Anda di halaman 1dari 15

LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM PENYUSUNAN MATRIKS

TRAINING

1. TRAINING AHLI K3 MUDA KONSTRUKSI

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (6) bahwa
Ahli keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3) adalah, tenaga teknis yang berkeahlian
khusus di luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya UU Keselamatan Kerja. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis
yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
sesuai dengan Undang-Undang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05
/PRT/M/2014) Telah ditetapkan oleh Peraturan tersebut bahwa setiap Proyek Konstruksi
yang :
▪ Memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
labih dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal 1 (satu ) orang Ahli Utama K3-
Konstruksi, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3 Konstruksi dan 2 (dua ) orang Ahli Muda
K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3
Konstruksi dan 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 25 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari dari 3 ( tiga ) bulan adalah wajib memiliki 1 ( satu ) orang Ahli Muda K3
Konstruksi,

Dan hal tersebut diatas merupakan tanggung jawab penyedia Jasa Konstruksi (Kontraktor),
untuk memenuhi peraturan tersebut sehingga Kompetensi dan Lisensi Ahli Muda K3
Konstruksi merupakan jawaban dari masalah ini dimana ada standar yang dapat nilai,
sertifikasi dan dapat diakui secara nasional.

SASARAN DAN MANFAAT TRAINING AHLI K3 MUDA KONSTRUKSI


▪ Mampu memahami secara benar prinsip-prinsip K3 Konstruksi secara umum,
▪ Mampu mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dan mengambil tindakan
pencegahan serta tindak lanjut perbaikan,
▪ Mampu merancang dan menyusunan program-program penerapan K3,
▪ Mampu mensosialisasikan program-program K3,
▪ Mampu menjalankan tugas-tugas sebagai Ahli Muda K3 Konstruksi secara
komprehensip dan dapat mengintegrasikan sistem pelaksanaan K3 dengan sistem
manajemen perusahaan yang ada.
PERSYARATAN PESERTA TRAINING AHLI K3 MUDA KONSTRUKSI
▪ Pendidikan Min. SLTA/SMK atau yg sederajat dengan pengalaman minimal 6 tahun di
pekerjaan konstruksi atau 3 tahun sebagai petugas K3 di pekerjaan konstruksi
▪ Pendididikan Min. D3 Teknik dengan pengalaman minimal 4 tahun di pekerjaan
konstruksi atau 2 tahun sebagai petugas K3 di pekerjaan konstruksi
▪ Pendididikan Min. S1 Teknik atau S1 SKM dengan pengalaman minimal 2 tahun di
pekerjaan konstruksi atau 2 tahun sebagai petugas K3 di pekerjaan konstruksi

2. TRAINING AHLI K3 MADYA KONSTRUKSI

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (6) bahwa Ahli
keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3) adalah, tenaga teknis yang berkeahlian khusus
di luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya UU Keselamatan Kerja. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis
yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
sesuai dengan Undang-Undang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05
/PRT/M/2014)

Telah ditetapkan oleh Peraturan tersebut bahwa setiap Proyek Konstruksi yang :
▪ Memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
labih dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal 1 (satu ) orang Ahli Utama K3-
Konstruksi, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3 Konstruksi dan 2 (dua ) orang Ahli Muda
K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari 6 bulan adalah wajib memiliki minimal, 1 ( satu ) orang Ahli Madya K3
Konstruksi dan 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi.
▪ Memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 25 orang atau menyelenggarakan proyek
kurang dari dari 3 ( tiga ) bulan adalah wajib memiliki 1 ( satu ) orang Ahli Muda K3
Konstruksi,
▪ Dan hal tersebut diatas merupakan tanggung jawab penyedia Jasa Konstruksi
(Kontraktor), untuk memenuhi peraturan tersebut sehingga Kompetensi dan Lisensi
Ahli Madya K3 Konstruksi merupakan jawaban dari masalah ini dimana ada standar
yang dapat nilai, sertifikasi dan dapat diakui secara nasional.

SASARAN DAN MANFAAT TRAINING AHLI K3 MADYA KONSTRUKSI


▪ Mampu memahami secara benar prinsip-prinsip K3 Konstruksi secara umum,
▪ Mampu mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dan mengambil tindakan
pencegahan serta tindak lanjut perbaikan,
▪ Mampu merancang dan menyusunan program-program penerapan K3,
▪ Mampu mensosialisasikan program-program K3,
▪ Mampu menjalankan tugas-tugas sebagai Ahli Madya K3 Konstruksi secara
komprehensip dan dapat mengintegrasikan sistem pelaksanaan K3 dengan sistem
manajemen perusahaan yang ada.

PERSYARATAN PESERTA TRAINING AHLI K3 MADYA KONSTRUKSI


Pelatihan ini perlu untuk diikuti oleh para praktisi K3 dengan persyaratan telah mengikuti
pelatihan Ahli Muda K3 Konstruksi (pendidikan minimal SLTA/sederajat).

3. TRAINING K3 OPERATOR JURU IKAT (RIGGER)

Training K3 Operator Rigger bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan


mengenai tugas dan fungsi dari pekerjaan pengikatan yang benar dan aman. Aman bagi
para tenaga kerja, barang-barang yang dibawa atau diikat dan aman bagi lingkungan tempat
kerja. Sehingga akan menciptakan tenaga kerja yang professional dibidang pengikatan atau
rigging. Training K3 Operator Rigger merupakan suatu kualifikasi dan syarat-syarat bagi
Operator Rigger sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
PER.09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.

DASAR HUKUM TRAINING K3 OPERATOR RIGGER


Training K3 Operator Rigger ini merupakan implementasi dari peraturan sebagai berikut:
▪ Undang-Undang No. 01 Tahun 1970
▪ Permenaker No. 01/Men/1989
▪ Permenaker No. 05/Men/1985
▪ Permenaker No. 09/Men/2010

Detail Program Training Rigger Sertifikasi Kemnaker RI. Dalam peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No. Per.01/MEN/1989 telah ditetapkan kualifikasi dan syarat-syarat Operator
Keran Angkat. Setiap operator Keran Angkat harus memiliki sertifikat yang diperoleh
melalui Pembinaan. Operator yang memiliki sertifikat memegang peranan penting dalam
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dalam mengoperasikan keran angkat,
karena operator mengetahui dan memahami prosedur pengoperasian yang aman.

SASARAN PROGRAM TRAINING K3 OPERATOR RIGGER


Setelah mengikuti Training K3 Operator Rigger diharapkan dapat:
▪ Memahami alat bantu lifting seperti tali kawat baja dan rantai
▪ Memahami bahaya dan resiko dalam rigging & lifting serta teknik pengendaliannya
▪ Mempraktekan komunikasi antara rigger dan operator alat angkat
▪ Memperkirakan berat angkutan dari beban

Secara khusus, pelaksanaan Training Rigger Sertifikasi Kemnaker RI ini bertujuan untuk
▪ Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengoperasikan crane sehingga
operator akan bertanggungjawab dan lebih berdisiplin.
▪ Memahami dan mengerti persyaratan keselamatan & kesehatan kerja (K3) dalam
mengoperasikan crane yang lebih efisien produktif dan aman.
▪ Mengendalikan bahaya sehingga penyebab terjadinya kecelakaan dengan mengenal dan
mengevaluasi sumber bahaya yang mungkin terdapat di tempat kerja.

MATERI PELATIHAN K3 JURU IKAT (RIGGER) adalah:


▪ Kebijakan dan Dasar K3
▪ Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
▪ Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1985 Tentang Pesawat Angkat Angkut
▪ Permenaker No.09/MEN/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut
▪ Pengetahuan Tali Kawat baja
▪ Pengetahuan Alat bantu angkat
▪ Cara Pengikatan
▪ Menghitung Berat Beban dan keseimbangan
▪ Tanda isyarat/aba-aba pengoperasian keran angkat
▪ Ujian Teori dan Praktek

