Anda di halaman 1dari 20

8 responses to “Undang Undang nomor 5 tahun 2011 tentang

Akuntan Publik”

1. dawnzramadhan

9 Januari 2012 pukul 1:21 pm

ANGGOTA KELOMPOK :
1. ANDAR WINARNO (11815)
2. FAJAR RAMADHAN A.C (12133)
3. KUKUH PRASETO (12171)
4. NANA SUPRIYATNO (12475)
5. AKHYAR ARAFAH (12328)
6. RYAN ADIARTA (11922)

Tanggapan kami mengenai UU no 5 tahun 2001 tentang akuntan publik…..


UU no 5 tahun 2011 tentang akuntan publik secara garis besar mendefinisikan
tentang peran seorang akuntan publik didalam lingkungan masyarakat yang terdiri
dari tugas, hak, kewajiban, tanggung jawab, sanksi dan lain sebagainya dari seorang
akuntan publik maupun KAP yang bertujuan untuk lebih mensosialisasikan kepada
masyarakat akan pentingnya penggunanaan jasa akuntan dalam prakteknya di
lingkungan masyarakat. Masyarakat mulai menuntut kredibilitas, integritas dan
profesionalisme dari seorang akuntan publik.
Tidak dapat dipungkiri begitu penting peran akuntan publik dalam memberikan
informasi yang tepat mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Seperti yang
kita ketahui semua bagaimana dampak dari kasus “Enron gate” yang terjadi di AS,
terlihat bagaimana sebuah opini yang dikeluarkan oleh akuntan publik ternyata
mempunyai dampak yang besar terhadap jalannya perekonomian. Kebangkrutan
Enron tersebut menyebabkan dibubarkannya KAP Arthur Andersen, yang berdiri
sejak tahun 1913, yang pada akhirnya berimbas pada puluhan ribu karyawannya
yang kehilangan pekerjaan, Kesalahan yang diduga disengaja oleh KAP Arthur
Andersen, yang mengaudit Laporan Keuangan Enron karna memberikan Opini
Wajar, tidak menemukan atau bahkan dengan sengaja menutupi kecurangan
penipuan akuntansi yang dilakukan Enron.
Akuntan publik merupakan profesi yang muncul dari adanya tuntutan publik akan
adanya mekanisme komunikasi yang independen antara entitas ekonomi dengan
para stakeholder terutama yang berkitan dengan akuntabilitas dari suatu entitas
yang bersangkutan. Melihat dari salah satu contoh kasus seperti yang dijabarkan
diatas, hendaknya adanya peningkatan standar mutu dari profesionalisme seorang
akuntan publik, seperti yang dijabarkan pada pasal 1 UU akuntan publik pasal 2
“standar profesional akuntan publik, yang selanjutnya disingkat SPAP, adalah acuan
yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh akuntan publik
dalam pemberian jasanya”
Jelas sudah seperti yang dinyatakan diatas bahwa SPAP merupakan suatu acuan
dalam hal menetapkan standar mutu dari seorang akuntan publik, dengan adanya
SPAP ini akuntan publik dalam segala tindakannya harus didasari pada ketentuan
yang ada didalamnya sehingga dapat mengurangi segala bentuk fraud yang mungkin
akan dilakukan oleh mereka yang hanya melihat dari segi keuntungan yang akan
mereka dapat tanpa memikirkan dampak dari kesalahan yang mereka buat terhadap
lingkungan sosialnya.
Berbicara tentang masalah audit berupa jasa audit seperti yang telah dijelaskan di
UU, seorang akuntan publik menyediakan jasa berupa jasa asurans yang bertujuan
memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran informasi
keuangan dan non keuangan berdasarkan suatu kriteria. Bukan rahasia lagi bahwa
data keuangan merupakan rahasia dapur bagi setiap perusahaan, klien tentu sangat
mengkhawatirkan laporan mereka “di intip” oleh lawannya. Oleh karena itu biasanya
perusahaan besar lebih memberikan kepercayaan audit dalam laporan keuangan
mereka menggunakan jasa audit KAP yang terkenal. Beberapa perusahaan besar
lebih menjatuhkan pilihannya pada KAP asing yang berpengalaman, karena mereka
berpikir bahwa KAP asing memiliki kedibilitas lebih daripada KAP lokal.
Selain itu didalam UU ini juga dijelaskan adanya pengawasan dari menteri keuangan
yang mana mencakup pemeriksaan terhadap kertas kerja dan permintaan
keterangan untuk memperoleh keyakinan atas kepatuhan dari seorang akuntan
publik, KAP dan cabang KAP terhadap UU dan SPAP. Sehingga menteri keuangan
secara langsung membawahi segala tindakan yang dilakukan oleh para akuntan
publik yang dapat meminimalisir risiko penyelewengan yang dilakukan.
Tetapi dilihat dari pasal 6a, yang menyatakan bahwa
