Disusun Oleh :
Nita Sofia Rakhmawati (0613519012)
Anggun Dessita Wandastuti (0613519014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah pengetahuan dan sikap
masyarakat dalam merespon suatu penyakit (Notoatmodjo, 2003)
Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit
yang bersifat respon internal dan eksternal. Respon yang diberikan antara lain
respon pasif berupa pengetahuan, persepsi, dan sikap maupun respon aktif yang
dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku kesehatan adalah
tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Rangsangan
yang berkaitan dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsur yaitu sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, adapun rumusan permasalahan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsep perilaku sehat dan sakit?
2. Bagaimanakah perilaku kesehatan?
3. Bagaimanakah contoh kasus perilaku sehat dan sakit?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan makalah diatas
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep perilaku
2. Untuk mengetahui perilaku kesehatan
3. Untuk mengetahui contoh kasus perilaku sehat dan sakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian
a. Sehat
1) Menurut WHO (1974)
Sehat suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Mengandung tiga karakteristik :
merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya
keadaan terjadinya proses penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan
penyakit.
Pengertian sakit dapat juga ditinjau dari beberapa aspek antara lain:
3
1) Pendekatan biologis
Sakit dinyatakan dalam hubungannya dengan tubuh yang melaksanakan
fungsi biologis, dapat dibedakan dengan jelas antara sakit dan sehat.
Pengalaman hidup seseorang disini tak berperan pada suhu tubuh 38°C,
maka terjadilah sakit yaitu demam, tetapi tergantung orang yang
bersangkutan, merasa sakit atau tidak.
2) Pendekatan Medis
Pengertian sakit seseorang secara badaniah, rohaniah dan secara sosial
memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan memanfaatkannya.
Manusia akan berfungsi secara baik. Jika disbanding dengan cara
biologis masalah ini lebih luas. Sakit bukan hanya penyimpangan
badaniah tapi gangguan dalam memfungsikan manusia secara total
3) Pendekatan Antropologis
Pendekatan kesehatan dari segi antropologi adalah memandang
kesehatan berdasarkan pengalaman manusia dalam arti kata yang
seluas-luasnya.
c. Perilaku peran orang sakit ( the sick role behavior )Dari segi sosiologi orang
yang sedang sakit mempunyai peran (roles) yang mencakup hak-haknya
(rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut Becker, hak
dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku orang
sakit (the sick role behavior).
Perilaku peran orang sakit ini antara lain :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang
tepat untuk memperoleh kesembuhan.
3) Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi
nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat
kesembuhannya.
4) Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses
penyembuhannya.
5) Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya.
7
o Isolasi terhadap penyakit menular.
o Perlindungan terhadap keamanan kecelakaan di tempat-tempat umum
dan ditempat kerja.
o Perlindungan terhadap bahan–bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
bahan racun maupun alergi.
c. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(Early Diagnosis and Promotion).
o Mencari kasus sedini mungkin.
o Melakukan pemeriksaan umum secara rutin.
o Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu misalnya kusta, TBC,
kanker serviks.
o Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
o Mencari orang-orang yang pernah berhubungan dengan penderita
berpenyakit menular.
o Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
8
o Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
o Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit
9
Peningkatan praktik penggunaan kondom di kalangan WPS maupun
pelanggannya dapat membawa dampak positif (manfaat) bagi WPS sendiri,
Mucikari maupun pelanggan WPS (Aral et al., 2003; Arifiianti, 2008).
- Manfaat bagi WPS adalah dapat mencegah kehamilan, dapat mencegah
penularan IMS dan HIV/AIDS, secara ekonomi dapat meningkatkan
penghasilan karena dapat melayani pelanggan dengan baik bila mereka
dalam kondisi yang sehat.
- Manfaat bagi bapak/ibu asuh/mucikari adalah secara ekonomi dapat
meningkatkan penghasilan karena WPS yang menjadi anak asuhnya selalu
dalam keadaan sehat. Hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan kun-
jungan pelanggan ke wismanya. Sebaliknya, jika suatu saat ditemukan WPS
di wismanya mengidap penyakit IMS dan atau HIV/AIDS, maka akan
membawa dampak buruk terhadap kunjungan pelanggan WPS sehingga
bapak/ibu asuh/mucikari tersebut dapat kehilangan penghasilan.
- Manfaat bagi pelanggan/tamu WPS yakni, dapat mencegah penularan IMS
dan HIV/AIDS. Pelanggan dapat menikmati hubu-ngan seks yang lebih lama
tanpa mengurangi kenikmatan dari seks yang dilakukan.
Sedangkan untuk gambaran bagaimana pekerja seks yang telah terinfeksi HIV
dapat diketahui dari hasil penelitian dari Khairunnisa, Lintang Dian Sawaraswati,
Mateus Sakundarno Adi, Ari Udiono dalam Gambaran Kepatuhan Pengobatan
Arv (Antiretroviral) (Studi Pada Wanita Pekerja Seks (Wps) Positif HIV/AIDS
Di Kabupaten Batang).
Sampel pada penelitian ini adalah semua wanita pekerja seksual yang positif
HIV/AIDS di Kabupaten Batang tahun 2014-2017 sebanyak 137 responden.
Setelah dilakukan penelitian didapatkan 82 responden yang berhasil dilakukan
wawancara dikarenakan 46 orang pindah keluar kota dan 9 orang meninggal
dunia. Distribusi responden berdasarkan lama pengobatan menunjukan bahwa
terbanyak responden telah mengkonsumsi ARV lebih dari 24 bulan yaitu sebesar
54,9%. Pada penelitian ini hasil minimun lama pengobatan ARV yaitu responden
menjalani pengobatan selama 3 bulan sedangkan dilihat dari hasil maksimal
10
adalah responden sudah menjalani pengobatan selama 33 bulan. Dengan rata-
rata responden sudah menjalani pengobatan selama 23 bulan.
Pada variabel kepatuhan pengobatan ARV dapat dilihat bahwa sebagian
besar responden tidak patuh yaitu sebesar 67,1 % dibandingkan responden
yang patuh pengobatan ARV. hasil penelitian pada variabel efek samping obat
93,9 % responden mengalami efek samping dari pengobatan ARV. Efek samping
pengobatan yang paling banyak dialami responden adalah mual dan pusing.
Kepatuhan adalah faktor yang paling penting dalam mencapai keberhasilan
virologi dan terapi pengobatan Antiretroviral.
11
10. Responden dengan akses kepelayanan yang baik sebagian besar tidak
patuh pengobatan ARV yaitu sebesar 63,3% dibandingkan responden yang
patuh sebesar 36,7%
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Khairunnisa, Lintang Dian Sawaraswati, Mateus Sakundarno Adi, Ari Udiono. 2017.
Gambaran Kepatuhan Pengobatan Arv (Antiretroviral) (Studi Pada Wanita
Pekerja Seks (WPS) Positif HIV/AIDS Di Kabupaten Batang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal). FKM UNDIP
14