4. TRAINING K3 SUPERVISI PERANCAH (SCAFFOLDING)

Training K3 Supervisi Perancah ini bertujuan untuk mempersiapkan para supervisi


perancah yang kompeten dan profesional, yang mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan dalam hal merencanakan, mempersiapkan, menyelesaikan
dan mengawasi serta memastikan pekerjaan scaffolding dengan aman. Training K3
Supervisi Perancah merupakan suatu kualifikasi dan syarat-syarat bagi supervisi perancah
berdasarkan UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, peraturan Menteri Tenaga
Kerja no. PER. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan dan SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum no. Kep
174/Men/1986 dan no. 104/Kpts/1986 dan pedoman pelaksanaan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

DASAR HUKUM TRAINING K3 SUPERVISI PERANCAH


Training K3 Supervisi Perancah ini merupakan implementasi dari peraturan sebagai
berikut:
▪ Undang-Undang No.1 tahun 1970
▪ Undang-Undang No.18 tahun 1999
▪ Permenakertrans RI No. 01 Tahun 1980
▪ SKB Kemenakertrans dan Kemenpu No. 174/Men/1986 dan No. 104/KPTS/1986

SASARAN PROGRAM TRAINING K3 SUPERVISI PERANCAH


Setelah mengikuti Training K3 Supervisi Perancah diharapkan dapat:
▪ Melaksanakan pekerjaan pemasangan perancah yang aman
▪ Melaksanakan pekerjaan pemeliharaan perancah
▪ Melaksanakan pekerjaan pembongkaran perancah yang aman
▪ Mengindentifikasi dan mendeteksi bahaya perancah
▪ Memahami dan menerapkan prosedur kerja aman perancah (bekerja di ketinggian)
▪ Melakukan perencanaan struktur perancah
▪ Mengelola pelaksanaan perancah
▪ Melakukan dasar-dasar perhitungan konstruksi perancah

MATERI TRAINING K3 SUPERVISI PERANCAH


▪ Peraturan dan perundangan K3 konstruksi bangunan
▪ Pengetahuan dasar perancah
▪ Jenis-jenis perancah
▪ Standar dan pedoman teknis perancah
▪ Supervisi dan pemeriksaan perancah
▪ Dasar-dasar penilaian beban perancah
▪ Perencanaan struktur perancah
▪ Pengelolaan persyaratan pengadaan perancah
▪ Pengelolaan pelaksanaan perancah
▪ Potensi bahaya konstruksi perancah
▪ Dasar-dasar perhitungan konstruksi perancah
▪ Potensi bahaya konstruksi perancah
▪ Cara pencegahan kecelakaan kerja perancah
▪ Prosedur kerja aman perancah (bekerja di ketinggian)

5. TRAINING AHLI K3 PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

Penilaian kelayakan konstruksi pesawat angkat angkut (crane) dalam sistem operasi pabrik
dan proyek sangat ditentukan oleh hasil penilaian Ahli K3 yang memiliki kompetensi
dibidang inspeksi teknik dan penilaian kelayakan konstruksi dibidang pesawat angkat
angkut sebagai pemenuhan kriteria standar internasional K3 yang berlaku. Disamping itu
berdasarkan peraturan perundang-undangan Keselamatan Kerja (K3) yang berlaku bahwa
setiap perencanaan, pabrikasi dan pengoperasian pesawat angkat angkut di Indonesia harus
melalui proses pemeriksaan dan penilaian teknik terlebih dahulu sebelum dioperasikan oleh
tenaga operator dan maintenance yang kompeten dan bersertifikat.

Tujuan Pelatihan Ahli K3 Pesawat Angkat Angkut


▪ Meningkatkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui pendekatan inspeksi
teknik K3 guna mewujudkan produktivitas kerja dan efisiensi yang optimal.
▪ Meningkatkan pelaksanaan inspeksi teknik dan penilaian kelayakan konstruksi pesawat
angkat angkut berdasarkan standard dan peraturan perundang-undangan Keselamatan
Kerja (K3) yang berlaku dalam bentuk teori dan praktek inspeksi teknik di lapangan dan
pembuatan laporan inspeksi untuk keperluan sertifikat dan perizinan.
▪ Memberi Sertifikat Kompetensi K3 kepada tenaga Inspector / Ahli K3 Pesawat Angkat
angkut (Crane) sesuai standar kompetensi dan peraturan perundangan K3 yang berlaku.