“..Yang dapat mengikuti pendidikan profesi akuntan publik adalah seseorang yang
memiliki pendidikan minimal sarjana strata 1 (S-1), diploma IV (D-IV), atau yang
setara.” Dari penjelasan pasal 6a tersebut berarti untuk menjadi akuntan publik
tidak harus berasal dari sarjana akuntansi. Untuk menjadi akuntan publik lulusan
jurusan akuntansi harus bersaing dengan lulusan dari jurusan non akuntansi. Tentu
hal ini akan mengancam posisi para lulusan akuntansi, dimana mereka yang selama
4 tahun lebih duduk dibangku kuliah, bergelut dengan dunia akuntansi yang
kemudian dapat disamai oleh mereka yang mungkin hanya menganggap akuntansi
di ibaratkan sebagai angin berlalu saja, toh mereka masih tetap saja bisa mengikuti
pendidikan profesi akuntansi ini.
Seharusnya pemerintah dapat lebih mengkaji lagi mengenai isi pasal 6 ini sendiri,
tetapi mereka beralasan bahwa indonesia sangat memerlukan tenaga akuntan
publik, menurut survei yang dilakukan oleh IAPI, jumlah akuntan publik di
indonesia hingga 31 maret 2011 baru 926 dari total jumlah penduduk yang mencapai
237 juta jiwa, masih kalah dengan singapura yang hanya memiliki sekitar lima juta
penduduk tetapi memiliki 15.120 orang akuntan publik. Selain itu adanya
pertumbuhan jumlah akuntan yang tidak signifikan atau stagnan, hal ini lah yang
mendasari pemerintah untuk tidak membatasi setiap orang untuk mengikuti
pendidikan profesi akuntan publik
Beberapa ikatan akuntan juga masih merasa keberatan dengan isi dari UU ini,
seperti pada pasal 55A, 55B dan 56. Pasal – pasal ini menjelaskan mengenai sanksi
yang diterima oleh akuntan publik apabila melakukan pelanggaran. Dalam pasal ini
mengkaitkan soal etika dan admisitratif yang seharusnya masuk pada wilayah
profesi bukan pada ranah publik. Akuntan publik tidak mungkin secara langsung
menjadi pelaku, karena kemungkinannya menjadi pelaku pembantu yaitu yang
membantu terjadinya tindak pidana.
Dalam hal ini, IAPI beranggapan mereka bekerja berdasarkan kertas kerja, jadi tidak
mungkin mereka akan memalsukan data data mereka sendiri. Selain itu pasal 56
yang menyatakan tentang sanksi yang terkait dengan pihak asosiasi, seandainya
seorang akuntan publik melakukan kesalahan, yang non pegawai pun akan terkena
imbasnya. Dengan adanya peraturan dan sanksi tersebut, dikhawatirkan akan
menghambat perkembangan profesi ini dan menyebabkan semakin berkurangnya
minat dari masyarakat untuk menggeluti profesi ini. Bukankah tujuan awal
pemerintah adalah untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya akuntan publik,
dengan diperbolehkannya mereka yang bukan lulusan akuntansi mengikuti
pendidikan profesi akuntan publik.
Selain itu dalam pasal 28 ayat 1, tentang Independensi akuntan publik, bahwa
akuntan publik diharuskan memegang teguh kemandirian dan independen dalam
mengaudit berbagai entitas yang ada.
Pasal 28 ayat 2, memerinci benturan-benturan yang akan terjadi terhadap profesi
akuntan publik, seperti kepentingan materi dan juga ikatan keluarga.
Beberapa landasan teori seperti yang telah dijelaskan diatas rasanya masih perlu
ditelaah dan dikaji ulang untuk dikaitkan dengan tanggung jawab seorang akuntan
publik terhadap kehidupan nyata dilingkungan sosial. Karena pada dasarnya profesi
akuntan publik sangat rawan terhadap resiko kecurangan-kecurangan.
Pro dan kontra ibarat sayur tanpa garam, selalu melekat pada setiap rancangan UU
yang dikeluarkan, tetapi munculnya UU no 5 tentang akuntan publik ini berusaha
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam
dunia profesi akuntan publik walaupun mendapat beberapa kritikan keras dari
kalangan akademisi terkait pemberian gelar CPA yang ternyata setiap orang berhak
mendapatkannya asal ia lulus di ujian sertifikasi tanpa melihat dia lulusan jurusan
apapun. Tetapi di lain pihak kita juga harus mengakui bahwa negara ini memang
membutuhkan pertumbuhan potensi pasar audit demi terciptanya berbagai kantor
akuntan publik di indonesia. Mudah-mudahan UU ini dapat bermanfaat bagi negara
kita, tanpa memandang sebelah mata segelintir orang-rang yang ingin
menyalahgunakan UU ini untuk kepentingan ekonomi mereka.

