tidak Sedangkan pada analisis data kualitatif
semua anggota kelompok dipanggil kedepan yaitu berdasarkan angket yang diberikan
untuk mempresentasikan. Hal ini disebabkan kepada siswa, respon dari siswa kelas Two Stay

ISSN 2086-4280 164


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

Two Stray dan kelas Numbered Head Together alternatif pembelajaran oleh guru dan dapat
sebagian besar bernilai baik. diaplikasikan sebagai bahan kebijakan
J. Penutup pengembangan kurikulum, karena kedua
1. Simpulan model ini dapat merangsang siswa untuk
Penelitian yang telah dilakukan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
di SMP Negeri 1 Sukawening ini bertujuan 4. Pembelajaran matematika dengan
untuk mengetahui perbedaan kemampuan menggunakan model pembelajaran
pemecahan masalah matematik siswa yang Numbered Head Together (NHT)
mendapatkan model pembelajaran Two Stay memerlukan waktu yang relatif lama dalam
Two Stray dengan model pembelajaran proses pemberian latihan soal-soalnya,
Numbered Head Together. Berdasarkan sehingga diperlukan perencanaan yang
analisis dan kajian dalam penelitian ini dengan matang sebelum diterapkan di kelas agar
menggunakan taraf signifikansi 5%, dapat proses pembelajaran berjalan sesuai dengan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan alokasi waktu yang tersedia.
kemampuan pemecahan masalah matematika 5. Penelitian ini merupakan upaya awal untuk
siswa yang mendapatkan model pembelajaran menciptakan suasana kelas yang aktif,
kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan inovatif, dan menyenangkan. Maka
siswa yang mendapatkan pembelajaran disarankan untuk dapat mengembangkan
kooperatif tipe Numbered Head Together. peneliitian dengan aspek penelitian yang
Respon dari siswa kelas Two Stay Two Stray lain dan pada kajian yang lebih luas
dan kelas Numbered Head Together terhadap sehingga hasil yang diharapkan lebih
pembelajaran Two Stay Two Stray dengan maksimal.
Numbered Head Together sebagian besar
berintepretasi baik. Siswa juga memberikan
respon positif terhadap pembelajaran yang Daftar Pustaka
telah dilakukan dan siswa terdorong untuk
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ahmad. (2011). Model Pembelajaran
2. Saran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Berdasarkan hasil penelitian dan (TSTS) (On-Line) tersedia:
kesimpulan mengenai pembelajaran //www.ahmad.com/2011/07/model
matematika dengan menggunakan model pembelajaran tope Two-Stay-Two-
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.[20 juli 2011]
Stray (TSTS) dan Numbered Head Together Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar
(NHT), maka dapat diajukan beberapa saran Mengajar. Bandung: Sinar Baru
sebagai berikut : Algensindo.
1. Bagi para guru, khususnya guru mata Anderiyani, N. (2009). Meningkatkan
pelajaran matematika, hendaknya dalam Kemampuan Masalah Matematika
mengajar dapat menciptakan suasana kelas Siswa Melalui Model Pembelajaran
yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Kooperatif Learning Tipe Numbered
2. Bagi siswa, hendaknya lebih banyak Head Together (NHT), Skripsi Jurusan
berlatih dan lebih aktif ketika proses belajar Pendidikan Matematika STKIP Garut :
dan pembelajaran dilaksanakan. Tidak Diterbitkan.
3. Bagi Sekolah, hendaknya pembelajaran Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
matematika dengan menggunakan model Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Rineka Cipta.
dan model pembelajaran Numbered Head Arniati & Dewi. (2010). Kemampuan
Together (NHT) dapat dijadikan sebagai Pemecahan Masalah Matematik (On-

ISSN 2086-4280 165


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

Line) tersedia: Konvensional. STKIP Garut: tidak


//www.Arniati_Dewi.com/2010/04/ke diterbitkan.
mampuan pemecahan masalah Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada
matematik.[02 april 2010]. Membantu Guru Mengembangkan
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Kompetensinya dalam Pengajaran
Pembelajaran, Jakarta : Rineka cipta Matematika untuk Meningkatkan
Firdaus, A. (2009). Kemampuan Pemecahan CBSA. Bandung: Tarsito.
Masalah Matematika, (On-Line) Ruseffendi, E.T. (1998). Dasar-dasar
tersedia://www.kompetensi.matematik Penelitian Pendidikan dan Bidang
a.com [23 november 2009]. Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP
Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan Press. Semarang.
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran
Aksara. Mengembangkan Profesionalisme
Hudoyo, H. (1990). Pemecahan Masalah Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo
dalam Matematika P3G. Jakarta: Persada.
Depdikbud. Rustandi. (2010). Perbedaan Kemampuan
Lestari, A.F. (2012). Perbandingan Prestasi Pemecahan Masalah Matematika
Belajar Matematika antara Siswa yang Siswa yang Mendapatkan Model
Mendapat Model Pembelajaran Two Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay Two Stray dengan Model Stay Two Stray (TSTS) dengan
Pembelajaran Konvensional. Skripsi Konvensional. Skripsi Jurusan
Jurusan Pendidikan Matematika Pendidikan Matematika STKIP
STKIP Garut: Tidak diterbitkan. Garut: Tidak diterbitkan.
Lie, A. (2010). Cooperative Learning: Slameto.(2009). Belajar dan Faktor-Faktor
Memperaktikan Cooperative Learning yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT RinekaCipta.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Sudjana, N. (2009). Dasar-Dasar Proses
Purwanto, M.N. (1990). Psikologi Pendidikan. Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Algensindo.
Rahadi, M. (2006). Statistika Parametrik, Sugiyono (2012). Metode Penelitian
STKIP Garut Press: Tidak Diterbitkan. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Rahadi, M. (2010). Evaluasi Proses Hasil Bandung : Alfabeta
Pembelajaran Matematika (EPHPM). Sundayana, R. (2010). Komputasi Data
STKIP Garut: Tidak diterbitkan. Statistika (Pengolahan dan Analisis
Rahmat H. (2011). Perbedaan Kemampuan Data Hasil Penelitian dengan MS
Pemecahan Masalah Matematik Siswa Excel dan SPSS). STKIP Garut Press:
yang menggunakan Model Tidak Diterbitkan.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Sundayana, R. (2013). Statistika Penelitian
Numbered Head Together (NHT) Pendidikan. STKIP Garut Press.
dengan Konvensional.Skripsi Jurusan Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning.
Pendidikan Matematika STKIP Garut: Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tidak diterbitkan. Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan dengan
Ristiani, H. (2012). Perbandingan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Kemampuan Masalah Matematis Remaja Rosda Karya.
Antara Siswa yang Mendapatkan Tim Dosen STKIP Garut.(2013). Buku
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pedoman Penulisan Skripsi dan Jurnal
Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan Ilmiah. STKIP Garut:Tidak Diterbitkan

ISSN 2086-4280 166


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

Tirtarahardja, U dan Sulo, L. (2005).


Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Riwayat Hidup Penulis


Lia Nurul Hidayatilah : Lahir di Garut, 24
April 1991. Alumni SDN 2 Pasanggrahan,
MTs Ma’arif, SMAN 14 Garut.

ISSN 2086-4280 167


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 3, September 2013

ISSN 2086-4280 168

Anda mungkin juga menyukai