Anda di halaman 1dari 21

Makalah Kelompok Hari : Senin

MK.Hukum Kesehatan Tanggal : 09 September 2019

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Dosen Pembimbing :

Lily Restusari, M.Farm, Apt

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Angdela Kirana Apdikasary (P031713411042)


Dona Corina (P031713411047)
Nur Salisa (P031713411066)
Shania Risviani (P031713411073)
Shisi Tridestia (P031713411074)
Wulan Puspita (P031713411080)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES RIAU

1
JURUSAN GIZI DIII TK 3B

T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “UU Perlindungan
Konsumen”. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas Hukum Kesehatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pekanbaru, September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen.....................................................6
2.1.1 Asas Perlindungan Konsumen.................................................................6
2.1.2 Tujuan Perlindungan Konsumen..............................................................8
2.2 Hak dan Kewajiban (Konsumen dan Pelaku Usaha)......................................9
2.2.1 Hak Konsumen........................................................................................9
2.2.2 Kewajiban Konsumen............................................................................11
2.2.3 Hak Pelaku Usaha..................................................................................12
2.2.4 Kewajiban Pelaku Usaha.......................................................................13
2.3 Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha................................................13
2.4 Tanggung Jawab Pelaku Usaha....................................................................15
2.5 Badan Perlindungan Konsumen Nasional....................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................19
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlindungan konsumen menyangkut banyak aspek. Salah satunya ialah


aspek hukum. Hukum dalam masyarakat selalu berkembang secara dinamis sesuai
dengan perkembangan masyarakat itu sendiri, hukum tersebut mempunyai arti
yang sangat besar dalam masyarakat tersebut. Hukum berfungsi untuk mengatur
kehidupan masyarakat, sehingga dapat melindungi kepentingan masyarakat.
Hukum yang baik ialah hukum yang hidup dalam masyarakat dan dipatuhi oleh
masyarakat. Hukum dapat pula bertindak melindungi kepentingan konsumen.
Perlindungan konsumen merupakan salah satu perkembangan hukum yang baru di
Indonesia. Hukum perlindungan konsumen berada dalam kajian hukum ekonomi.
(Miru dkk, 2010)
Konsumen perlu mendapat perlindungan, menurut Edmon Makarim
karena konsumen memiliki resiko yang lebih besar dari pada pelaku usaha,
dengan kata lain hak-hak konsumen sangat rentan. Disebabkan posisi tawar
konsumen yang lemah, maka hak-hak konsumen sangat riskan untuk dilanggar.
Perkembangan hukum perlindungan konsumen di Indonesia bertujuan
untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen di Indonesia dan menurut
Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 3821. Pengertian
perlindungan konsumen adalah “segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. (Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999)
Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini mengacu pada filosofi
pembangunan yang pada dasarnya termasuk pembangunan hukum yang
memberikan perlindungan terhadap konsumen dalam rangka membangun manusia
seutuhnya yang berlandaskan pada filosofi kenegaraan Republik Indonesia, yaitu
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Selain itu, dalam Burgerlijk Wetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

4
juga terdapat ketentuan yang bertendensi melindungi konsumen, seperti dalam
beberapa Pasal Buku III, Bab IV, Bagian II yang dimulai dari Pasal 1365. (Fauzia,
2008)
Permasalahan yang sering kali timbul dari adanya hubungan antara pelaku
usaha dengan konsumen yang berkaitan dengan perjanjian atau transaksi yang
telah dilakukan kedua belah pihak ternyata barang yang dibeli tidak bagus/ tidak
bisa digunakan, dimana merugikan salah satu pihak. Permasalahan tersebut
biasanya menyangkut hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, dalam hal ini
permasalahan antara pelaku usaha dan konsumen biasanya juga tejadi karena
konsumen tidak berhati-hati dalam memilih barang dan/atau jasa yang ditawarkan
kepadanya. Hal ini dapat menjadikan konsumen sebagai pihak yang dirugikan
oleh para pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Kegiatan bisnis antara
pelaku usaha dan konsumen sebagai pengguna jasa tercipta dari perjanjian yang
menimbulkan sejumlah hak dan kewajiban diantara keduanya. (Salim, 2008)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja asas dan tujuan perlindungan konsumen?


