TRAINING
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (6) bahwa
Ahli keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3) adalah, tenaga teknis yang berkeahlian
khusus di luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya UU Keselamatan Kerja. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis
yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
sesuai dengan Undang-Undang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05
/PRT/M/2014) Telah ditetapkan oleh Peraturan tersebut bahwa setiap Proyek Konstruksi
yang :
▪ Memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
labih dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal 1 (satu ) orang Ahli Utama K3-
Konstruksi, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3 Konstruksi dan 2 (dua ) orang Ahli Muda
K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3
Konstruksi dan 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 25 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari dari 3 ( tiga ) bulan adalah wajib memiliki 1 ( satu ) orang Ahli Muda K3
Konstruksi,
Dan hal tersebut diatas merupakan tanggung jawab penyedia Jasa Konstruksi (Kontraktor),
untuk memenuhi peraturan tersebut sehingga Kompetensi dan Lisensi Ahli Muda K3
Konstruksi merupakan jawaban dari masalah ini dimana ada standar yang dapat nilai,
sertifikasi dan dapat diakui secara nasional.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (6) bahwa Ahli
keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3) adalah, tenaga teknis yang berkeahlian khusus
di luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya UU Keselamatan Kerja. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis
yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
sesuai dengan Undang-Undang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05
/PRT/M/2014)
Telah ditetapkan oleh Peraturan tersebut bahwa setiap Proyek Konstruksi yang :
▪ Memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
labih dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal 1 (satu ) orang Ahli Utama K3-
Konstruksi, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3 Konstruksi dan 2 (dua ) orang Ahli Muda
K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3
Konstruksi dan 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 25 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari dari 3 ( tiga ) bulan adalah wajib memiliki 1 ( satu ) orang Ahli Muda K3
Konstruksi,
▪ Dan hal tersebut diatas merupakan tanggung jawab penyedia Jasa Konstruksi
(Kontraktor), untuk memenuhi peraturan tersebut sehingga Kompetensi dan Lisensi
Ahli Madya K3 Konstruksi merupakan jawaban dari masalah ini dimana ada standar
yang dapat nilai, sertifikasi dan dapat diakui secara nasional.
Detail Program Training Rigger Sertifikasi Kemnaker RI. Dalam peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No. Per.01/MEN/1989 telah ditetapkan kualifikasi dan syarat-syarat Operator
Keran Angkat. Setiap operator Keran Angkat harus memiliki sertifikat yang diperoleh
melalui Pembinaan. Operator yang memiliki sertifikat memegang peranan penting dalam
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dalam mengoperasikan keran angkat,
karena operator mengetahui dan memahami prosedur pengoperasian yang aman.
Secara khusus, pelaksanaan Training Rigger Sertifikasi Kemnaker RI ini bertujuan untuk
▪ Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengoperasikan crane sehingga
operator akan bertanggungjawab dan lebih berdisiplin.
▪ Memahami dan mengerti persyaratan keselamatan & kesehatan kerja (K3) dalam
mengoperasikan crane yang lebih efisien produktif dan aman.
▪ Mengendalikan bahaya sehingga penyebab terjadinya kecelakaan dengan mengenal dan
mengevaluasi sumber bahaya yang mungkin terdapat di tempat kerja.
Penilaian kelayakan konstruksi pesawat angkat angkut (crane) dalam sistem operasi pabrik
dan proyek sangat ditentukan oleh hasil penilaian Ahli K3 yang memiliki kompetensi
dibidang inspeksi teknik dan penilaian kelayakan konstruksi dibidang pesawat angkat
angkut sebagai pemenuhan kriteria standar internasional K3 yang berlaku. Disamping itu
berdasarkan peraturan perundang-undangan Keselamatan Kerja (K3) yang berlaku bahwa
setiap perencanaan, pabrikasi dan pengoperasian pesawat angkat angkut di Indonesia harus
melalui proses pemeriksaan dan penilaian teknik terlebih dahulu sebelum dioperasikan oleh
tenaga operator dan maintenance yang kompeten dan bersertifikat.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 mengenai penerapan Sistem Manajemen
K3 (SMK3). PP No. 50 Tahun 2012 telah ditetapkan pada 12 April 2012 di Jakarta. PP
tersebut merupakan peraturan pelaksanaan dari pasal 87 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dalam PP Nomor 50 Tahun 2012 tersebut, semua pemberi kerja wajib
melaksanakan SMK3, terutama perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga
kerja atau perusahaan yang memiliki tingkat potensi kecelakaan yang tinggi akibat
karakteristik proses kerja.
Agar penerapan SMK3 berjalan efektif, maka secara periodik perlu dilakukan
efektivitasnya melalui audit internal dan tinjauan manajemen. Dari hasil audit SMK3
tersebut akan dapat diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu
pelaksanaan SMK3 yang selanjutnya dapat digunakan untuk perbaikan yang
berkelanjutan.
Seringkali kecelakaan kerja yang sama terjadi berulang-ulang ditempat yang sama,
padahal sudah dilakukan berbagai program pencegahan kecelakaan. Kenapa bisa terjadi?.
Faktor penyebabnya adalah investigasi penyebab kecelakaan tidak dilakukan secara baik,
hal ini bisa jadi karena metode investigasi yang kurang tepat atau personil investigasi
(investigator) yang tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan investigasi,
sehingga hasil investigasi dan rekomendasi yang diberikan tidak tepat sasaran. Pelatihan
ini akan mengajarkan bagaimana cara melakukan investigasi atau analisis kecelakaan
kerja dengan metode yang benar sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta
dalam melakukan investigasi kecelakaan. Training dirancang berbasis kompetensi
(Competency Base Training) K3 sesuai SKKNI K3.
