Anda di halaman 1dari 3

Regulasi

Secara umum aktifitas regulasi bertujuan untuk mencapai perbaikan mutu yang

berkelanjutan sehingga dapat memberikan pelayanan yang aman kepada masyarakat

(patient/community safety). Aktifitas regulasi mutu secara umum terdiri dari lisensi,

sertifikasi dan akreditasi. Lisensi, akreditasi dan sertifikasi adalah tiga cara utama dalm

aktifitas regulasi pelayanan kesehatan. Ketiga istilah tersebut seringkali dianggap sama

artinya dan digunakan secara bergantian sehingga membingungkan.Definisi istilah lisensi

yang komprehensif adalah menurut Rooney & Ostenberg, 1999. Lisensi adalah suatu proses

pemberian ijin oleh pemerintah kepada prktisi individual atau lembaga pelayanan

kesehatan untuk melaksanakan atau terlibat dalam suatu profesi atau pekerjaan. Regulasi

lisensi pada umumnya dikembangkan untuk menjamin bahwa organisasi atau individu

tenaga kesehatan tersebut dapat memenuhi standart menimal untuk melindungi kesehatan

dan keselamatan public. Pemberian lisensi kepada individu tenaga kesehatan umumnya

diberikan setelah adanya ujian tertentu serta dapat diperbaharui secara periodic melalui

pembayaran fee dan atau bukti mengikuti pemngambangan profesi kelanjutan atau bukti

kompetensi professional. Pemberian lisensi kepada lembaga pelayanan kesehatan diberikan

setelah kunjungan inspeksi yang menetapkan apakah telah dipenuhi standar kesehatan dan

eselamatan. Monitoring lisensi merupakan persyaratan yang harus selalu dipenuhi oleh

lembaga pelayan kesehatan untuk dapat tetap memberikan pelayanan.


Kenyataan yang terjadi di lapangan
Contoh: Kasus TBC di Indonesia tidak pernah menurun

Berdasarkan data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan
beban TBC tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TBC di Indonesia tidak pernah menurun. Masih
banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi. Kalaupun terdeteksi dan telah diobati, tetapi
belum dilaporkan.

"Berdasarkan studi Global Burden of Disease, TBC menjadi penyebab kematian kedua di dunia," ujar
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Siswanto dalam Rakernas
Kemenkes di Tangerang, Selasa (6/3).

Angka TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak 759 per 100 ribu penduduk untuk usia
15 tahun ke atas dengan jumlah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, dan jumlah di perkotaan
lebih tinggi daripada di pedesaan.

Siswanto menyebutkan, solusi yang bisa ditawarkan berupa peningkatan deteksi dengan pendekatan
keluarga, menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC dengan penguatan PPM, meningkatkan
kepatuhan pengobatan TBC, perbaikan sistem deteksi MDR TBC (Klinik MDR TBC dengan
jejaringnya) dan akses terapi TBC MDR, edukasi TBC pada masyarakat dan perbaikan perumahan,
serta pemenuhan tenaga analis peningkatan sensitivitas Dx (melalui NS individual).

Upaya yang harus dilakukan dalam menangani kasus TBC di indonesia


PERATURAN MENTERI KESEHATAN MENETAPKAN TENTANG PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
2. Penanggulangan Tuberkulosis yang selanjutnya disebut Penanggulangan TB adalah segala
upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan
angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat
dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan/atau masyarakat.
4. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
5. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
6. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan.

Pasal 2
1. Penanggulangan TB diselenggarakan secara terpadu, komprehensif dan
berkesinambungan.
2. Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan semua pihak terkait
baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.

TARGET DAN STRATEGI


Pasal 3
1. Target program Penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan
Indonesia bebas TB tahun 2050.
2. Target program Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dievaluasi dan
dapat diperbarui sesuai dengan perkembangan program Penanggulangan TB.
3. Dalam mencapai target program Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) disusun strategi nasional setiap 5 (lima) tahun yang ditetapkan oleh Menteri.
4. Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB nasional, Pemerintah Daerah
provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota harus menetapkan target Penanggulangan
TB tingkat daerah berdasarkan target nasional dan memperhatikan strategi nasional.
5. Strategi nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:
a.penguatan kepemimpinan program TB;
b.peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
c.pengendalian faktor risiko TB;
d.peningkatan kemitraan TB;
e.peningkatan kemandirian masyarakat dalam Penanggulangan TB; dan
f.penguatan manajemen program TB.

KEGIATAN PENANGGULANGAN TB
Bagian Kesatu Umum
Pasal 4
1. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung jawab
menyelenggarakan Penanggulangan TB.
2. Penyelenggaraan Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.

Pasal 5
1. Penanggulangan TB harus dilakukan secara terintegrasi dengan penanggulangan program
kesehatan yang berkaitan.
2. Program kesehatan yang berkaitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi program
HIV dan AIDS, diabetes melitus, serta program kesehatan lain.
3. Penanggulangan TB secara terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui kegiatan kolaborasi antara program yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai