Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Dr. Adi Riyanto Suprayitno, S.Pd., M.Si
Ir. Andi Indra Kusuma, M.P
Ir. Yandi Bachli
A. Latar Belakang
Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat
bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu
menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah
tetap tejaga dan ramah lingkungan. Pembuatan bokashi sangat perlu untuk diterapkan, karena
merupakan teknologi baru yang tepat guna, dengan biaya murah serta mudah dilaksanakan
dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian yang ada. Penambahan pupuk
organik ke dalam tanah dengan kompos bokashi akan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan mendorong pembiakan mikroorganisme tanah.
Prinsip pembuatan bokashi mirip dengan pembuatanpupuk kompos, namun pada proses
pembuatan bokashi terdapat komponen yan ditambahkan untuk mempercepat terjadinya proses
fermentasi atau pengomposan bahan organik. Komponen tambahan tersebut dikenal dengan
nama effective microorganism (EM) atau biasa dikenal sebagai starter pupuk bokashi. Proses
pengomposan secara alami untuk mendapatkan pupuk organik memerlukan waktu yang cukup
lama sekitar 12 mingguan dan dianggap kurang dapat mengimbangi kebutuhan yang terus
meningkat. Sementara itu, Proses fermentasi bokashi terjadi dengan cepat 3-14 hari, sehingga
kontinuitas produksi pupuk organik lebih terjamin.
Penerapan teknologi Effective Microorganisme sebagai starter merupakan suatu
teknologi alternatif yang memberikan peluang seluas-luasnya untuk meningkatkan dan menjaga
kestabilan produksi tanaman pertanian. Cara kerja EM di dalam tanah yang secara sinergis dapat
menekan populasi hama dan penyakit tanaman, meningkatkan kesuburan tanah secara fisik,
kimia dan biologis sehingga dapat meningkatkan kesehatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, sangat
perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Penggunaan pupuk bokashi
dengan starter EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat
ini. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi yang mengandung EM
merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu
singkat.
Dalam rangka menyebarkan informasi, pengetahuan dan keterampilan pembuatan
Bokashi kepada pegawai/penyuluh, dipandang perlu bagi pegawai/penyuluh agar mampu
membuat EM sendiri dalam rangka pembuatan pupuk Bokashi dengan harapan agar
1
pegawai/penyuluh tersebut dapat menularkan/mengembangkan pengetahuan ini kepada petani
atau kempok tani binaannya.
Standar Kompetensi
Setelah megikuti pembelajaran, pesrta diklat diharapkan mampu memahami dan
membuat sendiri effective microorganism (EM) atau starter pupuk bokashi.
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan jenis Starter Bokashi
2. Menjelaskan Alat dan bahan pembuatan Starter Bokashi
3. Menjelaskan cara pembuatan starter Bokashi
4. Menjelaskan pengemasan starter Bokashi
2
diinokulasikan dari bahan-bahan sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing,
ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkan bir, dan lainnya sepanjang bahan-bahan tersebut
mengandung mikroorganisme.
Beberapa manfaat adanya EM dalam pupuk bokashi adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman.
2. Memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah
3. Menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
4. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman-menjamin perkecambahan dan pertumbuhan
tanaman yang lebih baik
5. Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk
6. Meningkatkan ketersediaan unsur hara, serta menekan aktivitas hama dan mikroorganisme
pathogen.
7. Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman.
8. Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan bokashi.
Proses pembuatan starter bokashi dapat dibuat dalam skala rumah tangga, di mana
bahan-bahan organiknya dapat diperoleh dari sampah dapur. Kandungan mikroorganisme untuk
starter pada pembuatan bokashi sampah dapur, pada umumnya, terdiri dari bakteri asam laktat,
ragi, atau bakteri fototrofik yang bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan sampah
dapur dan mempercepat pembusukan bahan organik.
.
