ASPAL/Bitumen
I.1. Pengertian
Menurut ASTM D8 Aspal adalah suatu bahan berbentuk padat atau setengah
padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat yang akan melembek dan
meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang
kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil
pemurnian minyak bumi atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya.
Menurut The Asphalt Institute ( bitumen ) adalah suatu campuran dari
senyawa-senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam yang dapat bersifat gas, cairan, setengah padat
atau padat yang campuran itu dapat larut dalam karbondisulfida ( CS2 ).
Jadi aspal dapat didefinisikan sebagai campuran yang terdiri dari bitumen dan
mineral, yang banyak digunakan pada konstruksi lapisan perkerasan lentur ( flexible
pavement ) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat
karena mempunyai daya lekat yang kuat, sifat adhesive, kedap air dan mudah
dikerjakan.
Bahan Bangunan II 1
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 2
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 3
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 4
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 5
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 6
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 7
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Didalam praktek mutu dan kegunaan aspal, pada umumnya ditentukan oleh
keempat sifat tersebut, meskipun bahwa ratio maltene distribution, terhadap
ketahanan lama tidak diabaikan.
Bahan Bangunan II 8
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
yang demikian lebar, tidak ada satu alatpun yang dapat dipakai untuk
mengukur konsistensi dengan memuaskan bagi bahan-bahan aspal.
Dikenal ada 4 cara pengukuran kepekatan, yang biasa dipakai yaitu :
1) Cara uji viskositet vurol
2) Cara uji penetrasi
3) Cara uji kambangan (float test)
4) Cara uji viskositet kinematik
Viskositet merupakan suatu pengertian yang agak luas mengenai sifat
kepekatan/ konsistensi daripada cairan. Ia adalah suatu ukuran terhadap kemampuan
suatu benda cair untuk mengalir, pada suatu keadaan karena ada tahanan. Jadi makin
besar viskositas suatu bahan cair, maka makin mendekati benda itu kepada suatu
keadaan yang hampir padat kepekatannya.
A. Viskositet menurut Furol
cara ini disebut ”furol viscosity” adalah suatu cara uji yang spesifik untuk
mengukur viskositet bahan-bahan aspal. Angka viskositet furol adalah suatu angka
dalam detik yang diperlukan bagi 60 cm³ bahan aspal untuk melalui suatu lobang pipa
sempit yang ukurannya tertentu, pada suhu yang tertentu. Jadi makin tinggi angka
viskositet furol pada suatu suhu tertentu, makin pekat bahannya.
B. Viskositet kinematik
Karena perbedaan kepekaan suhu dari jenis-jenis semen aspal untuk jalan maka
tambahan cara uji viskositet, yang dilakukan pada suhu 135ºC. Cara uji ini dapat
dilakukan dengan alat furol viskometer atau dengan suatu alat viskometer tertentu,
yaitu ada 2 macam alat lain, yang satu adalah ”zitfuchs cross-arm viscometer” dan
yang satu lagi adalah ”canon-manning viscometer”. Cara penentuan kinematik
viscosity ini dengan menggunakan gaya berat cairan yang mengalir melalui
viscometer.
Dengan alat zeitfuchs cross-arm viscometer, aspal yang akan ditentukan
viskositasnya, diisikan dalam tabung besar, sampai batas pengisian. Setelah suhunya
mencapai 135ºC, diberikan sedikit tekanan pada mulut tabung besar itu, atau
diberikan sedikit isapan pada ujung tabung kecil. Maka aspal cair akan mengalir
melalui lobang sempit dalam lobang itu, yang jarak alirannya ditentukan. Waktu aliran
dari garis pertama sampai garis atasnya dicatat dalam detik.
Bahan Bangunan II 9
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Pembacaan waktu yang didapat, dikalikan dengan faktor kalibrasi bagi alat itu,
dan hasilnya dinyatakan dalam angka dengan satuan “cestistokes”. Sebagai media
pengisi alat, dipakai minyak ringan jernih cocok untuk itu.
C. Pengujian penetrasi
Telah dipakai sejak lama untuk mengukur kepekatan aspal biasanya dipakai uji
penetrasi, yang caranya ialah mengukur kedalaman masuknya suatu jarum yang
ukurannya tertentu, dengan berat 100 gram, dalam waktu 5 detik. Angka kedalaman
masuk jarum itu, diukur dari permukaan dinyatakan dengan angka satuan 1/100 cm.
Jadi bila suatu jarum aspal memiliki angka penetrasi 100, berarti kedalaman
masuknya jarum adalah 1 cm. Jadi hubungan antara penetrasi dan konsitensi,
sebenarnya merupakan angka kebalikan, sebab makin tinggi angka penetrasi makin
lembek aspalnya.
Untuk jenis aspal yang diproses tiup udara (blown asphalt) yang sifatnya lebih
kental atau lebih keras dan penggunaanya untuk atap, perapat air dan lainnya yang
tahan terhadap pengaruh suhu, penentuan penetrasinya, sedikit agak lain suasananya,
yaitu dipakai suhu 0ºC dan 46ºC. Pada pengujian dengan suhu 0ºC dipakai berat
jarum 200 gram, dan waktu penetrasi 60 detik. Bila dipakai suhu 46ºC dipakai jarum
50 gram dan waktu penetrasi 5 detik.