Materi Pelatihan Ahli K3 Pesawat Angkat Angkut


▪ Kebijakan K3 Nasional
▪ Undang – undang No. 1 tahun 1970
▪ Acuan Pedoman dan Standar Pesawat Angkat Angkut
▪ Peraturan Keselamatan Kerja Pesawat Angkat Angkut (Per05/Men/1985)
▪ Identifikasi bahaya dan sebab – sebab kecelakaan pengoperasian Pesawat Angkat
Angkut
▪ Laporan kecelakaan dan Analisa bahaya pengoperasian Crane
▪ Pengetahuan material logan dan pencegahan korosi
▪ Stabilitas dan pengoperasian Crane yang aman(Mekanika Terapan) dasar – dasar
penilaian perhitungan kekuatan konstruksi / (disain) Pesawat Angkat Angkut
▪ Jenis – jenis konstruksi dan fungsi alat pengaman Pesawat Angkat Angkut
▪ Pabrikasi, perakitan dan pemasangan Crane
▪ Pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian teknik
▪ Pembuatan laporan teknik pemeriksaan dan pengujian teknik
▪ Aplikasi DTdan NDT pada komponen Pesawat Angkat Angkut
▪ Tali baja dan tali temah (wirerope and rigging)

Syarat-syarat Peserta Pelatihan


▪ Minimal D3/S1 Teknik

6. TRAINING TEKNISI K3 LISTRIK

Sesuai dengan amanat UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,


Kepmenakertrans No : Kep – 75/MEN/2002 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional
(SNI) No. SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000) di Tempat Kerja dan Permenaker No : Per – 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka
perusahaan berkewajban untuk memiliki tenaga teknisi K3 bidang kelistrikan yang
kompeten dan bersertifikasi guna mencegah terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik
ditempat kerja.

SASARAN DAN MANFAAT TRAINING TEKNISI K3 LISTRIK


▪ Mampu memahami peraturan perundangan terkait K3 Listrik
▪ Mampu melakukan Identifikasi, evaluasi dan pengendalian bahaya listrik
▪ Mampu memahami cara kerja yang aman dalam menangani pekerjaan elektrikal
▪ Mampumemahami penggunaan dan manajemen Alat Pelindung Diri

PERSYARATAN TRAINING TEKNISI K3 LISTRIK


▪ Berpendidikan minimal STM atau sederajat
▪ Pengalaman kerja sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sebagai teknisi listrik.
▪ Surat Rekomendasi dari Perusahaan

MATERI PELATIHAN TEKNISI K3 LISTRIK


▪ Peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja listrik
▪ Dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja listrik
▪ Dasar-dasar teknik instalasi listrik
▪ Identifikasi bahaya listrik
▪ System pengamanan
▪ Persyaratan instalasi listrik ruang khusus
▪ System proteksi bahaya petir
▪ Klasifikasi pembebanan
▪ Pengukuran listrik(teori dan praktek)
▪ Pertolongan pertama kecelakaan listrik
▪ Evaluasi

7. TRAINING AUDITOR SMK3

Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 mengenai penerapan Sistem Manajemen
K3 (SMK3). PP No. 50 Tahun 2012 telah ditetapkan pada 12 April 2012 di Jakarta. PP
tersebut merupakan peraturan pelaksanaan dari pasal 87 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dalam PP Nomor 50 Tahun 2012 tersebut, semua pemberi kerja wajib
melaksanakan SMK3, terutama perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga
kerja atau perusahaan yang memiliki tingkat potensi kecelakaan yang tinggi akibat
karakteristik proses kerja.

SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan,


khususnya untuk mengendalikan segala risiko saat proses produksi atau operasional di
tempat kerja. PP ini diterbitkan untuk dapat meningkatkan efektivitas perlindungan bagi
tenaga kerja melalui SMK-3 yang lebih terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.

Agar penerapan SMK3 berjalan efektif, maka secara periodik perlu dilakukan
efektivitasnya melalui audit internal dan tinjauan manajemen. Dari hasil audit SMK3
tersebut akan dapat diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu
pelaksanaan SMK3 yang selanjutnya dapat digunakan untuk perbaikan yang
berkelanjutan.