Balas

2. anif g bastian (@anif_Gbastian)

10 Januari 2012 pukul 7:44 am

Nama Anggota kelompok tugas audit 1:


Joko Siswanto (11480)
Moehamad Sukron (11462)
Erlandi (11458)
Achmad Chanif C (11493)
Ario Jiwo Anindito (11495)

Rangkuman Kajian UU Akuntan Publik (UU No. 5 Tahun 2011)


UU No. 5 Tahun 2011 adalah Undang Undang tentang Akuntan Publik yang di
putuskan DPR RI pada tangggal 5 April 2011 dan disahkan presiden tanggal 3 Mei
2011.Dan Undang-undang tersebut mengatur tentang regulasi profesi, asosiasi
profesi, perizinan, hak dan kewajiban, tanggung jawab, sanksi, dan lain-
lain.Dan Undang Undang tersebut lebih lengkap membahas tentang akuntan publik
lebih lengkap di bandingkan UU sebelumnya yaitu UU No. 34 tahun 1954 tentang
pemakaian gelar Akuntan.
Latar belakang munculnya UU ini adalah:
• Melindungi kepentingan publik;
• Mendukung perekonomian yang sehat, efisien dan transparan;
• Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
• Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode
etik profesi.
• Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator dan profesi
Akuntan Publik;
• Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam beberapa
peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu:
1) UU No. 34 th. 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan, pasal 4;
2) UU No. 11 th. 1992 tentang Dana Pensiun, pasal 52 (1);
3) UU No. 1 th. 1995 tentang Perseroan Terbatas, pasal 59 (1);
4) UU No 8 th. 1995 tentang Pasar Modal, pasal 64 (1) dan pasal 66;
5) UU No. 10 th. 1998 tentang Perbankan, pasal 31A;
6) UU No. 23 th. 1999 tentang BI, penjelasan pasal 30 (1);
• Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan
setingkat Undang-undang merupakan praktek lazim di negara lain.
• Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme Akuntan
Publik;
• Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi
perdagangan jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.
Akan tetapi Undang undang ini mendapat kritikan keras dari kalangan akademisi
akuntansi terkait, pemberian gelar CPA yang ternyata dapat diberikan kepada siapa
saja yang lulus di ujian sertifikasi tanpa memandang dia lulusan jurusan apapun.
Mungkin pemerintah berfikir bahwa mahasiswa jurusan akuntansi tidak begitu
berminat dengan profesi ini sehingga mengeluarkan kebijakan tersebut,dan hal
tersebut tidak menguntungkan bagi sarjana lulusan akademi akuntansi.Akan tetapi
UU tersebut juga memiliki sisi positif yang sangat essential,yaitu melindungi AP
local agar tidak termonopoli oleh AP asing agar potensi pasar audit dapat terbagi
rata dan dapat menumbuhkan KAP baru di Indonesia.
Sumber dari:
http://www.ima-unhas.com/index.php/akuntansi/155-uu-akuntan-publik-uu-no5-
tahun-2011.html
NB:
Tugas ini juga kami kirimkan lewat e mail perwakilan kelompok
kami:ario_91@rocketmail.com yang kami kirim pada e mail
bapak fa_iz2001@yahoo.com
Balas

3. ayi•juwita sari (@juwitasayi)

11 Januari 2012 pukul 3:17 pm

Nama Kelompok :

Ninda Kumala
Bintang Ratri
Juwita Sari
Diska
Laksmi Indrawati
Mahmudiyati Kurrota Ayun

Tanggapan kelompok kami mengenai UU no 5 tahun 2001,


Setelah di sahkannya UU no 5 Tahun 2001 ini banyak sekali pro dan kontra. Hal ini
dikarenakan banyak sekali terdapat pasal – pasal yang mematikan profesi akuntan
publik di Indonesia. Dimana di dalam undang – undang memuat pasal – pasal yang
membuka kesempatan masuknya akuntan asing yang akan dengan mudah menggali
dan mengambil data – data perekonomian dan rahasia negara sehingga berpotensi
merugikan perekonomian dan membahayakan keamanan negara.
Selain itu di dalamnya mengandung potensi yang menghambat peran akuntan publik
dalam mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam upaya pemberantasan
korupsi.
Mengapa? Karena UU ini cenderung memiliki kepentingan politis di dalamnya sebab
Menteri Keuangan dalam UU tersebut memiliki otoritas yang besar.
Selain itu, UU tersebut memiliki beberapa kejanggalan, seperti tidak dilibatkannya
perguruan tinggi penyelenggara pendidikan akuntansi dalam proses sosialisasi UU
tersebut. Seharusnya peraturan ini dilakukan oleh suatu lembaga independen yang
melibatkan seluruh pihak profesi Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI).
Namun dibalik pro dan kontra terhadap pengesahan UU, rasa syukur dan gembira
juga dirasakan oleh komponen bangsa Indonesia, karena profesi akuntan publik
sebagai salah satu elemen penting dalam sistem perekonomian negara telah
mempunyai payung hukum yang kuat dimana sebelumnya hanya diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan sehingga akan memberikan kepastian hukum yang
baik bagi masyarakat pengguna jasa profesi akuntan publik dan kalangan akuntan
public.
Disamping itu di antara 62 pasal dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011
Tentang Akuntan Publik tersebut, ada penjelasan dari salah satu pasal yang sangat
penting bagi kita yang saat ini sedang menempuh pendidikan di jurusan akuntansi.
Penjelasan pasal yang dimaksud adalah penjelasan pasal 6 huruf a, yang berbunyi
sebagai berikut : “…Yang dapat mengikuti pendidikan profesi akuntan publik adalah
seseorang yang memiliki pendidikan minimal sarjana strata 1 (S-1), diploma IV (D-
IV), atau yang setara.” Dari penjelasan pasal 6 huruf a tersebut berarti untuk
menjadi akuntan publik tidak harus berasal dari sarjana akuntansi. Oleh karena itu
peluang untuk menjadi Akuntan Publik di Indonesia sangat terbuka lebar.
Terlepas dari maslah semua ini keadilan yang diinginkan masyarakat saat ini masih
dirasakan masih kurang. Disebabkan akhir-akhir ini banyak peristiwa di
pemerintahan maupun di akuntan public yang menyebabkan krisis kepercayaan di
kalangan masyrakat luas. Apalagi Undang-Undang Akuntan Publik yang baru
disahkan masih kurang sosialisi dan penerapannya. Terlihat sekali keadaan yang
tidak ada apa-apanya disbanding dengan Negara-negara tetangga yang lebih
berkomitmen terhadap kepentingan masyarakat dan pemerintah. Pengesahan UU
AP diharapkan mampu membantu KAP kecil bersaing dengan KAP asing karena
mereka dapat bergabung di dalam organisasi audit Indonesia. Pemerintah juga
mengharapakan UU ini bisa mendukung kerja para KAP dalam pengambilan
keputusan ekonomi dan berpengaruh secara luas dalam era globalisasi yang
memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian. Sehingga pertumbuhan
ekonomi di Negara ini dapat lebih meningkat.
Sumber : berbagai bacaan di google

Balas

4. andikapuspitasari

12 Januari 2012 pukul 9:40 am

Kelompok 4
UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik
Di tengah maraknya perkembangan dunia bisnis di Indonesia baru-baru ini, maka
Undang-Undang no 5 tentang akuntan public akan sangat membantu dalam menjaga
kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi Akuntan Publik itu
sendiri. UU No.5 th 2011 tentang akuntan Publik sudah dijelaskan dengan jelas
tentang semua hal yang berkaitan dengan akuntan publik dan kantor akuntan
publik.
Undang-undang ini menuntut akuntan public untuk menyajikan laporan keuangan
secara jujur dan transaparan sehingga akan mengurangi risiko kesalahan
pengambilan keputusan oleh perusahaan. Akuntan Publik mengemban kepercayaan
masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan
demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan
pendapatnya atas laporan atau informasi keuangan suatu entitas. Melalui Undang-
undang ini akuntan public diharapakan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat
dengan selalu menyajikan laporan keuangan dengan jujur dan transaparan.

Undang-undang ini juga sebagai dasar untuk entitas pengguna jasa akuntan public
untuk menuntut akuntan yang dalam menjalankan tugasnya melanggar undang-
undang atau tidak sesuai dengan kode etik akuntan public yang telah diatur dalam
undang-undang. Dengan demikian diharapkan akuntan public akan berkerja dengan
profesional. Syarat-syarat untuk menjadi akuntan public juga diatur dalam undang-
undang ini sehingga pihak yang tidak memenuhi syarat tersebut tidak akan bisa
menjadi akuntan public, diharapkan hanya pihak yang berkompetenlah yang
nantinya akan menjadi akuntan public. Hal ini bertujuan agar nantinya entitas
pengguna jasa akuntan public akan mendapatkan akuntan public yang benar-benar
telah lulus uji dan kompeten dibidangnya. Dan diharapkan dengan Undang-Undang
ini dapat mengurangi keberadaan akuntan public palsu yang ada di Indonesia.
Dengan adanya undang-undang no.5 th 2011 diharapkan juga para akuntan public
dapat bekerja lebih baik lagi dan tidak ada lagi kasus-kasus kecurangan atau
penipuan dalam suatu perusahaan. dan dapat menumbuhkan KAP baru di Indonesia
yang lebih baik lagi, dengan adanya sanksi-sanksi dan peraturan yang lebih dari
undang-undang no.5 tahun 2011.
Manfaat yang ditimbulkan dari UU No.5 tahun 2011 tentang akuntan publik :
• Kepastian hukum sekaligus perlindungan terhadap profesi Akuntan publik di
Indonesia sudah lebih terjamin.
• Baik entitas yang menggunakan jasa akuntan public dan akuntan public itu sendiri
akan mendapatkan penjelasan lebih mengenai apa saja hak dan kewajiban akuntan
public.
• Adanya kerjasam yang kooperatif anatara akuntan dan entitas pengguna jasa
akuntan publik yang akan menghasilkan kerjasama yang saling memuaskan dari
kedua pihak karena telah dijelaskan hak dan kewajiban dari akuntan publik
• Dengan adanya undang-undang ini diharapkan akan membantu terciptanya
perekonomian nasional yang sehat dan transparan.

Tanya :
1) tentang pasal 27 ayat 2 di UU No.5 Akuntan Publik tersebut,disebutkan,”KAP yang
mempunyai rekan warga negara asing dan /atau memperkerjakan wagra negara
asing wajib menugaskan rekan dan /atau pegawai dimaksud untuk menyusun dan
menjalankan program pengembangan profesi akuntan publik dan / atau dunia
pendidikan akuntansi secara cuma-Cuma.
Yang dimasudkan pengembangan pendidikan akuntansi secara Cuma-Cuma itu
bagaimana?
2) Dalam larangan merangkap jabatan, akuntan publik hanya boleh sebagai
pimpinan atau pegawai dalam bidang pendidikan akuntan publik, apakah hanya
untuk bidang akuntansi nya saja?
3) Dalam Undang-undang ini hanya menjelaskan tentang akuntan publik dan kantor
akuntan publik,,lalu undang-undang mana yang dapat melindungi kita sebagai
pemakai jasa nya?
Trimaksih …:-)
KELOMPOK 4:
1. Hestia Mahardini (12175)
2. Fatwa Fatikha (12222)
3. Tutut Tria Pertiwi (12286)
4. Yosi Mayasari (12289)
5. Andika Puspita Sari (12424)

