Anda di halaman 1dari 15

Volume 16 Nomor 2 September 2017

ARTIKEL PENELITIAN
EVALUASI KESIAPAN PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA

IODIUM LINGKUNGAN DAERAH REPLETE DAN NON-REPLETE GAKI, DI


KABUPATEN MAGELANG

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN DEMAMBERDARAH


DENGUE (DBD) DI KELURAHAN BATURAJA LAMA DAN SEKAR JAYA,
KECAMATAN BATURAJA TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU),
PROVINSI SUMATERA SELATAN

SITUASI FILARIASIS SETELAH PENGOBATAN MASSAL TAHUN KETIGA DI


KABUPATEN MAMUJU UTARA

STUDI EFIKASI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN


KELAMBU BERINSEKTISIDA DI DESA SUNGAI NYAMUK, PULAU SEBATIK,
KALIMANTAN UTARA

METODE ALTERNATIF HITUNG IPKM YANG MEMILIKI KORELASI LEBIH TINGGI


DENGAN IPM

Jurnal Ekologi Kesehatan adalah media informasi hasil penelitian


dan pengembangan bidang ekologi kesehatan untuk
Pengelola Program Kesehatan dan masyarakat,
serta merupakan sarana komunikasi para peneliti/pengelola/peminat
bidang ekologi kesehatan

Hal Jakarta ISSN


Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No. 2
57 - 120 September 2017 1412-4025

Terakreditasi Nomor : 762/AU1 /P2MI-LIPI/10/2016

Terbit 3 kali setahun


Volume 16 Nomor 2 September 2017 p-ISSN : 1412-4025
e-ISSN : 2354-8754
Jurnal
Ekologi Kesehatan
The Indonesian Journal of Health Ecology
Diterbitkan oleh
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Jalan Percetakan Negara 29 Kotak Pos 1226 Jakarta 10560 indonesia
Telp/Fax. (021) 42872392, 4241921
Email: jurnalekologikesehatan@gmail.com
Website: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek

Penanggung Jawab/Pimpinan Umum


Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat

Ketua Dewan Redaksi


Dra. Athena, A. M.Si. (Kesehatan Lingkungan Balitbangkes, Indonesia)

Wakil Ketua Dewan Redaksi


Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes. (Gizi Masyarakat, Balitbangkes, Indonesia)

Anggota Dewan Redaksi


Dr. Dede Anwar Musadad, S.K.M, M.Kes. (Kesehatan Lingkungan, Balitbangkes)
Drs. Kasnodihardjo (Sosiologi Kesehatan, Balitbangkes)
Drs. M. Hasyimi, M.K.M. (Biologi Lingkungan, Balitbangkes)
Sri Irianti, SKM., M.Phil, Ph.D. (Kesehatan Lingkungan, Balitbangkes)
Dr. Ir. Inswiasri, M.Kes. (Kimia Lingkungan, Balitbangkes)
Dr. Dwi Hapsari, S.K.M, M.Kes. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balitbangkes)
Dr. Joko Irianto, S.K.M, M.Kes. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balitbangkes)
Dr. dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes. (Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes)
Dr.dr.Harimat Hendarwan, M.Kes. (Sistem Kesehatan, Balitbangkes)
Dra. Rr. Rachmalina S.,M.Sc.P.H. (Antropologi Kesehatan, Balitbangkes)
Dr. Miko Hananto, S.K.M., M.Kes. (Kesehatan Lingkungan, Balitbangkes )
Dr. Agus Triwinarto, S.K.M., M.Kes. (Gizi Masyarakat, Balitbangkes)
Nunik Kusumawardani, S.K.M., M.Sc.P.H., Ph.D. (Promosi Kesehatan, Balitbangkes)
Dra. Jusniar Ariati, M.Si. (Biologi Lingkungan, Balitbangkes )
Zahra,S.Si., M.K.M. (Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes)

Mitra Bestari
Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, M.P.H., Ph.D. (Universitas Indonesia)
Prof. Dr. Mohammad Sudomo, SCOPUS ID = 6602156083; h-index = 5 (WHO, Indonesia)
Prof. Drh Upik Kesumawati Hadi MS. Ph.D. (Institut Pertanian Bogor, Indonesia)
Prof. Dr. Ridad Agoes, M.P.H. SCOPUS ID = 6506160395; h-index = 5 (Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Prof Dr. Ir. Dodiek Briawan, M.S. (Institut Pertanian Bogor, Indonesia)
Prof. Dr. Drs. Amrul Munif, M.S. (Balitbangkes, Indonesia)
Dr. Drs. Ida Bagus Indra Gotama, S.K.M., M.Si. (Poltekkes Jakarta II, Indonesia)
Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D., SCOPUS ID = 6602212375; h-index = 9, (Universitas Indonesia)
Dr. Semiarto Aji Purwanto (Universitas Indonesia)
Tri Prasetyo Sasimartoyo, M.Sc., Ph.D. (Peneliti Independen, Indonesia)
Dr. Asep Sofyan, S.T., M.T. (Institut Teknologi Bandung, Indonesia)
Dr. Salahudin Muhidin, Ph.D., (SCOPUS ID = 16242218900 ; h-index = 3 (Macquarie University, Australia)
Dr. Ir. Mursid Raharjo, M.Si. (Universitas Diponegoro, Indonesia)
Dr. dr. Suhartono Damas, M.Kes. (Universitas Diponegoro, Indonesia)
Dr.Lukman Hakim, S.K.M., M.Kes. (Global Fund, Kementerian Kesehatan, Indonesia)
Atmarita, M.P.H., Dr.P.H. (Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia /APKESI))
Dra. Zubaidah Alatas, M.Si. (Badan Tenaga Nuklir Nasional, Indonesia)
Drh. Basundari Sri Utami, M.Kes. (Peneliti Independen, Indonesia)
Bambang Sukana, S.K.M., M.Kes. (Balitbangkes, Indonesia)

Editor Bahasa
Cahyorini, S.T., M.T. (Teknik Lingkungan, Balitbangkes)
Nurillah Amaliah, S.P., M.K.M. (Gizi Masyarakat, Balitbangkes)
Kencana Sari, S.K.M., M.P.H. (Gizi Masyarakat, Balitbangkes)
Sugiharti A., S.K.M., M.Si. (Kesehatan Reproduksi, Balitbangkes)

Editor Pelaksana
Rianto Purnama, S.Kom. (Balitbangkes, Indonesia)

Penunjang Teknologi Informasi


Ginoga Veridona, S.Kom. (Balitbangkes, Indonesia)

Sekretaris Editor Pelaksana


Heny Lestary, S.K.M., M.K.M. (Balitbangkes, Indonesia)

Staf Sekretariat
Junimar Usman, S.K.M., M.P.H. (Balitbangkes, Indonesia)
Siti Masitoh S.K.M. (Balitbangkes, Indonesia)
Ahmad Syaifudin (Balitbangkes, Indonesia)
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN
The Indonesian Journal of Health Ecology
ISSN 1412-4025
This abstract sheet may be reproduce without permission or charge