2. Apa saja hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha?
3. Apa saja perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha?
4. Apa saja tanggung jawab pelaku usaha?
5. Bagaimana badan perlindungan konsumen nasional?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami undang-undang mengenai perlindungan
konsumen.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui asas dan tujuan konsumen
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui hak dan kewajiban konsumen
dan pelaku usaha
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui perbuatan yang dilarang bagi
pelaku usaha
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui badan perlindungan konsumen
nasional

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

2.1.1 Asas Perlindungan Konsumen

1. Asas manfaat
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
Contohnya :
Ahli gizi A mempunyai sebuah usaha catering makanan sehat untuk orang
yang sedang melakukan diet, di catering tersebut pada kemasannya dicantumkan
label komposisi makanan, nilai gizi, nama perusahaan, label halal, dan
kadaluwarsa. Sehingga dapat meyakinkan konsumen bahwa isi dari catering
tersebut terjamin.

2. Asas keadilan
Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan
pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
Contohnya :
Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai hak dan
kewajiban yang harus dilakukan konsumen adalah beritikad baik dalam
melakukan transaksi dengan pelaku usaha. Apabila kewajiban ini dilanggar, maka
pelaku usaha berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari perbuatan
konsumen tersebut. Hal ini berlaku juga sebaliknya, sehingga dapat dikatakan
bahwa ada kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang sifatnya adil bagi
kedua pihak.

6
3. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan
spiritual.
Contohnya :
Artis A memiliki sebuah cafe yang terkenal. Cafe tersebut mempekerjakan
seorang ahli gizi. Disuatu hari Shisi datang untuk makan di cafe tersebut dan tiba-
tiba Shisi mengalami keracunan akibat makanan yang di masak oleh ahli gizi
tersebut. Dikarenakan pemilik cafe tersebut adalah seorang artis terkenal maka
ahli gizi yang bekerja dicafe itu terlindungi dan kasus Shisi pun ditutup. Agar
nama baik cafe tersebut tetap tidak tercemar.

4. Asas keamanan dan keselamatan


Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam
penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/jasa yang dikonsumsi dan
digunakan.
Contohnya :
Ahli gizi mempunyai toko kue yang menjual kue-kue sehat untuk orang
yang sedang diet, maka ahli gizi tersebut harus menjamin bahwa kue yang akan
dikonsumsi pelanggan itu aman dengan memperhatikan cara pengolahan sampai
dengan pengemasannya, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan maka ahli gizi
harus bertanggung jawab.

5. Asas kepastian hukum


Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum (Shidarta, 2000)
Contohnya :
Dalam kasus artis A tersebut sebenarnya sudah ada kepastian hukum untuk
ahli gizi tersebut karna sudah menyebabkan keracunan yaitu terbukti melakukan
perbuatan yang dilarang oleh pasal 8 ayat(1) huruf a UU perlindungan konsumen,
maka ancaman pidana terhadapnya berdasarkan pasal 62 ayat (1) UU

7
Perlindungan Konsumen adalah pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidan
denda paling banyak 2 miliyar rupiah.

2.1.2 Tujuan Perlindungan Konsumen

Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


membahas tentang tujuan perlindungan konsumen sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen


untuk melindungi diri.
Contohnya :
Ani pergi berbelanja ke sebuah toko yang menjual kue, didalam kemasan
kue tersebut tidak tercantum label halal, maka ani berhak menanyakan apakah kue
yang dibuat ini halal atau tidak, untuk melindungi dirinya sendiri.

2. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung


unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
Contohnya :
Toko kue A menjaga kualitas bahan baku yang digunakan untuk membuat
kue agar konsumen tidak mengalami keracunan yang tentu ada kepastian
hukumnya jika pelanggan mengalami keracunan, dan juga menggunakan kemasan
yang aman pada saat pembungkusan kue, membuat label nama toko, komposisi
dan juga halal pada kemasan agar pelanggan tau informasi yang ada didalamnya.

3. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya


perlindungan konsumen sehingga menumbuhkan sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
Contohnya :
Toko kue A mencantumkan label halal, komposisi dari pembuatan roti, dan
juga tanggal kadaluwarsa pada produknya agar tumbuh sikap jujur dan tanggung
jawab dalam menjalankan usaha.

8
4. Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan konsumen.
Contohnya :
Toko kue A yang sudah terkenal menggunakan bahan baku yang
berkualitas untuk menjamin produk yang dibuatnya agar terjaga keamanan produk
tersebut dan juga menggunakan bahan baku yang halal.

