Anda di halaman 1dari 30
x Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149/M-IND/Kep/3/2016 Menimbang Mengingat TENTANG PENETAPAN STANDAR INDUSTRI HIJAU UNTUK INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa dalam —rangka_— mendorong _motivasi perusahaan industri untuk menerapkan industri hijau dengan cara melakukan upaya pemanfaatan sumber daya secara_efisien, _efektif, dan berkelanjutan, dipandang perlu menetapkan Standar Industri Hijau untuk Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber); bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perindustrian tentang Penetapan Standar Industri Hijau untuk Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber); Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5083); Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional Tahun 2015-2035 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 567 1); Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal enterian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA, uum dan Organisasi, td. 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 54); 7. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan —-Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 51/M- IND/PER/6/2015 tentang Pedoman Penyusunan Standar Industri Hijau; 9. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M- IND/PER/ 11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; MEMUTUSKAN: : Menetapkan Standar Industri Hijau untuk Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Menteri ini. : Dokumen Standar Industri Hijau sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2016 MENTERI PERINDUSTRIAN SALEH HUSIN SALINAN Keputusan Menteri ini disampaikan Kepada: Pens Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian; Para Pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian Perindustrian; Kepala Biro Hukum dan Organisasi; Pertinggal. LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR — : 149/M-IND/Kep/3/2016 TANGGAL : 14 Maret 2016 DAFTAR PENETAPAN STANDAR INDUSTRI HIJAU ——— 7 ——- - Nomor | Nomor Standar Industri Hijau | Judul Standar Industri Hijau q) (2) | (3) > | is Industri Pengasapan Karet | , a | (Ribbed Smoked Sheet Rubbe | MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Salinan sesuai dengan aslinya ‘td fe Sekrétariat Jenderal Z ~» Kementerian Perindustrian SALEH HUSIN lukum dan Organisasi, SIH 22121:2015 SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER) Kementeri a OJ rerindustrian = WY REPUBLIK INDONESIA INDUSTRI HUAU SIH 22121:2015 Daftar isi 1 Ruang Lingkup. 2 Acuan: 3 Definisi aoe 4 Simbol dan Singkatan Istilah .. 5 Persyaratan Teknis 6 Persyaratan Manajemen .. 7 Bibliografi.. 8 Diagram Alir Proses Pengolahan Karet Konvensional... 1|SIH Industri Pengasapan Karet STH 22121:2015 Prakata Standar Industri Hijau (SIH) Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) dengan maksud menunjang pengembangan industri Karet Konvensional yang berdaya saing handal dan berkelanjutan Standar ini disusun dan dirumuskan oleh Tim Teknis SIH Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) melalui proses telaahan yang melibatkan stake holder diantaranya wakil-wakil dari pihak produsen, asosiasi, dan instansi pemerintah, dan merupakan hasil konsensus bersama. 2|SIH Industri Pengasapan Karet (RSS) STH 22121:2015 Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) 1 Ruang Lingkup Standar_ ini menguraikan definisi, persyaratan kriteria, batasan, metode verifikasi, serta persyaratan manajemen bagi industri Pengasapan Karet yang memproduksi RSS (Ribbed Smoked Sheet), Thin Pale Crepe (TPC), Thin Brown Crepe (TBC). Ruang lingkup standar industri hijau bagi industri Pengasapan Karet (RSS) mencakup aspek- aspek: ‘A. Aspek Persyaratan Teknis 1. Bahanbaku Bahanpenolong Energi Air Proses produksi Produk Kemasan Limbah Emisi COz B. Aspek Persyaratan Manajemen pernanaywn 1. Kebijakan dan Organisasi 2. Perencanaan strategis 3. Pelaksanaan dan pemantauan 4. Tinjauan Manajemen 2 Acuan + SNI ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu — Persyaratan atau revisinya + SNI ISO 19-14001-2005 Sistem Manajemen Lingkungan ~ Persyaratan dan Panduan Penggunaan atau revisinya + SNI ISO 50001:2012 Sistem Manajemen Energi + SNI06-0001-1987 Karet Konvensional 3° Defi 3.1 Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektifitas pemakaian sumber daya secare berkelanjutan sehingga mampu menyelarasken pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. 3BISIH Industri Pengasap SIH 22121:2015 3.2. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan ‘metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa Kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. 3.3. Standar Industri Hijau adalah standar industri yang dalam proses produksinya ‘mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat yang memuat ketentuan mengenai spesifikasi teknis dan manajemen 3.4 Perusahaan industri adalah setiap orang yang melakukan keglatan di bidang usaha industri yang berkedudukan di Indonesia. 3.5 Bahan baku adalah bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyal nilaiekonomi yang lebih tinggi. Bahan baku di dalam standar ini adalah lateks segar. 3.6 Bahan penolong (auxiliaries) adalah bahan kimia yang berfungsi membantu dalam proses produksi karet olahan. 3.7. SDS (Safety Data Sheet) adalah lembar keselamatan yang berisi informasi mengenai sifat-sifat_ zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya dan merupakan protokol keselamatan dan keamanan kerja, digunakan secara luas di dalam laboratorium, industri, serta pihak-pihak yang bekerja dengan bahan kimia. 3.8 OEE (Overall Equipment Effectiveness) adalah metode pengukuran terhadap kinerja yang berhubungan dengan ketersediaan (availability) proses, produktivitas dan kualitas yang berfungsi untuk mengetahui efektfitas penggunaan mesin, peralatan, waktu serta material dalam sebuah sistem operasi di industr. 3.9 Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulanlimbah pada sumbernya. 3.10 Reuse (penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi 3.11 Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui periakuan fisika, kimia dan biologi. 3.12 Recovery (ambil ulang) adalah upaya_mengambil_ bahan-bahan yang masihmempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi 3.13 Zat berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan Kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak angsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan intasi 3.14 Verifikasi adalah konfirmasi, melalui penyediaan bukti objektif, bahwa persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi. 4|STH Industri Pengasapan Karet (RS STH 22121:2015 4 Simbol dan Singkatan Istilah BML Baku Mutu Lingkungan CoA: Certificate of Analysis: GRK ——: Gas Rumah Kaca IPAL _: Instalasi Pengolahan Air Limbah IPLC —: Tain Pembuangan Limbah Cair kwh: kiloWatt hour KPI : Key Performance Indicator SDS _: Safety Data Sheets M) : Mega Joule OEE ——: Overall Equipment Effectiveness RSS: Ribbed Smoked Sheet 5 Persyaratan Teknis No pol te) Batasan 1, | Bahan Baku Lil. ‘Sumber bahan | baku | haa. Menjalankan Praktek | Periksa ketersediaan Internal | Terbaik (Best Practice) | SOP/Acuan Pengelolaan bahan —_| Pengelolaan bahan baku baku. 1.1.2. Mengidentifikasi cara Periksa catatan/record Eksternal penanganan pemasok | kualitas penanganan terhadap bahan baku | bahan baku dari yang dipasok pemasok | 1.2. Menerapkan Periksa persyaratan | Spesifikasi bahan | persyaratan teknis teknis yang digunakan baku bahan baku untuk dan implementasinya efisiensi material, dan kualitas produk | 13. Penanganan bahan —_| Periksa kesesuaian Penanganan bahan | baku dilakukan sesuai | prosedur dan baku prosedur penerapannya di | | proses penyimpanan, | | pengangkutan dan | pemakaian | 14. Minimum 24% | Periksa kebenaran Perbandingan perhitungan produk RSS erbandingan produk terhadap RSS terhadap pemakaian bahan | pemakaian bahan baku (lateks segar) | baku. S|SIH Industri Pengasapan Karet (RSS SIH 22121:2015 oe pare) oer ee Roe 2. | Bahan 21 penolong Kualitas Bahan Penolong 24. Kualitas yang Periksa persyaratan Kualitas Plastik digunakan sesuai teknis yang digunakan kemasan produk | spesifikasi yang dan prosedur yang ditetapkan dalam mengatur prosedur mutu dan ketentuan yang diatur oleh standar yang berlaku 2Hs Kualitas yang Periksa persyaratan Kualitas Palety _| digunakan sesuai teknis yang digunakan ‘packing untuk spesifikasi yang dan prosedur yang produk jadi ditetapkan dalam mengatur prosedur mutu dan ketentuan yang diatur oleh standar yang beriaku 2.2 Pemakaian bahan Periksa logbook Pemakaian Bahan | tambahan lainnya pemakaian/laporan Tambaban sesuai prosedut! pemakaian bahan, formula yang telah ditetapkan 3. | Energi 34 Sumber energi yang _| Periksa neraca energi, Sumber energi digunakan terdata sumber energi dan dengan baik bukti pendukungnya, 32 ja. Konsumsi energi Periksa neraca Konsumsi energi listrik spesifik penggunaan enerai, maksimum 25 hasil perhitungan kwh/ton produk konsumsi energi, dan lb. Konsumsi energi bukti pendukungnya panas spesifik 1000. | Sesuai dengan lampiran Megajoule/ton dokumen ini produk 4. | air 44 Konsumsi Air 4.1.1 ‘Sumber air yang Periksa neraca Sumber Air dan Izin | digunakan penggunaan air, pengunaan terdokumentasi dengan | kapasitas dan izin yang baik, dan ball sortasi RSS 1,3, 7 4 dan cutting A 11[STH Industri Pengasapan Karet (RS STH 22121:2015, SIH Lampiran INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER) Kementeri <~ a, Y Ferindustian wy REPUBLIK INDONESIA INDUSTRI HUAU SIH 22121:2015 Penjelasan Standar Industri Hijau Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) Penjelasan SIH Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet RubberRSS) mencakup penjelasan terkait dengan kriteria, batasan yang digunakan dan metode verifikasi terhadap bukti-bukti pendukung serta sumber data dan informasi yang diperiukan pada saat melakukan verifikasi. Standar yang ditetapkan, diterapkan terhadap aspek-aspek: AL Aspek Persyaratan Teknis Bahan baku Bahan penolong Energi Air Proses produks! Produk Kemasan Limbah Emisi CO. Aspek Persyaratan Manajemen 1. Kebijakan dan Organisasi 2. Perencanaan strategis 3. Pelaksanaan dan pemantauan 4 PENaneune Tinjauan Manajemen A. Persyaratan Teknis Bahan Baku LA. ‘Sumber bahan | baku Lt Menjalankan Praktek | Periksa ketersediaan Internal Terbaik (Best Practice) | SOP/Acuan | Pengelolaan bahan Pengelolaan bahan Fae baku 11.2. Mengidentifikasi cara Periksa catatan/ record Eksternal penanganan pemasok | kualitas penanganan terhadap bahan baku | bahan baku dari yang dipasok pemasok 12, Menerapkan Periksa persyaratan Spesifikasi bahan | persyaratan teknis teknis yang digunakan baku bahan baku untuk dan implementasinya efisiensi material, dan kualitas produk | eR aiLcry TpLamplran SIH industri Pengasapan Karel (RSG) Darcury 13. | Penanganan bahan | baku Penanganan bahan baku dilakuken sesuai prosedur SIH 22121:2015 econ Car oe Periksa kesesuaian prosedur dan penerapannya di proses penyimpanan, pengangkutan dan pemakaian 14. Minimum 24% | Periksa kebenaran Perbandingan perhitungan produk RSS perbandingan produk terhadap RSS terhadap pemakaian bahan baku (lateks segar) rei lal u. Penjelasan 1. Bahan Baku 1.1. Kriteria Kriteria yang ditetapkan mencakup sumber bahan baku, spesifikasi bahan baku yang digunakan dan penanganan bahan baku. Penetapan ktiteria ini bertujuan untuk mengendalikan penggunaan bahan baku agar sasaran kualitas produk dan efisiensi penggunaan bahan baku tercapai yang tergambar pada kriteria perrbandingan produk terhadap bahan baku 1.2, Batasan 1. Sumber bahan baku internal adalah sumber bahan baku yang dipasok dari kebun milik sendiri, sehingga pengendaliannya dilakukan melalui penerapan praktek terbaik (Best Practise). Pengelolaan bahan beku yang ditetapkan oleh perusahaan melalui prosedur atau acuan lainnya 2. Sumber bahan baku ekternal adalah sumber bahan baku yang dipasok dari kebun bukan milik sendiri (milk rakyat dan/atau milik perusahaan lain). Pengendalian yang dilakukan, yaitu dengan cara mengidentifikasi cara penanganan bahan baku oleh pemasok sehingga dapat diketahui karakteristik bahan baku yang di pasok masing-masing Pemasok guna menentukan cara perlakuan/teratment yang diperlukan. 3. Spesifikasi bahan baku adalah spesifikasi yang ditetapkan/diacu oleh perusahaan berdasarkan ketetapan perusahaan dan/atau persyaratan yang diatur oleh pemerintah. 4, Penanganan Bahan Baku adalah perlakuan/ treatment terhadap bahan baku yang harus dilakukan berdasarkan karakteristik bahan baku yang dipasok, guna mencapai standar kualitas yang diinginkan. 5. Perbandingan produk terhadap_pemakaian bahan baku adalah perbandingan antara produk akhir dengan bahen baku yang digunakan, yang menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan bahan baku Basis perhitungan bahan baku yang digunakan untuk perbandingan produk RSS terhadap pemakaian bahan baku, adalah bahan baku lateks segar, dengan berat bahan baku dihitung dari lateks basah yang mengandung air dengan kadar karet kering 25% 1.3. Metode Verifikasi Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti pendukung yang terkait diantarenya: 1. Periksa ketersedizan SOP/Acuan Pengelolaan bahan baku 2. Periksa catetan/ record kualitas penanganan bahan baku dari pemasok dalam kurun waktu minimal 1 tahun terakhir, apabila bahan baku dipasok dari eksternal 2|Lampiran SIH Industri Pengasapan STH 22121:2015 3. Periksa persyaratan teknis yang digunakan terkait dengan spesifikasi bahan baku dan bukti implementasinya 4. Periksa prosedur penanganan bahan baku dan bukti penerapannya (penyimpanan, pengangkutan, treatment/perlakuan) 5. Periksa catatan/ record data bahan baku dan produk SIR dalam kurun waktu minimal 1 tahun terakhir untuk menentukan nilai perbandingan produk (SIR) terhadap pemakaian bahan baku. Res P/B x 100% Reo: Rasio Produk terhadap Bahan Baku (%) p —: Jumlah produk akhir yang dihasilkan dalam satu periodel tahun (ton) 8: Jumiah total pemakaian bahan baku dalam periode 1 tahun (ton) areury Metode Verifikasi Bahan penolong 24. Kualitas Bahan | | Penolong | 2d Kuaiitas yang | Periksa persyaratan Kualitas Plastik digunakan sesuai | teknis yang digunakan kemasan produk —_| spesifikasi yang | dan prosedur yang ditetapkan dalam | mengatur prosedur mutu dan | ketentuan yang diatur | oleh standar yang | berlaku | | 21.2. | Kualitas yang Periksa persyaratan Kueltes Paley — | iuraansesie) | pesouryang spesifikasl yan packing untuk | eeapkan dalam mengatur Produk jadi | prosedur mutu dan ketentuan yang diatur | oleh standar yang beriaku 2.2. Pemakaian bahan | Periksa /agbook Pemakaian Bahan tambahan lainnya | pemakaian/laporan Tambahan sesuai prosedur/ | pemakaian bahan, formula yangtelah | ditetapkan Penjelasan 2. Bahan Penolong 2.1. Kriteria Kriteria yang ditetapkan mencakup kualitas bahan penolong yang terdiri dari kualitas plastik kemasan produk dan kualitas pailet/packing untuk produk jadi, serta pemakaian bahan tambahan. Penetapan kriteria bahan tambahan ini bertujuan untuk mengendalikan penggunaan bahan penolong dari sisi kualitas dan kuantitasnya agar kualitas produk terjaga dan meminimalkan terjadinya Kerusakan. 3] Lampiran SIH In SIH 22121:2015 2.2. Batasan 1. Kualitas plastik kemasan produk yang digunakan sesuai spesifikasi yang ditetapkan dalam prosedur mutu dan ketentuan yang diatur oleh standar yang berlaku 2. Kualitas pallet/packing untuk produk yang digunakan sesuai spesifikasi yang ditetapkan dalam prosedur mutu dan ketentuan yang diatur oleh standar yang berlaku 3. Pemakaian bahan tambahan seperti; Hydroxilamine Sulfide-HNS atau bahan penolong kimia dilakukan sesuai prosedur/ formula yang telah ditetapkan 2.3, Metode Verifikasi Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti pendukung yang terkait melalui 1. Periksa ketersediaan prosedur/Acuan Pengelolaan bahan penolong. 2. Periksa catatan/record pemakaian bahan penolong kimia dalam kurun waktu minimal 1 tahun terakhir. Ca Kriteria Eee Metode Verifika: 3. | Energi 34 Sumber energi yang | Periksa neraca energi, | Sumber energi digunakan terdata sumber energi dan dengan baik bukti pendukunanya. 3.2. a. Konsumsi energi | Periksa neraca Konsumsi energi listrik spesifik penggunaan enerai, maksimum 25 hasil perhitungan kWh/ton produk —_| konsumsi energi, dan b. Konsumsi energi ‘bukti pendukungnya panas spesifik 1000 | Sesuai dengan lampiran Megajoule/ton dokumen int produk Penjelasan 3. Energi 3.1. Kriteria Kriteria yang ditetapkan mencakup sumber enerai yang digunakan dan tingkat konsumsi energi. Pencataan konsumsi energi dan sumber energi akan menggambarkan tingkat efisiensi yang dapat menjadi bahan evaluasi dalam melakukan upaya konservasi dan efisiensi energi 3.2. Batasan 1. Sumber energi yang digunakan tercatat/terdata dalam kurun waktu minimal 1 tahun terakhir yang mencakup jenis, sumber, kuantitas dan bukti pendukungnya. Misalnya sumber energi dari PLN tercatat jumlah kWh, bukti pemakaian dan pembayaran. 2. Konsumsi energi adalah konsumsi energi spesifik yang bersumber dari berbagai sumber energi seperti listrik dari PLN, solar, batubara, biomasa atau sumber lainnya. a, konsumsi energi spesifiklistrik maksimum 25 kWh per ton b. konsumsi energi panas spesifik 1000 Megajoule/ton produk Menghitung konsumsi energi panas spesifik dengan formula berikut (WHY x BB) Kes = ES 4|Lampiran SIH Industri Pengasapan Karet (RS SIH 22121:2015 KE,S Konsumsi energi panas spesifik (kWh/ton produk) NHV —: _Nilai Kalor Netto Bahan Bakar (kWh/ton bahan bakar) 8B: Jumlah konsumsi bahan bakar dalam periode 1 tahun (ton) P : Jumlah produk dalam periode 1 tahun (ton) Konversi: 1 kilocalori = 1.163 x 10 kilo watt-hour Menghitung konsumsi energi listrik spesifik dengan formula berikut KL KES = P KES Konsumsi energi listrik spesifik (kWh/ton produk) KL Jumiah konsums' listrik dalam periode 1 tahun (ton) Pp Jumiah produk dalam periode 1 tahun (ton) 3.3. Metode Verifikasi Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti pendukung yang terkait melalui: 1. Pemeriksaan data penggunaan energi minimal kurun waktu minimal 1 tahun terakhir dan bukti pendukung seperti bukti pembayaran rekening tagihan PLN, pembayaran bahan bakar dan bukti pendukung lainya. 2. Pengecekan hasil perhitungan konsumsi energi Perea erence 4. | Air 4. | Konsumsi Air 4d Sumber air yang Periksa neraca ‘Sumber Air dan Tzin | digunakan penggunaan air, pengunaan terdokumentasi dengan | kapasitas, dan izin baik, dan yang dimiliki penggunaanya sesuai dengan izin yang dimilki 4.1.2 | Total konsumsi air Periksa kesesuaian Total Konsumsi Air | untuk proses hasil perhitungan maksimum 25 m°/ton | pemakaian dan bukti | produk endukungnya sesuai dengan lampiran dokumen ini. Penjelasan 4. Air 4.1. Kriteria Kriteria yang ditetapkan mencakup sumber air yang digunakan dan izin penggunaan yang dimiliki dan tingkat konsumsi air. Kriteria ini menggambarkan kepatuhan peraturan dan efisiensi pemakaian sumberdaya air SiLampiran SIH industri Pengasapan Karet (RS STH 22121:2015 4.2. Batasan 1. Sumber air yang digunakan tercatat/terdata dalam kurun waktu minimal 1 tahun terakhir yang mencakup jenis, sumber, kuantitas dan bukti pendukungnya seperti bukti pembayaran retribusi, serta penggunaannya sesuai dengan izin yang dimiliki. 2. Konsumsi air adalah total konsumsi air yang digunakan untuk proses produksi dan utilitas dengan satuan m’ per satuan produk (ton). KA KAS = > KAS. Konsumsi air spesifik (m?/ton produk) KA: Konsumsi air untuk proses produksi dan utilitas pada periode 1 ‘tahun produksi yang ditetapkan (m*) P —: Jumlah produk dalam periode 1 tahun (ton) 4.3. Metode Verifikasi Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti pendukung yang terkait melalui: 1. Pemeriksaan data penggunaan air minimal kurun waktu minimal 1 tahun terakhir dan bukti pendukung seperti bukti pembayaran restribusi, izin pemakaian air. 2. Pengecekan hasil perhitungan konsumsi air Cress eeae) Peet eae) | 5. | Proses. 5.1. Kinerja Peralatan Periksa hasil Produksi Kinerja Peralatan | produksi yang perhitungan kinerja Produksi dinyatakan dalam OEE, | peralatan dan laporan minimum 85 % operasional yang disediakan oleh perusahaan sesuai dengan lampiran dokumen ini 5.2. Tingkat kegagalan Periksa laporan reject Tingkat kegagalan | produksi (reject rate) | rateyang disediakan | produksi per tahun maksimum | oleh perusahaan, | 0,5 % lakukan observasi lapangan, dan wawancara sesuai dengan lampiran | dokumen ini. Penjelasan 5. Proses Produksi 5.1. Kriteria Kriteria_ yang ditetapkan mencakup kinerja peralatan produksi dan tingkat kegagalan produksi. Kriteria ini menggambarkan optimalisasi kinerja peralatan yang terkait juga dengan efisiensi biaya produksi dan efisiensi penggunaan bahan baku. n SIH