Anda di halaman 1dari 42

Unit Pembelajaran

PROGRAM PENINGKATAN
KOMPETENSI PEMBELAJARAN
BERBASIS ZONASI

MATA PELAJARAN MATEMATIKA


KELAS VIII
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP)

Pola Bilangan
Penulis:
Theresia Widyantini
Adi Wijaya
Sumardyono

Design Grafis dan Ilustrasi:


TIM Disain Grafis

Copyright © 2018
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin
tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
Pola Bilangan

KATA SAMBUTAN

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai


kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah adalah guru yang
kompeten dalam membangun dan mengembangkan proses pembelajaran
yang baik dan efektif sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang
pintar dan pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru
sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama
menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Peningkatan


Kompetensi Pembelajaran (PKP) merupakan upaya Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependikan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Program PKP
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pembinaan
guru dalam merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi
pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skills/HOTS).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga


Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK) dan Lembaga Pengembangan
dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana
Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan
melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya.

iii
Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah Unit
Pembelajaran. Unit pembelajaran ini berisi materi pembelajaran sesuai
target Kompetensi Dasar, contoh-contoh aktivitas pembelajaran dan
penilaian yang bisa menginspirasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Mari kita sukseskan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran ini


untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, November 2018


Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Supriano, M.Ed.


NIP. 196208161991031001

iv
Pola Bilangan

KATA PENGANTAR

Peningkatan kompetensi merupakan salah satu program yang menjadi fokus


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bukan hanya peningkatan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan saja, namun juga peningkatan kompetensi
peserta didik. Karena guru profesional adalah guru yang kompeten dalam
membangun dan mengembangkan proses pembelajaran yang baik dan efektif
sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang pintar dan pendidikan yang
berkualitas.

Peningkatan kompetensi bagi peserta didik salah satunya dilakukan melalui


Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran yang selanjutnya disingkat
dengan Program PKP. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
peserta didik melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan
sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Program ini merupakan
salah satu pendukung program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Jika program PKB fokus pada peningkatan kompetensi guru baik pedagogi
maupun profesional, maka program PKP lebih berfokus pada upaya memintarkan
siswa melalui pembelajaran berpikir tingkat tinggi.

Program PKP memerlukan beberapa perangkat pendukung diantaranya adalah


Unit Pembelajaran. Unit pembelajaran ini berisi materi pembelajaran sesuai target
Kompetensi Dasar, contoh-contoh aktivitas pembelajaran dan penilaian yang bisa
menginspirasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi.

v
Dengan adanya Unit Pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi ini diharapkan dapat memandu para guru dalam hal merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran lebih baik lagi sehingga mereka
dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Direktur Pembinaan Guru


Pendidikan Dasar,

Praptono
NIP. 196905111994031002

vi
Pola Bilangan

DAFTAR ISI

Hal

KATA SAMBUTAN ............................................................................................ iii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................... Error! Bookmark not defined.
KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR .......................................................... 9
A. Kompetensi Dasar ...................................................................................... 9
B. Indikator Pencapaian Kompetensi .............................................................. 9
BAHAN BACAAN ............................................................................................. 11
A. Pengertian Pola (Pattern) ......................................................................... 11
B. Pengertian Barisan dan Kaitannya dengan Pola ....................................... 12
C. Barisan Konfigurasi Objek ........................................................................ 15
D. Beberapa Barisan Bilangan yang Khusus ................................................. 17
E. Menentukan Rumus Umum Suku Suatu Barisan Bilangan ....................... 18
F. Penggunaan Pola dan Barisan dalam Pemecahan Masalah Nyata .......... 25
AKTIVITAS PEMBELAJARAN ......................................................................... 27
A. Aktivitas Pembelajaran 1 .......................................................................... 27
B. Aktivitas Pembelajaran 2 .......................................................................... 28
C. Aktivitas Pembelajaran 3 .......................................................................... 29
D. Aktivitas Pembelajaran 4 .......................................................................... 30
PENGEMBANGAN PENILAIAN ....................................................................... 31
A. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 1 ................................. 31
B. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 2 ................................. 32
C. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 3 ................................. 33
D. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 4 ................................. 36
PENUTUP ......................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
LAMPIRAN............................................................... Error! Bookmark not defined.

vii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Pola pada kain batik dan susunan paving blok .................................. 11
Gambar 2 Pola konfigurasi kain batik ................................................................. 12
Gambar 3 Barisan upacara pramuka ................................................................. 13
Gambar 4 Diagram hubungan urutan dengan suku barisan ............................... 14
Gambar 5 Barisan konfigurasi motif batik Kawung ............................................. 15
Gambar 6 Barisan konfigurasi yang sesuai barisan segitiga .............................. 16
Gambar 7 Barisan konfigurasi yang sesuai barisan persegi ............................... 16
Gambar 8 Barisan konfigurasi yang sesuai barisan persegipanjang .................. 17
Gambar 9 Simbolisasi dan diagram hubungan urutan dengan suku barisan ...... 18
Gambar 10 Pola konfigurasi noktah barisan segitiga ......................................... 25

viii
Pola Bilangan

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

A. Kompetensi Dasar

3.1. Membuat generalisasi dari pola pada barisan bilangan dan barisan konfigurasi
objek.

4.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan bilangan
dan barisan konfigurasi objek.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

IPK Penunjang
3.1.1 Menjelaskan pola dari barisan bilangan sederhana
3.1.2 Menjelaskan pola dari barisan konfigurasi objek
3.1.3 Menentukan bilangan selanjutnya dari suatu barisan bilangan
3.1.4 Menentukan objek selanjutnya dari suatu barisan konfigurasi objek
3.1.5 Menemukan pola dari barisan bilangan
3.1.6 Menemukan pola dari barisan konfigurasi obyek

9
Kompetensi Dasar dan Indikator

IPK Kunci
3.1.7 Membuat generalisasi (bentuk umum) bilangan ke-n dari suatu barisan
bilangan
3.1.8 Membuat generalisasi (bentuk umum) dari suatu barisan konfigurasi
objek
3.1.9 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan
bilangan
3.1.10 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan konfigurasi
objek

10
Pola Bilangan

BAHAN BACAAN

A. Pengertian Pola (Pattern)

Dalam kehidupan kita sehari-hari sesungguhnya banyak permasalahan yang


memuat tentang pola atau pattern. Pengertian “pola” yang akan dipelajari mirip
atau hampir mirip dengan kata pola pada kalimat-kalimat berikut, “Tukang jahit
tersebut membuat pola pakaian terlebih dulu sebelum memotong kain untuk
membuat sebuah pakaian”, “Batik dari berbagai daerah memiliki pola yang
menarik”, atau “Susunan atau urutan bilangan-bilangan tersebut membentuk pola
tertentu”. Istilah pola juga muncul dalam seni sulam dan pemasangan paving blok.

Gambar 1 Pola pada kain batik dan susunan paving blok

Jadi, hampir semua masalah nyata dalam kehidupan terkait dengan pola atau
aturan umum atau ‘kebiasaan’ yang dapat dipergunakan untuk memahami secara
lebih mendalam dan lebih tepat sehingga memudahkan dalam memecahkan
masalah yang ada. Berbagai konfigurasi objek dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, mulai dari barisan pagar, jendela, hingga barisan tamanan pada
ladang dan sawah.

11
Bahan Bacaan

Contoh konfigurasi objek

Barisan motif batik yaitu motif kawung. Semakin besar ukuran kainnya, maka
semakin banyak motif kawung direproduksi. Satu unit motif terlihat seperti bentuk
kipas dengan 4 sayap dan di tiap sayap ada tanda 3 titik atau noktah.

Gambar 2 Pola konfigurasi kain batik

Selain dalam bentuk visual seperti pada contoh-contoh di atas, pola juga dapat
ditemukan susunan bilangan, seperti berikut

1, 2, 3, 4, 5, …

2, 4, 6, 8, 10, …

1, 3, 5, 7, 9, ….

Dari contoh konfigurasi objek maupun contoh bilangan yang dimaksud dengan
pola adalah aturan yang digunakan untuk menentukan objek berikutnya. Sehingga
dengan memahami pola dapat mempermudah menyelesaikan suatu masalah.

B. Pengertian Barisan dan Kaitannya dengan Pola

Pada percakapan sehari-hari, kita kadang menggunakan istilah ”barisan” untuk


menunjukkan sekelompok benda atau orang yang berjejer menurut suatu garis
lurus. Pada konteks tertentu istilah barisan dimaksudkan sebagai sekelompok
benda atau orang yang disusun secara teratur (tidak perlu berjejer menurut garis
lurus), seperti barisan tentara pada parade militer atau barisan peserta upacara.

12
Pola Bilangan

Gambar 3 Barisan upacara pramuka

http://m-powell.blogspot.com/2010/12/upacara-penutupan-latihan-
penegak.html
Istilah ”barisan” dalam matematika memiliki pengertian yang lebih khas dan jelas.
Istilah ”barisan” dalam matematika disebut juga ”sequences” (dalam bahasa
Inggris). Secara intuitif, barisan dalam matematika adalah sekelompok unsur
(biasanya bilangan) yang diurutkan menurut bilangan asli, yaitu ada unsur pada
urutan ke-1, urutan ke-2, dan seterusnya. Unsur di setiap urutan tersebut, biasa
disebut “suku” atau lengkapnya “suku barisan”.

Contoh

Barisan bilangan : 1, 2, 3, 4, 5, 6, ....

Jelas bahwa bilangan 1 menempati urutan ke-1 (disebut suku ke-1 barisan),
bilangan 2 menempati urutan ke-2 (disebut suku ke-2 barisan), bilangan 3
menempati urutan ke-3 (disebut suku ke-3 barisan), dan seterusnya.

Istilah barisan dalam matematika memiliki pengertian sebagai himpunan unsur


(biasanya bilangan) yang setiap unsurnya terkait dengan tepat satu bilangan asli
dari himpunan bilangan asli (hingga maupun tak hingga).

Ilustrasinya sebagai berikut.

Barisan a, b, c, d, e, f, g, h, ....

13
Bahan Bacaan

Suku ke-1 adalah a,

Suku ke-2 adalah b

Suku ke-3 adalah c

Suku ke-4 adalah d

Suku ke-5 adalah e

dan seterusnya.

Urutan Suku
barisan

1 a

2 b

3 c

4 d

5 e

... ...

Gambar 4 Diagram hubungan urutan dengan suku barisan

Bagaimana konsep barisan dikaitkan dengan konsep pola? Pertama, konsep


hubungan (seperti diilustrasikan pada gambar di atas) antara suku barisan dengan
urutan (bilangan asli) itu sendiri merupakan suatu pola (sebuah aturan). Kedua,
bagaimana hubungan tersebut direpresentasikan baik dengan kata-kata maupun
dengan model atau ekspresi matematika atau rumus juga merupakan suatu pola.

14
Pola Bilangan

C. Barisan Konfigurasi Objek

Pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari, konsep barisan bisa terlahir


dari pola-pola konfigurasi objek. Dalam banyak kasus, setiap konfigurasi objek
tersebut dapat dibawa ke dalam satu atau lebih bilangan sehingga secara
keseluruhan ekuivalen dengan satu atau lebih barisan bilangan.

Berikut ini beberapa contoh barisan konfigurasi objek.

Contoh

Barisan motif batik yaitu motif Kawung. Semakin besar ukuran kainnya, maka
semakin banyak motif Kawung direproduksi. Satu unit motif terlihat seperti bentuk
kipas dengan 4 sayap dan di tiap sayap ada tanda 3 titik atau noktah.

Gambar 5 Barisan konfigurasi motif batik Kawung

Jika yang diperhatikan banyak kipas (dengan 4 sayap) di tiap suku, maka diperoleh
barisan bilangan berikut, 1, 4, 9, 16, … Barisan ini merupakan adalah barisan
bilangan kuadrat.

Jika yang diperhatikan adalah banyak sayap maka diperoleh barisan bilangan
berikut.

1 × 4, 4 × 4, 9 × 4, 16 × 4, … 𝑎𝑡𝑎𝑢 4, 16, 36, 64, …

15
Bahan Bacaan

Jika yang diperhatikan banyak titik (noktah) pada tiap suku,maka barisan bilangan
yang bersesuaian adalah barisan berikut ini:4 × 3, 16 × 3, 36 × 3, 64 ×
3, … atau 12, 48, 108, 192, …

Contoh

Dalam matematika, beberapa konfigurasi objek mengarah pada beberapa barisan


khusus yang dikenal dengan nama ”figurated numbers” atau ”geometric numbers”.
Jenis bilangan ini yang kemudian membentuk suatu barisan, telah menjadi kajian
sejak jaman Yunani kuno hingga sekarang. Beberapa di antaranya adalah:

Barisan bilangan segitiga: 1, 3, 6, 10, ... .

Berasal dari konfigurasi banyak noktah tiap suku di bawah ini.

Gambar 6 Barisan konfigurasi yang sesuai barisan segitiga

Barisan bilangan persegi: 1, 4, 9, 16, ... .

Berasal dari konfigurasi banyak noktah tiap suku di bawah ini.

Gambar 7 Barisan konfigurasi yang sesuai barisan persegi

Barisan bilangan persegipanjang (khusus): 2, 6, 12, 20, ....

16
Pola Bilangan

Berasal dari konfigurasi banyak noktah tiap suku di bawah ini.

Gambar 8 Barisan konfigurasi yang sesuai barisan persegipanjang

D. Beberapa Barisan Bilangan yang Khusus

Di dalam matematika, barisan bilangan sangat banyak yang telah dikaji dan
dikenal dengan baik, mencapai raturan bahkan ribuan barisan bilangan. Beberapa
barisan bilangan telah dikenal sejak lama dan menjadi barisan bilangan yang
mendasari barisan bilangan lainnya. Beberapa di antaranya dibahas singkat di
bawah ini.

Barisan bilangan asli 1, 2, 3, 4, 5, ....

(Barisan bilangan ini merupakan barisan yang paling sederhana, karena


bersesuaian dengan urutannya)

Barisan bilangan Cacah 0, 1, 2, 3, 4, 5, ....

Barisan bilangan asli genap 2, 4, 6, 8, 10, ...

Barisan bilangan asli ganjil 1, 3, 5, 7, 9, ....

Barisan bilangan prima 2, 3, 5, 7, 11, 13, ....

Barisan bilangan kuadrat (pangkat 2) 1, 4, 9, 16, 25, 36, ....

Barisan bilangan kubik (pangkat 3) 1, 8, 27, 64, 125, ....

17
Bahan Bacaan

E. Menentukan Rumus Umum Suku Suatu Barisan Bilangan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hubungan antara urutan (yang merupakan


bilangan asli: 1, 2, 3, 4, ....) dengan suku-suku suatu barisan, dapat dinyatakan
dengan kata-kata atau ekspresi matematika (rumus). Jika ada suatu rumus maka
kita katakan setiap suku dapat dinyatakan rumusnya secara eksplisit.

Jika tiap suku tidak ada rumus yang dapat dinyatakan, maka hubungan suku
dengan urutan hanya dinyatakan dengan urutan barisan itu sendiri. Contoh pada
barisan bilangan prima.

Dalam matematika, terdapat notasi standar untuk menyatakan urutan dan barisan.
Setiap urutan secara umum dinyatakan dengan huruf n. Jadi simbol n menyatakan
sebarang bilangan asli. Sementara untuk suku ke-n dinyatakan dengan simbol 𝑈𝑛 .

Urutan Suku
barisan

1 𝑈1

2 𝑈2

3 𝑈3

4 𝑈4

... ...

N 𝑈𝑛

Gambar 9 Simbolisasi dan diagram hubungan urutan dengan suku barisan

Untuk barisan yang setiap sukunya dapat dinyatakan rumusnya secara eksplisit,
maka kita perlu melihat pola hubungan yang dapat dinyatakan antara urutan
dengan suku barisan.

18
Pola Bilangan

Contoh1

Barisan bilangan asli genap 2, 4, 6, 8, 10, 12, ....

Urutan Suku
barisan

1 2

2 4

3 6

4 8

... ...

N 𝑈𝑛 = ?

Jika diperhatikan terdapat pola bahwa suku barisan dapat diperoleh dari urutan
dengan mengali urutan dengan 2.