Balas

5. wahyumurcahyati

12 Januari 2012 pukul 1:04 pm

Nama Anggota Kelompok :


1. Wahyu Murcahyati (12070)
2. Sigma Presilia Erlianita (12071)
3. Widya Tama (12287)
4. Muhammad Syams Amrilmutho (12353)
5. Mubarrih (12406)
Secara garis besar pada UU tentang Akuntan publik tersebut,sudah cukup jelas
menjelaskan tentang jasa akuntan publik dan ketentuan hukumnya.
Pada pasal 1 tentang akuntan publik, juga dijelaskan tentang akuntan publik asing
(KAPA) dan juga organisasi audit asing (OAA) yang notabene merupakan jasa
akuntan publik yang diampu oleh asing. Ketentuan tentang kerjasama KAP dengan
KAPA atau OAA juga sudah jelas dujelaskan di pasal 35 berikut ketentuan dalam
pembuatan kesepakatan kerjasamanya.
Tentang definisi akuntan publik, Ketentuan jenis jasa juga sudah cukup jelas
dijeaskan pada pasal 3, berikut batas-batasannya yang dijelaskan di pasal 4. Umur
masa berlaku izin akuntan publik yang dijelaskan pada pasal 5 adalah 5 tahun yang
diberikan langsung oleh menteri, dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang
dijabarkan pada pasal 6 dan untuk akuntan publik asing tertuang pada pasal. Namun
umur izin jasa akuntan publik/asing dapat diperpanjang dengan ketentuan yang
tetuang pada pasal 8 dengan perizinan darimenteri.
Penjelasan tentang kantor akuntan publik (KAP) dijelaskan pada pasal 12 yang
pendirian dan pengelolaan berikut rekan untuk non-akuntan publik dijelaskan pada
pasal 13 dan 14, dengan pembatasan atau syarat larangan yang tertera pada pasal 15,
dan alasan pembatalan status rekan non-akuntan publik yang tertera pada pasal 16
yang didalamnya juga tertera hukuman pidana apabila ketentuan tersebut dilanggar.
Pada bab 5 dijelasakan tentang hak, kewajiban, dan larangan tentang akuntan
publik. Hak dan kewajiban akuntan publik dijelaskan pada pasal 24 dan 25, berikut
hal-hal yang harus dihindari untuk menjaga independensi yang dijelaskan pada
pasal 28. Hal ini merupakan hal yang tidak kalah penting dalam syarat pemberian
jasa, dan alangkah baiknya dibentuk suatu tim untuk mengawasi akuntan publik-
akuntan publik di Indonesia, yang dapat dibentuk dibawah OAI, akrena hal tersebut
sangan riskan sekali dan sangant sulit dideteksi kecuali oleh tim yang benar-benar
berfokus dan indepeden.
Pada bab 7 dijelaskan tentang kerjasama kantor akuntan publik yang syarat
pembentukan yang tertaung pada akta pendirian tertuang pada pasal 33 sudah
cukup jelas. Pada bagian kedua dijelaskan tentang kerjasama antar Kantor Akuntan
Publik dengan Kantor akuntan publik asing atau orgaisasi audit publik,dimana bulir-
bulir ketentuan yang harus tertuang pada perjanjian kerjasamanya tertuang pada
pasal 35. Dengan diiringi dengan keadaan-keadaan yang memungkinkan menteri
untuk mencabut perizinan yang terdapat pada pasal 36.
Dimulai pada bab 9, dituangkan tentang pembinaan dan pengawasan dengan pasal
49 tentang kewenangan menteri dan pasal 50 dan 51 yang menjelaskan detil tentang
ayat-ayat pembinaan dan pengawasan tersebut.
Sebagai alat pengawas dan pengikat untuk menaati peraturan-peraturan yang
tertuang pada UU tersebut, diciptakan BAB 12 tentang sanksi administratif dan
ketentuan-ketentuan pidana yang tertuang pada BAB 13. Namun,banyaknya denda
yang disyaratkan kepada pelanggar, masih kurang tepat. Sebaiknya, besaran denda
ditentukan oleh besaran nilai dari pelanggaran atau nilai dari kerugian yang
diperbuat oleh pelanggar, mengingat pelanggaran termasuk kejahatan korporasi
yang besarannya bisa jadi sangat banyak dibandingkan jumlah denda yang
dijatuhkan.
Berkenaan dengan Pasal 55 dan 56 kami menilai tidak menghargai independensi
profesi akuntan yang seharusnya mengedepankan prinsip self regulatory system. Isi
pasal-pasal tsb : Pasal 55, “Akuntan Publik yang: a. melakukan manipulasi,
membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf j;
b. dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan
data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sehingga
tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak
yang berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidanadenda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”
Pasal 56, “Pihak Terasosiasi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun\ dan
pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”
Keberadaan pasal-pasal tsb bertentangan dengan Pasal 28 ayat satu (1) dan dua (2)
UUD 1945 yang berbunyi “ setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekonologi, seni, budaya , demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.
Pasal-pasal tersebut bertentangan dengan pasal 28D ayat(1) UUD 1945 yang
berbunyi “ setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di hadapan hukum” sehingga
menurut mereka pasal 55 dan 56 UU no 5 tahun 2011 telah menciptakan
ketidakpastian hukum.
Selain itu, kedua pasal itu melanggar pasal 28G ayat (1) UUD 1945. “Pasal itu
menciptakan rasa tidak aman atau ketakutan yang amat sangat, sehingga kami
merasa tidak bebas dalam menjalankan untuk berbuat atau tidak berbuat .
Pasal 55 dan 56 UU No. 5 Tahun 2011 ini dirasakan sangat diskriminatif,
memposisikan tidak setara dan cenderung merugikan akibat pengaturan yang
berbeda dengan pengaturan profesi lainnya.
Kehadiran kedua pasal tersebut mengganggu hak konstitusi. Salah satu pasal
menyebutkan,” dengan sengaja melakukan manipulasi , memalsukan dan atau
menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang
diberikan sebagaia mana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat di
pergunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak yang
berwenang”.
Pertanyaan bunyi dari pasal ini, siapa yang mengetahui kertas kerja itu tidak dapat
digunakan? “Pasal ini memberikan ruang pada pihak yang dianggap memiliki hak
untuk memeriksa dan lain sebagainya untuk membuat keputusan sendiri. Kalau
demikian adanya, akuntan publik dalam posisi yang lemah, padahal seharusnya
independen.
Kalimat “sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam pemeriksaan
oleh pihak yang berwenang” memberi celah bagi pihak pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk memidanakan akuntan publik. Dalam situasi ketidakjelasan tersebut,
bisa jadi akuntan publik dikenai sanksi pidana, sehingga dapat berdampak
menimbulkan ketidaktenangan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Balas