Eva Laelasari, Athena Anwar, Rachmalina Keywords: IDD,environmental iodine, replete, non-replete,
Soerachman surface water, ground water
EVALUASI KESIAPAN PELAKSANAAN
PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA Milana Salim, Yahya, Tri Wurisastuti, Rizki
Nurmaliani
Data of Riskesdas 2016 shows increasing in some diseases PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
(underweight, stunting, hypertension, TB, AIDS, etc.) PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH
compared to 2007 and 2013 datas. To solve the problems, the DENGUE (DBD) DI KELURAHAN BATURAJA
government has strengthening the basic health effort by LAMA DAN SEKAR JAYA, KECAMATAN
conducting Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan BATURAJA TIMUR, KABUPATEN OGAN
Keluarga (PIS-PK). This evaluation study aimed to assess the KOMERING ULU (OKU), PROVINSI
readiness in PIS-PK implementation in several regions which
SUMATERA SELATAN
have been collected more than 50% of data (OKI and
Jeneponto), less than 50% (Muara Enim, Gowa, Serang) and
Ogan Komering Ulu (OKU) District is one of dengue endemic
0% (Lebak). The methode of evaluation was qualitative
areas in South Sumatera Province. One of the effort to prevent
through in-depth interview with the heads of district health
the occurrence of DHF transmission is by controlling
office and the program managers and also focus group
mosquito vectors at the larval level. The use of insecticides in
discussion with the heads and data collectors at puskesmas.
the control of DHF vectors, in addition to causing resistance,
The result indicates that all regions, either have or have not
can also adversely affect the environmental health. Currently,
conducted data collection, have made planning on human
DBD vector control in OKU District is done biologically
resources, budgeting, and facilities. Some regions have
(biological control), that is by using larvae-eating fish. This
conducted data collection despite of the limited resources.
study was conducted to determine the level of community
Budgeting issue is on of the problem in Lebak causing of the
participation in the control of dengue vectors using larvae-
delay on data collection. Cross-sector support is quite good in
eating fish. The research location was in Baturaja Lama and
regions, either have been conducted more than and less than
Sekar Jaya village. The population was all households in both
50% of data collection. Cross-sector support is not maximum
urban villages. The number of samples was determined by
in regions that have not conducted data collection. It can be
reference to the WHO provisions on the minimum standard of
concluded that despite of encountering some constraints, PIS-
DBD entomology survey sample that is 100 houses, the
PK implementation is keep running. Cross-sector involvement
number of household samples that were obtained was 217
is crucial in mobilizing the apparatus to facilitate the PIS-PK
chosen by random method. The result of index calculation of
data collection.
larvae showed the number of HI in Baturaja Lama village was
42,1% and Sekar Jaya village was 48,2%. CI figures in the
Keywords: Evaluation, readiness, PIS-PK
Baturaja Lama village was 19.2% and Sekar Jaya village was
16.2%. BI figures in Baturaja Lama village was 51.4% and
Sekar Jaya village was 75.5%. Fishing behavior showed
Muhamad Arif Musoddaq, Ina Kusrini significant correlation to larva existence, but the percentage of
IODIUM LINGKUNGAN DAERAH REPLETE households maintaining fish in the two sub-districts was low,
DAN NON-REPLETE GAKI, DI KABUPATEN less than 10%. It is necessary to increase the community's
MAGELANG knowledge about the benefits and potential development of
larvae-eating fish species in the effort of controlling DHF.
One of the fundamental factors causing the emergence of
Iodine Deficiency Disorders (IDD) is low environmental Keywords: OKU District, DHF, larvae-eating fish,
iodine. Epidemiological studies show that IDD problem is community participation
found in areas expressed as poor areas of iodine, but without
measurement data. In Kabupaten Magelang, there is a replete
area, an area that has a history of IDD problems in the past, Made Agus Nurjana, Sitti Chadijah, Ni Nyoman
and intervention has been made, so it is hoped that the Veridiana, Octaviani, Hayani Anastasia, Rosmini,
problem can be overcome. The aim of this study was to Mujiyanto, Leonardo Taruk Lobo
compare environmental iodine levels in replete and non- SITUASI FILARIASIS SETELAH PENGOBATAN
replete areas in Magelang District. The study design was cross
MASSAL TAHUN KETIGA DI KABUPATEN
sectional with iodine content in water samples variable of
surface and ground water. The sample size is 71 from 17 MAMUJU UTARA
surface water points and 54 ground water points. Analysis of
iodine content in water samples was done with Sandell- Mass Drug Administration (MDA) of lymphatic filariasis has
Kolthoff method at Laboratory of Balai Litbang GAKI been carried out for three years in North of Mamuju District.
Magelang. The results showed that iodine content in surface However, the effectivity of the implementation treatment was
water was within a fairly wide range of 0 to 22 μg/L in the unknown. The study was a cross-sectional which conducted in
replete areaand 0 to 115 μg/L in the non-replete area. The March-November 2015. The objective was to assess the
iodine content in ground water in the replete area ranges from decrease of lymphatic filariasis cases, knowledge, attitude and
0 to 77μg/L, in the non-replete area between 3to 48 μg/L. behavior of the community during MDA treatment. Data were
There was a significant difference of iodine content between collected through were night blood survey in two selected
water samples from replete area with non-replete area (P villages and interview of people in 30 villages by using a
<0.05). It is necessary to maintain the sustainability of questionnaire. The population was the whole community in
sufficiency of iodine intake especially in replete area. North Mamuju district, with the samples for the night blood
survey were people age more than five years old and the Roy Nusa, Nunik Kusumawardani
samples for interview were people age 15 years old and more. METODE ALTERNATIF HITUNG IPKM YANG
The results showed that the type of filaria worm was Brugia MEMILIKI KORELASI LEBIH TINGGI
malayi and microfilaria rate was 1,39%. Interview with 1586
DENGAN IPM
respondents indicated that knowledge of filariasis and MDA
were very low as well as behavior to prevention and drug
Human Development Index (HDI) is one of important multi
consumption. However, their attitudes towards prevention,
dimension indicators that has been used to monitor population
control, and treatment of filariasis were positive. These
life development based on three dimensions (health, education
indicated that mass drug implementation was unsuccessful.
and adequate living standard). Ministry of Health developed
Therefore, the mass drug administration and health education
an Public Health Development Index (PHDI) in 2008 and
need to be continued for the next five years. However, it is
2014 that covered 30 selected health indicators, to support the
necessary to conduct MDA with the right procedures and
health dimension of HDI. This paper used secondary data
monitor both chronic and positive microfilaria cases
analysis of PHDI aimed to compare alternative of PHDI
formulation method using geometric and arithmetic means.
Keywords: Filariasis, Mass treatment, North of Mamuju
The analysis used data of Indonesia 2013 HDI from Central
District
Bureau Statistic (BPS) Indonesia and 2013 districts PHDI
from NIHRD MoH. Result of this study showed statistically
difference results of PHDI between geometric mean equation
and arithmetic mean equation, which was showing only very
Sugiarto, Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana, few districts remains in the same index range. The geometric
Lukman Hakim mean equation showed slightly higher correlation between
STUDI EFIKASI DAN PERILAKU PHDI and HDI compare to the arithmetic mean equation. The
MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN geometric mean equation in PHDI formulation showed more
KELAMBU BERINSEKTISIDA DI DESA stable index toward extreme value of its indicator
SUNGAI NYAMUK, PULAU SEBATIK, components. The results implicate that the PHDI consider all
of the constructed indicators in more equal way
KALIMANTAN UTARA
Keywords: Human Development Index (HDI), Public Health
In an attempt to eliminate malaria, government tries to control Development Index (PHDI), geometric mean
the vector of the disease through the distribution of Long equation
Lasting Insecticide nets. In the process of use, users of this
type of mosquito net need to do maintenance to ensure its
effectiveness. This study aim to analyze the effectiveness of
insecticide treated mosquito net against Anopheles sp. and
knowing the knowledge, attitude, behavior of the community
on the use and maintenance of the LLiNs. The research was
conducted in Sungai Nyamuk Village, Sebatik Sub-district,
Nunukan District, North Kalimantan with cross-sectional
design. Data on the effectiveness of mosquito nets were
obtained by performing Bioassay Cone Test (efficacy test) on
insecticide and non-insecticide treated nets in households that
have been using mosquito nets for more than 6 months. The
community’s Knowledge, Attitude, and Practise data were
obtained by interviewing selected respondents using
questionnaires. Processing and data analysing was done
univariat and bivariat. The results showed that the most
effective mosquito insecticide was the mosquito net that had
been used for 6 months. The bed nets that had been used for
12-24 months had started to be less effective. All respondents
(100%) agreed with the distribution of insecticide nets, but
only 87% said they were willing to use it. All respondents
(100%) did the installation of mosquito nets correctly, and had
never washed the mosquito net. Can be concluded that
insecticidal nets that have been used for more than 12 months
have begun to be ineffective in controlling the vector of
Anopheles sp. mosquito. Almost all respondents did not
treat/wash the insecticide treated mosquito nets. In order to
eliminate malaria in Sungai Nyamuk village there need to be
an increase of active community participation (netting
treatment) in the effort of vector control (Anopheles sp.)