Jadi, 2 = 21, 4 = 22, 6 = 23, 8=24, .... dengan demikian 𝑈𝑛 = 2 × 𝑛 = 2𝑛.

Dengan demikian, rumus suku ke-n dari barisan bilangan asli genap adalah 2n.

Contoh2

Sekarang perhatikan sebuah barisan bilangan 1, 4, 8, 13, …

Bagaimana kita dapat mengenali pola pada barisan tersebut untuk mendapatkan
rumus umum?

Barangkali kita dapat melihat bahwa setiap suku merupakan penjumlahan sebuah
bilangan terhadap suku tepat sebelumnya.

19
Bahan Bacaan

Tampak bahwa 4 = 1 + 3, 8 = 4 + 4, 13 = 8 + 5. Ada pola bilangan yang


ditambahkan semakin besar menurut bilangan asli (3, 4, 5, ...).

Patut diduga bahwa 𝑈5 = 𝑈4 + 6 = 13 + 6 = 19.

Karena bilangan 6 dapat dikaitkan dengan 5 maka kita dapatkan pola 𝑈𝑛 = 𝑈𝑛−1 +
(𝑛 + 1).

1, 4, 8, 13, 19, 26, …

1, 4, 8, 13, 19, 26, … .


+3 +4 +5 +6 +7

Contoh3

Diketahui barisan bilangan 3, 5, 7, 9, 11, 13, …, selanjutnya ingin diketahui suku


ke-75 dari barisan bilangan tersebut. Apakah kita harus mendaftar atau
menuliskan suku demi suku sampai suku yang ke-75 ataukah dengan cara
menentukan suku ke-n suatu barisan bilangan untuk barisan bilangan asli?
Tentunya kita ingin cara yang paling tepat dalam menentukan suku ke-75.

Marilah kita perhatikan bahwa

Suku ke-1 = 1 + 2 = 1 + (1 + 1) = 3

Suku ke-2 = 2 + 3 = 2 + (2 + 1) = 5

Suku ke-3 = 3 + 4 = 3 + (3 + 1) = 7

Suku ke-4 = 4 + 5 = 4 + (4 + 1) = 9

Dan seterusnya

Suku ke-𝑛 = 𝑛 + 𝑛 + 1 = 2 𝑛 + 1

Hubungan suku barisan dengan bilangan asli adalah 2𝑛 + 1

Sehingga dapat diperoleh suku ke-75 adalah 2. 𝑛 + 1 = 2.75 + 1 = 151

20
Pola Bilangan

Dari contoh3, kita dapat melihat pola dari barisan bilangan tersebut yaitu beda
antara dua suku yang berurutan mempunyai nilai yang selalu sama yaitu
bertambah 2.

Dari contoh yang ada 𝑢1 = 3, 𝑢2 = 5, 𝑢3 = 7, 𝑢4 = 9, 𝑢5 = 11, 𝑢6 = 13

Setiap dua suku berikutnya mempunyai beda 2, sehingga beda = 𝑢2 − 𝑢1 = 𝑢3 −


𝑢2 = ⋯ =2

Beda sering dilambangkan dengan 𝑏

Rumus suku ke-n dari barisan tersebut adalah 𝑢𝑛 = 𝑢1 + (𝑛 − 1)𝑏

Dengan melihat ciri-ciri dari barisan tersebut maka barisan bilangan tersebut
disebut barisan aritmatika.

𝑢𝑛 = suku ke-𝑛

𝑢1 = suku pertama = 𝑎

𝑛 = banyaknya suku

𝑏 = beda antara dua suku yang berurutan

Contoh 4

Diketahui barisan bilangan 1, 2, 4, 8, …, …, …, selanjutnya ingin diketahui suku


ke-50 dari barisan bilangan tersebut. Apakah kita harus mendaftar atau
menuliskan suku demi suku sampai suku yang ke-50 ataukah dengan cara
menentukan suku ke-n suatu barisan bilangan untuk barisan bilangan asli?
Tentunya kita ingin cara yang paling tepat dalam menentukan suku ke-50.

Marilah kita perhatikan pola dari dua suku yang berurutan dari barisan bilangan
tersebut.

Suku ke-1 = 1

21
Bahan Bacaan

Suku ke-2 = 2 = 1.2

Suku ke-3 = 4 = 2.2

Suku ke-4 = 8 = 4.2

Dari barisan bilangan tersebut suku ke-2 merupakan hasil perkalian suku ke-1
dengan bilangan 2, suku ke-3 merupakan hasil perkalian suku ke-2 dengan
bilangan 2, demikian juga suku ke-4 merupakan hasil perkalian suku ke 3 dengan
bilangan 2.

Sehingga perbandingan atau rasio suku ke-2 dengan suku ke-1 dan perbandingan
atau rasio suku ke-3 dengan suku ke-2 adalah sama demikian juga perbandingan
atau rasio suku ke-4 dengan suku ke-3 adalah sama yaitu 2.

𝑢2
=2
𝑢1

𝑢3
=2
𝑢2

𝑢2 𝑢3 𝑢4 𝑢𝑛
Dan seterusnya sehingga = = =⋯= =2
𝑢1 𝑢2 𝑢3 𝑢𝑛−1

Suku ke-n= 𝑢𝑛 = 2. 𝑢𝑛−1 = 2.2𝑢𝑛−2 = ⋯ = 2𝑛−1 . 𝑢1

Jika 𝑢1 = suku ke-1 = 𝑎

𝑟 =perbandingan atau rasio 2 suku yang berurutan

𝑛 = banyaknya suku

𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1

Contoh5

Barisan bilangan : 2, 6, 10, 14, 18, …

Marilah kita perhatikan bahwa

22
Pola Bilangan

Suku ke-1 = 2 + 0 = (1 + 1) + (3.0) = 2

Suku ke-2 = 3 + 3 = (2 + 1) + (3.1) = 6

Suku ke-3 = 4 + 6 = (3 + 1) + (3.2) = 10

Suku ke-4 = 5 + 9 = (4 + 1) + (3.3) = 14

Suku ke-5 = 6 + 12 = (5 + 1) + (3.4) = 18

Dan seterusnya

Hubungan suku barisan dengan bilangan asli adalah (𝑛 + 1) + (3. (𝑛 − 1)) = 𝑛 +


1 + 3𝑛 − 3 = 4𝑛 − 2

Contoh6

Barisan bilangan : 2, 6, 12, 20, 30, …

Marilah kita perhatikan bahwa

Suku ke-1 = 1 × 2 = 2

Suku ke-2 = 2 × 3 = 6

Suku ke-3 = 3 × 4 = 12

Suku ke-4 = 4 × 5 = 20

Suku ke-5 = 5 × 6 = 30

dan seterusnya

Suku ke-𝑛 = 𝑛 × (𝑛 + 1) = 𝑛2 + 1

Hubungan suku barisan dengan bilangan asli adalah 𝑛2 + 1

23
Bahan Bacaan

Contoh 7

Barisan bilangan : 0, 3, 8, 15, 24, 35, …

Marilah kita perhatikan bahwa

Suku ke-1 = 0 + 0 = 0 + 1 × 0 = 0

Suku ke-2 = 1 + 2 = 1 + 2 × 1 = 3

Suku ke-3 = 2 + 6 = 2 + 3 × 2 = 8

Suku ke-4 = 3 + 12 = 3 + 4 × 3 = 15

Suku ke-5 = 4 + 20 = 4 + 5 × 4 = 20

Suku ke-6 = 5 + 30 = 5 + 6 × 5 = 35

dan seterusnya

Suku ke-𝑛 = (𝑛 − 1) + (𝑛 × (𝑛 − 1) = 𝑛2 − 1

Hubungan suku barisan dengan bilangan asli adalah 𝑛2 − 1

Perhatikan bahwa pada contoh di atas, hubungan antara suku dengan bilangan
asli dapat dinyatakan dengan suatu rumus yang eksplisit(rumus aljabar) tetapi
tidak selalu hubungan antara suku dengan bilangan asli dapat dinyatakan
dengan suatu rumus yang eksplisit (rumus aljabar) misal barisan bilangan prima.

Contoh8

Perhatikan konfigurasi banyak noktah tiap suku di bawah ini.

24
Pola Bilangan

Gambar 10 Pola konfigurasi noktah barisan segitiga

Jika dibentuk barisan bilangan dengan memperhatikan banyak noktah di tiap suku,
maka akan diperoleh yang berikut: 1, 3, 6, 10, ....

Apa “pola” yang dapat kita temukan untuk menghubungkan urutan n dengan suku
ke-n yaitu 𝑈𝑛 ?

Dengan melihat konfigurasi noktah di atas, kita dapatkan bahwa 3 = 1 + 2, juga 6


= 1 + 2 + 3, lalu 10 + 1 + 2 + 3 + 4. Dengan begitu 𝑈𝑛 = 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛

F. Penggunaan Pola dan Barisan dalam Pemecahan Masalah


Nyata

Banyak fenomena sehari-hari baik secara implisit maupun eksplisit terkait dengan
pola dan barisan. Jika kita berbicara tentang “pola” maka hampir setiap apa yang
kita lihat, kita dengar, atau kita rasakan dapat dinyatakan dengan suatu pola,
sesederhana pun pola tersebut. Namun demikian, lebih lanjut, akan diberikan
beberapa contoh khusus yang terkait dengan pola barisan dalam kehidupan nyata.

Beberapa fenomena yang terkait dengan barisan dapat diidentifikasi jika ada yang
terkait dengan urutan, misalnya waktu (hari, bulan, tahun, atau waktu kejadian
tanpa periode kemunculan yang sama), posisi (pola pada ornamen, barisan tiang,
kursi pada suatu ruang), penomoran (dari daftar resmi, dokumen, atau hal lain
yang sudah diatur sedemikian rupa urutannya).

Contoh

Sebuah mobil mula-mula memiliki nilai harga jual sebesar 300 juta rupiah. Per
tahun rata-rata mengalami penurunan nilai jual sebesar 5%. Setelah 10 tahun,
perkiraan nilai jualnya adalah ....

25
Bahan Bacaan

Penyelesaian

Ini jelas terkait dengan barisan hingga suku ke-10.

𝑈1 = 300,

𝑈2 = 300 − 5%. 300 = 95%. 300

𝑈3 = 𝑈2 − 5%. 𝑈2 = 95%. 𝑈2 = 95%. 95%. 300 = (95%)2 . 300

demikian seterusnya.