2. Jenis-jenis Starter Bokashi
Salah satu komponen pembuatan pupuk bokashi adalah ketersediaan mikroorganisme
dekomposernya. Mikroorganisme berfungsi sebagai bakteri pengurai pada bahan organik yang
akan dijadikan pupuk bokasi. Penambahan miikroorganisme bertujuan untuk mempercepat
fermentasi tumpukan kompos. Meskipun produktivitas sampah organik cukup tinggi, namun
kualitasnya masih rendah. Kandungan protein dalam pupuk organik hanya sekitar 3 sampai 4.5%.
Sementara itu kandungan serat kasar sampah organik kering sekitar 25%. Dengan fermentasi
kandungan nutrisi pada pupuk akan meningkat, terlebih kandungan protein dan karbohidrat.
Pada tahun 1980-an, Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukus, Okinawa,
Jepang telah mengadakan penelitian terhadap sekelompok mikroorganisme yang dengan efektif
dapat bermanfaat dalam memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang
menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman.
Kelompok mikroorganisme tersebut disebut dengan Effective Microorganisms yang disingkat EM.
Dengan kata lain, EM adalah bahan organik berupa kumpulan mikrooganisme (bakteri) yang
3
efektif untuk mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan produktivitas tanah. EM
terkadang juga disebut sebagai Starter.
Dari hasil hasil percobaan yang telah dilakukan di Indonesia sejak tahun
1990, membuktikan bahwa EM mampu beradaptasi dan memberikan respon yang positif
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, ternak, udang dan ikan. `
Sampai saat ini dikenal empat jenis formula EM yaitu EM1, EM2, EM3, EM4.
Perbedaannya hanya terletak pada komposisi (jumlah) masing-masing microorganisme yang
menyusunnya. Semua jenis formula EM tersebut sedikitnya terdiri dari 3 sampai dengan 5
kelompok microorganisme yakni bakteri photosintetik, bakteri Asam Laktat (Lactobacillu sp. ),
Actinomycetes, Ragi dan Cendawan/jamur Fermentasi (Strepmyces sp). Fungsi dari masing-
masing mikroorganisme tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bakteri fotosintetik (Bakteri Fototrofik)
Bakteri ini berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara bebas,memakan gas-gas beracun
dan panas dari hasil proses pembusukan, sehingga polusi di dalam tanah menjadi berkurang.
Bakteri fotosintetik merupakan mikroorganisme yang mandiri dan swasembada. Bakteri ini
membentuk zat-zat yang bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organik dan atau
gas-gas berbahaya (misalnya hydrogen sulfide), dengan menggunakan sinar matahari dan
panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam
nukleik, zat-zat bioaktif dan gula, yang kesemuanya mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hasil-hasil metabolisme tersebut dapat diserap langsung oleh
tanaman dan sebagai substrat bagi bakteri yang terus bertambah.
2. Bakteri Asam laktat (Lactobacillus sp.)
Bakteri ini berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa
asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman. Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat
dari gula, sedangkan bakteri fotosintetik dan ragi menghasilkan karbohidrat lainnya. Asam
laktat dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan meningkatkan
percepatan perombakan bahan-bahan organik. Selain itu, asam laktat dapat menghancurkan
bahan-bahan organik seperti lignin dan selulose, serta memfermentasikannya tanpa
menimbulkan pengaruh-pengaruh yang merugikan yang diakibatkan oleh bahan-bahan
organik yang tidak terurai.
Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk menekan pertumbuhan fusarium,
suatu mikroorganisme yang merugikan, yang menimbulkan penyakit pada lahan-lahan yang
terus ditanami. Biasanya pertambahan jumlah populasi fusarium akan melemahkan kondisi
tanaman, yang berakibat meningkatkan serangan berbagai penyakit dan mengakibatkan
4
bertambahnya secara tiba-tiba jumlah cacing yang merugikan. Namun dengan adanya bakteri
asam laktat, cacing-cacing tersebut secara berangsur akan hilang, karena bakteri asam laktat
menekan perkembangbiakan dan berfungsinya fusarium.
