Anda di halaman 1dari 13

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DALAM KURIKULUM 2013


O L E H : A P I E K G A N D A M A N A , S . P D. , M . P D
Semakin terbukanya Bangsa Indonesia telah memasuki era
persaingan antar reformasi di berbagai bidang menuju
bangsa yang semakin kehidupan masyarakat yang lebih
ketat demokratis

Paradigma baru dalam pembelajaran PKn dapat diartikan sebagai suatu


kerangka berpikir yang digunakan dalam mengembangkan pembelajaran PKn
yang inovatif dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Paradigma baru tersebut dalam kerangka PKn sebagai mata pelajaran yang
multidimensional, sehingga pembentukan karakter siswa menjadi warga negara
yang cerdas dan baik (smart and good citizenship) melalui pembelajaran PKn
bukan hanya sekedar dalam dimensi rasional, melainkan juga dalam dimensi
spiritual, emosional, dan sosial.
Kecakapan Hidup Abad 21
Critical thinking
Creativity
Communication
Learning Collaboration
21st Century learning: and
Innovation
• To know (mengetahui) Skills
• To do (menjadi sesuatu)
• To be (melakukan sesuatu)
• To live together (hidup bersama)
Flexibility
Core Initiative
subjects Leadership
21st Social-skills
Century Cross cultural
Information Context Productivity
Digital Life and
Media, and literacy career skills Accountability
ICT literacy Life-long learner

(Puskurbuk:2016)
Kerangka Kompetensi Abad 21
Sumber: 21st Century Skills, Education, Competitiveness. Partnership for 21st Century, 2008

Kehidupan dan Karir Pembelajaran dan Inovasi Informasi, Media and


• Fleksibel dan adaptif • Kreatif dan inovasi Teknologi
• Berinisiatif dan mandiri • Berfikir kritis menyelesaikan masalah • Melek informasi
• Keterampilan sosial dan budaya • Komunikasi dan kolaborasi • Melek Media
• Produktif dan akuntabel • Melek TIK
• Kepemimpinan&tanggung jawab

Kerangka ini menunjukkan bahwa


proses pembelajaran tidak cukup
hanya untuk meningkatkan
pengetahuan [melalui core subjects]
saja, harus dilengkapi:
-Berkemampuan kreatif - kritis
-Berkarakter kuat [bertanggung jawab,
sosial, toleran, produktif, adaptif,...]
Disamping itu didukung dengan
kemampuan memanfaatkan informasi
dan berkomunikasi
PERUBAHAN PKN MENJADI PPKN
1. Mengubah mata pelajaran PKn menjadi PPKn
2. Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai
bagian utuh dari kelompok mata pelajaran yang
memiliki misi pengokohan kebangsaan.
3. Mengorganisaikan kompetensi dasar serta
indikator PPKn secara nasional dengan
Salah satu implikasi diberlakukannya K memperkuat nilai dan moral Pancasila, nilai dan
13 bagi eksistensi mata pelajaran PKn norma UUD 1945, nilai dan semangat Bhineka
adalah penataan ulang PKn menjadi Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen NKRI
PPKn. Dalam K 13 disebutkan bahwa 4. Memantapkan peserta didik dalam dimensi,
untuk mengembangkan peserta didik civic knowledge, civic skill, civic disposition,
menjadi manusia Indonesia yang civic confidence, civic commitment, dan civic
memiliki rasa kebangsaan dan cinta competence.
5. Mengembangkan dan menerapkan berbagai
tanah air, yang dijiwai oleh nilai
model pembelajaran yang sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945 karateristik PPKn yang berorientasi pada
pengembangan karakter
6. Mengembangkan dan menerapkan berbagai
model penilaian proses pembelajaran belajar
PPKn.
Namun demikian dalam Permendikbud No 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah tidak
disebutkan mata pelajaran PPKn melainkan PKn. Dengan
berlakunya Permendikbud No 21 Tahun 2016 tersebut
makan secara otomatis Permendikbud No 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah (K 13) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pembelajaran PKn Berorientasi Konstrutivisme dan
Pembelajaran Siswa Aktif
Behaviorisme

Kognitivisme
TEORI BELAJAR
Konstruktivisme

Humanisme
PKn dengan pendekatan teori
konstruktivisme
1. Menyajikan masalah-masalah aktual kepada peserta didik dalam konteks yang sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka.
2. Mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan.
3. Mengkondisikan peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat dan menghargai sudut
pandangnya sendiri.
4. Menantang peserta didik agar dapat melakukan pemahaman yang mendalam, serta
penyelesaian tugas-tugas melalui pertanyaan yang menantang.
5. Memfasilitasi peserta didik belajar dalam kelompok.
6. Melakukan penilaian hasil belajar, baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Permasalahan: Kurva Daya Serap Pembelajaran
The Learning Pyramid*
Average Retention Rates

5% Listening Pembelajaran yang


didasarkan pada ceramah,
10% Reading membaca buku,
mendengarkan, atau guru
Passive 20% Audio-Visual mendemonstrasikan tidak
Teaching akan memberikan
Methods 30% Demonstration pemahaman yang utuh.
Perlu diubah menjadi
Participatory 50% Group Discussion pembelajaran yang
Teaching didasarkan pada diskusi,
Methods 75% Practice mencoba sendiri, dan
mengomunikasikan kepada
90% yang lain
Teaching Others
*) adapted from National Training Laboraties, Bethel, Maine
Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Berfikir Kritis
dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Nilai

Berfikir Kritis
Pembelajaran
PKn
Berbasis Nilai
Pendekatan Berfikir Kritis

Berfikir kritis pada hakikatnya merupakan pendekatan yang mengembangkan


unsur pemikiran rasional dan empris berdasarkan pengetahuan ilmiah. Pemikiran
kritis adalah antidogmatis dan propaganda serta kebalikan dari pemikiran
tradisional (konvensional).
Karateristik berfikir kritis diupayakan dalam pembelajaran PKn, agar terwujud
warga negara yang partisipatif dan bertanggung jawab. Berfikir kritis termasuk
dalam civic skill yaitu pada bagian intellectual skill.
Pendekatan Berbasis Nilai

Implementasi pembelajaran berbasis nilai dalam pembelajaran PKn dapat dilakukan


melalui beberapa pendekatan:
1. Menerapkan pendekatan modeling dan exemplary, yaitu mencoba dan membiasakan
siswa dan lingkungan pendidikan secara keseluruhan untuk menghidupkan dan
menegakkan nilai-nilai yang benar dan memberikan model atau teladan
2. Menjelaskan atau mengklarifikasi terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan
buruk
3. Mengintegrasikan pendidikan karakter dengan melakukan reorientasi terhadap isi dan
pendekatan pembelajaran yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas
4. Penanaman nilai-nilai melalui pembelajaran nilai
Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan
untuk membangun soft skills dan hard skills1
PT
Pengetahuan

SMA/K
Keterampilan

SMP

SD Sikap

Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960).

Anda mungkin juga menyukai