Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Suatu sistem tenaga listrik secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu

sistem pembangkitan, sistem transmisi, dan sistem distribusi. Pusat pembangkit

merupakan tempat energi listrik dibangkitkan. Dan dengan menggunakan

transformator step-up, tegangan listrik dinaikkan dan selanjutnya di salurkan

melalui saluran transmisi. Saluran transmisi akan menghubungkan antara pusat

pembangkit dengan sistem distribusi, dimana tenaga listrik akan disalurkan ke

gardu induk dan melalui transformatoe step-down, tegangan sistem diturunkan

menjadi tegangan menengah. Pada bagian distribusi, energi listrik selanjutnya

akan disalurkan ke pemakai untuk berbagai kebutuhan.

Energi listrik dibangkitkan pada pembangkit tenaga listrik yang dapat

merupakan suatu pusat listrik tenaga uap (PLTU), pusat listrik tenaga air (PLTA),

pusat listrik tenaga gas (PLTG), pusat listrik tenaga diesel (PLTD), ataupun pusat

listrik tenaga nuklir (PLTN). Jenis pembangkit tenaga listrik yang digunakan pada

umumnya tergantung dari jenis bahan bakar atau energi primer yang tersedia.

Pada sistem besar sering ditemukan beberapa jenis pembangkit tenaga listrik,

sedangkan untuk sistem yang lebih kecil biasanya ditemukan PLTD. Pembangkit

listrik pada umumnya membangkitkan energi listrik pada tegangan menegah

(TM), yaitu 6 sampai 20 kV.

5
2.2 Syarat Teknis Instalasi Listrik

Dalam melakukan instalasi listrik, baik instalasi listrik di rumah, di

gedung perkantoran, di gedung olahraga, ataupun di tempat lainnya terdapat

syarat-syarat teknis yang harus diperhatikan. Syarat- syarat teknis tersebut

sangat berpengaruh terhadap proses instalasi dan kelangsungan dari instalasi

listrik itu sendiri. Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa persyaratan

teknis dalam melakukan instalasi listrik.Di Indonesia, sistem penyaluran dan

cara pemasangan instalasi listrik harus mengikuti Peraturan Umum Instalasi

Listrik (PUIL) yang diterbitkan kali pertama pada tahun 1964. PUIL terbitan

pertama pemerintah Indonesia ini merupakan hasil terjemahan dari AVE

(Algemene Voorschriften voor Electrische Strekstroom Instalaties), yaitu

peraturan instalasi listrik masa pemerintahan Hindia Belanda yang diterbitkan

sebagai Norma N 2004 oleh Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda.

Pada 1977, PUIL mengalami revisi dan diterbitkan untuk kali kedua,

kemudian direvisi kembali pada 1987. Peraturan Umum Instalasi Listrik

(PUIL) direvisi dan diterbitkan untuk kali keempat pada 2000. Pada penerbitan

keempat ini, PUIL berganti nama menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik

dengan tetap mempertahankan singkatan PUIL. Penggantian dari kata

“peraturan” menjadi “persyaratan” dianggap lebih tepat karena pada kata

“peraturan” terkait dengan pengertian adanya kewajiban untuk mematuhi

ketentuannya dan sanksinya. Sebagaimana diketahui, sejak AVE sampai

dengan PUIL 1987 pengertian kewajiban mematuhi ketentuan dan sanksinya

tidak diberlakukan. Hal ini disebabkan selain isinya mengandung hal-hal yang

6
dapat dijadikan peraturan, juga mengandung rekomendasi ataupun ketentuan

atau persyaratan teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan

pekerjaan instalasi listrik.

Tujuan diterbitkannya Persyaratan Umum Instalasi Listrik di Indonesia

adalah :

1. Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik,

2. Keamanan instalasi dan peralatan listrik,

3. Menjaga gedung atau tempat instalasi serta isinya dari bahaya kebakaran

akibat gangguan listrik,

4. Menjaga ketenagaan listrik yang aman dan efisien.

Persyaratan Umum Instalasi Listrik tidak berlaku untuk beberapa instalasi

listrik, di antaranya sebagai berikut :

1. Instalasi tegangan rendah untuk menyalurkan berita dan isyarat.

2. Instalasi untuk keperluan telekomunikasi dan instalasi kereta rel listrik.

3. Instalasi dalam kapal laut, pesawat terbang, kereta rel listrik, dan

kendaraan yang digerakkan secara mekanik.

4. Instalasi listrik pertambangan di bawah tanah.

5. Instalasi tegangan rendah yang tidak melebihi 25 V dan dengan daya

kurang dari 100 W.

6. Instalasi khusus yang diawasi oleh instansi yang berwenang, seperti

instalasi jaringan telekomunikasi dengan pengawasan lembaga

telekomunikasi.

7
2.3 Komponen Instalasi Listrik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu tidak lepas dari alat-alat listrik.

Dalam pemasangan instalasi listrik, banyak komponen yang digunakan. Secara

garis besar, komponen dalam instalasi listrik dikelompokkan menjadi sebagai

berikut :

a. Bahan Penghantar

b. Kotak Kontak

c. Fitting

d. Sakelar

Semua komponen listrik yang digunakan dalam instalasi listrik harus

memenuhi persyaratan berikut.

1. Andal, artinya menjamin kelangsungan kerja instalasi listrik pada kondisi

normal.

2. Aman, semua komponen listrik yang dipasang dapat menjamin keamanan

sistem instalasi listrik.

3. Kontinuitas, komponen listrik dapat bekerja secara terus-menerus pada

kondisi normal.

Berikut ini komponen-komponen dalam instalasi listrik yang biasa

digunakan dalam kehidupan sehari-hari :

2.3.1 Bahan Penghantar Listrik

Bahan penghantar merupakan bahan yang berfungsi sebagai

penghubung dan penghantar aliran listrik dari satu komponen listrik ke

komponen listrik yang lain. Bahan penghantar yang digunakan dalam instalasi

8
listrik harus memenuhi syarat dan sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta

telah diuji mutunya oleh lembaga yang berwenang. Ukuran penghantar listrik

dinyatakan dalam ukuran luas penampang inti penghantar dan dinyatakan

dengan satuan mm2.

Bahan penghantar yang biasa digunakan sebagai penghantar aliran

listrik adalah bahan tembaga atau aluminium. Bahan tembaga yang digunakan

sebagai penghantar listrik harus memiliki kemurnian minimal 99,9 %. Tahanan

jenis bahan tembaga yang disyaratkan tidak melebihi 0,017241 ohm. mm2/m

pada suhu 20⁰ C, atau sama dengan daya hantar 50 siemen= 100% IACS

(International Annealied Copper Standard). Koefisien suhu awal 20⁰ C adalah

0,04 % per derajat celcius. Jika terjadi kenaikan suhu 20⁰ C, akan terjadi

kenaikan tahanan jenis 4%. Luas penampang penghantar tembaga harus

memenuhi standar internasional.

Begitu pula halnya dengan bahan aluminium. Bahan aluminium yang

dijadikan sebagai bahan penghantar arus listrik harus merupakan aluminium

murni. Pada umumnya, bahan aluminium yang dijadikan penghantar listrik

memiliki kemurnian lebih dari 99,9 %. Bahan aluminium tersebut memiliki

tahanan jenis untuk hantaran yang telah dibakukan, yaitu kurang dari 0,028264

ohm.mm2/m pada suhu 20⁰ C atau sama dengan daya hantar sekurang-kurangnya

61% IACS (Intenational Annealid Copper Standard). Daya hantar bahan

aluminium dipengaruhi oleh keadaan kekerasannya, tetapi tidak sebesar daya

hantar bahan tembaga. Aluminium keras dengan kekuatan tarik 150-159 N/mm2

9
hanya kira-kira 1% lebih rendah daripada daya hantar aluminium lunak. Koefisien

suhu pada suhu awal 20⁰ C adalah 0,04% per derajat celcius dan berat jenisnya

pada suhu tersebut 2,7dan 8,9.

Daya aluminium sama dengan 61% IAC maka tahanan penghantar yang

sama diperlukan luas penghantar adalah 100/60 × luas penghantar tembaga = 1,64

× luas penghantar tembaga atau jika memperhitungkan diameter penghantar

adalah 1,64 dikali diameter tembaga.