Keywords: Long Lasting Insecticide Nets (LLiNs), washed,


Bioassay Cone Test
Volume 16 Nomor 2 September 2017 ISSN : 1412-4025

JURNAL EKOLOGI KESEHATAN


The Indonesian Journal of Health Ecology
DAFTAR ISI
I. Editorial
II. Artikel Halaman
1. Evaluasi Kesiapan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat Dengan
57-72
Pendekatan Keluarga …………………………………………............
Oleh : Eva Laelasari, Athena Anwar, Rachmalina Soerachman

2. Iodium Lingkungan Daerah Replete dan Non-Replete GAKI, di 73-81


Kabupaten Magelang …………………………...................................
Oleh : Muhamad Arif Musoddaq, Ina Kusrini

3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengendalian Demam Berdarah Dengue 82-92


(DBD) di Kelurahan Baturaja Lama dan Sekar Jaya, Kecamatan
Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi
Sumatera Selatan ………………….........................................................
Oleh : Milana Salim, Yahya, Tri Wurisastuti, Rizki Nurmaliani

4. Situasi Filariasis Setelah Pengobatan Massal Tahun Ketiga di 93-103


Kabupaten Mamuju Utara ………………………………………..…….
Oleh : Made Agus Nurjana, Sitti Chadijah, Ni Nyoman Veridiana,
Octaviani, Hayani Anastasia, Rosmini, Mujiyanto, Leonardo
Taruk Lobo

5. Studi Efikasi dan Perilaku Masyarakat Dalam Penggunaan Kelambu 104-111


Berinsektisida di Desa Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik, Kalimantan
Utara ……………………………………………………………….....
Oleh : Sugiarto, Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana, Lukman
Hakim

6. Metode Alternatif Hitung IPKM yang Memiliki Korelasi Lebih Tinggi 112-120
Dengan IPM …………………………………...……………….............
Oleh : Roy Nusa, Nunik Kusumawardani
EDITORIAL

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, saat ini pemerintah memfokuskan
kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 pada penguatan upaya kesehatan dasar
(primary health care) berkualitas yang salah satunya dilakukan melalui pendekatan keluarga
yang dikenal dengan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Dalam
edisi ini, disajikan hasil penelitian evaluasi implementasi PIS-PK di beberapa kabupaten/kota.
Kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas dari peran faktor
lingkungan. Salah satu faktor mendasar penyebab munculnya Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI) adalah iodium lingkungan yang rendah. Penelitian-penelitian epidemiologi
menunjukkan bahwa permasahan GAKI dijumpai di daerah yang dinyatakan sebagai daerah
miskin iodium, tetapi tanpa data hasil pengukuran. Untuk itu salah satu artikel dalam edisi ini
menyajikan hasil penelitian tentang kadar iodium lingkungan di daerah replete dan non-replete
di Kabupaten Magelang.
Penyakit tular vektor seperti DBD, malaria, filariasis, sampai saat ini belum dapat dikendalikan
secara tuntas. Beberapa upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah DBD, terutama dari
aspek vektornya. Hasil penelitian menemukan bahwa partisipasi masyarakat sangat penting
dalam mengendalikan DBD. Untuk malaria, pemerintah telah berupaya tidak hanya
mengendalikan dari penyakitnya; tetapi juga mengendalikan vektor penulanya, yaitu dengan
pembagian kelambu berinsektisida. Untuk mengetahui efektifitas kelambu berinsektisida yang
telah dibagikan dan penggunaannya oleh masyarakat.
Topik yang tidak kalah menarik adalah artikel tentang metode alternatif menghitung Indeks
Pembanguan Manusia (IPKM), yang selama ini diperoleh dengan metode aritmatika; saat ini
dapat dihitung dengan metode geometrik
Demikian editorial Jurnal Ekologi Kesehatan edisi ini

SELAMAT MEMBACA
IODIUM LINGKUNGAN DAERAH REPLETE DAN NON-REPLETE GAKI, DI
KABUPATEN MAGELANG

Environmental Iodine in IDD Replete and Non-Replete Area in Magelang

Muhamad Arif Musoddaq1, dan Ina Kusrini1


1
BP2GAKI Magelang, Balitbang, Kemenkes R.I.
Email: senamata2009@yahoo.com

Diterima: 20 Januari 2017; Direvisi: 31 Mei 2017; Disetujui: 26 Oktober 2017

ABSTRACT

One of the fundamental factors causing the emergence of Iodine Deficiency Disorders (IDD) is low
environmental iodine. Epidemiological studies show that IDD problem is found in areas expressed as poor
areas of iodine, but without measurement data. In Kabupaten Magelang, there is a replete area, an area
that has a history of IDD problems in the past, and intervention has been made, so it is hoped that the
problem can be overcome. The aim of this study was to compare environmental iodine levels in replete and
non-replete areas in Magelang District. The study design was cross sectional with iodine content in water
samples variable of surface and ground water. The sample size is 71 from 17 surface water points and 54
ground water points. Analysis of iodine content in water samples was done with Sandell-Kolthoff method at
Laboratory of Balai Litbang GAKI Magelang. The results showed that iodine content in surface water was
within a fairly wide range of 0 to 22 μg/L in the replete areaand 0 to 115 μg/L in the non-replete area. The
iodine content in ground water in the replete area ranges from 0 to 77μg/L, in the non-replete area
between 3to 48 μg/L. There was a significant difference of iodine content between water samples from
replete area with non-replete area (P <0.05). It is necessary to maintain the sustainability of sufficiency of
iodine intake especially in replete area.

Keywords: IDD,environmental iodine, replete, non-replete, surface water, ground water

ABSTRAK

Salah satu faktor mendasar penyebab munculnya Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah
iodium lingkungan yang rendah. Penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa permasahan
GAKI dijumpai di daerah yang dinyatakan sebagai daerah miskin iodium, tetapi tanpa data hasil
pengukuran. Di Kabupaten Magelang, terdapat daerah replete, yaitu daerah yang mempunyai riwayat
permasalahan GAKI di masa lalu, dan telah dilakukan intervensi, sehingga diharapkan permasalahan
tersebut telah dapat diatasi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kadar iodium lingkungan di
daerah replete dan non-replete di Kabupaten Magelang.Disain penelitian adalah potong lintang dengan
variabel kadar iodium dalam sampel air permukaan dan air tanah. Jumlah sampel adalah 71 berasal dari 71
titik sampling, rincian 17 air permukaan dan 54 air. Analisis kandungan iodium dalam sampel air dilakukan
dengan metode Sandell-Kolthoff, yang dilakukan di Laboratorium Balai Litbang GAKI Magelang. Hasil
menunjukkan Kadar iodium pada air permukaan berada dalam rentang yang cukup lebar, yaitu 0 sampai
22µg/Ldi daerah replete 0 sampai dengan 115µg/Ldi daerah non-replete. Kadar iodium dalam air tanah di
daerah replete berkisar antara 0 sampai 77µg/L, di daerah non-replete antara 3 sampai 48µg/L. Terdapat
perbedaan kadar iodium yang bermakna antara sampel air yang berasal dari daerah replete dengan non-
replete(P<0,05). Perlu upaya menjaga keberlangsungan kecukupan asupan iodium terutama di daerah
replete.

Kata kunci: GAKI, iodium lingkungan, replete, non-replete, air permukaan, air tanah

PENDAHULUAN melalui makanan dan minuman yang


dikonsumsi. Walaupun hanya dibutuhkan
Gangguan Akibat Kekurangan
dalam jumlah yang sedikit, tetapi iodium
Iodium (GAKI) adalah gangguan kesehatan
memberikan fungsi yang penting bagi tubuh,
yang diakibatkan oleh kekurangan unsur
karena dapat memaksimalkan kerja kelenjar
iodium pada tubuh manusia. Penyebab
tiroid (kelenjar gondok) dalam pembentukan
utamanya adalah rendahnya asupan iodium
73
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 73 - 81

hormon. Kekurangan unsur iodium menunjukkan adanya daerah yang telah


menyebabkan kelenjar tiroid tidak dapat mengalami pergeseran status daerah dari
menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah daerah endemik menjadi non endemik. Hal
yang cukup yang dikenal sebagai ini berarti bahwa di daerah tersebut telah
hipotiroidisme/hipotiroidism(Greenspan dan mengalami perbaikan asupan iodium atau
Baxter, 2000). Hipotiroidisme mendasari yang dikenal sebagai daerah replete.Selain
munculnya berbagai manifestasi GAKI itu di Kabupaten Magelang terdapat daerah
(Zimmermann, 2007). Gondok dan yang tidak mempunyai riwayat permasalahan
kretinisme adalah bentuk GAKI yang paling kekurangan iodium yang dikenal sebagai
jelas terlihat, di samping gangguan daerah non-replete (Kusrini, Mulyantoro,
perkembangan dan fungsi kognitif, Sukandar dkk, 2016).
hipotiroidisme, ataupun kelainan kongenital
Di daerah dengan lingkungan miskin
(Zimmermann, Jooste and Pandav, 2008).
iodium, biasanya tanaman dan hewan yang
Selain itu, kekurangan asupan iodium juga
hidup di daerah tersebut juga akan miskin
dapat menyebabkan penurunan tingkat
iodium; sehingga masyarakat yang
kesuburan, peningkatan kematian perinatal,
bergantung pada makanan lokal akan
dan kematian bayi (Zimmermann and
mengalami kekurangan iodium
Boelaert, 2015). Gangguan perkembangan
(Zimmermann, Jooste and Pandav, 2008).
kognitif juga merupakan dampak yang paling
Tidak hanya di daerah yang miskin iodium,
penting akibat kekurangan iodium. Hal ini
permasalahan GAKI dapat juga dijumpai di
mendorong negara-negara di dunia untuk
daerah dengan sumber iodium yang
melakukan penanggulangan GAKI
berlimpah seperti di daerah pantai, dataran
(Zimmermann, 2007). Menurut data WHO,
rendah, daerah perkotaan, ataupun di daerah
sekitar 30 persen penduduk dunia masih
yang telah diyakini terbebas dari kekurangan
mengalami kekurangan asupan iodium
iodium (Li and Eastman, 2012). Penelitian
(World Health Organization, 2007).
Thaha dan Dachlan (2002) dan Sulchan
Data Unicef menunjukkan bahwa (2007) menunjukkan bahwa di daerah
pada tahun 2013, lebih dari 35 juta bayi di pesisirdi Indonesia dengan ketersediaan
seluruh dunia belum terlindungi dari sumber pangan tinggi (iodium yang
kekurangan iodium; sehingga berisiko berlimpah), terdapat masyarakat yang
mengalami kerusakan otak permanen. mengalami masalah gondok. Keberadaan zat-
Sementara garam beriodium yang merupakan zat goitrogenik, blocking agent dalam
media intervensi iodium utama, baru sekitar makanan ataupun ketidak seimbangan mikro
75 persen rumah tangga mengkonsumsinya mineral tubuh dapat berpengaruh terhadap
(di bawah dari target yang ditetapkan, yaitu kejadian tersebut (Sulchan, 2007; Thaha and
90 persen) (UNICEF, 2016). Di Indonesia, Dachlan, 2002). Sementara itu, penelitian
GAKI masih merupakan masalah kesehatan Stewardet al.(2003) di Inggris menunjukkan
masyarakat. Hasil survei pemetaan gondok bahwa tidak ada hubungan yang konsisten
1998, menunjukkan bahwa sekitar 18,8% antara keberadaan gondok endemik dengan
penduduk Indonesia tinggal di daerah distribusi iodium lingkungan (Stewardet al.,
endemik ringan, 4,2% penduduk hidup di 2003).
daerah endemik sedang, dan 4,5% penduduk
Iodium di lingkungan, terutama
hidup di daerah endemik berat. Selain itu
berada dalam tanah terutama yang terdapat di
juga diketahui bahwa 5,1% kabupaten di
permukaan tanah mudah hilang akibat erosi
Indonesia adalah daerah endemik berat,
oleh air (Greenspan and Baxter, 2000). Kadar
sementara 13,5% kabupaten, dan 40,2%
iodium lingkungan suatu daerah dapat
kabupaten adalah daerah endemik sedang dan
digambarkan oleh kadar iodium air
endemik ringan (World Bank, WHO, 2001).
permukaan di daerah tersebut (Johnson and
Seiring dengan pelaksanaan berbagai upaya
Fordyce, 2003). Kandungan kimia air sungai,
penanggulangan GAKI, terjadi penurunan
merupakan resultante dari bahan kimia air
daerah endemik sedang dan endemik ringan
hujan dan bahan kimia yang terlarut selama
pada tahun 2003, masing-masing menjadi
terjadi aliran air baik dari batuan maupun
13,1% dan 35,8% (RANKKPGAKY, 2004).
tanah yang bersentuhan (Fuge, 2013).
Perubahan-perubahan endemisitas GAKI ini
74
Iodium lingkungan daerah replete...(Muhamad AM, Ina K)