Terbentuk barisan 300, 95%. 300, (95%)2 . 300, …

Dari barisan tersebut, kita dapat melihat adanya sebuah pola yaitu

𝑈𝑛 = 95%. 𝑈𝑛−1 = (95%)𝑛−1 . 300

Dengan demikian untuk tahun ke-10, maka nilai jual kendaraan menjadi

𝑈10 = (95%)10−1 . 300

𝑈10 = (95%)9 . 300

𝑈10 = (0,95)9 . 300

𝑈10 = 0,63025 × 300

𝑈10 = 189,075

Jadi, nilai jual kendaraan pada tahun ke-10 menjadi sekitar 189 juta rupiah

26
Pola Bilangan

AKTIVITAS PEMBELAJARAN

A. Aktivitas Pembelajaran 1

Aktivitas pembelajaran 1 ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam


menguasai komptensi inti terkait membuat generalisasi (bentuk umum) bilangan
ke-n dari suatu barisan bilangan. Aktivitas ini dilakukan menggunakan Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD).

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD)-1

1. Tujuan: menentukan bentuk umum dari barisan bilangan.


2. Kerjakan LKPD ini secara individu terlebih dahulu, setelah selesai atau mengalami
kendala baru dicocokkan dengan teman sebangku. Waktu pengerjaan selama 20
menit.
3. Perhatikan pola barisan berikut ini.
5, 11, 23, 47, ..., ...
a. Temukan dua suku berikutnya dari pola barisan di atas dan jelaskan
bagaimana cara mendapatkannya. Coba bandingkan dengan hasil
pengerjaan teman lainnya, apakah hasil dan cara pengerjaannya juga sama?
b. Tentukan bentuk umum suku ke-n dari pola barisan di atas. Jelaskan cara
menemukannya!

Beberapa aktivitas lain yang dapat dipergunakan dalam kegiatan aktivitas


pembelajaran 1 adalah beberapa latihan/tugas sebagai berikut.

Temukan bentuk umum suku ke-n yaitu 𝑈𝑛 pada barisan berikut.

1. 2, 6, 12, 20, ....


2. 1, 4, 9, 16, ...

27
Aktivitas Pembelajaran

B. Aktivitas Pembelajaran 2

Aktivitas pembelajaran 2 ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam


menguasai komptensi terkait membuat generalisasi (bentuk umum) dari suatu
barisan konfigurasi objek. Aktivitas ini dilakukan menggunakan Lembar Kegiatan
Peserta Didik (LKPD).

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) - 2

1. Tujuan: menentukan bentuk umum dari barisan konfigurasi objek


2. Kerjakan LKPD secara individu dalam waktu 20 menit
3. Jika diketahui suatu pola susunan persegi pada 5 suku susunan seperti gambar
berikut ini.

a. Buatlah sketsa susunan pola persegi pada suku ke-6 dan susunan ke-7
b. Isilah tabel berikut

n 𝑼𝒏 Hubungan

1 1 1 + …. = ….
2 3 2 + … = ….
3 5 3 + … = ….
4 7 4 + …. = …

n 𝑈𝑛 n + …= ….

c. Temukan bentuk umum dari barisan konferensi bentuk objek tersebut!

Beberapa barisan konfigurasi objek lain yang dapat digunakan dalam aktivitas
belajar 2 ini dapat mengambil contoh-contoh barisan konfigurasi objek pada buku
Matematika siswa kelas VIII semester 1.

28
Pola Bilangan

C. Aktivitas Pembelajaran 3

Aktivitas pembelajaran 3 ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam


menguasai komptensi inti terkait memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pola pada barisan bilangan. Aktivitas ini dilakukan menggunakan Lembar Kegiatan
Peserta Didik (LKPD).

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) - 3

1. Tujuan: memecahkan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan bilangan
2. Kerjakan LKPD secara kelompok dalam waktu 30 menit.
3. Perhatikan permasalahan berikut ini
Seorang petugas gedung pertunjukan diminta untuk menyiapkan kursi yang akan
disusun menyerupai bentuk trapesium sama kaki seperti ilustrasi gambar berikut.

Panggung pertunjukan
Baris pertama

Baris terakhir

Jika deretan baris kursi yang pertama memuat 15 buah kursi:


a. Berapakah banyaknya kursi yang harus disiapkan pada baris ke-10 dan baris
ke-20? Bagaimana cara mencarinya? Berikan penjelasan!
b. Jika tempat pertunjukan tersebut akan disusun kursi sebanyak 30 baris kursi?
Berapakah banyaknya kursi yang harus disiapkan pada baris terakhir?
Bagaimana cara mencarinya? Berikan penjelasan!

Beberapa masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan bilangan yang dapat
digunakan dalam aktivitas belajar 3 ini dapat menggunakan beberapa
permasalahan berikut.

1. .....
2. ....

29
Aktivitas Pembelajaran

D. Aktivitas Pembelajaran 4

Aktivitas pembelajaran 4 ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam


menguasai komptensi terkait memecahkan masalah yang berkaitan dengan
barisan konfigurasi objek. Aktivitas ini dilakukan menggunakan Lembar Kegiatan
Peserta Didik (LKPD).

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) - 4

1. Tujuan: memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan konfigurasi objek


2. Kerjakan LKPD secara kelompok dalam waktu 30 menit
3. Perhatikan permasalahan berikut ini
Sebanyak 50 batu bata dengan ukuran yang sama akan disusun untuk membuat
tumpukan yang menyerupai bentuk piramida. Tumpukan teratas hanya terdapat 1
batu bata.
a. Berapakah tingkat piramida yang terbentuk dari batu bata yang tersedia
tersebut?
b. Cukup, kurang, atau berlebihkah batu bata yang tersedia di atas untuk
mengetahui banyaknya tingkat piramida yang terjadi? Jelaskan jawaban
Anda!

Beberapa masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan bilangan yang dapat
digunakan dalam aktivitas belajar 4 ini dapat menggunakan beberapa
permasalahan berikut.

1. .....
2. ....