Berat aluminium jika dibandingkan dengan berat tembaga adalah 1,64 x

(2,7/8,9) × 100% = 50% berat tembaga. Jadi, penghantar aluminium dibanding

dengan tembaga akan 50% lebih ringan, namun diameter aluminium akan 28%

lebih besar daripada diameter tembaga. Dengan demikian, penggunaan kawat

aluminium akan lebih hemat dan penggunaan isolasi lebih sedikit karena

diameternya lebih besar 28%.

2.3.1.1 Jenis dan Ukuran Penghantar

Ukuran luas penampang penghantar dan jenis penghantar yang dipasang dalam

suatu instalasi penerangan maupun instalasi daya berdasarkan

a) Kapasitas Hantar arus (KHA) dan penghantar

Kapasitas hantar arus dari suatu penghantar adalah kemapuan dari suatu

penghantar untuk mengalirkan arus secara terus-menerus pada kondisi tertentu.

Kemampuan hantar arus dari penghantar yang digunakan sekurang-

kurangnya sama dengan 110% arus nominal yang melaluinya. Penentuan KHA

penghantar pada suatau kondisi tertentu yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

10
KHAmaks = KHAtabel x Fk .................................................................................(2.1)

Dimana, Fk = Fkt x Fkp

Fk = Faktor koreksi

Fkt = Faktor koreksi temperatur

Fkp = Faktor koreksi penempatan

Sedangkan perhitungan arus nomilnal (In) dapat dirumuskan sebagai

berikut:

I. Perhitungan untuk 3 phasa

P S
In = atau In = ..................................(2.2)
√3 x VLL x cos θ √3 x VLL

II. Perhitungan untuk 1 phasa

P S
In = atau In = .........................................(2.3)
VLN x cos θ VLN

Dimana:

P = Daya aktif (Watt)

S = Daya Semu (VA)

V(L-L) = Tegangan phasa to phasa (Volt)

V(L-N) = Tegangan phasa to netral (Volt)

In = Arus nominal beban (Ampere)

b) Jatuh tegangan yang di perbolehkan

Jatuh tegangan adalah selisih tegangan yang terjadi antara tegangan pengirim dan

tegangan penerima (Vs-Vr) akibat hilangnya tegangan pada jal-jala. Besarnya

11
jatuh tegangan yang di perbolehkan tidak boleh melebihi 5% dari In untuk jatuh

tegangan dapat di rumuskan seperti berikut ini:

∆V = In x R Volt ..........................................................................................(2.4)

𝐿
R= 𝜌 ...........................................................................................................(2.5)
𝐴

Dimana:

∆V = Susu tegangan (Volt)

ρ = Tahanan jenis penghantar (Ωm)

In = Arus nominal beban (Ampere)

I = Panjang penghantar (meter)

R = Tahanan penghantar (mm2)

c) Temperatur keliling

Kemampuan hantar arus dari suatu penghantar akan berubah akibat adanya

perubahan temperatur dari tempat yang berbeda-beda, dimana untuk temperatur

keliling yangberbeda maka kemampuan hantar arusnya dipengaruhi faktor koreksi

temperatur. Besarnya faktor koreksi yang dikenakan adalah:

(KHA) = fkt x KHAcontinue Ampere ..................................................................(2.6)

Penghantar yang ditempatkan pada suatu instalalsi meliputi beberapa

cara yakni, secara berkelompok atau tunggal dan terbungkus ataupun telanjang.

Perbedaan penempatan ini menyebabkan adanya faktor koreksi penempatan yang

disesuaikan dengan cara pemasangannya, hal ini berlaku untuk jenis kabel yang

ditanam dan dipasang di udara.

12
Jika suhu sekelilingnya berbeda maka:

(KHA)”= (KHA)’ x fkp dalam tanah Ampere .................................................(2.7)

d) Sifat lingkungan

e) Kekuatan mekanis penghantar

f) Kemungkinan perluasan

2.4 Jenis Kabel

Jenis kabel dinyatakan dengan singkatan-singkatan, terdiri dari sejumlah

huruf dan angka-angka yang biasa juga disebut nomenklatur kabel. Berikut adalah

tabel kode-kode penamaan kabel yang banyak digunakan.

Tabel 2.1 Nomenklatur Kabel

NO Kode Defenisi

1 N Kabel jenis standard dengan penghantar Cu

2 Y Isoloasi PVC

3 R Perisai Baja Bulat

4 Re Penghantar padat bulat

5 Se Pengahantar padat bentuk sektor

6 J Kabel dengan sistem pengenal warna urat

7 A Selubung Perlindungan luar (jute)

8 NA Kabel jenis standard dengan penghantar

9 F perisai kawat baja pipih

10 Gb spiral pita baja

11 Rm penghantar bulat kawat banyak

13
Sambungan Tabel
12 Sm penghantar banyak bentuk sektor

13 O kabel dengan sistem pengenal warna tanpa

Sebagai contoh dari nomenklatur kabel yaitu suatu kabel dengan kode NAYFGbY

4 X 185 sqmm 0,6/kV. Artinya kabel tersebut menggunakan penghantar jenis

aluminium kawat banyak bentuk sektor, berisolasi PVC, dengan perisai kawat

baja pipih dan spiral pita baja, jumlah uratnya empat, luas penampang setiap urat

masing-masing 185 mm2 , tegangan kerja nominal 0,6 terhadap tanah, dan

tegangan kerja 1kV antar penghantar.

2.4.1 Kabel Instalasi Penerangan

Kabeli Instalasi adalah kabel yang digunakan untuk instalasi perumahan

dan gedung-gedung digunakan kabel NYA dan NYM.

1. Kabel NYA

Jenis kabel NYA banyak digunakan untuk instalasi rumah tinggal. Susuna

NYA sangat sederhana yaitu terdiri dari penghantar tembaga dengan

isolasi PVC. Permukaan luarnya licin karena itu sangat mudah ditarikke

dalam pipaa instalasi. Seperti pada Gambar 2.8,

Gambar 2.1 Kabel NYA

Beberapa ketentuan tentang penggunaan NYA adalah sebagai berikut :

14
a) Untuk pemasangan tetap salam jangkauan tangan, kabel NYA harus

dilindungi dengan pipa instalasi

b) Ruang lembab, kabel NYA harus dipasang dalam pipa PVC

c) Kabel NYA tidak diperbolehkan dipasang langsung menempel di

plesteran atau kayu tetapi harus dilindungi dengan pipa instalasi.

d) Kalau dipasang diluar jangkauan tangan, kabel NYA boleh dipasang

terbuka dengan menggunakan isolator jepit.

e) Kabel NYA boleh digunakan didalam alat listrik, perlengkapan hubung

bagi dan sebagainya.

f) Kabel NYA tidak boleh digunakan dalam ruang basah, di alam terbuka

atau area degan resiko bahaya kebakaran dan ledakan.

2. Kabel NYM

Adapun jenis kabel NYM adalah kabel terselubung PVC berurat tunggal

atau lebih dengan tegangan kerja nominal 500 V. Kemampuan hantarnya

tercantum dalam tabel 2.2. Tabel tersebut berlaku untuk semua kabel

instalasi yang berisolasi dan terselubung PVC, termasuk kabel fleksibel

dengan penghantar tembaga dan suhu penghantar maksimum 70 oC

dengan suhu keliling 30 oC.

Tabel 2.2 Warna selubung luar Kabel NYM


Jenis Kabel Tegangan Nominal Warna Selubung

Kabel berisolasi PVC 500 V Putih

Kabel udara berisolasi


600 V - 1 Kv Hitam
PE, PVC atau XLPE

15
Sambungan Tabel
Kabel tanah terselubung
600 V - 1 kV Hitam
PVC dan PE

Kabel tanah
dia atas 1 kV Merah
berselubung PVC dan PE

Adapun warna kabel yang sering digunakan dalam instalasi khususnya

instalasi gedung yang menggunakan sistem 3 phasa adalah :

a) Phasa R = Merah

b) Phasa S = Kuning

c) Phasa T = Hitam

d) Netral = Biru

Keuntungan penggunaan kabel instalasi berselubung dibandingkan dengan

kabel instalasi dalam pipa:

a) Lebih mudah dibengkokkan.

b) Lebih tahan terhadap pengaruh asam dan uap atau gas tajam.

c) Sambungan dengan alat pemakai dapat ditutup lebih rapat.