6. Wahyu Lovaly

12 Januari 2012 pukul 4:37 pm

Nama Anggota Kelompok :


1. Wahyu Murcahyati (12070)
2. Sigma Presilia Erlianita (12071)
3. Widya Tama (12287)
4. Muhammad Syams Amrilmutho (12353)
5. Mubarrih (12406)
Secara garis besar pada UU tentang Akuntan publik tersebut,sudah cukup jelas
menjelaskan tentang jasa akuntan publik dan ketentuan hukumnya.
Pada pasal 1 tentang akuntan publik, juga dijelaskan tentang akuntan publik asing
(KAPA) dan juga organisasi audit asing (OAA) yang notabene merupakan jasa
akuntan publik yang diampu oleh asing. Ketentuan tentang kerjasama KAP dengan
KAPA atau OAA juga sudah jelas dujelaskan di pasal 35 berikut ketentuan dalam
pembuatan kesepakatan kerjasamanya.
Tentang definisi akuntan publik, Ketentuan jenis jasa juga sudah cukup jelas
dijeaskan pada pasal 3, berikut batas-batasannya yang dijelaskan di pasal 4. Umur
masa berlaku izin akuntan publik yang dijelaskan pada pasal 5 adalah 5 tahun yang
diberikan langsung oleh menteri, dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang
dijabarkan pada pasal 6 dan untuk akuntan publik asing tertuang pada pasal. Namun
umur izin jasa akuntan publik/asing dapat diperpanjang dengan ketentuan yang
tetuang pada pasal 8 dengan perizinan darimenteri.
Penjelasan tentang kantor akuntan publik (KAP) dijelaskan pada pasal 12 yang
pendirian dan pengelolaan berikut rekan untuk non-akuntan publik dijelaskan pada
pasal 13 dan 14, dengan pembatasan atau syarat larangan yang tertera pada pasal 15,
dan alasan pembatalan status rekan non-akuntan publik yang tertera pada pasal 16
yang didalamnya juga tertera hukuman pidana apabila ketentuan tersebut dilanggar.
Pada bab 5 dijelasakan tentang hak, kewajiban, dan larangan tentang akuntan
publik. Hak dan kewajiban akuntan publik dijelaskan pada pasal 24 dan 25, berikut
hal-hal yang harus dihindari untuk menjaga independensi yang dijelaskan pada
pasal 28. Hal ini merupakan hal yang tidak kalah penting dalam syarat pemberian
jasa, dan alangkah baiknya dibentuk suatu tim untuk mengawasi akuntan publik-
akuntan publik di Indonesia, yang dapat dibentuk dibawah OAI, akrena hal tersebut
sangan riskan sekali dan sangant sulit dideteksi kecuali oleh tim yang benar-benar
berfokus dan indepeden.
Pada bab 7 dijelaskan tentang kerjasama kantor akuntan publik yang syarat
pembentukan yang tertaung pada akta pendirian tertuang pada pasal 33 sudah
cukup jelas. Pada bagian kedua dijelaskan tentang kerjasama antar Kantor Akuntan
Publik dengan Kantor akuntan publik asing atau orgaisasi audit publik,dimana bulir-
bulir ketentuan yang harus tertuang pada perjanjian kerjasamanya tertuang pada
pasal 35. Dengan diiringi dengan keadaan-keadaan yang memungkinkan menteri
untuk mencabut perizinan yang terdapat pada pasal 36.
Dimulai pada bab 9, dituangkan tentang pembinaan dan pengawasan dengan pasal
49 tentang kewenangan menteri dan pasal 50 dan 51 yang menjelaskan detil tentang
ayat-ayat pembinaan dan pengawasan tersebut.
Sebagai alat pengawas dan pengikat untuk menaati peraturan-peraturan yang
tertuang pada UU tersebut, diciptakan BAB 12 tentang sanksi administratif dan
ketentuan-ketentuan pidana yang tertuang pada BAB 13. Namun,banyaknya denda
yang disyaratkan kepada pelanggar, masih kurang tepat. Sebaiknya, besaran denda
ditentukan oleh besaran nilai dari pelanggaran atau nilai dari kerugian yang
diperbuat oleh pelanggar, mengingat pelanggaran termasuk kejahatan korporasi
yang besarannya bisa jadi sangat banyak dibandingkan jumlah denda yang
dijatuhkan.
Berkenaan dengan Pasal 55 dan 56 kami menilai tidak menghargai independensi
profesi akuntan yang seharusnya mengedepankan prinsip self regulatory system. Isi
pasal-pasal tsb : Pasal 55, “Akuntan Publik yang: a. melakukan manipulasi,
membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf j;
b. dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan
data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sehingga
tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak
yang berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidanadenda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”
Pasal 56, “Pihak Terasosiasi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun\ dan
pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”
Keberadaan pasal-pasal tsb bertentangan dengan Pasal 28 ayat satu (1) dan dua (2)
UUD 1945 yang berbunyi “ setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekonologi, seni, budaya , demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.
Pasal-pasal tersebut bertentangan dengan pasal 28D ayat(1) UUD 1945 yang
berbunyi “ setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di hadapan hukum” sehingga
menurut mereka pasal 55 dan 56 UU no 5 tahun 2011 telah menciptakan
ketidakpastian hukum.
Selain itu, kedua pasal itu melanggar pasal 28G ayat (1) UUD 1945. “Pasal itu
menciptakan rasa tidak aman atau ketakutan yang amat sangat, sehingga kami
merasa tidak bebas dalam menjalankan untuk berbuat atau tidak berbuat .
Pasal 55 dan 56 UU No. 5 Tahun 2011 ini dirasakan sangat diskriminatif,
memposisikan tidak setara dan cenderung merugikan akibat pengaturan yang
berbeda dengan pengaturan profesi lainnya.
Kehadiran kedua pasal tersebut mengganggu hak konstitusi. Salah satu pasal
menyebutkan,” dengan sengaja melakukan manipulasi , memalsukan dan atau
menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang
diberikan sebagaia mana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat di
pergunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak yang
berwenang”.
Pertanyaan bunyi dari pasal ini, siapa yang mengetahui kertas kerja itu tidak dapat
digunakan? “Pasal ini memberikan ruang pada pihak yang dianggap memiliki hak
untuk memeriksa dan lain sebagainya untuk membuat keputusan sendiri. Kalau
demikian adanya, akuntan publik dalam posisi yang lemah, padahal seharusnya
independen.
Kalimat “sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam pemeriksaan
oleh pihak yang berwenang” memberi celah bagi pihak pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk memidanakan akuntan publik. Dalam situasi ketidakjelasan tersebut,
bisa jadi akuntan publik dikenai sanksi pidana, sehingga dapat berdampak
menimbulkan ketidaktenangan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Balas