30
Pola Bilangan

PENGEMBANGAN PENILAIAN

A. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 1

Aktivitas pembelajaran 1 merupakan aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu


peserta didik dalam menguasai komptensi terkait membuat generalisasi (bentuk
umum) bilangan ke-n dari suatu barisan bilangan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui berhasil tidaknya kegiatan pada aktivitas pembelajaran 1 tersebut
dapat dilihat dari hasil pengerjaan LKPD – 1. Berapa skor nilai yang diperoleh
dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi tersebut.

Adapun rubrik penyekoran yang digunakan untuk menilai kemampuan pada


aktivitas pembelajaran 1 adalah sebagai berikut.

Indikator Jawaban Skor

Peserta didik dapat Tidak ada jawaban sama sekali atau jawaban 1
memberikan yang diberikan belum dapat memberikan
penjelasan penjelasan (hubungan) antara suku-suku
dari jawaban soal yang diketahui.
yang diberikan.
Belum memberikan jawaban secara lengkap, 2
tetapi sudah dapat memberikan penjelasan
(hubungan) antara suku-suku yang diketahui.

Sudah memberikan jawaban agak lengkap, 3


dengan dapat memberikan penjelasan
(hubungan) antara suku-suku yang diketahui
dan menemukan dua suku berikutnya

Sudah memberikan jawaban lengkap, 4


dengan dapat memberikan penjelasan

31
Pengembangan Penilaian

(hubungan) antara suku-suku yang diketahui


dan menemukan dua suku berikutnya

Sudah memberikan jawaban lengkap, 5


dengan dapat memberikan penjelasan
(hubungan) antara suku-suku yang diketahui
dan menemukan dua suku berikutnya serta
menemukan rumus bentuk umumnya.

B. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 2

Aktivitas pembelajaran 2 merupakan aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu


peserta didik dalam menguasai komptensi terkait membuat generalisasi (bentuk
umum) dari suatu barisan konfirasi objek. Oleh karena itu, untuk mengetahui
berhasil tidaknya kegiatan pada aktivitas pembelajaran 2 tersebut dapat dilihat dari
hasil pengerjaan LKPD – 2. Berapa skor nilai yang diperoleh dapat digunakan
untuk menggambarkan bagaimana penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi tersebut.

Adapun rubrik penyekoran yang digunakan untuk menilai kemampuan pada


aktivitas pembelajaran 2 adalah sebagai berikut.

Indikator Jawaban Skor

Peserta didik dapat Tidak ada jawaban sama sekali atau jawaban 1
memberikan yang diberikan belum dapat memberikan
penjelasan penjelasan (hubungan) antara barisan
dari jawaban soal konfigurasi objek yang diketahui.
yang diberikan.
Belum memberikan jawaban secara lengkap, 2
tetapi sudah dapat memberikan penjelasan
(hubungan) antara barisan konfigurasi objek
yang diketahui.

32
Pola Bilangan

Sudah memberikan jawaban agak lengkap, 3


dengan dapat memberikan penjelasan
(hubungan) antara barisan konfirasi objek
yang diketahui dan menemukan satu
konfigurasi objek berikutnya

Sudah memberikan jawaban lengkap, 4


dengan dapat memberikan penjelasan
(hubungan) antara barisan konfirasi objek
yang diketahui dan menemukan dua
konfigurasi objek berikutnya serta mengisi
tabel yang diminta.

Sudah memberikan jawaban lengkap, 5


dengan dapat memberikan penjelasan
(hubungan) antara barisan konfirasi objek
yang diketahui dan menemukan dua
konfigurasi objek berikutnya, mengisi tabel
yang diminta, serta menemukan rumus
bentuk umumnya.

C. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 3

Aktivitas pembelajaran 3 merupakan aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu


peserta didik dalam menguasai komptensi terkait memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pola pada barisan bilangan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
berhasil tidaknya kegiatan pada aktivitas pembelajaran 3 tersebut dapat dilihat dari
hasil pengerjaan LKPD – 3. Cara peserta didik mendapatkan jawaban dari
permasalahan yang diberikan merupakan salah satu ukuran dalam menilai apakah
peserta didik sudah menguasai atau belum terhadap materi yang
diberikan/diajarkan. Oleh karena itu, berapa skor nilai yang diperoleh dapat
digunakan untuk menggambarkan bagaimana penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi tersebut.

33
Pengembangan Penilaian

Adapun salah satu alternatif rubrik penyekoran yang dapat digunakan untuk
menilai kemampuan pada aktivitas pembelajaran 3 pada setiap nomor pertanyaan
(a, b, c, ...) adalah sebagai berikut.

Indikator Jawaban skor

Peserta didik dapat Tidak ada jawaban sama sekali atau jawaban 0-9
memberikan belum sesuai dengan permasalahan
penjelasan
Hanya sedikit dari penjelasan yang 10-39
dari solusi
benar/logis (sudah memahami masalah yang
permasalahan
diberikan, misalnya dengan membuat
yang diberikan
sketsa/gambar)

Penjelasan secara matematis masuk 40-60


akal/logis, namun belum sampai ke jawaban
yang diinginkan (baru sampai tahap
menyatakan ke model matematika)

Penjelasan secara matematis masuk akal, 60-80


meskipun belum tersusun secara runtut,
namun jawaban sudah benar (mengetahui
pola yang terjadi)

Penjelasan secara matematis masuk akal 81-100


dan jelas, serta tersusun secara runtut,
lengkap, benar dan sistematis.
(menyelesaikan masalah dengan
menggunakan pola yang diketahui)