Lebih dari 20% asupan iodium tidak mengalami permasalahan GAKI, di


populasi di negara berkembang mempunyai mana tidak ada kecamatan dengan prevalensi
ketergantungan yang tinggi terhadap gondok lebih dari 5% (World Bank, WHO,
makanan dan minuman hasil setempat 2001). Walaupun demikian, di Kabupaten
(Johnson and Fordyce, 2003). Hal ini dapat Magelang permasalahan GAKI masih tetap
membuktikan bahwa Iodium dalam air ada. Penghentian intervensi kapsul iodium
minum dapat memberikan sumbangan yang pada wanita usia subur, ibu hamil, ibu
signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan menyusui maupun anak sekolah dasar tahun
iodium tubuh. Kadar iodium dalam air 2009, penderita GAKI kemungkinan akan
minum yang rendah dapat digunakan sebagai meningkat kembali. Badan kesehatan dunia
indikator kerentanan suatu daerah terhadap menyatakan bahwa identifikasi kadar iodium
GAKI. British Geological Survey (2000) lingkungan adalah salah satu upaya untuk
menyebutkan bahwa umumnya kadar iodium mengetahui daerah yang rentan terhadap
dalam air minum yang berasal dari air tanah permasalahan GAKI, diantaranya adalah
berkisar antara tidak terdeteksi sampai lingkungan miskin iodium yang merupakan
dengan 70g/L, akan tetapi dijumpai juga faktor mendasar terjadinya GAKI (World
kadar iodium dengan kadar yang ekstrim Health Organization, 2007).Upaya
sampai dengan 400µg/L. British Geological identifikasi daerah-daerah yang rentan
Survey (2000) juga menyatakan bahwa terhadap GAKI penting dilakukan untuk
daerah dengan kadar iodium dalam air penanggulangan mencegah timbulnya
minum 5µg/L atau lebih kecil adalah daerah kembali permasalahan GAKI. Penelitian ini
yang rentan terhadap GAKI (British bertujuan untuk mengetahui kandungan
Geological Survey, 2000). iodium lingkungan di daerah dengan riwayat
kekurangan iodium di masa lalu yang saat ini
Kabupaten Magelang adalah salah
sudah mengalami perbaikan (daerah replete)
satu daerah salah satu daerah gondok
dan daerah yang tidak mempunyai riwayat
endemik berat di indonesia. Saat ini jumlah
kekurangan iodium (daerah non-replete) di
penderitanya telah menurun drastis, karena
Kabupaten Magelang.
asupan iodium masyarakat cukup optimal
seiring dengan dilaksanakannya upaya
penanggulangan GAKI (Budiman dan BAHAN DAN CARA
Widagdo, 2006). Secara geografis wilayah
Kabupaten Magelang jauh dari laut, dengan Penelitian ini dilakukan pada tahun
topografi yang bergunung-gunung (Badan 2015 dengan disain potong lintang (cross-
Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2016). sectional). Lokasi penelitian meliputi dua
Daerah dengan kondisi tersebut seringkali kecamatan yang mewakili daerah replete
dianggap miskin iodium dan berisiko GAKI yaitu Kecamatan Sawangan dan Bandongan;
(Fuge and Johnson, 2015). Berdasarkan data dan dua kecamatan yang mewakili daerah
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang non-replete yaitu Kecamatan Borobudur dan
permasalahan GAKI tidak terjadi secara Mungkid. Untuk mengetahui gambaran kadar
merata di seluruh wilayah di Kabupaten iodium lingkungan di daerah replete dan non-
Magelang.Tercatat 13 kecamatan adalah replete dilakukan pengukuran kadar iodium
daerah daerah endemik berat, yaitu dalam sampel air permukaan (air sungai
Kecamatan Ngluwar, Salam, Srumbung, maupun air irigasi) dan sampel air tanah
Muntilan, Dukun, Sawangan, Kaliangkrik, (mata air maupun sumur gali) yang
Windusari, Grabag, Candimulyo, Tegalrejo, merupakan sumber air minum sebagian
Kajoran, dan Salaman (BP2GAKI, update besarmasyarakat Kabupaten Magelang.
Maret 2016). Seiring dengan upaya Jumlah sampel air yang dikumpulkan
penanggulangan GAKI di Kabupaten sebanyak 71 sampel air, dengan rincian 6
Magelang yang dilaksanakan melalui sampel air permukaan dan 26 air tanah (32
peredaran garam beriodium dan pemberian sampel) yang berasal dari daerah replete dan
kapsul iodium, Permasalahan GAKI di 11 sampel air permukaan dan 28 air tanah (39
Kabupaten Magelang semakin menurun sampel) berasal dari daerah non-replete. Titik
(Budiman and Widagdo, 2006). Menurut data pengambilan sampel air (71 titik) ditentukan
World Bank, Kabupaten Magelang sudah berdasarkan data sebaran air tanah dan peta
75
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 73 - 81

hidrologi (Kantor Pertambangan dan Energi HASIL


Kabupaten Magelang, 2004). Pengukuran
Hasil pengukuran menunjukkan
kadar iodium dalam air dilakukan secara
bahwa kadar iodium dalam air permukaan di
spektrofotometri dengan prinsip reaksi
daerah repleteberkisar antara 0µg/L (tidak
Sandell-Kolthoff (Perera, Deraniyagala and
terdeteksi) sampai dengan 22µg/L dengan
Jayasinghe, 2001) yang dilakukan di
median 2,5µg/L, sedangkan dalam air tanah
Laboratorium BP2GAKI Magelang. Analisis
berkisar antara 0µg/L (tidak terdeteksi)
data dilakukan secara statistik melalui uji
sampai dengan 77µg/L dengan median
beda untuk mengetahui perbedaan antara
2,0µg/L. Berbeda dengan hasil pengukuran di
kadar iodium air di daerah replete dan daerah
daerah replete, kadar iodium dalam air
non-replete.
permukaan di daerahnon-repleteair berkisar
antara0µg/L (tidak terdeteksi) sampai dengan
115µg/L dengan median 22,0µg/L, sementara
pada air tanahberkisar antara 3µg/L sampai
dengan 48µg/L dengan median 15,5µg/L
(Tabel 1).