Tentang penggunaan NYM berlaku ketentuan-ketentuan berikut:

a) Kabel NYM boleh dipasang langsung menempel di plesteran, di kayu, ruang

lembab, dan di gedung dengan bahaya kebakaran.

b) Kabel NYM boleh dipasang langsung di bagian-bagian lain dari bangunan

konstruksi, rangka dan sebagainya asalkan cara pemasangannya tidak

merusak selubung luar kabel.

16
c) Kabel NYM tidak boleh dipasang didalam tanah.

Untuk pemasangannya digunakan klem dengan jarak antara yang cukup

rapat sehingga terpasang rapat dan lurus. Kalau dipasang di ruang lembab harus

digunakan kotak sambungan yang kedap air dan kedap lembab. Kabel NYM

seperti pada Gambar 2.2,

Gambar 2.2 Kabel NYM

3. Kabel NYY

Pada prinsipnya susunan kabel NYY sama dengan NYM, hanya tebal

isolasi dan selubung luarnya serta jenis komponen PVC yang digunakan berbeda.

Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah, tegangan nominal

mencapai 0,6/1 kV, dimana:

a) 0,6 kV = Tegangan nominal terhadap tanah

b) 1 kV = Tegangan nominal antara penghantar

Gambar 2.3 Kabel NYY

17
Gambar 2.3, merupakan jenis kabel NYY adalah kabel tanah diman

pemasangannya dalam tanah harus diberi pelindung secukupnya. Pemasangan

utama kabel NYY ialah untuk instalasi industri didalam gedung maupun dialam

terbuka dan di alam terbuka dan di dalam lemari hubung bagi.

2.4.2 Kabel Tanah

Kabel tanah adalah kabel yang dapat langsung ditanam di dalam tanah.

Ada dua jenis kabel tanam yaitu kabel tanah termoplastik tanpa perisai dan kabel

tanah dengan menggunakan termoplastik perisai.

1. Kabel NYRGbY

Kabel NYRGbY adalah kabel yang susunan uratnya terdiri dari penghantar

tembaga tanpa lapisan timah putih dengan isolasi PVC. Jumalah uratnya

kebanyakan 3 atau 4. Urat-urat ini dibeli menjadi satu, kemudian diberi laisan

pembungkus inti dari karet atau pelastik lunak dan perisai kawat baja bulat

berlapis seng.

Perisai kawat baja itu berfungsi sebagai pelindung elektrostatis yang baik,

sehingga sapat mengurangi gangguan terhadap frekuensi nada. Untuk tegangan

rendah tegangan nominal mencapai 0,6/1 kV. Jenis kabel NYRGbY lebih tahan

terhadap tarikan dibanding dengan kabel NYFGbY. Kabel NYRGbY seperti pada

Gambar 2.4 berikut ini.

18
Gambar 2.4 Kabel NYRGbY

2. Kabel NYFGbY

Konstruksi kabel Kabel NYFGbY seperti konstruksi NYFGbY, hanya

untuk perisainya tidak digunakan kawat baja bulat tetapi menggunakan kawat baja

pipih berlapis seng. Karena sifatnya yang lebih fleksibel kawat baja pipih ini tidak

digunakan untuk perisai kabel kuran kecil.

Berikut ini tabel kemampuan penghantaran arus kabel i nstalasi

berbahan tembaga, berisolasi, dan berselubung PVC.

2.5 Panel Hubung Bagi

Panel hubung bagi terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tahan

lembab, dan kokoh. Instalasi-instalasi kecil hanya memiliki suatu perlengkapan

hubung bagi, yaitu dipasang si sekat alau ukur PLN. Instalasi konsumen dimulai

sesudah alat ukur ini. Panel hubung bagi dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Pada saluran masuk suatu perlengkapan hubung bagi yang berdiri sendiri,

harus ada sekurang-kurangnya satu sakelar. Kemampuan harus antar sakelar ini

masuk harus sekurang-kurangnya sama dengan arus nominal pengamannya, tetapi

tidak boleh kurang dari 10 A. Sakelar masuk tersebut boleh ditiadakan kalau

19
perlengkapan hubung bagi lain pada saluran keluar ini sudah ada sakelar masuk

yang mudah dicapi. Dalam hal ini kedua perlengkapan hubung bagi tersebut harus

berada di ruangan yang sama dengan jarak antara tidak lebih dari 5 m.

Tiap hantaran phasa keluardari perlengkapan hubung bagi harus dipasang

pengaman arus. Pada hantaran netral tidak boleh dipasangnpengaman arus,

kecuali bila beda potensial hantaran netralnya tidak selalu mendekati potensial

tanah.

Gambar 2.5 Box panel pada instalasi besar

Terdapat tiga (3) tingkatan panel dalam mendistribusikan tenaga listrik, yaitu:

1. Mesin distribusi panel (MPD)

a) Safety disconnection

b) Coupling busbar section

c) Proteksi busbar dan lain sebagainya.

2. Sub distribution panel (SDP)

a) Safety disconnection

b) Switching beban listrik, sistem lampu dan motor

c) Proteksi kabel, jaringan listrik, dan beban

20
d) Kontrol, pengukuran, dan lain sebagainya.

Dilengkapi dengan MCCB (Moulded case circuit breaker), MCB

(Maintenance circuit breaker), pengaman lebur (fuse), dan peralatan tambahan

untuk kontrol, metering, dan pengukuran.

3. Panel distribusi beban

jenis panel ini hampir sama dengan SDP, yang membedakannya adalah

kapasitasnya yang lebih kecil dari SDP. Panel ini digunakan untuk proteksi

manusia dan barang, proteksi beban, kabel jaringan listrik, safety disconnection,

dan kontrol. Dilengkapi dengan pemutus sirkit, miniatur circuit breaker, peralatan

mekanik, elektromekanik, dan elektronik pendukung lainnya.

2.6 Jenis-jenis Pengaman

1. Air Circuit Breaker (ACB)

ACB (Air Circuit Breaker) merupak jenis circuit breaker dengan sarana

pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan

rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer

digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat switching maupun

gangguan. ACB dapat dilihat pada Gambar 2.6

21
Gambar 2.6 Air Circuit Breaker

2. Miniature Circuit Breaker (MCB)

MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan

komponen thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga

dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat.

a) MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga

fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu :

b) Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung

singkat pada salah satu fasanya.

c) Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung

singkat atau beban lebih.

d) Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau

beban lebih.

Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan

elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban

22
lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika

terjadi hubung singkat.

Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal

overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal),

pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya

arus yang harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan

sebuah kumpa- ran yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak.

Gambar 2.7 Miniature Circuit Breaker (MCB)

3. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses

operasinya mem- punyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat

untuk penghubung.

Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai

pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis

tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur

sesuai dengan yang diinginkan.

23
Gambar 2.8 Karakteristik MCCB

2.7 Pemilihan Pengaman

Pemilihan pengaman yang baik didasarkan bahwa apabila dalam suatu instalasi

listrik terjadi gangguan, maka hanya pengaman yang berdekatan dengan gangguan

yang bereaksi, oleh karena itu pemilihan pengaman dalam suatu instalasi listrik

diharuskan memenuhi karakteristik berikut :

a) Rating tegangan

Pemilihan didasarkan atas rating tegangan minimal sama dengan tegangan

sistem.

b) Kemampuan pemutus arus maksimum

Minimal memiliki kapasitas arus yang sama atau lebih dari hubung singkat

terbesar yang mungkin melalui pengaman tersebut.

c) Kemampuan arus

Arus nominal dari pengaman tidak boleh melebihi hantar arus dari hantaran di

tempat yang dilindungi, kecuali jika terdapat pengaman yang mempunyai

24
arus nominal sama dengan kemampuan hantar arus hantaran. Dalam hal ini

digunakan pengaman yang lebih besar setingkat. Oleh sebab itu pemilihna

rating arus harus cukup besar untuk menjalin alat tersebut tidak bekerja pada

saat terjadi beban lebih sesaat yang diinginkan.

25

Anda mungkin juga menyukai