Perlindungan konsumen merupakan tujuan dari usaha yang akan dicapai


atau keadaan yang akan diwujudkan. Oleh karena itu, tujuan perlindungan
konsumen perlu dirancang dan dibangun secara berencana dan dipersiapkan sejak
dini. Tujuan perlindungan konsumen mencakup aktivitas-aktivitas penciptaan dan
penyelenggaraan sistem perlindungan konsumen. Tujuan perlindungan konsumen
disusun secara bertahap, mulai dari penyadaran hingga pemberdayaan. Pencapaian
tujuan perlindungan konsumen tidak harus melalui tahapan berdasarkan susunan
tersebut, tetapi dengan melihat urgensinya. Misal, tujuan meningkatkan kualiatas
barang, pencapaiannya tidak harus menunggu tujuan pertama tercapai adalah
meningkatkan kesadaran konsumen. Idealnya, pencapaian tujuan perlindungan
konsumen dilakukan secara serempak (Sasongko, W 2007)

2.2 Hak dan Kewajiban (Konsumen dan Pelaku Usaha)

2.2.1 Hak Konsumen

Konsumen seringkali berada pada posisi yang kurang menguntungkan dan


lemah daya tawarnya. Salah satunya disebabkan karena mereka belum memahami
hak-hak mereka atau bahkan tidak jarang menganggap itu adalah persoalan yang
biasa saja. Hak konsumen dalam Pasal 4 UUPK 8/1999, yaitu (Widjaja, dkk 2003)
:

1. Hak atas keamanan dan keselamatan


Hak yang dimaksudkan adalah menjamin keamanan dan keselamatan
konsumen dalam menggunakan barang yang diperolehnya, sehingga konsumen
tidak mendapatkan kerugian apabila menggunakan barang tersebut.
Contohnya :

9
Shisi yang keracunan saat makan di cafe artis A bisa melaporkan kasusnya
kepada pihak kepolisian, agar shisi mendapatkan hak nya sebagai konsumen dan
juga merasa aman.

2. Hak untuk memilih barang/jasa yang sesuai


Hak yang dimaksudkan adalah membiarkan atau memberi kesempatan
pada konsumen untuk memilih apa yang akan ia gunakan atau ia konsumsi untuk
dirinya sendiri.
Contohnya :
Lisa akan memesan makanan catering sehat, ada banyak menu yang
ditawarkan oleh pemilik catering tersebut yang menurutnya cocok dikonsumsi
untuk lisa, maka lisa juga berhak untuk menentukan menu apa yang akan ia pilih
dan ia suka untuk dikonsumsinya selama 1 bulan dan juga sesuai dengan yang
dibayarkannya.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa
Hak yang dimaksudkan adalah memberikan informasi yang jelas kepada
konsumen agar konsumen tidak mengalami kerugian, informasi itu bisa berupa
komposisi produk, nama toko, kadaluwarsa, dan label halal.
Contohnya :
Lisa pergi kesebuah catering makanan sehat punya seorang ahli gizi, lisa
ingin memesan catering itu untuk dikonsumsinya selama 1 bulan, maka lisa
berhak tau bahan baku yang digunakan catering tersebut, apakah aman dan halal,
juga apakah ada bahan lain selain bahan baku utama yang ditambahkan agar lisa
memperoleh informasi yang akurat.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa
yang digunakan
Hak yang dimaksudkan adalah mendengarkan keluhan dari konsumen
apabila konsumen mengalami kerugian karna mengkonsumsi produk dari pelaku
usaha, dan pelaku usaha akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi.
Contohnya :

10
Catering makanan sehat yang dipesan lisa pada hari ke-15 ternyata
menyebabkan lisa alergi tanpa ia sadari pada saat mengkonsumsi makanan
tersebut, padahal sebelumnya lisa sudah mengatakan bahwa ia alergi pada kacang,
tetapi pihak catering tetap memasukkan kacang dalam pengolahan makanannya
yang diberikan untuk lisa, maka lisa berhak untuk didengar dan juga pihak
catering harus mengganti rugi atas apa yang terjadi.

5. Hak untuk mendapat upaya penyelesaian sengketa yang patut


Hak yang dimaksudkan adalah apabila barang dari pelaku usaha yang
dikonsumsi konsumen menyebabkan kerugian, maka konsumen berhak
mendapatkan ganti rugi dan penyelesaian hukum yang patut.
Contohnya :
Ahli gizi mempunyai catering makanan sehat yang katanya dapat
menurunkan berat badan 5 kg dalam 1 minggu, dona tertarik untuk memesan
catering tersebut, tetapi dalam 1 minggu berat badan dona tidak turun, maka dona
berhak meminta ganti rugi kepada pemilik catering tersebut dan penyelesaian
masalah yang sepatutnya.