Tujuan Training Auditor SMK3


▪ Memenuhi kriteria Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 mengenai
penerapan Sistem Manajemen K3
▪ Menjadi auditor internal SMK3 yang kompeten dan professional yang mampu
melaksanakan audit penerapan SMK3 di perusahaan
▪ Berpotensi menjadi auditor eksternal SMK3
▪ Mengerti dan memahami Prinsip-prinsip, elemen-elemen dan Kriteria SMK3
▪ Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan hasil internal audit
SMK3
▪ Mengumpulkan, menganalisa dan verifikasi bukt audit serta mengkomunikasikan
hasil observasi yang signifikan untuk ditindaklanjuti.
▪ Mengevaluasi pemenuhan peraturan perundangan K3
▪ Mengerti dan memahami peran auditor SMK3 dan lead auditor dalam melaksanakan
audit SMK3
Materi Training Auditor SMK3
▪ Pengenalan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
▪ Peraturan Perundangan K3
▪ Prinsip-Prinsip SMK3
▪ Elemen-Elemen dan kriteria Audit SMK3
▪ Mekanisme & Sistematika Pelaksanaan Audit SMK3
▪ Tugas dan Fungsi Auditor SMK3
▪ Wewenang, kewajiban dan jenjang karier Auditor SMK3
▪ Badan Audit SMK3
▪ Instrumen Audit SMK3
▪ Laporan Audit SMK3
▪ Teknik Audit SMK3

PERSYARATAN TRAINING AUDITOR SMK3


▪ Calon peserta harus sudah pernah mengikuti Training AK3 Umum
▪ Melampirkan copy sertifikat AK3 Umum beserta SKP

8. TRAINING K3 INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA

Seringkali kecelakaan kerja yang sama terjadi berulang-ulang ditempat yang sama,
padahal sudah dilakukan berbagai program pencegahan kecelakaan. Kenapa bisa terjadi?.
Faktor penyebabnya adalah investigasi penyebab kecelakaan tidak dilakukan secara baik,
hal ini bisa jadi karena metode investigasi yang kurang tepat atau personil investigasi
(investigator) yang tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan investigasi,
sehingga hasil investigasi dan rekomendasi yang diberikan tidak tepat sasaran. Pelatihan
ini akan mengajarkan bagaimana cara melakukan investigasi atau analisis kecelakaan
kerja dengan metode yang benar sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta
dalam melakukan investigasi kecelakaan. Training dirancang berbasis kompetensi
(Competency Base Training) K3 sesuai SKKNI K3.

SASARAN TRAINING K3 INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA


Peserta diharapkang akan memiliki kompetensi dalam investigasi kecelakaan dan mampu
memperlihatkan dan memperagakan kemampuan dan keahlian berkaitan dengan
penyelidikan suatu kecelakaan , mencari faktor penyebab serta memberikan soluasi untuk
mencegah terulangnya kejadian serupa

PERSYARATAN PESERTA TRAINING K3 INVESTIGASI KECELAKAAN


KERJA

No Penididikan Minimal Investigator Kecelakaan


1 SLTA Minimal Supervisor
2 D3 Pengalaman minimal 3 tahun
3 Strata 1 Pengalaman minimal 2 tahun
4 Strata 2 Pengalaman minimal 1 tahun
9. TRAINING P2K3

Kementerian Tenaga Kerja sudah menerbitkan peraturan perundangan yakni Peraturan


Menteri Tenaga Kerja RI No. 04/MEN/1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja. Pasal 2 Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI No. 04/MEN/1987 menyebutkan bahwa pengusaha wajib
membentuk P2K3 dimana keanggotaannya terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang
susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Keberadaan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) tidak akan efektif jika kepengurusan tidak
didukung oleh kemampuan manajerialnya. Implementasi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah upaya untuk mengendalikan potensi bahaya dengan menerapkan syarat-syarat
K3 sehingga dicapai suatu tingkat risiko yang dapat diterima (risk acceptable). Syarat-
syarat K3 ditetapkan melalui peraturan perundangan. Implementasi K3 di perusahaan
merupakan tanggungjawab bersama antara pengusaha/manajemen perusahaan dan tenaga
kerja. Salah satu persyaratan K3 yang harus dipenuhi oleh perusahaan adalah kewajiban
untuk membentuk P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
beranggotakan wakil-wakil pengusaha/manajemen perusahaan dan tenaga kerja. Pada
pelatihan ini akan dibahas mengenai P2K3 mulai dari organisasi sampai bagaimana
mewujudkan organisasi P2K3 yang efektif dalam mewujudkan program K3 di perusahaan
sesuai peraturan undang – undangan dibidang keselamatan kerja.