Tabel 1. Jenis sumber air dan kadar iodium air di daerah replete dan
non-replete di Kabupaten Magelang, 2015
Kadar iodium (g/L )
Jenis Air (n)
Rentang(µg/L) Median(µg/L)
Daerah Replete
Air Permukaan (6) 0 – 22 2,5
Air Tanah (26) 0 – 77 2,0

Daerah Non-Replete
Air Permukaan (11) 0– 115 22,0
Air Tanah (28) 3– 48 15,5

Dilihat dari sebaran hasil pengukuran 115µg/L). Demikian juga dalam air tanah,
(Gambar 1), kadar iodium dalam air walaupun kadar iodium di daerah replete
permukaan di daerah replete (kadar tertinggi terdeteksi lebih tinggi (sampai 77,0µg/L),
22 µg/L) cenderung rendah dibandingkan tetapi sebaran hasil pengukuran non-replete
dengan non-replete (kadar tertinggi cenderung lebih tinggi (Gambar 1).

Gambar 1. Sebaran kadar iodium air permukaan dan air tanah dan permasalahan GAKI daerah
replete dan non-replete di Kabupaten Magelang, 2015

76
Iodium lingkungan daerah replete...(Muhamad AM, Ina K)

Tabel 2. Kadar iodium dalam air permukaan di daerah replete dan non-replete di
Kabupaten Magelang, 2015
Jenis sampel/ Hasil uji
N Median
Kategori Daerah (Mann-Whytney )
Air pemukaan
Daerah Replete 6 2,5 µg/L P=0,000
Daerah Non-Replete 11 22,0µg/L
Air Tanah
Daerah Replete 26 2,0µg/L P=0,000
Daerah Non-Replete 28 15,5µg/L

Hasil uji beda kadar iodium dalam Berdasarkan kerentanan daerah


air permukaan antara daerah menunjukkan terhadap GAKI British Geological Survey
bahwa terdapat perbedaan bermakna antara (2000), yang menyatakan bahwa daerah
kadar iodium air permukaan di daerah replete replete adalah daerah yang rentan terhadap
dan daerah non-replete (p=0,000; permasalahan GAKI, dengan kadar iodium
p<0,05)(Tabel 2). Demikian juga hasil uji <5 g/L. Dari hasil pengukuran juga
statistik kadar iodium dalam air tanah, menunjukkan bahwa proporsi kadar iodium
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang lebih kecil atau sama dengan 5 g/L
bermakna antara kadar iodium air tanah di (rentan terhadap GAKI) di daerah replete
daerah replete dan non-replete (p = 0,000; p lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah
<0,05) (Tabel 2). non-replete (Tabel 3). Hal ini terjadi, baik
dalam air permukaan (66,7%) maupun dalam
air tanah (61,5%).

Tabel 3. Proporsi kadar iodium < 5 g/L dalam air permukaan di daerah
replete dan non-replete di Kabupaten Magelang, 2015
Jenis sampel/ Proporsi Kadar iodium < 5 g/L
Kategori Daerah n %
- Daerah Replete
Air Permukaan (6) 4 66,7
Air Tanah (26) 16 61,5
- Daerah Non-Replete
Air Permukaan (11) 1 9,1
Air Tanah (28) 1 3,6

PEMBAHASAN perkembangan mulai dari janin sampai


dewasa. Tubuh manusia tidak dapat
Kandungan iodium dalam air minum
memproduksi iodium, sehingga kebutuhan
dan air permukaan maupun air tanah di
iodium dipenuhi dari intake melalui makanan
daerah replete maupun non-replete, berada
dan minuman. Masalah GAKI sangat erat
dalam rentang cukup lebar dan secara
hubungannya dengan letak geografis suatu
distribusi di daerah replete cenderung lebih
daerah, karena pada umumnya masalah ini
rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa
sering dijumpai di daerah pegunungan
beberapa lokasi penelitian miskin iodium,
dimana miskin kadar iodium dalam air dan
sesuai dengan hasil pengukuran
tanahnya. Berdasarkan hasil uji statistik,
sebelumnya.Iodium adalah sejenis mineral
dapat diketahui bahwa kandungan iodium
yang terdapat di alam, baik di tanah maupun
dalam air tanah di daerah replete maupun
di air zat gizi mikro yang diperlukan tubuh;
non-repleteberbeda secara bermakna; yang
sesuai fungsinya dalam pembentukan hormon
artinya bahwa status daerah replete masih
tiroksin untuk mengatur pertumbuhan dan
tetap miskin iodium.
77
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 73 - 81

Rendahnya kadar iodium dalam iodium. Selain itu, Pedersen et al.(1999) juga
sampel air yang berasal dari daerah replete menyebutkan bahwa proses pembuatan
lebih rendah menunjukkan bahwa minuman kopi atau teh tidak mengurangi
permasalahan GAKI di masa lalu di kadar iodium air yang digunakan(Pedersen et
Kabupaten Magelang terdapat pada daerah al., 1999). Sementara Rasmusen et al. (2000)
dengan lingkungan dengan kadar iodium menyebutkan bahwa pada kadar iodium pada
yang lebih rendah daripada daerah yang tidak minuman teh tidak berbeda dengan air yang
pernah mengalami permasalahan GAKI (non- belum direbus, sementara pada minuman
rpelete). Kadar iodium lingkungan dapat kopi terjadi penurunan kadar iodium daripada
mempengaruhi asupan iodium populasi yang air yang belum direbus (Rasmussen, Larsen
tinggal di dalamnya melalui konsumsi and Ovesen, 2000).
makanan dan air/minuman bersumber
Menurut Johnson dan Fordyce tahun
setempat. Menurut Zimmermann, kadar
2003, kadar iodium lingkungan sangat
iodium dalam makanan produk lingkungan
ditentukan oleh input iodium alamiah dari
setempat akan dipengaruhi oleh kadar iodium
lingkungan luar terutama dari laut melalui
lingkungan setempat (Zimmermann, 2007).
udara; dan kemampuan lingkungan, terutama
Ketergantungan populasi pada konsumsi
tanah dalam mempertahankan iodium
makanan dan air/minuman bersumber
(Johnson and Fordyce, 2003). Kisaran kadar
setempat juga turut menentukan pengaruh
iodium lingkungan yang cukup lebar di
iodium lingkungan pada asupan iodium
lokasi penelitian, menggambarkan proses
populasi setempat. Daerah replete di
input iodium ataupun kemampuan
Kabupaten Magelang dengan kadar iodium
lingkungan dalam mempertahankan iodium
lingkungan yang lebih rendah akan
yang bervariasi. Kondisi ini sesuai dengan
menghasilkan makanan dengan kadar iodium
penelitian Voutchkova et al.(2014) di
yang lebih rendah daripada daerah non-
Denmark, yang mendapatkan hasil bahwa air
replete.
tanah dengan kadar iodium tinggi maupun
Demikian pula halnya dengan kadar rendah berada di daerah yang berdekatan.
iodium air tanah. Kadar iodium air tanah Hal ini disebabkan oleh proses-proses
yang digunakan sebagai air minum di daerah geokimia iodium yang spesifik pada setiap
replete lebih rendah daripada daerah non- tempat. Pada kondisi tanah yang relatif
replete. Berdasarkan pengkategorian seragam di daerah lereng barat daya Gunung
kerentanan daerah terhadap permasalahan Merapi dengan kondisi tanah yang relatif
GAKI berdasarkan air minum, didapatkan seragam, kadar iodium dalam air berada
bahwa secara alamiah daerah replete adalah dalam kisaran yang sempit/tidak terlalu
daerah yang rentan terhadap permasalahan bervariasi (Musoddaq dan Setyani, 2011).
GAKI, sementara daerah non-replete bukan
Secara keseluruhan hasil penelitian
daerah yang rentan terhadap permasalahan
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
GAKI. Penelitian yang dilakukan Johnson et
oleh Pandav and Kochupillai (1982) di
al. (2002) di Maroko menjumpai hal yang
Himalaya, yang melaporkan bahwa daerah
sama di mana sumber air minum merupakan
dengan riwayat GAKI di masa lalu;
faktor yang penting dalam etiologi
merupakan daerah dengan lingkungan miskin
permasalahan GAKI, di mana daerah dengan
iodium (Pandav and Kochupillai, 1982).
permasalahan GAKI yang lebih rendah
Ketergantungan asupan iodium masyarakat
terdapat pada daerah dengan sumber air yang
terhadap makanan dan air bersumber pada
lebih tinggi, terutama bila sumber air berasal
lingkungan setempat yang miskin iodium
dari air tanah setempat (Johnson et al., 2002).
nampaknya menentukan permasalahan GAKI
Selain itu penelitian Pedersen et al. (1999) di
di masa lalu di daerah replete. Penambahan
Denmark mendapatkan kadar iodium dengan
iodium dari luar baik melalui peredaran
variasi yang sangat tinggi, di mana
garam beriodium ataupun kapsul iodium
penggantian sumber air minum pada populasi
ataupun sumber lainnya telah memperbaiki
berpengaruh terhadap asupan iodium dan
asupan iodium populasi pada daerah yang
kejadian penyakit gondok, selain itu juga
semula mengalami defisiensi iodium. Pada
melaporkan bahwa pengolahan air sebelum
daerah non-replete, lingkungan setempat
dikonsumsi juga tidak menghilangkan
78
Iodium lingkungan daerah replete...(Muhamad AM, Ina K)