3. Actinomycetes
Struktur Actinomycetes merupakan bentuk antara bakteri dan jamur, menghasilkan zat-zat anti
mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-
zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang
merugikan. Actinomycetes dapat hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik. Dengan
demikian, kedua spesis ini sama-sama meningkatkan mutu lingkungan tanah, dengan
meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.
4. Jamur fermentasi (Streptomyces sp.) atau jamur peragian
Aspergilus dan Penicillium merupakan jamur fermentasi yang menguraikan bahan organik
secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Zat-zat tersebut akan
menghilangkan bau dan bersifat racun terhadap hama dan serangga, sehingga mencegah
tanaman dari serbuan serangga dan ulat-ulat yang merugikan. Akar-akar tanaman
mengeluarkan zat-zat seperti karbohidrat, asam amino dan asam organik serta enzim-enzim.
Bakteri EM memanfaatkan zat sekresi tersebut untuk tumbuh. Selama proses ini mereka juga
mengeluarkan dan memberikan asam amino dan asam nukleik serta berbagai vitamin dan
hormon pada tanaman. Oleh sebab itu, tanaman akan tumbuh dengan baik sekali dalam
tanah-tanah yang didominasi oleh EM
Actinomycetes dan Streptomyces sp (Jamur Fermentasi), keduanya berfungsi untuk
menghasilkan senyawa-senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap patogen/penyakit, serta
dapat melanjutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya.
5. Ragi berfungsi untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa-senyawa organic
(dalam bentuk alkohol, gula, dan asam amino) yang siap diserap oleh perakaran tanaman.
Mikroorganisme-mikroorganisme yang ada dalam EM tersebut saling bersinergi dan
memberikan manfaat bagi manusia dalam membudidayakan tanah (agro), sehingga membantu
upaya manusia dalam membudidayakan tanaman, dan usaha pertanian dalam arti luas (meliputi
juga peternakan dan perikanan).
EM1 mengandung sekelompok mikroorganisme, utamanya bakteri asam laktat
(menghasilkan asam laktat dalam metabolismenya), khamir/ragi, dan bakteri fotosintetik. EM1
hanya mengandung ketiga genus mikroorganisme tersebut dengan proporsi yang ideal.
EM2 merupakan campuran dari lebih banyak mikroorganisme, yaitu sekitar 10 genus dan
80 spesies. Mikroorganisme tersebut, seperti halnya pada EM1, juga eksis bersama-sama
5
sebagai sebuah konsorsium. Mikroba utama yang ada dalam EM2 adalah bakteri fotosintesis,
jamur, khamir atau kapang, dan sebagainya. Pembudidayaannya dibuat pada medium cair
dengan pH 7 dan disimpan pada pH 8,5. Populasi mikroorganisme dalam larutan adalah sekitar
1 milyar sel setiap gram cairan.
EM3 terdiri atas sekitar 90% bakteri fotosintesis dan sisanya adalah mikroorganisme yang
lain. EM3 ini dibudidayakan dan disimpan pada pH 8,5. Populasi mikroorganisme dalam cairan
yang dihasilkan juga adalah sekitar 1 milyar sel setiap gram cairan.
EM4 terdiri atas 90% lactobacillus spp. dan microorganisme yang menghasilkan asam
laktat lainnya. EM dibuat pada medium cair ber pH asam yaitu 4,5. Jumlah mikrooganisme tetap
dipertahankan sama dengan di atas, yaitu 1 milyar per gram cairan.
Sebenarnya EM dapat dibuat sendiri karena di sekitar kita banyak terdapat effective
mikroorganisme yang disebut mikroorganisme lokal (MOL) yang dapat digunakan sebagai starter
dalam proses pembuatan pupuk bokashi/kompos. Bahan dasar pembuatan MOL berasal dari
berbagai sumber yang mengandung unsur hara mikro, makro, bakteri perombak bahan organik,
perangsang pertumbuhan dan agen pengendali hama/ penyakit tanaman. Oleh karena itu, MOL
dapat dimanfaatkan sebagai (a) Pupuk organik cair, (b) Decomposer atau biang pembuatan
kompos, (c) Pestisida nabati. Selain itu, keunggulan lain dari pembuatan MOL adalah:
1. Pembuatan MOL sederhana dan mudah dengan waktu yang relatif singkat.
2. Biaya pembuatan murah, karena menggunakan bahan-bahan yang kurang dimanfaatkan
dan tersedia di sekitar.
3. Pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur kompleks baik makro maupun mikro
serta mengandung mikroba yang bermanfaat.
4. Ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu.
5. Biota tanah terlindungi sehingga dapat memperbaiki/mempertahankan kualitas tanah.
6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk hasil tanaman.
Pemanfaatan MOL sebagai komponen dalam pupuk mikroba diharapkan mampu
membantu petani dalam produksi pupuk dan pestisida organik. Petani diharapkan mau dan
mampu memanfaatkan mikroba-mikroba lokal yang hidup di sekitar kita. Sangat disayang kan
apabila sumberdaya alam yang berupa MOL tersebut tidak mampu dimanfaatkan dengan baik
oleh petani.
Untuk membuat sendiri MOL, pada prinsipnya, perlu diketahui komponen utama bahan
pembuat MOL. Komponen-komponen ini sangat penting untuk diperhatikan agar MOL yang
dihasilkan berkualitas dan sesuai dengan harapan. Komponen ini dapat diperoleh dari bahan-
bahan yang ada disekitar kita, yaitu:
6
1. Sumber bakteri (mikroorganisme lokal). Bahan yang mengandung banyak
mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain buah-buahan busuk (seperti
tomat), pepaya,, sayur-sayuran busuk, pucuk daun labu, tapai singkong dan buah maja,
keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, kotoran hewan, dan lainnya.
2. Karbohidrat. Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai “makanan” atau
sumber energi. Untuk menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air
cucian beras, nasi bekas/basi, singkong, kentang, gandum, dedak/bekatul, dan lain-lain.
Yang paling banyak digunakan yaitu air cucian beras.
2. Glukosa. Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan
(lebih mudah dimakan mereka). Sumber energi ini, biasa dalam bentuk bahan-bahan yang
manis bisa didapat dari cairan gula merah, cairan gula pasir, molasses/tetes tebu, nira kelapa
atau air kelapa, susu bekas, isi buah maja matang, batang tebu dan lain-lain. Air kelapa
mempunyai kandungan yang lengkap, yaitu kaya akan mineral, gula, vitamin, dan asam
amino.
Secara garis besar, ketiga bahan tersebut dicampur dan ditambah air serta ditutup rapat
atau biasa disebut difermentasi. Setelah 1-3 minggu bahan tersebut akan mengeluarkan bau
alkohol (seperti tape) yang tajam, itu tandanya proses fermentasi berhasil dan MOL sudah jadi.
Jika kebalikannya, berbau busuk seperti bau got atau bau bangkai berarti harus di ulang karena
tidak jadi. Kegagalan biasanya terjadi karena penutupan kurang rapat.
Pembuatan EM1, EM2, EM3, dan EM4 dengan MOL dilakukan dengan cara pengayaan
jumlah MOL. Pengayaan jumlah MOL dapat dilakukan dengan cara menambah bahan-bahan
organik pada formula EM sebelumnya, untuk difermentasikan lagi selama kira-kira 1-3 minggu,
maka akan dihasilkan cairan EM yang lebih kaya MOL dibandingkan EM sebelumnya.
· Cairan hasil fermentasi berupa MOL pertama atau EM1 dicampur lagi dengan bahan-
bahan organik pembentuk EM kemudian ditutup rapat. Biarkan proses fermentasi lanjutan
berjalan selama 1-3 minggu kemudian saring. Cairan hasil fermentasi lanjutan pada EM1 adalah
EM2. Selanjutnya jika ingin ditingkatkan menjadi EM3, larutar EM2 dicampur lagi dengan bahan
tambahan pembentuk EM, biarkan selama 1-3 minggu maka akan menghasilkan EM3. Jika EM3
dibiarkan lagi selama 1 minggu lagi tanpa dicampur apapun maka hasilnya adalah EM4
Menurut Sobirin seorang praktisi MOL, ada beberapa contoh MOL yang dapat dibuat dari
bahan-bahan yang ada disekitar kita dan aplikasinya, antara lain :
1. MOL buah-buahan untuk membantu malai padi agar berisi
2. MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman
3. MOL bonggol pisang untuk pengurai saat pembuatan kompos
7
4. MOL sayuran untuk merangsang tumbuhnya malai padi
5. MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman
6. MOL limbah dapur untuk memperbaiki struktur fisik, biologi, dan kimia tanah
7. MOL protein untuk nutrisi tambahan pada tanaman
8. MOL nimba dan sarawung untuk mencegah penyakit tanaman.
Bahan-bahan organik pembuat MOL dan unsur hara yang dikandungnya dapat
dikatagorikan ke dalam tahapan/fase pertumbuhan tanaman, yaitu:
Pertama, Dominan unsur N : Rebung, Daun Gamal, pucuk-pucuk daun, dan lain-lain. MOL
dari bahan-bahan ini sangat baik, untuk pertumbuhan vegetatif awal tanaman.
Kedua, unsur N dan P agak berimbang : bonggol pisang, keong mas, buah-buahan,
limbah dapur, dan lain-lain. MOL dari bahan-bahan ini sangat baik, untuk pertumbuhan vegetatif
susulan tanaman.
Ketiga, Dominan unsur P : batang pisang, biji coklat, dan lain-lain. MOL dari bahan-bahan
ini sangat baik, untuk aplikasi masa primordial tanaman.
Keempat, Dominan unsur K : sabut kelapa, amplas teh, dan lain-lain. MOL dari bahan-
bahan ini sangat baik, untuk aplikasi pengisian bulir.
1. Alat
1) Wadah Plastik
a. Wadah platik seperti baskom kecil diunakan untuk meletakan secara terpisah bahan-
bahan pembuat mol.
b. Gayung plastic untuk memimndahkan cairan bahan pembuat MOL dari satu tempat
ke temmpat lainnya
c. Ember plastik hitam, jerigen atau tong plastik bekas cat beserta tutupnya yang
sudah dibersihkan akan digunakan untuk tempat penampungan bahan pembuat MOL
dan juga digunakan untuk mencampur semua bahan-bahan dalam rangka proses
fermentasi.
d. Selang plastic kecil 2 m untuk menyalurkan gas yang terbentuk selama proses
fermentasi.
e. Botol plastik 600 ml untuk tempat pembuangan atau saluran gas selama proses
fermentasi dan untuk tempat penyipanan larutan MOL yang sudah terbentuk.
8
2) Lembaran plastik
Digunakan untuk menutup campuran bahan-bahan MOL selama kurun waktu proses
fermentasi berlangsung. Bisa juga diganti dengan lembaran koran
3) Karet gelang dan/atau karet ban, selotip atau sejenisnya
Digunakan untuk membantu mengikat lembaran plastik atau lembaran koran agar dapat
menutu rapat.
4) Pisau dapur
Digunakan untuk mencacah bahan-bahan organic pembuat MOL
5) Parang atau golok
Untuk membelah atau mencacah bahan-bahan organi yang berukuran besar
6) Blender atau lumpang dan alunya
Digunakan untk menghaluskan cacahan bahan-bahan organic pembuat MOL
7) Sarung tangan platik
Untuk melindungi tangan ketika mencampur bahan-bahan pembuat MOL
8) Sendok kayu
Digunakan untu mengaduk mengaduk bahan-bahan organic yang telah dicampur satu
sama lain
9) Penapis/saringan, atau kain kasa
Digunakan untuk menyaring atau memisahkan aruan MOL dengan bahan organic
pembentuknya.
10) Timbangan
Untuk menimbang bahan-bahan organic pembuat MOL
2. Bahan
Bahan-bahan oganik untuk membuat MOL bervariasi bergantung dari jenis MOL yang
aka dibuat. Bahan-bahan tersebut bisa berupa:
1) Limbah sayur-sayuran, kacang-kacangan dan/atau buah-buahan
2) Bonggol pisang
3) Sabut kelapa
4) Kulit kayu yang mengandung banyak jamur
5) Dedaunan teruama daun petai cina
6) Dedak/bekatul
7) Gula pasir/gula merah/Molasse
8) Air kelapa
9
9) Nasi bekas
10) Air cucian beras yang pertama
11) Kotoran hewan
12) Isi perut ikan
13) Kepiting
14) Urine hewan bisa berasal dari kelinci, sapi, kambing
15) Dan lainnya
Sebelum membuat MOL sebaiknya perlu diketahu prinsip yang berlaku dalam pembuatan
MOL sebagaimana berikut:
Mikroba diambil atau ‘dipancing’ dari sumbernya. Sumber ini bias berasal dari bahan-bahan
organik yang mudah dijumpai disekitar kita misalnya nasi basi/dibasikan, buah atau kulit buah,
sampah atau bahan organik tertentu dan lain-lain.
Mikroba diperbanyak dalam media tumbuh yang mengandung karbohidrat (sumber C),
protein (sumber N), mineral dan vitamin, misalnya air kelapa, air cucian beras, atau nira yang
sudah dicampur dengan gula merah/putih atau molasses.
Media tumbuh difermentasi (‘diperam’) dalam jangka waktu tertentu sekitar 1 sampai 2
minggu sampai muncul aroma wangi fermentasi (mirip dengan bau tape) mengandung C,
unsur hara dan mikroba.
Ketika membuat MOL, semua bahan pembuat MOL (sumber bakteri, karbohidrat, dan
glukosa) dimasukkan ke dalam ember. Secara garis besar terdapat, 3 cara perlakuan yang bisa
digunakan dalam proses pembuatan MOL. Cara mana yang mau digunakan bergantung pada si
pembuat MOL. Tiga cara tersebut adalah :
Pertama, semua bahan dimasukkan ke dalam ember/wadah tertutup. Selanjutnya,
campuran bahan-bahan pembuat atau isi MOL harus diaduk setiap hari. Waktu pengadukan,
terserah pada pembuat MOL, namun biasanya, dilakukan setiap pagi. Kegiatan ini harus
dilakukan sekitar 10 hari. Biasanya, setelah 7-14 hari proses ini sudah selesai.
10
Kedua, semua bahan dimasukkan ke dalam ember/wadah yang bagian atasnya ditutup
dengan menggunakan kertas koran. Tujuan penutupan dengan kertas koran, agar MOL yang kita
buat tidak kemasukan lalat atau serangga, selain itu penggunaan kertas koran masih
memungkinkan terjadinya proses aerasi lewat pori-pori koran yang digunakan. Dengan demikian,
tidak perlu mengaduk proses pembuatan MOL. Biasanya, setelah 7-14 hari proses pembuatan
MOL sudah selesai.
Ketiga, semua bahan dimasukkan ke dalam ember/wadah tertutup. Namun, pada penutup
dibuat lubang kecil. Lubang ini nantinya akan dimasukan selang kecil. Selang ini akan
dihubungkan dengan botol bekas air mineral yang berisi air. Tujuannya agar suhu/panas dan gas
yang dihasilkan dalam proses pembuatan MOL ini disalurkan lewat selang tersebut ke dalam
botol. Dengan cara ini, campuran MOL tak perlu diaduk. Setelah 7-14 hari, biasanya, proses
pembuatan MOL sudah selesai.
Berdasarkan prinsip dan cara di atas, kita bisa berkreasi untuk membuat MOL sendiri.
Berikut diberikan beberapa cara membuat MOL dengan menggunakan bahan-bahan organic
yang ada disekitar kita:
11
Mikroorganisme membutuhkan makanan untuk perkembangannya. Bisa gunakan larutan
gula. Larutkan 1 liter air dengan 5 sendok makan gula pasir. Setelah itu, masukkan larutan
gula ini ke mangkok yang berisi nasi berjamur tadi, aduk sampai tercampursemua,
diremas remas kalau perlu supaya halus (sebaiknya pakai sarung tangan)
Atau agar MOL nasi lebih kaya dengan EM, selain nasi dapat ditambahkan juga
bahan lainnya seperti air kelapa dan terasi. Berikut langkah-langkah untuk membuatnya:
12
Bahan:
10 kepal nasi yang sudah basi
10 sendok makan gula pasir
2 liter air kelapa
10 gram terasi
Ember atau kaleng sebagai wadah
Kain kasa untuk menyaring
Cara membuatnya:
Masukkan bahan-bahan tersebut ke dalam wadah, kemudian tambahkan 4 liter air.
Biarkan wadah terbuka selama proses fermentasi yang memakan waktu 3 sampai 5
hari.
Jika sudah tercium bau asam seperti tape, berarti proses fermentasi sudah berhasil dan
MOL nasi siap digunakan.
Pindahkan cairan MOL ke dalam botol air mineral dengan kain kasa untuk memudahkan
penyimpanan maupun penggunaan pada tanaman. Pastikan ujung botol diberi lubang
kecil agar oksigen tetap masuk.
13
Bahan yang diperlukan antara lain:
1 kg bonggol pisang
2 L air cucian beras
2 ons gula jawa
14
Bahan-bahan:
Sabut kelapa
Air bersih
Cara pembuatan:
1. Lakukan pencacahan kasar pada sabut kelapa
2. Masukkan sabut kelapa ke dalam drum, jangan penuh-penuh kira-kira ¾ ukuran drum.
3. Masukkan air sampai semua sabut kelapa terendam air atau isi drum hingga penuh.
4. Drum ditutup dan dibiarkan dua minggu, lebih lama lebih bagus.
5. Air yang sudah berwarna coklat kehitaman digunakan sebagai MOL.
Catatan: selain sabut kelapa bisa juga ditambahkan dengan jerami kering. Penambahan
jerami bisa bermanfaat sebagai pestisida nabati.
15
Air cucian beras 10 liter.
Gula merah 2-4 ons.
16
2. Campuran diperam (difermentasi) dalam botol atau jerigen bertutup selama 2 minggu, tiap
1 atau 2 hari sekali tutup botol/jerigen dibuka untuk melepaskan gas yang terbentuk. Bisa
juga membuat lubang kecil pada tutup ember yang dipasang selang kecil yang ujungnya
direndam dalam botol berisi air
Cara Membuat
1. Daun-daun dipotong kecil-kecil. Semua masuk tong, tambah air, selesai.
2. Siapkan tong plastik ukuran sedang, kira-kira volumenya 50 liter. Cuci sampai bersih
supaya sisa-sisa zat kimia atau deterjen hilang, lalu tong dijemur supaya kering.
3. Campur semua bahan di atas, masukan ke dalam tong plastic
4. Isi air sebanyak 40 liter. Diaduk hingga rata, kemudian tong ditutup dengan tutup
yang berlubang-lubang supaya ada sirkulasi udara.
5. Aduk tiap hari, setelah 5 hari pupuk cair ini bisa dimanfaatkan.
17
Cara Pembuatan :
1. Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda
dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau
dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
3. Campurkan gula pasir dan tuak/air kelapa dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
18
5. Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga
habis.
6. Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat.
7. Larutan tersebut adalah MOL yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk organik.
Saran penyimpanan:
Untuk menyimpan MOL sebaiknya botol atau jerigen diberi lubang udara sedikit supaya
oksigen tetap mengalir. Bila disimpan di botol air mineral, lubangi sedikit tutupnya. Jangan lupa
ditambahkan sedikit gula pasir sebagai sumber makanan EM. Simpan MOL dalam ruangan
dengan suhu 20oC – 25oC (suhu ruangan).
19