Untuk mencegah terjadinya gangguan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam
rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja, perlu penerapan keselamatan kerja,
higene perusahaan dan kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan
hal di atas, perusahan perlu memiliki Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) untuk membantu pimpinan perusahaan dalam penerapan keselamatan kerja, sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Permenaker No. 4/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pembentukan P2K3 wajib dilaksanakan
terutama bagi perusahaan yang memiliki kriteria memiliki lebih dari 100 orang karyawan
atau tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang,
akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.

Dasar Hukum:
▪ Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok mengenai
Tenaga Kerja
▪ Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
▪ Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER.03/MEN/1978
tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pengawas
▪ Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.03/MEN/1984 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan Terpadu.
▪ PP NO. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
10. TRAINING AK3U

Program pelatihan Ahli K3 Umum adalah program dari Depnaker untuk mempersiapkan
ahli-ahli K3 di perusahaan yang dapat membantu mengembangkan K3 di perusahaan.
Program ini memberikan pelatihan khusus bagi seseorang atau tenaga teknis tertentu untuk
menjadi ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam UU 1 tahun 1970.

Tujuan Pelatihan Ahli K3 Umum:


1. Terpenuhinya pengisian jabatan Sekretaris dan anggota P2K3 di perusahaan
2. Tersedianya Ahli K3 perusahaan sebagai tenaga teknis pelaksana K3 di perusahaan.
3. Memberikan Sertifikasi Kompetensi dan Surat Keputusan Penunjukan Ahli K3
(Umum) sesuai Peraturan.
4. Mampu memahami tugas, wewenang dan tanggung jawab Ahli K3
5. Mampu memahami hak pekerja dalam bidang K3
6. Mampu mampu menjelaskan tujuan sistem manajemen K3
7. Mampu memahami sistem pelaporan kecelakaan
8. Mampu mampu menganalisa kasus kecelakaan, mengetahui faktor penyebabnya dan
dapat menyiapkan laporan kecelakaan kepada pihak terkait.
9. Mampu memahami tugas, tanggung jawab dan wewenang P2K3
10. Mampu mampu mengidentifikasi obyek pengawasan K3
11. Mampu memahami persyaratan dan pemenuhan terhadap peraturan perundangan di
tempat kerja.
12. Mampu memahami persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
13. Mampu memahami proses audit dan ruang lingkupnya untuk mengukur tingkat
pencapaian

Persyaratan Peserta Training Ahli K3 Umum :


1. Pendidikan formal minimal D3 semua jurusan
2. Bekerja penuh di perusahaan dan mendapat Surat Tugas untuk mengikuti pelatihan

11. TRAINING AHLI P3K

P3K atau Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja, berdasarkan


PERMENAKER No. PER-15/MEN/VIII/2008 yang selanjutnya disebut P3K ditempat
kerja, adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja dann atau orang lain yang berada di tempat kerja yang mengalami sakit atau cidera.
Maka dari itu untuk menerapkan K3 di perusahaan atau lingkungan kerja perlu adanya
Pelatihan Petugas P3K agar tidak terjadi kecelakaan yang merugikan semua pihak dan
sebagai bentuk apresiasi terhadap pelaksanaan Zero Accident.
Penerapan K3 adalah dasar perlindungan bagi tenaga kerja. Setiap pekerja wajib mendapat
perlindungan dari resikokecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terjadi.
Dengan diselenggarakannya Pelatihan Petugas P3K diharapkan adanya peningkatan
pemahaman dalam melakukan tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
sehingga tingkat kecelakaan kerja yang menyebabkan penderita mengalami penurunan
kualitas kerja untuk sementara waktu ataupun terjadinya cacat permanen dapat dikurangi.