Untuk mencegah terjadinya gangguan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam
rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja, perlu penerapan keselamatan kerja,
higene perusahaan dan kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan
hal di atas, perusahan perlu memiliki Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) untuk membantu pimpinan perusahaan dalam penerapan keselamatan kerja, sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Permenaker No. 4/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pembentukan P2K3 wajib dilaksanakan
terutama bagi perusahaan yang memiliki kriteria memiliki lebih dari 100 orang karyawan
atau tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang,
akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.
Dasar Hukum:
▪ Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok mengenai
Tenaga Kerja
▪ Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
▪ Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER.03/MEN/1978
tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pengawas
▪ Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.03/MEN/1984 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan Terpadu.
▪ PP NO. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
10. TRAINING AK3U
Program pelatihan Ahli K3 Umum adalah program dari Depnaker untuk mempersiapkan
ahli-ahli K3 di perusahaan yang dapat membantu mengembangkan K3 di perusahaan.
Program ini memberikan pelatihan khusus bagi seseorang atau tenaga teknis tertentu untuk
menjadi ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam UU 1 tahun 1970.
DASAR HUKUM
Adapun dasar hukum yang melandasi dilaksanakannya Pelatihan Ahli K3 Kebakaran
adalah:
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. KEMENAKER RI No. 186/MEN/1999, tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja
c. Permenaker RI No. 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Wewenang &
Kewajiban Ahli K3
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 2015 merupakan tools bagi perusahaan dan
organisasi dalam meningkatkan kinerja operasional (Sistem Manajemen Mutu) secara
signifikan. ISO 9001;2015 memuat persyaratan-persyaratan yang telah disepakati melalui
konsensus internasional sebagai praktik bisnis yang baik dalam menerapkan Sistem
Manajemen Mutu. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001;2015 ini akan membantu
perusahaan dan organisasi menjalankan proses bisnis lebih terorganisis dan sistematis
sehingga dapat menghasilkan produk dan layanan yang baik serta dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Pelatihan ISO 9001 dirancang khusus untuk memberikan pengenalan dan pemahaman
terhadap Sistem Manajemen Mutu yang berdasarkan ISO 9001;2015, serta kemampuan
untuk mengembangkan dan menjalankan persyartan ISO 9001 versi terbaru (2015).
Tujuan dari penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) ISO 14001:2015 adalah
sebagai standar internasional yang mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan
pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Dampak positif terbesar
terhadap lingkungan kiranya adalah pengurangan limbah berbahaya. Salah satu faktor
yang sangat penting dalam rantai produksi untuk menjaga keramahan lingkungan tersebut
adalah bagaimana produsen / pemasok dapat menerapkan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001:2015.
Pelatihan ini membahas secara detail dan terperinci standar internasional yang hadir
untuk mendukung proteksi lingkungan dan pencegahan pencemaran, dan memenuhi
kebutuhan sosial ekonomi. Penerapan ISO 14001 memberikan manfaat bagi perusahaan
untuk meningkatkan produktifitas perusahaan dengan memperhatikan aspek dan dampak
lingkungan, mengurangi biaya dan meningkatkan akses pasar
TUJUAN PELATIHAN
▪ Dapat memahami pengertian dasar lingkungan, isu-isu mengenai lingkungan baik
domestik maupun global,tragedi lingkungan yang terjadi akibat prilaku yang tidak
bijak
▪ Memahami pengelolaan lingkungan berdasarkan ISO 14001:2015
▪ Memahami konsep Manajemen Lingkungan
▪ Memahami tentang Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya terkait
pengelolaan Lingkungan
▪ Memahami konsep produk ramah lingkungan
MANFAAT PELATIHAN
▪ Untuk meningkatkan softskill karyawan
▪ Meningkatkan motivasi, moral dan kinerja karyawan
▪ Mendorong setiap komponen dalam organisasiuntuk peduli terhadap pengelolaan
dan perlindungan lingkungan hidup
▪ Organisasi dengan tingkat kepedulian tinggi terhadap aspek lingkungan mempunyai
image positif dan menghindari prilaku tidak bijak terhadap lingkungan
16. TRAINING INTERNAL AUDITOR ISO 9011: 2018
Sistem manajemen dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuan mereka. Maka
melaksanakan audit sistem manajemen merupakan suatu hal yang penting bagi
organisasi. Standar internasional untuk audit sistem manajemen telah diterbitkan pada
2018 ini, menggantikan standar sebelumnya ISO 19011:2011. ISO 19011:2018
memberikan lebih banyak panduan daripada versi sebelumnya.
Dalam ISO 9001& ISO 14001 Internal Audit Wajib dilakukan pada perusahaan atau
organisasi untuk mengetahui apakah penerapan Sistem Manajemen Mutu dan
Lingkungan hidup sudah berjalan, dan internal audit tersebut bisa menjadi sebuah bahan
acuan dan persiapan untuk nantinya bila ada audit eksternal dari badan sertifikasi.
Perusahaan yang telah melakukan upgrading ISO 9001 atau ISO 14001 ke versi terbaru
dan telah mendapatkan sertifikat. Namun karena teknik audit (ISO 19011) berubah maka
Perusahaan perlu melakukan training internal audit untuk memahami teknik baru yang
diterapkan di ISO 19011. Salah satu perubahan yang cukup mendasar dari ISO
19011:2018 adalah “unsur Risiko dan Peluang”.
Untuk melakukan kegiatan internal audit 9001 & 14001 diperlukan personil yang harus
sudah terlatih dan mengetahui tentang standar manajemen ISO 9001 dan ISO 14001
tersebut.