2.2.2 Kewajiban Konsumen

Pasal 5 UUPK mewajibkan konsumen untuk :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur


pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan
keselamatan
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Kewajiban yang dimaksudkan adalah ketika kita sebagai konsumen harus
membaca dahulu apa yang akan kita gunakan, mengikuti petunjuk dengan benar
demi keamanan dan keselamatan kita sendiri dan sebagai konsumen harus
mempunyai itikad yang baik pada saat memesan barang dari pelaku usaha,
membayarkan barang yang kita pesan sesuai dengan barang yang kita terima dari
pelaku usaha.

11
Contohnya :
Risa mempunyai riwayat hipertensi, kemudian risa mengunjungi catering
yang mengolah makanan untuk penderita hipertensi, maka risa wajib membaca
apa saja menu yang ditawarkan, apa saja bahan makanan yang terdapat didalam
makanan tersebut demi keamanannya, setelah itu jika risa tertarik maka ia harus
beritikad baik dalam melakukan pemesan catering tersebut dan membayar sesuai
dengan harga makanan yang ditawarkan pada catering tersebut. Jika risa tidak
mengikuti kewajiban yang ditetapkan untuk konsumen maka risa akan mengikuti
upaya penyelesaian hukum perlindungan konsumen secara patut.

2.2.3 Hak Pelaku Usaha

Hak pelaku uasaha dalam Pasal 6 UUPK 8/1999, yaitu :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan


mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan
Contohnya :
Seorang ahli gizi mempunyai catering diet sehat. Ahli gizi tersebut
mempunyai salah satu konsumen yang keduanya sudah sepakat bahwa harga
catering diet sehat tsb selama seminggu sebesar Rp 300.000,-. Tetapi pada saat
pembayaran konsumen tersebut meminta agar catering tsb memberikan potongan
harga karna lupa membawa uang yang pas. Maka ahli gizi yang mempunyai
catering tsb berhak menerima uang sesuai dengan kesepakatan awal dengan
konsumen tsb tanpa adanya potongan harga yaitu sebesar Rp 300.000,-.

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen


yang beritikad tidak baik
Contohnya :
Seorang ahli gizi mempunyai toko kue yang sudah terkenal, tetapi pada
suatu hari ada konsumen yang mengeluh bahwa didalam kue yang dibelinya
tersebut terdapat hewan yaitu ulat. Setelah diselidiki ternyata konsumen tersebut
berbohong karena ingin mendapatkan uang ganti rugi dari ahli gizi tsb. Maka Ahli
gizi yang mempunyai toko kue tsb berhak mendapatkan perlindungan dari hukum.

12
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen.
Contohnya :
Seorang ahli gizi mempunyai toko kue yang sudah terkenal, tetapi pada
suatu hari ada konsumen yang mengeluh bahwa dirinya diare seteah
mengkonsumsi kue dari toko ahli giz tsb. Kemudian Ahli gizi dituntut oleh
konsumen tersebut tentang keracunan pangan dan meminta ganti rugi secara
langsung tanpa mengetahui apakah memang benar kue yang dijual ahli gizi
tersebut tercemar. Maka ahli gizi tersebut berhak meminta pembelaan diri dengan
menguji laboratorium kue tersebut untuk mengetahui apakah benar tuduhan
tersebut.

2.2.4 Kewajiban Pelaku Usaha

Kewajiban pelaku usaha dalam Pasal 7 UUPK 8/1999, yaitu :

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya


2. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif
3. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku
4. Memberikan kompensasi, ganti rugi, apabila barang dan/jasa yang
diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.
Contohnya :
Seorang ahli gizi mempunyai toko kue yang baru saja di bukanya. Lalu
ada Daniel sebagai konsumen yang ingin membeli kue di tokonya. Sang pemilik
toko melayani Daniel tersebut dengan sopan dan ramah serta menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan benar serta jujur. Ahli gizi tersebut rutin
mengecek bahan bahan yang akan diolah agar terjamin standar mutu produknya,
Tetapi pada suatu hari dikarenakan sakit ahli gizi tersebut tidak bisa
mengeceknya, dan pada saat itu ada konsumen lain mengeluh bahwa dirinya sakit
perut dan diare. Setelah diselidiki ternyata bahan yang digunakan ahli gizi tersebut
pada hari yang tidak dilakukan pengecekan bahan tidak sesuai dengan standar

13
mutu. Maka sebagai pelaku usaha ahli gizi tersebut wajib memberikan
kompensasi ataupun ganti rugi kepada konsumen yang dirugikannya.

2.3 Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha

Pasal 8 sampai Pasal 17 UUPK juga mengatur mengenai ketentuan


larangan – larangan bagi Pelaku usaha, adapun larangan bagi Pelaku usaha yang
berkaitan dengan cacat produk baik itu barang maupun jasa sebagaimana Pasal 8
UUPK, yaitu :
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan
jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label
atau etiket barang tersebut
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran,, timbangan dan jumlah
dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa
tersebut
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,
etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau
jasa tersebut
g. tidak mencantumkan tanggal kadarluarsa atau jangka waktu
penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang
yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,
komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

14
nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan
ketentuan
Contohnya :
Seseorang yang memiliki usaha makanan cemilan yang cukup besar tetapi
tidak mencantumkan komposisi, berat bersih, serta label halal pada produk
makanannya.

2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat


atau perundang-undangan yang berlaku. bekas, dan tercemar tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.
Contohnya :
Seorang pembeli pada saat ingin membeli buah kaleng, ia menemukan
bahwa terdapat kaleng yang sudah rusak ataupun menggembung. Hal tersebut
disebabkan karena pelaku usaha buah kaleng tersebut tidak melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu terhadap produknya sehingga produk yang rusak
ataupun cacat tetap di distribusikan atau diperdagangkan.

3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan


pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar.
Contohnya :
Pada sebuah usaha catering, diketahui bahwa pelaku usaha dari catering
tersebut menjual makanannya dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah
tercemar yang dapat membahayakan kesehatan konsumen, contohnya, ia
menggunakan minyak yang sudah tengik, susu yang sudah kedaluwarsa, sayur dan
buah yang kotor atau tidak dicuci terlebih dahulu, serta bahan-bahan lainnya yang
berbahaya.

4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat
(2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta
wajib menariknya dari peredaran.

15
2.4 Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Tanggung jawab pelaku usaha tercantum dalam Pasal 19 UUPK 8/1999, yaitu :

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas


kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi.
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan
pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Inti dari pasal di atas adalah pelaku usaha bertanggung jawab atas segala
kerugian yang timbul dari hasil produk/jasanya. Seperti yang di sebutkan pada
pasal 19 ayat (1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Berdasarkan ayat 2 pasal yang sama, Ganti rugi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pemberian ganti rugi tidak menghapus kemungkinan adanya
tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsure
kesalahan (Miru, dkk 2011)

Contohnya :

16
Di sebuah restoran sehat milik ahli gizi, ada seorang ibu yang ingin
memesan makanan, setelah memesan makanannya dengan menunggu agak lama
kemudian makanannyapun datang, pada saat ibu tersebut sedang makan ibu itu
merasa makanan tersebut agak lain dari biasanya. Tetapi ibu tersebut tidak
menghiraukannya,beberapa jam kemudian ibu tersebut merasakan sakit perut yang
sangan luar biasa. Setelah di periksa kerumah sakit, ternyata terbukti bahwa sakit
perut tersebut di sebabkan karena makanan yang di pesan di restoran tersebut
sudah basi. ibu tersebut melaporkan kepada pemilik restoran itu. Kemudian
pemilik restoran meminta maaf yang sebesar berasnya kepada konsumennya dan
berjanji akan mengganti rugi dalam hal membayar semua biaya pengobatan ibu
tersebut sampai ibu tersebut sembuh.

2.5 Badan Perlindungan Konsumen Nasional

Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk


untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen. Dalam Undang–
Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Hukum Perlindungan Konsumen (UUPK)
disebutkan adanya Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN). Badan ini
terdiri atas 15 orang sampai dengan 25 orang anggotanya yang mewakili unsur :
1. Pemerintah
2. Pelaku usaha
3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat,
4. Akademis
5. Tenaga ahli
Masa jabatan mereka adalah tiga tahun, dan dapat diangkat kembali untuk
satu kali masa jabatan berikutnya.
Keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) ini
dapat diangkat oleh Presiden atas usul menteri (bidang perdagangan) setelah
dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk melaksanakan
tugas–tugasnya, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dibantu
oleh suatu sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretariat yang diangkat
oleh Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN). Skreatriat ini
paling tidak terdiri atas lima bidang, yaitu :