TUJUAN DAN MANFAAT PELATIHAN P3K


Pelatihan P3K ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian dan
pemahaman mengenai pelaksanaan P3K ditempat kerja dan juga meningkatkan
keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama terhadap penyakit mendadak dan
kecelakaan kerja.

12. TRAINING AHLI K3 DAMKAR

Pelatihan dan sertifikasi Kompetensi Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran atau


biasa disebut dengan Pelatihan Ahli K3 Kebakaran ditujukan bagi petugas yang telah
ditunjuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan melaksanakan upaya-upaya
penanggulangan kebakaran.
Satusan tugas khusus yang mempunyai tugas manajerial dibidang penanggulangan
kebakaran di selenggarakan berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.
186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

DASAR HUKUM
Adapun dasar hukum yang melandasi dilaksanakannya Pelatihan Ahli K3 Kebakaran
adalah:
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. KEMENAKER RI No. 186/MEN/1999, tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja
c. Permenaker RI No. 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Wewenang &
Kewajiban Ahli K3

Klasifikasi Ahli K3 Kebakaran adalah:


D Petugas Pemadam Kebakaran
C Regu Penanggulangan Kebakaran
B Pkoordinator Unit Penanggulangan Kebakaran
A Ahli K3 Spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis

13. TRAINING SMK3 PP 50 Thn 2012 & OHSAS 18001:2007

Ketatnya pengawasan pemerintah terhadap kasus-kasus kecelakaan kerja akhir-akhir ini,


mewajibkan setiap perusahaan/organisasi/perorangan yang melakukankegiatan
perindustrian maupun pengelolaan wajib menerapkan SMK3 (Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. Hal ini
tersebut juga tertera dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 mengenai
penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3).
DASAR HUKUM
Didalam PP No. 50 Tahun 2012 yang telah ditetapkan pada 12 April 2012 di Jakarta,
menyebutkan bahwa PP No. 50 Tahun 2012 tersebut merupakan peraturan pelaksanaan
dari pasal 87 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam PP Nomor 50
Tahun 2012 tersebut, semua pemberi kerja wajib melaksanakan SMK3, terutama
perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja atau perusahaan yang
memiliki tingkat potensi kecelakaan yang tinggi akibat karakteristik proses kerja. Untuk
itu Perusahaan diwajibkan melatih personilya agar memahami lebih dalam tentang
Sistem Manajemen K3 ini.

Tujuan Training SMK3


▪ Memahami persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) berdasarkan PP 50 Th 2012
▪ Mampu melakukan gap analysis penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di perusahaan meliputi proses: identifikasi dan mengkaji resiko dari
bahaya K3 serta penyusunan tujuan sasaran dan program K3 di perusahaan
▪ Menyediakan, mengimplementasikan dan memelihara Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
▪ Mengimplementasikan K3 termasuk penyusunan sistem dokumen K3.
▪ Mengelola Kinerja SMK3 di tempat kerja.
▪ Memahami Hazard Identification and Risk Assessment

14. TRAINING ISO 9001:2015

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 2015 merupakan tools bagi perusahaan dan
organisasi dalam meningkatkan kinerja operasional (Sistem Manajemen Mutu) secara
signifikan. ISO 9001;2015 memuat persyaratan-persyaratan yang telah disepakati melalui
konsensus internasional sebagai praktik bisnis yang baik dalam menerapkan Sistem
Manajemen Mutu. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001;2015 ini akan membantu
perusahaan dan organisasi menjalankan proses bisnis lebih terorganisis dan sistematis
sehingga dapat menghasilkan produk dan layanan yang baik serta dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Pelatihan ISO 9001 dirancang khusus untuk memberikan pengenalan dan pemahaman
terhadap Sistem Manajemen Mutu yang berdasarkan ISO 9001;2015, serta kemampuan
untuk mengembangkan dan menjalankan persyartan ISO 9001 versi terbaru (2015).