34
Pola Bilangan

Alternatif lain:

Cara pengerjaan Skor

a. Memahami soal dengan membuat sketsa/diagram 20


1 ............. 15
2 ............. 17
3 ............. 19
4 ........... 21

Menyatakan ke dalam model matematika: 50

Baris 1 2 3 4 .... 10 ... 20 ... 30


ke

Banyak 15 17 19 21 ? ? ?
kursi

Mengetahui pola yang terjadi 70

Baris ke banyak kursi pola

1 15 15 + 2  (1 – 1) = 15

2 17 15 + 2  (2 – 1) = 17

3 19 15 + 2  (3 – 1) = 19

4 21 15 + 2  (4 – 1) = 21

Menyelesaikan/menjawab masalah dengan pola yang diketahui: 100

10 15 + 2  (10 – 1) = 33

35
Pengembangan Penilaian

20 15 + 2  (20 – 1) = 53

30 15 + 2  (30 – 1) = 73

Jadi banyak kursi yang harus disediakan pada baris ke-30 adalah
sebanyak 73 buah kursi.

D. Pengembangan Penilaian Aktivitas Pembelajaran 4

Aktivitas pembelajaran 4 merupakan aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu


peserta didik dalam menguasai komptensi terkait memecahkan masalah yang
berkaitan dengan barisan konfigurasi objek. Oleh karena itu, untuk mengetahui
berhasil tidaknya kegiatan pada aktivitas pembelajaran 4 tersebut dapat dilihat dari
hasil pengerjaan LKPD – 4. Cara peserta didik mendapatkan jawaban dari
permasalahan yang diberikan merupakan salah satu ukuran dalam menilai apakah
peserta didik sudah menguasai atau belum terhadap materi yang
diberikan/diajarkan. Oleh karena itu, berapa skor nilai yang diperoleh dapat
digunakan untuk menggambarkan bagaimana penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi tersebut.

Adapun salah satu alternatif rubrik penyekoran yang dapat digunakan untuk
menilai kemampuan pada aktivitas pembelajaran 4 pada setiap nomor pertanyaan
(a, b, c, ...) adalah sebagai berikut.

Indikator Jawaban skor

Peserta didik dapat Tidak ada jawaban sama sekali atau jawaban 0-9
memberikan belum sesuai dengan permasalahan
penjelasan
Hanya sedikit dari penjelasan yang 10-39
dari solusi
benar/logis (sudah memahami masalah yang

36
Pola Bilangan

permasalahan diberikan, misalnya dengan membuat


yang diberikan sketsa/gambar)

Penjelasan secara matematis masuk 40-60


akal/logis, namun belum sampai ke jawaban
yang diinginkan (baru sampai tahap
menyatakan ke model matematika)

Penjelasan secara matematis masuk akal, 60-80


meskipun belum tersusun secara runtut,
namun jawaban sudah benar (mengetahui
pola yang terjadi)

Penjelasan secara matematis masuk akal dan 81-100


jelas, serta tersusun secara runtut, lengkap,
benar dan sistematis. (menyelesaikan
masalah dengan menggunakan pola yang
diketahui)

Alternatif lain:

Cara pengerjaan Skor

Memahami soal dengan membuat sketsa/diagram 20

1 3 6 10 ...

Menyatakan ke dalam model matematika: 50

Tingkat 1 2 3 4 .... ? ...

37
Pengembangan Penilaian

Banyak batu bata 1 3 6 10 ... 50 batu batu

70

Mengetahui pola yang terjadi

Tingkat banyak batu bata pola

1(1+1)
1 1
2

2(2+1)
2 3
2

3(3+1)
3 6
2

4(4+1)
4 10
2

... ..... ........

𝑛(𝑛+1)
n
2

Menyelesaikan/menjawab masalah dengan pola yang diketahui: 100

𝑛(𝑛+1)
Batu bata yang tersedia sebanyak 50 buah, berarti ........
2
 50

n  (n + 1)  100 , dengan demikian n = 9. Ini artinya batu bata yang tersedia


akan membentuk piramida tingkat 9 dengan menyisakan 5 buah batu bata.

38
Pola Bilangan

PENUTUP

Unit pembelajaran ini merupakan kelengkapan bahan bacaan dari RPP pada
materi pola bilangan untuk kompetensi dasar 3.1 yaitu membuat generalisasi dari
pola pada barisan bilangan dan barisan konfigurasi objek serta kompetensi dasar
4.1 yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan
bilangan dan barisan konfigurasi objek pada kelas VIII semester ganjil. Unit
pembelajaran pola bilangan ini utamanya berisi bahan bacaan, aktivitas
pembelajaran, dan pengembangan penilaian. Mengingat Unit Pembelajaran ini
merupakan salah satu bahan bacaan kelengkapan RPP yang telah dibuat, Bapak
dan Ibu guru dapat mengembangkannya lebih rinci sesuai dengan karakteristik
peserta didik serta sumber belajar yang ada pada masing-masing sekolah.

39
Lampiran

DAFTAR PUSTAKA

As’ari dkk. (2016). Matematika Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Kemdikbud

Hendriana, H, Rohaeti, E, dan Sumarno, U. (2017). Hard Skils dan Soft Skills
Matematika SMP. Bandung: PT Refika Aditama.

Sumardyono. (2018). Modul Pelatihan Penambahan Kewenangan Mengajar Bagi


Guru SMP Bilangan II. Jakarta: Kemdikbud: Dirjen GTK

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.24 Tahun


2016. tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

40

Anda mungkin juga menyukai