1. Administrasi dan keungan


2. Penelitian, pengkaji dan pengembangan

17
3. Pengaduan
4. Pelayanan informasi
5. Kerjasama internasional.
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) berkedudukan di
Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Jika diperlukan
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dapat membentuk perwakilan
di Ibukota Provinsi. Lembaganya perkembangan perlindungan konsumen dinegara
berkembang yang perkembangan industrinya baru pada tahap permulaan
karena sikap pemerintah pada umumnya masih menlindungi kepentingan industri
yang merupakan faktor yang ensensial dalam pembangunan Negara (Miru, A,
2013).
Fungsi Badan Perlindungan Konsumen (BPKN) ini hanya memberikan
saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam upaya mengembangkan
perlindungan konsumen di Indonesia. Untuk menjalankan fungsi tersebut, badan
ini mempunyai tugas (Pasal 34 UUPK) :

1. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam


rangka penyusunan kebijakan dibidang perlindungan konsumen
2. Melakukan penelitian dan pengkaji terhadap peraturan perundang–
undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen
3. Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang
menyangkut keselamatan konsumen
4. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat
5. Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai
perlindungan konsumen dan memasyarakat sikap keberpihakan kepada
konsumen
6. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari
masyarakat
7. Melakukan survey yang menyangkut kebutuhan konsumen (Yodo,
S, 2014)

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perlindungan konsumen adalah perangkat yang diciptakan untuk


melindungi dan terpenuhinya hak sebagai contoh para penjual diwajibkan
menunjukkan tanda harga sebagai tanda pemberitahuan kepada konsumen.
Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen.

Dalam asas dan tujuan perlindungan konsumen terdapat yaitu asas


manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan, dan
asas kepastian hukum yang tercantum dalam pasal 2 UU Perlindungan Konsumen.
Sedangkan dalam pasal 3 UU Perlindungan Konsumen terdapat beberapa tujuan
dari Perlindungan Konsumen tersebut.

Adapun terdapat 5 macam hak konsumen yag tercantum dalam pasal 4 UU


Perlindungan Konsumen. Serta kewajiban konsumen yang tercantum dalam pasal
5 UU Perlindungan Konsumen. Selain hak dan kewajiban konsumen, juga
terdapat hak dan kewajiban pelaku usaha, yang mana hak pelaku usaha tersebut
tercantum dalam pasal 6 UU Perlindungan Konsumen serta kewajiban pelaku
usaha yang tercantum dalam pasal 7 UU Perlindungan Konsumen.

Selain hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, dalam UU


Perlindungan Konsumen pasal 8 sampai pasal 17 juga mengatur mengenai
ketentuan larangan-larangan bagi pelaku usaha yang berkaitan dengan cacat
produk baik barang maupun jasa. Sedangkan dalam pasal 19 terdapat pula
tanggung jawab pelaku usaha.

Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk


untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen. Dalam Undang–
Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Hukum Perlindungan Konsumen (UUPK)
disebutkan adanya Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN).

19
3.2 Saran

Pemerintah sebagai perancang,pelaksana serta pengawas atas jalannya


hukum dan UU tentang perlindungan konsumen harus benar-benar
memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi pada kegiatan produksi dan
konsumsi dewasa ini agar tujuan para produsen untuk mencari laba berjalan
dengan lancar tanpa ada pihak yang dirugikan, demikian juga dengan konsumen
yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka
dirugikan karena kesalahan yang diakibatkan dari proses produksi yang tidak
sesuai dengan setandar berproduksi yang sudah tertera dalam hukum dan UU
yang telah dibuat oleh pemerintah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. 2010. Hukum Perlindungan Konsumen.

Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen.

Bandung: PT Raja Grafindo Persada. hal 125

Ahmadi Miru. 2013. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia.

Cetakan ke-2. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. hal 67

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. 2003. Hukum tentang perlindungan

konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ketentuan Umum atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen

Liza fauzia, 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik. Sumatera

Utara. Medan: PT. PLN (Persero).

Salim, 2008. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika. hal

160.

Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Grasindo. hal 9

Sutarman Yodo. 2014. Hukum Perlindungan Konsumen. Cetakan ke-8. Jakarta

: Grafindo Persada. hal 195

Wahyu Sasongko. 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan

Konsumen. Bandar Lampung: Universitas lampung. hal 40-41

21

Anda mungkin juga menyukai