telah mampu mencukupi asupan iodium kol (Murdiana and Saidin, 2001). Oleh
populasi melalui konsumsi makanan dan karena itu di daerah replete di Kabupaten
air/minuman bersumber setempat. Menurut Magelang peningkatan asupan iodium sangat
Fuge and Johnson (2015), penambahan diperlukan untuk mencegah dampak dari
garam beriodium atapun bahan kaya iodium kekurangan asupan iodium akibat bahan-
lainnya mengurangi ketergantungan asupan bahan goitrogen. Menurut WHO (1996),
iodium dari dari makanan ataupun minuman peningkatan asupan iodium kurang lebih
bersumber setempat. Peredaran garam 50% dari asupan normal dapat mencegah
beriodium dan pemberian kapsul iodium pengaruh asupan goitrogen pada metabolisme
merupakan suatu bentuk intervensi iodium iodium (WHO, 1996).
dari lingkungan luar. Perbaikan asupan
Teridentifikasinya daerah replete di
iodium yang terjadi seiring dengan peredaran
Kabupaten Magelang sebagai daerah yang
garam beriodium maupun pemberian kapsul
rentan terhadap permasalahan GAKI dengan
iodium di daerah replete di Kabupaten
lingkungan miskin iodium memerlukan
Magelang menggambarkan penambahan
tindak lanjut yang berupa penambahan
iodium dari luar ke dalam lingkungan miskin
iodium dari luar yang terus menerus, yang
iodium (Fuge and Johnson, 2015).
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
Pemerintah telah melakukan kembali (re-emergence) permasalahan GAKI
beberapa upaya menurunkan jumlah di Kabupaten Magelang. Namun demikian,
penderita GAKI, yaitu melalui pemberian kewaspadaan terhadap terjadinya
suplemen kapsul minyak beriodium, program permasalahan GAKI akibat sebab-sebab
iodisasi garam, dan diversifikasi konsumsi selain asupan iodium juga perlu diwaspadai
pangan sumber iodium. Dalam melakukan baik di daerah replete maupun daerah non-
dijumpai beberapa kendala terutama replete terutama pada populasi rentan
kesinambungan program, sehingga terutama anak-anak dan ibu hamil. Kisaran
permasalahan GAKI akan muncul kembali. kadar iodium air yang lebar, menunjukkan
Sebagai contoh, pemberikan suplemen kapsul bahwa di daerah Kabupaten Magelang
minyak beriodium yang merupakan program terdapat sumber air dengan kandungan yang
jangka pendek yang sangat mahal biayanya, tinggi yang mungkin potensial digunakan
sehingga tidak mungkin diterapkan secara untuk mendukung upaya penanggulangan
nasional dan berkesinambungan. Demikian ataupun pencegahan permasalahan GAKI.
juga program iodisasi (penambahan KIO3 ke
dalam garam konsumsi yang biasa disebut
garam beriodium), beberapa merk garam KESIMPULAN DAN SARAN
iodium, pada kemasan tertulis mengandung Kesimpulan
iodium. Tetapi dalam hal ini KIO3, tetapi
kenyataannya iodium yang dikandung tidak Terdapat perbedaan kadar iodium
mencapai standar SNI, bahkan ada beberapa yang bermakna antara sampel air yang
jenis garam yang tidak mengandung KIO3 berasal dari daerah replete dengan non-
sama sekali. replete (P<0,05). Kadar iodium air
permukaan maupun air tanah maupun di
Penambahan iodium di daerah yang lokasi penelitian sangat bervariasi, dan di
rentan terhadap permasalahan GAKI, selain daerah replete cenderung lebih rendah
untuk meningkatkan asupan iodium, juga daripada daerah non-replete. Proporsi sampel
berfungsi untuk mencegah pengaruh
dengan kadar iodium kurang dari 5 gr/L
konsumsi bahan-bahan goitrogen. Konsumsi
dalam sampel air yang berasal daerah replete
bahan-bahan goitrogen yang menghambat
masih cukup tinggi, yang berarti bahwa
transport iodium di kelenjar tiroid dapat
daerah tersebutmasih rentan terhadap GAKI.
memperparah permasalahan GAKI
(Zimmermann, Jooste and Pandav, 2008).
Menurut Murdiana dan Saidin (2001), daerah
Saran
endemik GAKI di Kabupaten Magelang
banyak mengkonsumsi makanan goitrogenik Dalam rangka antisipasi munculnya
seperti buncis, gambas, kangkung maupun kembali masalah GAKI di Kabupaten
Magelang, program upaya menjamin
79
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No 2, September 2017 : 73 - 81

keberlangsungan kecukupan asupan iodium Li, M. dan Eastman, C. J. (2012). The changing
di daerah replete, masih perlu dijaga epidemiology of iodine deficiency.Nature
Reviews Endocrinology, 8, pp. 434–440. doi:
kesinambungannya. 10.1038/nrendo.2012.43.
Murdiana, A. dan Saidin, S. (2001). Kadar sianida
dalam sayuran dan umbi-umbian di daerah
UCAPAN TERIMAKASIH GAKY. PGM, 2001 : 24; 33-37 24, pp. 33–
37.
Penulis mengucapkan terima kasih Musoddaq, A.M. dan Setyani, A. (2011). Hubungan
kepada Kepala Badan Litbang Kesehatan, Kandungan Iodium Dalam Air Tanah
Terhadap Ketinggian Tempat Di Lereng
Kepala Balai Litbang GAKI Magelang atas Barat Gunung Merapi.Media Gizi
segala bantuan dan fasilitas yang telah MikroIndonesia 1(4), pp. 123–127. Available
diberikan selama penelitian dan penyusunan at:
artikel ini. Selain itu penulis juga http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php
mengucapkan terima kasih kepada /mgmi/article/view/2853.
Pandav, C. S. dan Kochupillai, N. (1982). Endemic
Pemerintah Kabupaten Magelang, Puskesmas goitre in India: Prevalence, etiology,
Kecamatan Sawangan, Kecamatan Mungkid, attendant disabilities and control
Kecamatan Borobudur, dan Kecamatan measures.The Indian Journal of Pediatrics,
Bandongan atas kerja samanya selama 49(2), pp. 259–271. doi:
10.1007/BF02830764.
penelitian dilakukan. Pedersen, K. M. et al. (1999). Iodine in drinking water
varies by more than 100-fold in Denmark.
Importance for iodine content of infant
DAFTAR PUSTAKA formulas.European Journal of
Endocrinology, 140(5), pp. 400–403. doi:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang (2016). 10.1530/eje.0.1400400.
Kabupaten Magelang dalam Angka 2016. pp. Perera, W. V. S. M., Deraniyagala, S. P. and
1–229. Jayasinghe, M. P. (2010). Use of Sandell and
BP2GAKI (2016). Pasien BPGAKI Borobudur Banyak Kolthoff reaction in estimation the iodine
dari Luar Jawa’. Available at: content of some food and water sources in Sri
http://www.bp2gaki.litbang.kemkes.go.id/pas Lanka.Journal of the National Science
ien-bpgaki-borobudur-banyak-dari-luar- Foundation of Sri Lanka, 29(3–4), pp. 121–
jawa/. 128. doi: 10.4038/jnsfsr.v29i3-4.2610.
British Geological Survey (2000). Water Quality Fact R, F. (2013) Essentials of Medical Geology. Edited by
Sheet: Iodine.Water Quality Fact Sheet, S. O.
(1923). RANKKPGAKY (2004). Rencana Aksi Nasional
Budiman, B. dan Widagdo, D. (2006). Hipertiroidi di Kesinambungan Program Penanggulangan
daerah replete endemis defisiensi iodium. Gaky.
PGM 30(1), pp. 13–24. kgm.bappenas.go.id/document/makalah/23_
Fuge, R. dan Johnson, C. C. (2015). Iodine and human makalah.pdf. diunduh tanggal 5 September
health, the role of environmental 2010.
geochemistry and diet, a review.Applied Rasmussen, L. B., Larsen, E. H. dan Ovesen, L. (2000).
Geochemistry. Elsevier Ltd, 63(June 2016), Iodine content in drinking water and other
pp. 282–302. doi: beverages in Denmark.European journal of
10.1016/j.apgeochem.2015.09.013. clinical nutrition, 54(1), pp. 57–60. doi:
Greenspan, J. D. dan Baxter, F. S. 10.1038/sj.ejcn.1600893.
(2000).Endokrinologi Dasar & Klinik . Edisi Stewart, A. G. et al. (2003). The illusion of
4. EGC, Jakarta. 4th edn. Jakarta. environmental iodine
Johnson, C. C. et al. (2002).Iodine in the Environment deficiency.Environmental Geochemistry and
of the High Atlas Mountain area of Morocco. Health, 25(1), pp. 165–170. doi:
NERC Keyworth 10.1023/A:1021281822514.
Johnson, C. C. dan Fordyce, F. M. (2003).The Sulchan, M. (2007). Goiter in the coastal areas (case
geochemistry of iodine and its application to study in Pati Regency): an ecological
environmental strategies for reducing the nutrition problem.Jurnal GAKY Indonesia, 6,
risks from iodine deficiency disorders. DfID pp. 18–22.
KAR Project R7411 Commissioned Report Thaha, A. R.dan Dachlan, D. M. (2002) .Analisis
CR/03/057N. Faktor Risiko Coastal Goiter.Jurnal GAKY
Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Magelang Indonesia, 1(1), pp. 9–20. Available at:
(2004). Studi Potensi Air Tanah Kabupaten http://www.mediamedika.net/wp-
Magelang 2004.pdf. Kota Mungkid. content/uploads/2010/03/jurnal12.pdf#page=
Kusrini, Ina, Mulyantoro DK, Sukandar PB, B. B. 1.
(2016). Hipotiroidisme pada Ibu Hamil di UNICEF (2016).Adequately iodized salt can protect
Daerah Replete dan Non-Replete Gondok di children from brain damage, but only three
Kabupaten Magelang.Jurnal Kesehatan quarters of the world’s households are using
Reproduksi, (April). it.Iodine deficiency: current status and
80
Iodium lingkungan daerah replete...(Muhamad AM, Ina K)

progress, p. 1. Available at: their elimination.WHO, Geneva, pp. 1–107.


http://www.data.unicef.org/topic/nutrition/iod doi: ISBN 978 92 4 159582 7.
ine-deficiency. Zimmermann, M. (2007). Key Barriers to Global
Voutchkova, D. D. et al. (2014). Iodine concentrations Iodine Deficiency Disorder Control : A
in Danish groundwater: historical data Summary.Human Nutrition Laboratory,
assessment 1933-2011.Environmental Swiss Federal Institute of Technology Zürich
Geochemistry and Health, (Idd), pp. 1151– (ETHZ)
1164. doi: 10.1007/s10653-014-9625-4. Zimmermann, M. B. dan Boelaert, K. (2015). Iodine
WHO (1996).Trace elements in human nutrition and deficiency and thyroid disorders.The Lancet
health World Health Organization.World Diabetes & Endocrinology, 3(4), pp. 286–
Health Organization, p. 1–360. 295. doi: 10.1016/S2213-8587(14)70225-6.
World Bank, WHO, M. of H. I. (2001) Iodine Zimmermann, M. B., Jooste, P. L. and Pandav, C. S.
Deficiency in Indonesia: A Detailed (2008). Iodine-deficiency disorders.The
Nationwide Map of Goitre Prevalence. Lancet, 372(9645), pp. 1251–1262. doi:
Malta. 10.1016/S0140-6736(08)61005-3.
World Health Organization (2007) . Assessment of the
iodine deficiency disorders and monitoring

81

Anda mungkin juga menyukai