Bahan Bangunan II 10
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 11
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
c. Pengaruh suhu
Derajat oksidasi dan penguapan, akan dipercepat bila suhu dinaikkan. Cara
menduga derajat reaksi secara organik dan fisik, biasanya dengan
memperkirakan bahwa tiap kenaikan 10ºC reaksinya akan berlipat dua kali.
Sebagai misal ialah, oksidasi dan penguapan akan terjadi 8 kali lebih besar
untuk suatu campuran yang diaduk dalam Pungmill pada suhu 179ºC
dibandingkan bila hanya diaduk pada suhu 149ºC.
Bahan Bangunan II 12
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
ialah bila berkisar antara 0,6 sampai 1,14. bila angkanya kurang dari 0,6
aspalnya menjadi kurang bersifat kohesif.
Bahan Bangunan II 13
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
untuk pengerasan akan lebih lama, bila angka penetrasi dari aspal dasarnya tinggi.
Faktor luar yang mempengaruhi kecepatan pengentalan ialah :
Suhu sekeliling
Luas permukaan penguapan atau perbandingan antara luas permukaan
dan volumenya.
Kecepatan angin yang melalui permukaan.
Untuk menguji derajat pengerasan atau curing rate ini, memang agak sukar
dilakukan. Cara yang dapat dilakukan secara tidak langsung ialah dengan menyuling
aspal tadi (destillation test), dimana dapat diamati kecepatan penguapan masing-
masing pelarut pada suhu tertentu.
Dari hasil destilasi ini, kemudian dihitung INDEX pengerasan atau CURING
INDEX. Bagi aspal RC-70 sebagai jenis aspal cair (cutback) yang paling umum
dipakai, biasanya memiliki curing index antara 25-45, sedang curing index yang
optimum ialah 35. cara penyulingan ini seperti tercantum dalam ASTM D-402.
Bahan Bangunan II 14
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 15
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
nyala model bejana terbuka (cleveland open cup, untuk titik nyala tinggi,
dan Tagliabue open cup untuk titik nyala suhu rendah).
1.4.3.4. Uji kelarutan
Uji ini biasanya untuk menguji kemurnian aspal, dimana aspal mungkin
mengandung bahan tak larut, misalnya garam, kotoran debu, karbon atau
mineral lainnya.
Pengujianya dengan melarutkan aspal dalam karbon bisulfida (CS2),
bagian yang tidak larut ditimbang. Cairan pelarut yang biasa dipakai
misalnya karbon tetra chlorida (CCl4). Cairan ini tidak mudah terbakar
dibanding dengan CS2, maka lebih sering dipakai, meskipun hasilnya
agak kurang teliti karena, ada zat karbon yan seharusnya larut dalam CS2,
tidak larut dalam CCl4.
Bahan Bangunan II 16
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Uji penyulingan
Uji penyulingan ialah dengan cara menyuling emulsi aspal, kemudian dapat
memisahkan bahan-bahan yang ada didalam aspal itu karena perbedaan
penguapannya. Dari uji ini akan diketahui misalnya : kadar air, kadar minyak
pelarut, kadar residu aspalnya.
Kadar residu aspal ini dapat dilakukan pengujian, sifat residu misalnya
penetrasinya, kelarutan dalam CCl4 atau ductility sehingga dapat diduga
bahan dasar emulsi itu jenis aspal yang mana.
Bahan Bangunan II 17
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Bahan Bangunan II 18
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Soal-soal
1. Jelaskan definisi aspal berdasarkan ASTM D-8 !
2. Jelaskan definisi aspal/bitumen berdasarkan The Asphalt Institute !
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi aspal yang saudar a ketahui !
4. Apakah perbedaan antara aspal alam dan aspal buatan ?
5. Apakah perbedaan antara aspal dan Ter !
6. Bagaimanakah didapatnya aspal alam dan dimana terdapat aspal alam tersebut !
7. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi Ter !
8. Apakah Pitch atau Pek itu ?
9. Terbuat dari apakah RTCB-5 dan RTCB-8 ?
10. Jenis agregat yang manakah yang cocok digunakan sebagai bahan perkerasan
apabila dipakai aspal emulsi kation dan aspal emulsi anion ?
11. Jelaskan sifat-sifat kimia aspal !
12. Jelaskan sifat-sifat fisika aspal !
13. Apakah asphalthene dan maltene itu ?
14. Terdiri dari senyawa-senyawa apakah maltene itu ?
15. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat fisis yang ada hubungannya dengan ketahanan
lama !
16. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat fisis aspal lainnya yang sering dilakukan
pengujiannya di laboratorium 1
17. Berdasarkan ASTM D-224, untuk mengetahui sifat serta mutu dan
kemampuannya sebagai bahan perekat bagi aspal emulsi dapat dilakukan
beberapa pengujian, pengujian-pengujian apakah yang dilakukan tersebut !
Bahan Bangunan II 19