TUJUAN PELATIHAN/TRAINING ISO 9001;2015


▪ Memberikan pemahaman kepada karyawan atas konsep dasar dalam penerapan ISO
9001:2015, sehingga mampu membuat Quality Management System yang tepat dan
mampu meningkatkan efisiensi perusahaan dan kepuasan pelanggan.
▪ Optimalisasi dalam mengintepretasikan dengan benar persyaratan yang tertuang
dalam ISO 9001:2015.
▪ Memberikan pemahaman konsep implementasi dan penyusunan (Flow Process) ISO
9001:2015 sehingga mampu mengaplikasikan di lingkungan kerja.
▪ Meningkatkan pemahaman peserta akan persyaratan dan prinsip dasar SMM ISO
9001:2015 dibandingkan dengan produk yang sama dalam ISO 9001:2008, sehingga
dapat menentukan GAP sekaligus melakukan penyesuaian atas GAP yang terjadi.
▪ Memberikan pemahaman secara lebih jelas akan makna system kerja secara lebih
terpadu, tertib administrasi serta procedural oriented.
▪ Peserta mampu pelaksanaan internal audit.

15. TRAINING ISO 14001:2015

Tujuan dari penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) ISO 14001:2015 adalah
sebagai standar internasional yang mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan
pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Dampak positif terbesar
terhadap lingkungan kiranya adalah pengurangan limbah berbahaya. Salah satu faktor
yang sangat penting dalam rantai produksi untuk menjaga keramahan lingkungan tersebut
adalah bagaimana produsen / pemasok dapat menerapkan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001:2015.

Pelatihan ini membahas secara detail dan terperinci standar internasional yang hadir
untuk mendukung proteksi lingkungan dan pencegahan pencemaran, dan memenuhi
kebutuhan sosial ekonomi. Penerapan ISO 14001 memberikan manfaat bagi perusahaan
untuk meningkatkan produktifitas perusahaan dengan memperhatikan aspek dan dampak
lingkungan, mengurangi biaya dan meningkatkan akses pasar

TUJUAN PELATIHAN
▪ Dapat memahami pengertian dasar lingkungan, isu-isu mengenai lingkungan baik
domestik maupun global,tragedi lingkungan yang terjadi akibat prilaku yang tidak
bijak
▪ Memahami pengelolaan lingkungan berdasarkan ISO 14001:2015
▪ Memahami konsep Manajemen Lingkungan
▪ Memahami tentang Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya terkait
pengelolaan Lingkungan
▪ Memahami konsep produk ramah lingkungan

MANFAAT PELATIHAN
▪ Untuk meningkatkan softskill karyawan
▪ Meningkatkan motivasi, moral dan kinerja karyawan
▪ Mendorong setiap komponen dalam organisasiuntuk peduli terhadap pengelolaan
dan perlindungan lingkungan hidup
▪ Organisasi dengan tingkat kepedulian tinggi terhadap aspek lingkungan mempunyai
image positif dan menghindari prilaku tidak bijak terhadap lingkungan
16. TRAINING INTERNAL AUDITOR ISO 9011: 2018

Sistem manajemen dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuan mereka. Maka
melaksanakan audit sistem manajemen merupakan suatu hal yang penting bagi
organisasi. Standar internasional untuk audit sistem manajemen telah diterbitkan pada
2018 ini, menggantikan standar sebelumnya ISO 19011:2011. ISO 19011:2018
memberikan lebih banyak panduan daripada versi sebelumnya.

Dalam ISO 9001& ISO 14001 Internal Audit Wajib dilakukan pada perusahaan atau
organisasi untuk mengetahui apakah penerapan Sistem Manajemen Mutu dan
Lingkungan hidup sudah berjalan, dan internal audit tersebut bisa menjadi sebuah bahan
acuan dan persiapan untuk nantinya bila ada audit eksternal dari badan sertifikasi.

Perusahaan yang telah melakukan upgrading ISO 9001 atau ISO 14001 ke versi terbaru
dan telah mendapatkan sertifikat. Namun karena teknik audit (ISO 19011) berubah maka
Perusahaan perlu melakukan training internal audit untuk memahami teknik baru yang
diterapkan di ISO 19011. Salah satu perubahan yang cukup mendasar dari ISO
19011:2018 adalah “unsur Risiko dan Peluang”.

Untuk melakukan kegiatan internal audit 9001 & 14001 diperlukan personil yang harus
sudah terlatih dan mengetahui tentang standar manajemen ISO 9001 dan ISO 14001
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai