Anda di halaman 1dari 9

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.

3 (6) Oktober 2016 : 544 - 552 ISSN: 2355-729X

STUDI KUALITAS IKAN SEGAR SECARA ORGANOLEPTIK YANG


DIPASARKAN DI KABUPATEN JENEPONTO

STUDY OF THE QUALITY OF FRESH FISH ORGANOLEPTICALLY


MARKETED IN DISTRICT OF JENEPONTO
Syafitri1), Metusalach1) dan Fahrul1)

1)
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin

Diterima: 15 Agustus 2016; Disetujui: 27 September 2016

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas organoleptik ikan yang
dipasarkan di Kabupaten Jeneponto. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2015
hingga Januari 2016 di 6 pasar di Kabupaten Jeneponto, yakni Pasar Binamu, Tamalatea,
Bangkala, Batang, Togo- togo dan Tarowang. Metode yang digunakan adalah metode
survey dengan mengamati secara langsung aktifitas pedagang mulai dari awal
penjualan hingga 2 jam setelahnya. Pengambilan sampel dilakukan terhadap 4 jenis
ikan dominan kemudian tiap jenisnya diambil 3 secara acak ekor ikan. Penilaian
organoleptik dan pengukuran suhu dilakukan 2 kali yakni pukul 07.00 dan 09.00. Hasil
penilaian organoleptik dianalisis menggunakan Uji t dan ANOVA pada tingkat
kepercayaan 95% (p < 0,05) selanjutnya diuji LSD (Least Significant Difference). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 10 jenis ikan yang diuji di enam pasar Kabupaten
Jeneponto sebagian besar masih segar, kecuali untuk ikan kurisi, lencam, dan kuniran
yang sudah kurang segar dengan nilai organoleptik < 7.

Kata kunci : kualitas, organoleptik, Layang, Selar, tongko

ABSTRACT
This research was aimed to determine the quality of fresh fish organoleptically at
some traditional fish markets in Jeneponto. This reasearch was conducted during on
December 2015 to January 2016 in 6 wet market in Jeneponto, i.e. Binamu, Tamalatea,
Bangkala, Batang, Togo-togo, and Tarowang. The method that used was survey method
observing the fish selling activities at 07.00 am and 09.00 am of selling hour. Four species
of predominantly sold fish were chosen as subject species and three fish of every species.
Werw taken as samples for the quality measurement. The collected data were
statistically tested using t-test and anova. Siginificant difference was determined at 95
% probability. Results indicated that majority at the ten species of fish sold in Jeneponto
wet market was fresh (good quality), except for theardfin bream, goat fish, and emferor
fish which were already not fresh (organoleptic value < 7).

Keywords : quality, organoleptic, scad, trevally, mackerel.

Syafitri dkk. 544


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

____________________________________________________
Contact person : Fahrul
Email: fahrul_yy@yahoo.com

PENDAHULUAN Menurut Ilyas (1983), untuk


Ikan merupakan komoditi pangan memperoleh ikan yang bermutu dan
yang sangat cepat mengalami berdaya awet panjang, hal penting yang
perubahan mutu jika tidak ditangani harus diperhatikan dalam menangani
segera setelah mati. Penerapan suhu ikan adalah bekerja cepat, cermat,
rendah dengan cara pendinginan bersih, dan pada suhu rendah. Hal-hal
menggunakan es dan didukung oleh yang berpengaruh buruk pada mutu
ketersediaan fasilitas dan cara ikan adalah kenaikan suhu, penanganan
penerapan yang baik dan benar yang kurang baik, dan penundaan waktu
merupakan cara yang paling efektif penanganan.
untuk menghambat penurunan mutu Irawan (1997) menyatakan bahwa
ikan. Dengan demikian, penting penanganan ikan segar sangat
dipahami bahwa rantai dingin harus memegang peranan penting sebab
dipertahankan sejak ikan mati, selama tujuan utamanya adalah mengusahakan
distribusi hingga pemasaran (Junianto, agar kesegaran ikan setelah tertangkap
2003). dapat dipertahankan selama mungkin.
Kabupaten Jeneponto merupakan Kondisi penjualan ikan di pasar-pasar
salah satu Kabupaten yang konsumsi ikan saat ini masih kurang menerapkan
daging ikan lumayan tinggi. Tingginya prinsip hati-hati, cepat, cermat, dan
tingkat konsumsi ikan di Kabupaten bersih. Sehingga kualitas ikan sangat
Jeneponto karena memiliki garis pantai cepat mengalami penurunan mutu.
yang cukup panjang dan memiliki sarana Berdasarkan hal tersebut, masih
dan prasarana untuk memasarkan ikan. belum ada informasi mengenai kualitas
Menurut Metusalach, dkk (2012) ikan yang dipasarkan di Kabupaten
salah satu faktor yang mempengaruhi Jeneponto. Sehingga penelitian ini
penurunan mutu ikan yang dipasarkan dipandang penting dilaksanakan untuk
adalah waktu, semakin lama waktu maka mengetahui kualitas ikan secara
semakin cepat ikan mengalami proses organoleptik dibeberapa lokasi pusat
penurunan mutu. Idealnya penjualan ikan yang ada di Kabupaten
perbandingan antara es dan ikan yang Jeneponto.
dipasarkan selama proses penjualan,
BAHAN DAN METODE
yaitu 1:1 artinya 1 kg es untuk 1 kg ikan
Bahan yang digunakan dalam
agar suhu ikan dapat dipertahankan
penelitian ini adalah ikan Layang, Selar,
pada suhu 0˚C hingga akhir penjualan.

Syafitri dkk. 545


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

Tongkol, Lemuru, Lencam, Bete-bete, organoleptik meliputi kenampakan


Kembung, Kurisi, Kuniran, dan Kakatua. mata, insang, lendir permukaan badan,
Penelitian ini dilaksanakan pada bau, dan tekstur. Pada pengujian
bulan Desember 2015 sampai dengan organoleptik menggunakan 3 panelis.
Januari 2016 di enam lokasi pusat Suhu daging ikan diukur
penjualan ikan yang ada di Kabupaten menggunakan portable thermometer
Jeneponto, yaitu Pasar Binamu, Pasar dengan cara sensor thermometer
Tamalatea, Pasar Bangkala, Pasar dimasukkan ke dalam daging melalui
Batang, Pasar Tarowang, dan Pasar bagian kepala ikan hingga mencapai
Togo-togo. Metode yang digunakan titik pusat thermal ikan (bagian perut),
adalah metode survey. Pengambilan dibiarkan beberapa saat hingga nilai
sampel dilakukan menggunakan Simple suhu yang tertera stabil dalam waktu
Random Sampling dengan mengambil sekitar 30 detik.
lima jenis ikan yang dominan dipasarkan Data hasil penelitian dianalisis
di masing-masing pasar. Dari setiap dengan menggunakan uji t untuk
jenisnya ikan diambil secara acak mengetahui signifikansi penurunan
sebanyak 3 ekor. Ikan yang dijadikan kualitas ikan dengan tingkat
sampel tidak memperhitungkan jenis kepercayaan 95% (ɑ=0.05).
alat tangkap yang digunakan, tidak Menggunakan uji anova untuk
memperhitungkan waktu pendaratan membandingkan nilai organoleptik jenis
dan tidak memperhitungkan ikan yang sama antara pasar satu dan
sumber/asal ikan yang dipasarkan di lainnya pada waktu pengamatan yang
masing-masing Pasar. Pengambilan sama. Serta menggunakan LSD (multiple
sampel dan pengukuran parameter comparisons) dan uji tukey sebagai
dilakukan pada jam 07:00 dan 09:00 pengujian lanjutan.
WITA. Parameter yang diamati dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah mutu organoleptik
A. Jenis Ikan Dominan
dan suhu.
Berdasarkan observasi di lokasi
Pengamatan sifat organoleptik
sampling, ikan yang dominan
ikan dilakukan dengan memberikan
dipasarkan di Jeneponto dapat dilihat
penilaian secara rinci dengan melihat
pada Tabel 1.
tabel score sheet terhadap ikan pada
rentang nilai 1 sampai 9. Parameter uji

Syafitri dkk. 546


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

Tabel 1. Jenis Ikan dan Tempat Dipasarkan

No. Jenis Ikan Pasar


1. Layang Tamalate, Bangkala, Batang, Tarowang,
(Decapterus sp.) Togo-togo
2. Selar
Binamu, Bangkala, Tarowang, Togo-togo
(Selaroides sp.)
3. Tongkol (Euthynnus affinis) Tamalate, Bangkala, Togo-togo
4. Lemuru
Tamalate, Tarowang, Togo-togo
(Sardinella lemuru)
5. Lencam Binamu, Batang, tarowang, Bangkala,
(Lethrinus sp.) Tamalatea
6. Bete-bete Binamu dan Tarowang
(Leioghnatus equllus)
7. Kembung Bangkala dan Batang
(Rastrelliger kanagurta)
8. Kurisi Binamu
(Nemipterus celebicus)
9. Kuniran Tamalatea
(Upeneus sundaicus)
10. Kakatua Batang
(Chlorurus sp.)

Rata-rata pada awal penjualan


ikan di Pasar Bangkala diberi perlakuan B. Kualitas Nilai Organoleptik untuk
penambahan es sedangkan untuk ke 10 Jenis Ikan
empat pasar lainnya tidak ada
perlakuan penambahan es. Selama Nilai (kualitas) organoleptik untuk
pemasaran, ikan ditata di atas meja 10 jenis ikan yang di uji di enam pasar
yang dilapisi dengan plastik, atau di Kabupaten Jeneponto yang berkisar
ditempatkan dalam keranjang plastik, antara 5.9 hingga 8.4 seperti yang
baskom plastik, dan ada pula penjual dapat dilihat pada Gambar 1.
yang hanya meletakkan ikan di bawah Gambar 1 menunjukan bahwa
lantai yang hanya dilapisi plastik. hasil uji organoleptik untuk 10 jenis
Penjual ikan di lokasi sampling masih ikan pada pengujian pertama (pukul
kurang yang menerapkan empat 07.00), nilai organoleptik tertinggi yakni
prinsip penanganan hasil perikanan, pada ikan bête-bete sedangkan nilai
yaitu cepat, hati-hati, menerapkan suhu organoleptik yang terendah pada ikan
rendah dan memperhatikan sanitasi kurisi. Sedangkan untuk pengujian
higinenis. kedua (09.00), nilai organoleptik

Syafitri dkk. 547


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

tertinggi pada ikan bête-bete dan yang Pasar Bangkala yang


terendah ikan kurisi. Di antara semua menggunakan es dengan baik untuk
jenis ikan pada pengujian pertama menjaga kualitas ikan yang dijualnya.
hanya ikan bête-bete yang memiliki Kondisi ikan selama penjualan di Pasar
kategori kualitas yang sangat segar Tamalatea, Pasar Batang, Pasar
sedangkan untuk ke delapan jenis ikan Tarowang, dan Pasar Togo-togo yakni
lainnya memiliki kualitas ikan yang ikan yang siap dipasarkan disusun di
segar. Sedangkan pada pengujian atas meja dan sebagian ikan lainnya di
kedua tersebut untuk ikan kurisi dan simpan dalam styrofoam dengan kondisi
ikan Kuniran dikategorikan kurang terbuka sehingga penerapan rantai
segar lagi, untuk tujuh jenis ikan lainnya dingin tersebut terputus. Hal tersebut
masih dikategorikan kedalam segar dan menyebabkan suhu ikan pada
sehingga masih layak untuk sampling kedua mengalami
dikonsumsi. peningkatan dibandingkan pengukuran
Salah satu faktor yang suhu yang pertama. Penjual ikan layang
mempengaruhi kecepatan penurunan (Decapterus sp.) yang ada di Pasar
kualitas ikan yakni suhu. Murniyati dan Bangkala menerapkan suhu rendah
Sunarman (2000) mengatakan bahwa dengan cara menggunakan es curah
suhu lingkungan yang rendah akan dengan baik, sedangkan di Pasar
memperpanjang tingkat kesegaran ikan Tamalatea, Pasar Batang, Pasar
sehingga proses pasca panen ikan harus Tarowang, dan Pasar Togo-togo
menerapkan prinsip rantai penerapan suhu dingin dengan
dingin.Berdasarkan pengukuran suhu menggunakan es masih kurang baik. Hal
untuk 10 jenis ikan tersebut dapat dilihat lain yang menyebabkan ikan yang
pada Gambar 2. dipasarkan di Pasar Bangkala memiliki
Gambar 2 menunjukkan bahwa suhu yang baik yakni lama waktu
pada pengujian pertama (07.00) dan penyimpanan ikan tersebut, dimana ikan
pengujian kedua (09.00) suhu yang dijual di Pasar Bangkala
terendah yakni ikan kembung merupakan ikan yang telah disimpan
sedangkan suhu tertinggi ikan kurisi. Di selama satu hari satu malam dengan
antara ke 10 jenis ikan tersebut, ikan penggunaan es yang lebih banyak
yang penanganan dengan dibandingkan jumlah ikannya. Menurut
menggunakan es yang dapat Metusalach, dkk (2012) idealnya
dikategorikan baik yakni ikan layang, perbandingan antara es dan ikan yang
ikan bête-bete, ikan kembung dan dipasarkan selama proses penjualan,
ikan kakatua. Sedangkan ke 6 jenis yaitu 1:1 artinya 1 kg es untuk 1 kg ikan
ikan lainnya penerapan suhu rendah agar suhu ikan dapat dipertahankan
sudah dikategorikan kurang baik. pada suhu 0 ⁰C hingga akhir penjualan.

Syafitri dkk. 548


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

Gambar 1 . Hasil Uji Organoleptik Untuk 10 Jenis Ikan Pada Waktu Sampling Berbeda
Di Berbagai Pasar Di Kabupaten Jeneponto.

Gambar 2 . Hasil pengukuran suhu Untuk 10 Jenis Ikan Pada Waktu Sampling
Berbeda Di Berbagai Pasar Di Kabupaten Jeneponto

Syafitri dkk. 549


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

Kesimpulan Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan, Institut Pertanian
Kualitas 10 jenis ikan yang Bogor.
dipasarkan di 6 Pasar di Kabupaten
Jeneponto pada pagi hari (07.00) masih Anonim, 1985. Kumpulan Standar

baik sampai sangat baik (nilai Mutu Hasil Perikanan. Jakarta:

organoleptik 7.2 – 8.4) kecuali untuk ikan Direktorat Jendral Perikanan.

kurisi yang sudah kurang segar (nilai Depertemen Pertanian.

organoleptiknya 6.6). Menjelang siang Anonim, 1988. Petunjuk Praktek


hari sebagian besar ikan masih Penanganan dan Transportasi
berkualitas baik (7.1 – 7.8) kecuali ikan Ikan Segar. Direktorat Jendral
lencam, ikan kurisan dan ikan kurisi yang Perikanan. Jakarta: Departemen
sudah kurang segar (nilai organoleptic Pertanian.
6.9 – 6.5). Kualitas terbaik ikan layang
ditemukan di Pasar Tamalatea, ikan Anonim, 1994. Standar Nasional
selar di Pasar Bangkala, ikan tongkol di Indonesia. Balai Bimbingan dan
Togo-togo, ikan lemuru dan bête-bete Pengujian Mutu Hasil perikanan.
di Tarowang dan ikan lencam di Binamu. Dirjen Perikanan dan Kelautan.
Ikan kurisi hanya ditemukan di Pasar Jakarta.
Binamu yang kualitasnya kurang segar,
Anonim. 2012. Hubungan higiene dan
ikan kuniran ditemukan di Pasar
sanitasi dengan total mikroba
Tamalatea dari kurang segar hingga
(Online) www. Scribd.com
tidak segar.
(Diakses 27 Juli 2016).

Daftar Pustaka AOAC. 1995. Official method of


Analysis. Published by The
Adawyah R, 2007. Pengolahan dan Association of official Analytic
Pengawetan Ikan. Jakarta: PT Chemysts Inc. USA.
Bumi Aksara.
Apriyantono, 1989. Petunjuk
Afrianto E, dan Liviawati E. 1989. Laboratorium Analisa Pangan.
Pengawetan dan Pengolahan Bogor: Institut Pertanian Bogor
Ikan. Kanisus. Jakarta Press.

Anita. 2003. Pengendalian Mutu Badan Pusat Statistik Kabupaten


Produksi Layur (Trichiurus. sp) Jeneponto. 2010. Laporan
di PPN Palabuhan ratu untuk Statistik Perikanan Kabupaten
Tujuan Ekspor [Skripsi]. Bogor: Jeneponto. Jeeponto.
Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan,

Syafitri dkk. 550


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

Berhimpon, S. F. G., ljong dan P. Dinas Perikanan dan kelautan Propinsi


Moniharapon. 2002. Penilaian Jawa Tengah. 2009. Penanganan
Indera. Penuntun Praktikum. Ikan Segar. Depoikan (terhubung
Fakultas Perikanan dan Ilmu berkala). www.depoikan.com. (13
Kelautan. Universitas Maret 2016).
Samratulangi. Manado.
Dwiari, Sri Rini, 2008. Teknologi Hasil
BSN. 2006a. Standar Nasional Pangan. Jakarta: Pusat
Indonesia 01.2729. Persyaratan Pembukuan, Depertemen
Mutu Ikan Segar. Badan Pendidikan Nasional.
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Eskin NAM, 1990. Biochemistry of
BSN. 2013b. Standar Nasional Indonesia foods, Canada: Academic Press
01-2346-2006: Petunjuk Inc.
Pengujian Organoleptik dan
atau Sensori. Badan Standar Rahayu, W, P,. S. Maamoen,. Suliantri,

Nasional. dan S. Fardiaz. 1992. Teknologi


Fermentasi Produk Perikanan.
http://www.scribd.com/doc/1410
Penerbit Pusat Antar
76327/SNI-01-2346-2006-
Universitas Pangan dan Gizi,
Petunjuk-Pengujian-
Insititut Pertanian Bogor, Bogor.
organoleptik-dan-Atau-Sensori.
(Diakses 13 September 2015) Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
Data Statistik Perikanan Tangkap
Jilid 1. Jakarta: Penerbit Liberty.
Indonesia. 2012. Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap. Hardjito, L. 2006. Diktat Kuliah
Jakarta. Pengantar Teknologi Hasil
Perikanan. Bogor: Departemen
Denny H. 2004. Evaluasi dan
Teknologi Perairan, Fakultas
Identifikasi Tingkat
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Kemunduran Mutu Hasil
Institut Pertanian Bogor.
Perikanan Tangkap Ikan
Belanak (Mugil thazard) Huss H. H. 1995. Quality and Quality
(Studi kasus muara Angke, Changes in Fresh Fish. FAO
Kecamatan Penjaringan,
Fisheries Technical Paper No. 348.
Jakarta Utara) (skripsi). Bogor:
Food and Agriculture
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Organization (FAO) of the United
Kelautan. Institut Pertanian
Nations, Roma. Italy.
Bogor.

Syafitri dkk. 551


Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3 (6) Oktober 2016: 544 - 552 ISSN: 2355-729X

Irawan, A. 1995. Pengawetan Ikan dan Metusalach, Kasmiati, Fahrul, dan Ilham
Hasil Perikanan. Solo: Penerbit Jaya. 2012. Analisis Hubungan
Aneka. antara Cara Penangkapan dan
Cara penanganan dengan
Ilyas Sofyan. 1972. Peranan Es dalam kualitas ikan yang dihasilkan
Industri Perikanan. Dirjen (Laporan Hasil Penelitian) LP2M.
Perikanan Jakarta. Jakarta Unhas.

Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Moeljanto. 1992. Pengawetan dan


Hasil Perikanan. Jilid II. Teknik Pengolahan Hasil Perikanan.
Pendinginan ikan. CV Paripurna. Jakarta: Penebar Swadaya.
Jakarta.
Murniyati A. S dan Sunarman. 2000.
Isamu, K. T. Hari P. dan Sudarminto S. Y. Pendinginan Pembekuan dan
2012. Karakteristik Fisik, Kimia, Pengawetan Ikan. Yogyakarta:
dan Organoleptik Ikan Penerbit Kanisus.
Cakalang (Katsuwonus
pelamis) Asap di Kendari. Jurnal Nasran S. 1972. Handling ikan basah.
Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 Di dalam: Ikan Basah. Cara-cara
105-110. Handling dan Sarana-sarana yang
Diperlukan. Prociding petunjuk
Junianto. 2003. Teknik Penanganan
Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syafitri dkk. 552

Anda mungkin juga menyukai