7. abetia fitriani (@abetous)

12 Januari 2012 pukul 10:55 pm

ANGGOTA KELOMPOK:
– ABETIA FITRIANI (12026)
– ANNISA LISTYANA (12553)
– LINTANG PUTRI (12490)
– YUSTI CHANDRA (12509)

Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans
dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu peran
akuntan publik sangatlah besar dalam mendukung perekonomian nasional agar bisa
terciptanya transparansi dalam bidang keuangan.

Sedangkan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang
berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Karena akuntan publik merupakan suatu profesi yang digunakan secara luas dan
berfungsi dalam pengambilan keputusan secara publik, maka dibentuklah undang-
undang akuntan publik. Undang-Undang Akuntan Publik adalah berbagai macam
aturan dan ketentuan atas segala sesuatu yang mendasar mengenai akuntan publik.
Undang-Undang ini dibuat juga untuk melindungi kepentingan masyarakat dan juga
melindungi profesi akuntan.
Undang-Undang tentang Akuntan Publik yang mengatur berbagai hal mendasar
dalam profesi Akuntan Publik memiliki tujuan untuk:
1. melindungi kepentingan publik
2. mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan
3. memelihara integritas profesi Akuntan Publik
4. meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik
5. melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode
etik profesi.

Undang-Undang Akuntan Publik Tahun 2011 memiliki 16 bab. Masing-masing bab


berisi penjelasan yang berbeda. Rincian penjelasannya adalah sebagai berikut:
• BAB I : Berisi tentang berbagai istilah dan pengertiannya dalam Undang-Undang
Akuntan Publik serta wilayah kerja akuntan publik di Indonesia.
• BAB II : Berisi tentang jasa asuransi yang diberikan kepada akuntan publik beserta
waktu pemberian jasanya.
• BAB III : Berisi tentang pemberian izin kerja terhadap akuntan publik, syarat-
syaratnya, serta pemberhentian terhadap pemberian jasa asurans.
• BAB IV : Berisi bentuk-bentuk KAP, tenaga akuntan profesional asing, dan hal-hal
yang menyebabkan pencabutan izin kantor.
• BAB V : Berisi tentang hak, kewajiban, dan larangan untuk akuntan publik
• BAB VI : Berisi tentang ketentuan pemberian nama KAP
• BAB VII : Berisi tentang berbagai bentuk kerjasama KAP dengan pihak lain
• BAB VIII : Berisi tentang ketentuan penggunaan biaya perizinan
• BAB IX : Berisi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan asosiasi profesi
akuntan publik
• BAB X : Berisi tentang komite profesi akuntan publik
• BAB XI : Berisi tentang kewenangan dan pengawasan yang dilakukan oleh Menteri
• BAB XII-XVI: Masing-masing berisi tentang sanksi dan administrasi; ketentuan
pidana; kadaluarsa dan tuntutan gugatan; ketentuan peralihan; dan ketentuan
penutup.

Isi dari Undang-Undang tersebut sudah disesuaikan dengan keadaan pada saat
sekarang. Undang-Undang ini dibuat tentu untuk memperjelas apa saja ketentuan-
ketentuan dan aturan dari Akuntan Publik. Dan juga, untuk melindungi para
Akuntan Publik dalam menjalankan tugasnya. Karena sebagai seorang akuntan
publik dalam menganalisis dan memeriksa kecuarangan dalam laporan keuangan,
tentu memiliki risiko yang cukup besar. Dalam hal ini, Undang-Undang juga
mengatur mengenai kriteria yang baik dalam menentukan akuntan publik maupun
kantor akuntan publik yang akan dibentuk.
Jadi pembuatan Undang-Undang Akuntan Publik dan pembaharuan tiap periodenya
sangat dianjurkan, karena ketentuan dalam Undang-Undang Akuntan Publik
mungkin akan berubah sesuai dengan perkembangan zaman tiap tahunnya.

Balas

8. prophana

19 Januari 2012 pukul 8:30 pm

PENGANTAR
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan
untuk memberikan jasa akuntan publik (jasa atestasi dan jasa non-atestasi) di
Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.
Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.
Bidang jasa akuntan publik meliputi:
• Jasa atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan keuangan,
pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan
informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta
atestasi lainnya.
• Jasa non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi,
keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi.
Dalam hal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan, seorang akuntan
publik hanya dapat melakukan paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Akuntan publik dalam memberikan jasanya wajib mempunyai kantor akuntan publik
(KAP) paling lama 6 bulan sejak izin akuntan publik diterbitkan. Akuntan publik
yang tidak mempunyai KAP dalam waktu lebih dari 6 bulan akan dicabut izin
akuntan publiknya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik
UU No. 5 Tahun 2011 ini mengatur tentang akuntan publik, mulai dari perizinan,
jasa-jasa yang ditawarkan, bentuk usaha, pendirian, pengelolaan, pembinaan,
pengawasan sampai kepada sanksi administrative dan sanksi pidana jika ada
pelanggaran yang dilakukan akuntan public.
Secara garis besar, pasal-pasal yang termuat dalam UU No. 5 Tahun 2011 tentang
akuntan public ini sudah jelas dan rinci. Pada bab I tercantum pengertian-pengertian
dasar tentang KAP, akuntan public, SPAP, dan lain-lain.
Hal ini membantu para pengguna UU ini untuk memahami istilah-istilah khusus
dalam bidang akuntan public.
BAB IV menjelaskan tentang KAP (Kantor Akuntan Publik) yang terdiri dari bentuk
usaha, persyaratan untuk menjadi rekan non-akuntan public, hal-hal yang dilarang
dan dapat membatalkan seseorang jadi rekan non-akuntan public, komposisi tenaga
kerja asing, perizinan usaha, dan pencabutan izin usaha KAP. Perizinan Kantor
Akuntan Publik diatur didalam bab III undang-undang ini,dalam bab tersebut
dijelaskan bahwa perizinan diberikan oleh menteri keuangan dan perizinannya
berlaku selama 5 tahun dan bila tidak diperpanjang maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan menjadi akuntan public lagi,didalam bab ini juga diatur mengenai
persyaratan menjadi seorang akuntan public yang disebutkan didalam pasal 6 ayat 1
bab III undang-undang tersebut.Sedangkan untuk perizinan akuntan public asing
diatur dalam pasal 7.Penjelasan lebih lanjut mengenai perizinan akuntan public
dijelaskan dalam pasal-pasal berikutnya.
BAB V mengatur tentang hak, kewajiban, dan larangan akuntan public serta
KAP.Seperti yang telah kita ketahui bahwa terdapat asosiasi akuntan public bernama
IAI,berkaitan dengan asosiasi ini diatur dalam bab IX undang-undang
tersebut.Disana dijelaskan bahwa kementerian keuangan hanya mengakui 1 asosiasi
akuntan public di Indonesia.Asosiasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan yang
disebutkan didalam pasal 43 ayat 4.Didalam bab X pasal 45 diatur mengenai
pembentukan komite profesi akuntan publik komite ini ditetapkan oleh menteri
keuangan,keanggotaannya terdiri dari 13 orang yang terdiri dari berbagai
unsur.Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa undang-undang ini juga mengatur
tentang pengenaan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh profesi
akuntan public.Pengenaannya bisa berupa sanksi administrative dan
pidana.Ketentuan sanksi administrative diatur dalam pasal 53 ayat 3.Dan untuk
sanksi pidana diatur dalam pasal 55.

Kelompok 5:
Prophana Labi Dautse Gayo Katama (12095)
Puput Meilina Arifin (12217)
Rizka Hijratu Sakina (12458)
Anin Budhi Setiati (12529)

Anda mungkin juga menyukai