Anda di halaman 1dari 7

“PENATALAKSANAAN KASUS PROLAPS TALI PUSAT ”

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Kegawatdaruratan

OLEH

FITRI MULYANI SOLEHAH

NPM : 183112540120583

KELAS : E1

SEMESTER :2

FAKULTAS ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

TAHUN 2019

1
A. Pengertian Prolabs Tali Pusat
Prolabs Tali Pusat merupakan suatu keadaan dimana tali pusat berada disamping atau
melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah (Mitayani,
2011).

Prolabs tali pusat terjadi jika tali pusat terletak di bawah bagian presentasi janin. Prolabs
tali pusat dapat bersifat okulta (tersembunyi, tidak terlihat) selama persalinan, baik selaput
ketuban sudah pecah maupun belum. Prolabs sempurna paling sering secara langsung setelah
ketuban pecah, ketika gaya tarik bumi mendorong tali pusat ke bagian depan dari bagian
presentasi (Bobak, 2004).
Prolapsus tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tali pusat terkemuka atau terdepan, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin
dan ketuban masih intak atau jika tali pusat berada di samping bagian besar janin dapat
teraba pada kanalis servikalis, dan lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban
masih intak atau belum pecah;
2. Tali pusat menumbung, disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar
atau berada di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, bila tali
pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina
3. Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina. Tali
pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.

B. Penatalaksanaan Prolaps Tali Pusat.


a. Tali Pusat Berdenyut
Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.
1. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau nasal kanul.
2. Posisi ibu trendelenburg.
3. Diagnosa tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
4. Jika ibu pada persalinan kala 1 :
a. Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukkan tangan
kedalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong keatas, sehingga
tahanan pada tali pusat dapt dikurangi.
b. Tangan yang lain menahan bagian terendah di supra pubis dan evaluasi
keberhasilan reposisi.

2
c. Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat diatas rongga
panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakkan tangan tetap diatas abdomen
sampai dilakukan seksio cesarean.
d. Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk mengurangi
kontraksi rahim.
e. Segera lakukan seksio caesarea.

5. Jika ibu pada persalinan kala II:


a. Pada presentasi kepala, lakukan segera persalinan dengan ekstraksi vakum atau
ekstraksi cunam/forceps.
b. Jika presentasi bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki, dan
gunakan forceps pipa panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul.
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea.
d. Siapkan segera resusitasi neonates (Mitayani, 2011).

b. Tali Pusat Tidak Berdenyut


Jika tali pusat tidak berdenyut, berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi, lahirnya bayi secara normal tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa
yang terjadi serta tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat
berlangsung spontan pervaginam (Mitayani, 2011).
a. Prognosis
Prognosis janin bergantung pada beberapa faktor berikut :
1. Angka kematian untuk bayi prematur dengan prolaps tali pusat hampir 4 kali
lebih tinggi daripada bayi aterm;
2. Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya cairan
amnion yang terwarnai oleh mekonium, atau tali pusat dengan pulsasi lemah,
maka prognosis janin buruk;
3. Jarak antara terjadinya proplaps dan persalinan merupakan faktor yang paling
kritis untuk hidup janin;
4. Dikenalnya segera prolaps memperbaiki kemungkinan janin hidup;
5. Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang letaknya sungsang atau
lintang sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini menghapus perkiraan
bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan pada tali pusatnya tidak
kuat;
6. Ditemukannya prolaps tali pusat diperlukan tindakan yang cepat. Terapi
definitif adalah melahirkan janin dengan segera. penilaian yang cepat sangat
penting untuk menentukan sikap terbaik yang akan diambil. Persalinan
pervaginam segera hanya mungkin bila pembukaan lengkap, bagian terendah
janin telah masuk panggul, dan tidak ada CPD;
7. Bahaya terhadap ibu dan janin akan berkurang bila dilakukan seksio sesaria
daripada persalinan pervaginam yang dipaksakan pada pembukaan yang belum
lengkap. Sambil menunggu persiapan seksio sesaria tekanan pada tali pusat
oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan posisi knee chest,
trendelenburg, atau posisi sim;
8. Sedangkan bahaya terbesar pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat
dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dapat
mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum
3
ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah
ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.

b. Pencegahan
 Pencegahan Prolaps Tali Pusat :
Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita.
 Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :
a. Usahakan agar ketuban tidak pecah
b. Ibu posisi trendelenberg
c. Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat
d. Reposisi tali pusat
 Penanganan Prolaps Tali Pusat :
a. Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan
hidup Tunggu partus spontan.
b. Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap
Vacum ekstraksi, porcef.
c. Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria

C. Intervensi
1. Diagnosa I : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan aliran darah
ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi)
Tujuan : Aliran darah ke plasenta kembali normal sehingga sirkulasi janin tidak
terganggu.
No. Intervensi Rasional
4
1. Perhatikan maturitas janin berdasarkan Usia gestasi janin harus 36 minggu atau
riwayat klien, dan pengukuran uterus lebih untuk dilakukan induksi persalinan
2. Lakukan meniver Leopod dan Menentukan kelainan pada letak jantung
pemeriksaan vagina, steril, perhatikan apakah presentasi verteks, presentasi
presentasi dan posisi janin. bokong dll
3. Posisikan klien terlentang dengan Membantu mendapatkan strip pemantauan
bagian kepala ibu lebih rendah dari janin eksternal adekuat untuk
panggul ibu yang ditopang dengan mengevaluasi pola kontraksi dan irama
bantal jantung janin
4. Pantau DJJ, perhatikan perubahan Menentukan kesejahteraan janin dan
denyut per denyut deselrasi selama dan memberikan pengkajian dasar DJJ dan
setelah kontraksi aktivitas uterus

5. Gunakan EFM (electric fetal Menentukan kesejahteraan janin dan


monitoring) 15-20 menit sebelum memberikan pengkajian dasar DJJ dan
prosedur induksi aktivitas uterus
6. Perhatikan warna dan jumlah cairan Distress janin pada presentasi verteks
amnion bila ketuban pecah dimanifestasikan dengan kandungan
mekonium yang merupakan akibat dari
respon vagal pada hipoksia
7. Kaji reaksi DJJ terhadap kontraksi, Pengkajian yang tepat perlu dilakukan
perhatikan bradikardi atau deselerasi untuk mencegah terjadinya hipoksia.
lambat Rentang normal DJJ adalah 120-160 kali
per menit
8. Auskultasi jantung janin bila pecah Pada keadaan prolaps tali pusat dan tidak
ketuban adanya dilatasi serviks penuh, mungkin
diperlukan kelahiran secsio Caesar.

2. Diagnosa II : Resiko cidera terhadap janin berhubungan dengan hipoksia janin dan
abnormalitas pelvis ibu
Tujuan : cedera pada janin tidak terjadi
kriteria hasil : Menunjukkan denyut jantung dalam batas normal dengan variabilitas
yang baik
No. Intervensi Rasional
1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik, Untuk mendeteksi respon abnormal
perhatikan variabilitas perubahan seperti variabilitas yang berlebihan.
periodic dan frekuensi dasar

2. Perhatikan tekanan uterus selama Tekanan istirahat lebih besar dari 30


istirahat dan fase kontraksi melalui mmHg atau tekanan kontraksi > 50
kateter tekanan intrauterus mmHg menurunkan atau mengganggu
oksigenasi
3. Identifikasi factor-faktor maternal Kadang-kadang prosedur sederhana
seperti dehidrasi, dan ansietas meningkatkan sirkulasi darah juga
oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat
mencegah atau memperbaiki hipoksia
janin
5
4. Observasi terhadap prolaps tali pusat Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi
sama atau dapat dilihat bila pecah pada presentasi bokong karena bagian
ketuban, khususnya pada janin presentasi tidak menonjol keluar juga
presentasi bokong tidak secara total memblok tulang seperti
pada tulang presentasi vertex
5. Perhatikan bau dan perubahan warna Infeksi asenden dan sepsis disertai
cairan amnion pada ketuban pecah lama. dengan takikardi dapat terjadi pada pecah
Dapatkan kultur bila temuan abnormal. ketuban lama
6. Kolaborasi : perhatikan frekuensi Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau
kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila kurang tidak memungkinkan oksigenasi
frekuensi 2 menit atau kurang akan kuat.
7. Kolaborasi : kaji mal posisi dengan Menentukan pembaringan janin, posisi
menggunakan maneuver leopod dan dan presentasi dapat mengidentifikasi
temuan pemeriksaan internal. Tinjau factor-faktor yang memperberat
ulang hasil USG. fungsional persalinan.
8. Kolaborasi : atur pemindahan pada Resiko cidera atau kematian
lingkungan perawatan akut bila mal janinmeningkat dengan melahirkan
posisi diidentifikasi. pervaginam bila presentasi selain verteks.

3. Diagnosa III : Gangguan kenyamanan : Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman


yang dirasakan pada ibu atau janin.
Tujuan : ansietas pada ibu atau janin teratasi
Kriteria hasil : Menunjukkan denyut jantung dalam batas normal dengan variabilitas
yang baik

No. Intervensi Rasional


1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik, Untuk mendeteksi respon abnormal seperti
perhatikan variabilitas perubahan variabilitas yang berlebihan
periodic dan frekuensi dasar
2. Kaji tingkat ansietas atau kecemasan Mengetahui adanya kecemasan pd ibu atau
pada ibu atau janin janin yang akan berpengaruh pada kondisi
ibu atau janin
3. Identifikasi factor-faktor maternal Kadang-kadang prosedur sederhana
seperti dehidrasi, dan ansietas meningkatkan sirkulasi darah juga oksigen
ke uterus dan plasenta serta dapat
mencegah atau memperbaiki hipoksia
janin
4. Kaji mekanisme koping yang digunakan Mempertahankan mekanisme koping
pasien untuk mengatasi ansietas adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas
5. Lakukan pendekatan dan berikan Pendekatan dan motivasi membantu pasien
motivasi kepada pasien untuk untuk mengeksternalisasikan kecemasan
mengungkapkan pikiran dan perasaan yang dirasakan.
6. Motivasi pasien untuk memfokuskan Alat untuk mengidentifikasi mekanisme
diri pada realita / resiko yang akan koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
terjadi, harapan-harapan yang positif kecemasan
6
terhadap terapy yang di jalani
7. Sediakan informasi faktual (nyata dan Meningkatkan pengetahuan, mengurangi
benar) kepada pasien dan keluarga kecemasan.
menyangkut diagnosis, perawatan dan
prognosis
8. Kolaborasi pemberian obat anti Mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
ansietas.

Anda mungkin juga menyukai