DISTOSIA BAHU
Ilustrasi Kasus
0
menit lamanya 40 detik dengan kekuatan sedang relaksasi baik, dan denyut
jantung janin (DJJ) 140 dpm. Hasil inspeksi vulva dan uretra tenang. Pada
pemeriksaan dalam diperoleh porsio tipis, pembukaan 7 cm dengan kepala di
Hodge II, UUK kiri lintang dan selaput ketuban negatif. Hasil pelvimetri klinis
kesan panggul luas dengan imbang feto-pelvik baik
Pemeriksaan ultrasonography (USG) di kamar bersalin tampak janin
presentasi kepala tunggal hidup intra uterin dengan diameter biparietal (DBP) 9,6
cm, abdominal circumference (AC) 34,5 cm, femur length (FL) 7,5 cm, head
circumference (HC) 34,2 cm dengan taksiran berat janin (TBJ) 3650 gram,
plasenta di fundus dan index cairan amnion (ICA) 8. Kesan hamil aterm janin
presentasi kepala tunggal hidup (JPKTH).
Pemeriksaan laboratorium ditemukan hemoglobin 11,8 g/dl, hematokrit 34%,
leukosit 18.200/ul, trombosit 261.000/ul, MCV 91 fl, MCH 32 pg, dan MCHC 35
g/dl, gula darah sewaktu 76 mg/dl Hasil urinalisis didapatkan protein positif dua.
Hasil cardiotokography (CTG) janin reaktif dengan frekuensi dasar 146,
variabilitas 5 -20 dengan akselerasi dan tanpa deselerasi.
Berdasarkan data yang ada ditegakkan diagnosis G3P2 hamil 41 minggu,
janin presentasi kepala tunggal hidup dengan ketuban pecah 3 jam, air ketuban
berkurang, PK I aktif dengan Pre-eklampsia berat. Setelah dilakukan analisis
terhadap masalah tersebut diputuskan untuk dilakukan persalina pervaginam
dengan observasu ketat terhadap his, denyut jantung janin, tanda vital ibu dan
tanda-tanda infeksi intra-partum maupun kompresi tali pusat selama persalinan,
serta observasi terhadap tanda-tanda perburukan PEB. Pasien mendapatkan
terapi antibiotik intravena kedacillin 3x1 g, dan tatalaksana PEB.
Dalam 2 jam observasi pasien mengeluh ingin meneran, tanpa adanya
keluhan yang mengarah kepada perburukan PEB, gerak janin saat itu masih
dirasakan normal oleh pasien. Tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi
104 x/mnt, suhu afebris dan frekuensi nafas 24 x/mnt dan status generalis lain
dalam batas normal. Pada status obstetrikus didapatkan his 3x dalam 10 menit
durasi 50 detik sedang relaksasi baik dengan djj 130 dpm, pemeriksaan dalam
sesuai dengan PK II, kepala di Hodge III+ dan ubun-ubun kiri lintang, moulage
1
dan kaput tidak ada. Ditegakkan masalah PK II dengan PEB tekanan darah
fluktuatif dan direncanakan untuk mempercepat persalinan dengan ekstraksi
vakum. Dengan ekstraksi vakum lahir kepala bayi dalam 5 menit, cup vakum
dilepaskan dan jalan nafas bayi dibersihkan, dengan pegangan biparietal dicoba
dilahirkan seluruh bagian janin, namun sulit, kesan terjadi distosia bahu,
dilakukan manuver McRobert bahu masih belum lahir, dilakukan woods
cockscrew manuver. Lahir berturut-turut bahu depan,belakang Dengan tarikan
pada ketiak, dilahirkan badan, bokong, kaki dalam waktu 7-8 menit. Lahir bayi
laki-laki, BL 3900 g, PB 51 cm, AS 1/3/5, kaput (+). Bayi tidak menangis, djj <
100 dpm, pucat, lethargi, air ketuban hijau kesan bayi tidak bugar, dicoba untuk
melakukan intubasi namun tidak dapat dilakukan karena alat tidak ada, dilakukan
resusitasi neonatus dgn VTP, pemberian Meylon 6 cc dan Adrenalin 1 cc,
selanjutnya perawatan oleh teman sejawat dokter anak.
Lima belas menit setelah bayi lahir, lahir plasenta lengkap 500 gram
dengan panjang tali pusat 48 cm dan ukuran 17 cm x 16 cm x 3 cm. Pada
eksplorasi selanjutnya didapatkan luka episiotomi sesuai ruptur perineum grade
II. Perdarahan kala III-IV 250 cc.
Pasien sempat dirawat 2 hari di ruangan dan kemudian pulang dalam
keadaan baik dengan hasil TTGO normal. Bayi meninggal dalam 3 hari
perawatan di NICU. Selama perawatan di NICU, bayi tidak pernah dijenguk oleh
keluarganya dan obat-obatan tidak ada yang menebusnya sehingga selama
perawatan di NICU bayi tidak mendapatkan pengobatan apapun.
2
3