Industri Pengasapan Karet (RS STH 22121:2015 5.2. Batasan 1. Overall Equipment Effectiveness atau biasa kenal dengan singkatan OEE merupakan metode untuk mengetahui tingkat kesempurnaan proses produksi. Proses yang sempurna adalah proses yang hanya menghasilkan output yang baik, dalam waktu secepat mungkin, tanpa ada down time. OEE adalah matriks yang mengidentifikasi presentase waktu produktif dari_keseluruhan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan aktifitas produksi. OEE dihitung berdasarkan Availabilty Index, Production Performance Index, Quality Performance Index a. Availability Index : waktu produksi sebenarnya dibandingkan dengan waktu produksi yang direncanakan. Jika nilai Availabilty 100%, artinya proses selalu berjalan dalam waktu yang sesuai dengan waktu produksi yang telah direncanakan (tidak pernah ada down time), b. Production Performance Index : tingkat produksi sebenarnya dibandingkan dengan ‘tingkat produksi yang terbaik (best demonstrated production rate). c. Quality Performance Index. kualitas produk sebenarnya dibandingkan dengan target kualitas. Hal ini berkaitan dengan jumlah produk defect dan scrap. Nilai 100% untuk Quality menunjukkan bahwa produksi tidak menghasilkan produk cacat sama sekali ‘Tahapan perhitungan Overall Equipment Effectiveness meliputi: + Availability Index = Actual Production Time / Planned Production Time x 100% Production Performance Index = (Total Pieces / Operating Time) / Ideal Run Rate x 100% Quality Performance Inde Good Pieces / Total Pieces x 100% OEE = Availability Index x Performance Index x Quality Index 2. Tingkat kegagalan produksi adalah proporsi produk reject seperti scrap, rusak dibandingkan jumiah produksi Tingkat kegagalan produksi (reject rate) dihitung dengan: = Produk defect dan scrap (ton) total produk (Fon) Ry x 100% 5.3, Metode Verifikasi \Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti pendukung yang terkait melalui: 1. Pemeriksaan laporan operasional perusahaan dan periksa hasil perhitungan kinerja peralatan. 2. Periksa laporan produksi dan cacatan reject rate, periksa hasil perhitungannya paren coer eerie) Mutu produk Mutu produk memenuhi standar SNI 06-0001-1987 atau revisinya Periksa mutu produk berdasarkan laporan hasil analisa dan bandingkan dengan standar yang diacu TiLampiran SiH industri Pengasapan Karet SIH 22121:2015 Penielasay 6. Produk 6.1. Kriteria Kriteria yang ditetapkan adalah kriteria mutu produk. Kriteria ini untuk menjamin konsistensi mutu produk yang akan berpengaruh terhadap daya saing dan keberlanjutan usaha, 6.2. Batasan Mutu produk adalah mutu produk yang memenuhi standar SNI 06-0001-1987 atau revisinya 6.3. Metode Verifikasi Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti pendukung yang terkait diantaranya: 1. Periksa mutu produk berdasarkan laporan hasil analisa laboratorium di bagian Quality Control (QC) 2. Bandingkan catatan mutu produk dengan standar yang diacu pareucy Ee Nic Mutu kemasan produk memenuhi standar SNI 06-0001-1987 atau revisinya Mutu Kemasan Produk Periksa mutu kemasan produk berdasarkan laporan pemakaian bahan kemasan dan spesifikasinya dan bandingkan dengan standar yang diacu. Penielasan 7. Kemasan 7.1. Kriteria kriteria yang ditetapkan adalah kriteria mutu kemasan produk. Kriteria ini untuk menjamin perlindungan terhadap mutu produk, meminimalkan terjadinya kerusakan. 7.2. Batasan Mutu kemasan produk mutu kemasan produk yang memenuhi standar SNI 06-0001-1987 atau revisinya 7.2. Metode Verifikasi Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti pendukung yang terkait diantaranya 1. Periksa mutu kemasan produk berdasarkan laporan pemakaian bahan kemasan 2. Bandingkan catatan mutu kemasan dengan spesifikasi yang ditetapkan en Remco 81 Pengelolaan Limbah att Memiliki instalasi Periksa keberadaan Pengelolaan limbah | Pengolahan air limbah | IPAL dan kondisinya cair dan memilili IPLC | (berfungsi/tidak), serta bukti kepemilikan IPLC B|Lampiran SIH Industri Pengasapan Karet (R STH 22121:2015 No Aspek Para ee ee 8.1.2. a. Melakukan upaya _| Periksa implementasi Pengelolaan imbah | pengendalian | program dan data hasil Gas | pencemaran udara, | pemantauan | bau, dan pencemar | lingkungan bandingkan | Tain yang tertuang | dengan baku mutu | dalam dokumen | tingkat kebauan sesuai | ingkungan hidup. | dengan peraturan yang |b. Memantau kualitas | Derl@ku. | udara ambient dan | emisi gas buang | sebagaimana | tertuang dalam | dokumen | | lingkungan hidup, | | | serta memastikan | | parameter yang | dipantau memenuhi | | | baku mutu | 8.1.3. | Mengacu pada rencana | Periksa cara | Pengelolaan | pengelolaan limbah —_| pengelolaan limbah Limbah Padat | padat yang tertuang | padat dan ketentuan | dalam dokumen yang tertuang dalam | lingkungan yang telah | dokumen lingkungan. disetujui | 82. Limbah cair yang Periksa mutu limbah Buangan Limbah | dibuang memenuhi—_| sesuai hasil uji | baku mutu air limbah | laboratorium | bagi usaha dan/atau | terakreditasi dan | kegiatan industri karet. | dibandingkan dengan | | BML sesuai dengan | peraturan yang | berlaku Penjelasan 8. Limbah 8.1. Kriteria Kriteria yang ditetapkan mencakup pengelolaan limbah (limbah padat, cair dan gas) dan buangan limbah. Kriteria ini untuk meminimalkan pencemaran lingkungan dan dalam rangka mendukung program Perlindungan terhadap lingkungan sekitarnya serta_ mencegah timbulnya keluhan masyarakat yang dapat mempengaruhi keberlanjutan usaha. 8.2. Batasan 1. Pengelolaan limbah cair adalah upaya untuk mengelola limbah cair yang timbul selama proses produksi dengan mengedepankan proses 4 R (reduce, reuse, recycle, recovery) dan pengelolaan limbah akhir yang mengacu pada peraturan yang berlaku. 2. Pengelolaan limbah gas adalah upaya mengelola limbah gas yang timbul selama proses produksi untuk pengendalian pencemaran udara seperti bau dan pencemar lain yang tertuang dalam dokumen lingkungan hidup. 3. Pengelolaan limbah padat adalah upaya mengelola limbah padat yang timbul selama proses produksi 4, Buangan limbah adalah limbah cair yang dibuang ke badan air sesuai dengan izin yang dimiliki Q|Lampiran SIH industri Peng 9 9. | Emisi GRK SIH 22121:2015 8.3. Metode Verifikasi Verifikasi dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan dokumen, catatan data dan bukti Pendukung yang terkait diantaranya: 1. Periksa keberadaan sarana pengolah limbah 2. Periksa implementasi pengelolaan limbah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan berikut bukti pendukungnya 3. Periksa izin pembuangan limbah cair (IPLC) dan izin-izin yang terkait dengan pengelolaan limbah kategori B3 (termasuk apabila di kerjasamakan dengan pihak lain) 4, Periksa laporan hasil pengukuran/analisa mutu limbah cair dan bandingkan dengan standar di lampiran permen LH No. 5 tahun 2014, lampiran lV. 5. Periksa laporan hasil pengukuran/analisa limbah gas, bandingkan dengan baku tingkat kebauan Permen LH no.50 th 1996, dan PP No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, ee) Batasan Reece Tingkat Emisi CO: _| Tingkat emisi CO. Periksa hasil maksimum 18,13 perhitungan emisi CO2, KgCO2/ton produk dan/atau laporan pengukuran atau pemantauan emisi GRK sesuai dengan lampiran dokumen ini. Emisi GRK 9.4. Kriteria Kriteria yang ditetapkan mencakup tingkat emisi GRK (emisi CO,e) yang dihasilkan selama proses produksi. Kriteria ini untuk mengendalikan emisi GRK oleh industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet). Kegiatan industri merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) di antaranya emisi CO, yang diyakini menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Oleh sebab itu perlu komitmen dan kebijakan dari pihak perusahaan untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penurunan emisi GRK. Komitmen dan kebijakan tersebut selanjutnya akan dijadikan target/ KPI perusahaan 9.2. Batasan 1. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) adalah emisi yang dihasilkan oleh industri pengasapan karet (RSS) yang bersumber dari penggunaan energi listrik dan panas. 2. Tingkat emisi CO»merupahan hasil perhitungan emisi dari penggunaan energi Perhitungan emisi penaqunaan enerai spesifik (listrik) Tingkat Emisi = Energi listrik (kWh) x Faktor Emisi (KaCO2/KwH) Ton Produk 40|-ampiran SIH Industri Pengasapan Karet (RSg SIH 22121:2015 Faktor emisi dari ketenaga listrikan: I Te ete |, !UC!(«*@ | Sistem Ketenagalistrikan Baseineieeitogeny | (kgCO2/kWh) Jamali 0,725 Sumatera 0,743 [Kaiti 0,742 | Kalbar 0,775 - | Kalteng dan Kalsel A 127300 aon on | Sulsel, Sulbar, Sultra 0,269 Perhitungan emisi dari bahan bakar fosi Tingkat Emisi = Energi bb fosil (T3) x Faktor Emisi (KaCO2/TJ ‘Ton Produk Konversi energi bb fosil dari kilokalori ke Terra Joule: 1 kilokalori = 0.00418 Megajoule=0.00000418 Terrajoule Faktor emisi bahan bakar fosil | Faktor Emisi Bahan Bakar Fosil | belum Terkoreksi kg CO./T3 Minyak mentah 73.300 73 69.300 Minyak tanah 71.900 Minyak diesel 74.100 | Minyak residu 77.400 ‘LPG 63.100 | Petroleum coke. 100.800 " Batubata anthrasit 98.300 | Batubara bituminous 94.600 ‘ Batubara sub-bituminous | 96.100 Lignit 101.200 Peat 7 106.000 | Gas alam 7 56.100 ie M[Lempiran SIH Industri Pengasapan Karet (RSQ) 8. Persyaratan Manajemen Perea) . | Kebijakan dan | 1.1. Peer Perusahaan wajib SIH 22121:2015 De A Periksa dokumen |Organisasi. | Kebijakan Industri__| memiliki kebyjakan kebijakan penerapan | Hijau tertulis Penerapan industri hijau yang | | Industri Hijau ditandatangani oleh | pimpinan puncak 12. a. Keberadaan Periksa dokumen Organisasi Industri | organisasi dan tim —_| penetapan organisasi Hijau pelaksana dan tim pelaksana penerapan industri | penerapan industri hijau di perusahaan | hijau yang ditandatangani oleh y SEE pimpinan puncak Kapasitas Sumber _| Periksa sertfikat/bukti Daya Manusia (SDM) | pelatihan/peningkatan tentang industri kapasitas SOM tentang hijau industri hijau 13. Terdapat kegiatan Periksa bukti kehadiran | Sosialisasi sosialisasi kebijakan —_| atau dokumentasi atau Kebijakan dan dan organisasi industri_| copy media sosialisasi Organisasi Industri | hijau di perusahaan | tentang kebijakan dan Hijau | organisasi industri hijau | | di perusahaan Lt z ee a Kebijakan dan organisasi 1.1.Kriteria Sudah jelas, 1.2. Batasan Sudah jelas 1.3. Metode Verifikasi Sudah jelas Dorcucy 24, Tujuan dan Sarasan Industri Hijau Perencanaan Strategis Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan penerapan Industri Hijau Periksa dokumen | tujuan dan sasaran penerapan Industr’ Hijau di perusahaan 2.2 Perencanaan Strategis dan Program Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari Periksa dokumen Renstra dan Program yang mencakup: 42|Lampiran IH Indust Pengasapan Karet (RS arcucy kebijakan penerapan Industri Hijau Penjelasan 2. Perencanaan Strategis 2.4.Kriteria Sudah jelas. 2.2. Batasan Sudah jelas 2.3. Metode Verifikasi Sudah jelas Perec Eee) Pelaksanaan | 3.1. Program dilaksanakan dan Pelaksanaan sesuai dengan jadwal pemantauan | Program dan dilaporkan secara berkala kepada manajemen serta mendapatkanpersetuju an dari manajemen puncak ‘STH 22121:2015 De ON aCe Efisiensi penggunaan bahan baku, Efisiensi penggunaan energi;, Efisiensi penggunaan air; Konservasi energi; Konservasi air; Pengurangan emisi GRK; Pengurangan limbah (B3 dan Non pelaksanaan, Penanggung jawab, dan alokasi dana Dokumen Renstra dan Program ditandatangani oleh pimpinan puncak CR Leoy Periksa bukt! pel laksanaan program + Dokumentasi pelaksanaan program Efisiensi penggunaan bahan baku, Efisiensi penggunaan enerai; Efisiensi penggunaan air; Konservasi energi; © Konservasi air; © Pengurangan ‘emisi GRK; TH industri Pengasapan Karet (RSS) STH 22121:2015 Carcacy Ieee ance * Pengurangan limbah (B3 dan Non B3) - Dokumentasi realisasi alokasi anggaran untuk pelaksanaan program yang telah direncanakan ~ Bukti persetujuan | | pelaksanaan program dari manajemen puncak 3.2, Pemantauan program _| Periksa laporan hasil Pemantauan dilaksanakan secara_—_| pemantauan program Program berkala dan hasilnya | dan bukti pendukung dilaporkan sebagai baik yang dilakukan bahan tinjauan secara internal maupun manajemen puncak —_| eksternal. dan masukan dalam melakukan perbaikan berkelanjutan Laporan yang dilakukan secara intemal, divalidasi oleh | manajemen puncak. 3. Pelaksanaan dan Pemantauan 3.1.Kriteria Sudah jelas. 3.2, Batasan Sudah jelas 3.3. Metode Ver Sudah jelas 14|Lampiran SIH Industri Pengasapan Karet (RS

Anda mungkin juga menyukai