PENDAHULUAN
1.1.2. Etiologi
Penyakit demam berdarah dapat disebabkan oleh virus dengue dengan tipe
DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan
antibody terhadap serotype yang bersangkutan, namun tidak untuk serotype
lainnya, sehingga seseorang dapat terinfeksi Demam Dengue 4 kali selama
hidupnya (Ikatan Dokter Indonesia, 2013). Patofisiologinya yaitu :
1. Berhubungan dengan strain virus, dengan urutan Den 2, Den 3, Den 4 dan Den1
2. Berhubungan dengan infeksi sekunder
3. Berhubungan dengan “antibody dependent enhancement”
1.1.3. Patofisiologi
Permeabilitas vaskular meningkat yang ditandai dengan kebocoran plasma
ke jaringan interstitiel mengakibatkan hemokonsentrasi, efusi pleura,
hipoalbuminemia dan hiponatremia yang akan menyebabkan syok hipovolemik.
Mekanisme terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular dan perdarahan pada
DBD belum diketahui dengan jelas. Pada otopsi kasus DBD tidak dijumpai adanya
infeksi virus dengue pada sel endotel kapiler. Pada percobaan in vitro dengan kultur
sel endotel, ternyata sel endotel akan mengalami aktivasi jika terpapar dengan
monosit yang terinfeksi virus dengue. Diduga setelah virus dengue berikatan
dengan antibodi maka komplek ini akan melekat pada monosit karena monosit
mempunyai reseptor.
1
Oleh karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak dinetralkan
sehingga bebas melakukan replikasi di dalam monosit. Monosit akan menghasilkan
sitokin yang akan menyebabkan sel endotel teraktivasi sehingga mengekspresikan
moleku seperti vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1), intercellular
adhesion molecule-1 (ICAM-1), TNF-α, IL-1β, IL-1Ra,dan IL-6 pada DBD.
Sitokin juga dapat menimbulkan berbagai perubahan pada fungsi sel endotel yaitu
peningkatan sekresi faktor von Willebrand (vWF), tissue factor (TF), platelet
activating factor (PAF), plasminogen activator inhibitor (PAI), prostasiklin
(PGI2), dan nitric oxide (NO) serta penurunan tissue plasminogen activator (tPA)
dan trombomodulin. Oleh karena itu pada disfungsi endotel terjadi peningkatan
permeabilitas vaskular dan aktivasi sistem koagulasi (Dharma, dkk., 2006).
2
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi) berdasarkan klasifikasi WHO
1997:
1. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas dan satu-
satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung
2. Derajat II : Seperti derajat I namun disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
sekitar mulut, kulit dingin dan lembab.
4. Derajat IV : Syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak teratur.
1.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS)
(Ismoedijanto, dkk., 2008). DSS dapat didefinisikan sebagai kasus pada DHF stage
4 dan bermanifestasi pada gangguan sirkulasi yaitu terlalu cepat, nadi rendah dan
hipotensi pada usianya, gelisah, suhu dingin, dan tangan/ kulit basah. Progresifitas
pasien dengan dengue dapat terjadi apabila pasien tidak diterapi secara tepat dan
dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius dan kematian (Centers for
Disease Control and Prevention, 2009).
1.1.7. Penatalaksanaan
Apabila penderita infeksi Virus Dengue datang pada periode febris,
saat/ketika belum/tidak dapat dibedakan Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic
Fever, maka pengobatan yang dapat diberikan yaitu :
1. Antipiretik (Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10mg/kgBB/kali tidak
lebih dari 4 kali sehari. Jangan memberikan aspirin, dan ibuprofen, sebab dapat
menimbulkan gastritis dan atau perdarahan.
2. Antibiotik tidak diperlukan
3. Makan disesuaikan dengan kondisi nafsu makannya
4. Apabila penderita ditetapkan rawat jalan, maka kalau dalam perjalanan didapat
keluhan atau tanda klinis seperti nyeri abdomen, tanda perdarahan di kulit,
3
petekiae, ekimosis, perdarahan lain seperti epitaksis dan perdarahan gusi serta
tampak loyo dan pada perabaan terasa dingin dianjurkan untuk segera datang ke
rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya. Kebutuhan cairan harus dipenuhi.
Pemberian cairan dapat diberikan per oral, akan tetapi apabila penderita tidak
mau minum, muntah terus, atau panas terlalu tinggi maka pemberian cairan
intravena menjadi pilihan. Berikut bagan penatalaksanaan demam berdarah
dengue (Ismoedijanto, dkk., 2008) :
RL 7cc/kg/BB/ 1 jam
PCV VS
PCV ↓ T/N stabil diuresis (+) PCV ↑ N ↑ PP ?20 mmHg, diuresis (-)
RL 5 cc/kgBB/1
Membaik RL 10 cc/kgBB/ 1 jam
jam
Membaik 24-48
Jam RL 15 cc/kgBB/ 1 jam
STOP Transfusi
Koloid / plasma whole blood
Membaik
5
Membaik Tetap buruk / Respons (-)
6
Efusi pleura adalah adanya kelebihan cairan pada rongga diantara dinding
dada dan paru-paru (Light, 2010)
1.2.2 Etiologi
Efusi pleura dapat terjadi bila ada pembentukan cairan pleura yang
berlebihan (dari interstitial ke ruang paru-paru, pleura parietal, atau rongga
peritoneal) atau ketika ada penurunan pemindahan cairan oleh limfatik (Light,
2010). Menurut Mc Grath and Anderson, 2011., etiologi dari efusi pleura terdiri
dari :
• Kelebihan absorpsi cairan pleura
• Transudat, hasil ketidak seimbangan hidrostatik dan onkotik (peningkatan
tekanan hidrostatik dan atau penurunan onkotik)
• Transudat pada gagal jantung, sirosis, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan
peritoneal dialysis
• Eksudat pada infeksi parenkim paru, TB, kanker, emboli paru, penyakit
kolagen vaskular, pankreatitis, dan perdarahan pada esofagus.
Pada kasus demam berdarah dengue, efusi pleura disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskular yang ditandai oleh kebocoran plasma ke
jaringan interstitiel sehingga mengakibatkan efusi pleura (Dharma, dkk., 2006).
BAB II
KAJIAN KASUS
7
Inisial Pasien: An. MD Berat Badan: 18 kg
Umur : 5 tahun Tinggi Badan: - cm
8
Catatan perkembangan pasien
Tanggal Problem/Kejadian/Tindakan Klinisi
7/2/ Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan demam (Rujukan Rumah
Sakit Islam) dengan DSS (Dengue Shock Syndrome), demam sejak
+ 1 minggu yang lalu SMRS RSI, awalnya sumer lalu tinggi namun
tetap tinggi walaupun sudah diberi obat. Pada hari ke-7 sakit, pasien
tidak demam, teraba anyep (dingin) lalu dibawa ke RSI, nyeri perut
(+). Pada hari kedua MRS pasien kembung, mual muntah (+) 1x
berisi makanan.
Hasil RO menunjukkan efusi pleura kanan.
8/2/ Pasien pindah ruangan ke Bona II IRNA Anak dengan diagnosa
Dengue Hemorhage Fever grade III, udema (+), gangguan perfusi
jaringan, gangguan eliminasi, Efusi Pleura (+), resiko syok dan
infeksi. Kondisi umum pasien lemah, tidak demam, dan sesak (+).
9/2/ Pasien pindah ruangan ke Bona I IRNA Anak dengan diagnosa yang
sama. Kondisi umum lemah, pasien merasa mual, kuning (+),
palpitasi (+), dan batuk (+).
10/2/ Diagnosa pasien Dengue Hemorhage Fever grade III, udema (+),
gangguan perfusi jaringan, gangguan eliminasi, Efusi Pleura (+),
dan syok tidak terjadi. Kondisi umum cukup, mual (+), muntah (+),
sesak (+), batuk (+), nyeri kembung, slight distended, nyeri tekan
epigastrium dan lingkar abdomen bertambah. Pasien mengeluh
belum BAB selama 3 hari.
11/2/ Kondisi umum pasien baik, BAK dan BAB lancar, pasien
diperbolehkan KRS. Sebelum KRS pasien diberikan IV Ranitidin
1dd 18mg dan tidak mendapat obat yang harus dibawa pulang.
9
DOKUMEN FARMASI PASIEN
IRNA / Ruangan : An/ BI
No RM : 12.39.xx Diagnosa : Dengue Hemorhage Fever grade III, udema (+), gangguan
Nama/Umur : An.MD / 5 th perfusi jaringan, gangguan eliminasi.
BB / TB/ LPT : 18 kg/ - cm/ - m2 Alasan MRS : Pasien datang ke IGD RS. dengan keluhan demam (Rujukan Rumah Sakit
Alamat : Surabaya Islam) dengan DSS (Dengue Shock Syndrome), demam sejak + 1
Riwayat alergi : Tidak ada keterangan minggu yang lalu SMRS, awalnya sumer lalu tinggi namun tetap tinggi
Nama Dokter : DY/IT/DS/AT/BL walaupun sudah diberi obat. Pada hari ke-7 sakit, pasien tidak demam,
Nama Apoteker : - teraba anyep (dingin) lalu dibawa ke RSI, nyeri perut (+). Pada hari
Tgl MRS/KRS : 7/2/ / 11/2/ kedua MRS pasien kembung, mual muntah (+) 1x berisi makanan.
Ruangan asal : IGD, BII Riwayat penyakit: -
Keterangan KRS : Sembuh
Tanggal Pemberian Obat
No Nama Obat Rute Regimen Dosis 11/2
7/2 (IGD) 8/2 (BII) 9/2 (BI) 10/2
(KRS)
1 Parasetamol PO 4dd200mg √ //
2 O2 Nasal 2 lpm (k/p) √ √ //
1000cc/ 750cc/
3 RL-D5 IVFD 50cc/jam √ √ //
24jam 24jam
4 Gelofusin IVFD 10cc/kgBB/jam cepat √ √ 5cc/kgBB //
5 Ranitidin IV 1dd18mg √ 2dd18mg 2dd18mg √
6 Furosemid IV 1dd18mg √ √ //
7 PZ Nebul - √ √ //
10
Data Klinik
DATA KLINIK Tanggal
No. (yang penting) 7/2 (IGD) 8/2 (BII) 9/2 (BI) 10/2 11/2 (KRS)
Somnolen,
1 Kondisi umum/ GCS Lemah/ - Lemah/ 456 Cukup Cukup
lemah/ -
Tekanan darah ( sistol > 80 80/fault- 90/60- 90/60-
2 100/60 110/70
mmHg) 100/60 100/70 100/60
Tidak
3 Nadi ( 80-100 x/menit) 100-106 88-98 100 98
teraba-142
4 RR ( < 20 x/menit) 28-30 24-34 28 28 22
5 Suhu ( 36 - 37◦C) 34,3-36,4 35-36,5 35,8-36,4 37 36,5
6 Kembung + - - + +
7 Mual/ Muntah +/+ +/- +/- +/- -
8 Kuning - - - + -
9 Sesak + + -
10. Batuk - - + + -
Nyeri tekan epigastrium,
11. - - - + -
lingkar abdomen bertambah
Komentar
Pasien mengalami hipotensi pada saat MRS. Suhu tubuh pasien berangsur naik dari suhu awal MRS
(kondisi akral anyep/dingin). Keluhan pasien sejak awal yaitu kembung, mual dan muntah berangsur
membaik, namun pada tanggal 10/2 kulit pasien kuning, nyeri tekan epigastrium dan lingkar abdomen
bertambah. Batuk dan sesak pasien membaik, keluhan yang masih ada pada saat KRS yaitu rasa kembung.
Data Laboratorium
11
No. DATA LABORATORIUM Tanggal Komentar
(yang penting) 7/2 8/2 9/2 10/2
Pasien mengalami trombositopenia. Pada pasien DHF
Darah lengkap: dengan DSS dapat terjadi trombostopenia (<100.000
1 Hb (13,3 -16,6 g/dl) 14,4 - 12,8 13,45
2 Leukosit (3,37-10.103/ UL) 4,17 - 5,36; 5,22 sel/UL). Adanya kebocoran plasma menyebabkan
6,03 permeabilitas vaskular meningkat sehingga dapat terjadi
3
3 Trombosit (150-480.10 / UL) 47; 55,7 35,9 13 39,1
peningkatan HCT > 20% dan hipoproteinemia.
4 HCT (41,3-52,1%) 42,9 - 39,3 40,35
5 Limfosit (23,1-49,9.103/ UL) 44,1 - 52,2 - Pemeriksaan serum antibodi IgG dan IgM dapat
Serum Elektrolit
mendeteksi infeksi dari virus dengue (Dhillon, 2008).
6 K (3,5-5,1 mmol/L) 4,3; 4,6 3,8 - 3,4
7 Na(136-145 mmol/L) 125; 134 132 - 137 Selain itu, pasien mengalami hiponatremia, hipoalbumin
8 Cl (98-107 mmol/L) 98; 108 101 - 102 sebagai manifestasi dari gangguan hemodinamik dari
9 Ca (8,5-10,1 mg/dl) 6,6; 7,2 6,9 - 8,2
RFT DHF. Berdasarkan hasil pemeriksaan BGA, pasien
10 BUN (10-20 mg/dl) 14 7 mengalami alkalosis respiratorik. Pada pasien DBD
11 Scr (0,5-1,20 mg/dl) 0,48 0,3
12 eGFR (ml/min/1,73m2) 103,78 166,05 terjadi gangguan pernafasan akibat kebocoran plasma
BGA melalui paru yang cedera akibat lebih lanjut terjadi
13 pH (7,35-7,45) 7,51
edema dan efusi pleura. Hipoksemia dapat diikuti
14 PCO2 (35-45 mmHg) 20
15 PO2 (80-100 mmHg) 127 hipoksia jaringan disertai laktoasidosis yang akan
16 HCO3 (22-26 mmol/L) 16
menambah keadaan hiperventilasi, dan pada hasil anailis
17 BE (-3,5 – 2,00 mmol/L) -7
LFT gas darah tampak alkalosis respiratorik yang dapat
18 SGOT (<41 U/L) 47 89 disertai peningkatan pH (Edhy, 1990).
19 SGPT (<38 U/L) 14 35
Lain-lain :
12
20 Albumin (3,4-5,0 g/dl) 2,11 2,7
21 GDA (40-121 g/dl) 99
22 IgM Dengue Capture (+) 12,2
23 IgG Dengue Capture (+) 13,3
24 PPT (9-12 detik) 16 15,1
25 APTT (23-33 detik) 90,6 81,3
13
ANALISA TERAPI
Tanggal
Indikasi pada Pemantauan
Pemberian Obat Obat Rute Regimen Dosis Komentar dan Alasan
Pasien Kefarmasian
15
ASUHAN KEFARMASIAN
1. Masalah aktual & potensial terkait obat 5. Pemilihan obat
2. Masalah obat jangka panjang 6. Penghentian obat
3. Pemantauan efek obat 7. Efek samping obat
4. Kepatuhan penderita 8. Interaksi Obat
Ranitidin Kondisi umum pasien sudah membaik. Keluhan pasien Rute pemberian IV Ranitidin sebaiknya diganti per oral
1dd18mg IV hanya merasa kembung. Pasien mendapat Ranitidin IV karena kondisi pasien baik dan dengan penggunaan oral
1dd18 mg. dapat mengurangi risiko infeksi nosokomial
Furosemid 1dd18 Pasien mendapatkan furosemid pada tanggal 9-10/2 namun Sebaiknya pemeriksaan serum elektrolit juga dilakukan
mg IV pemeriksaan serum elektrolit baru dilaksanakan pada pada hari pemberian diuretik (furosemid) karena efek
tanggal 10/2. Pada tanggal 10/2, hasil pemeriksaan samping diuretik berpotensi menurunkan serum
menunjukkan terjadi penurunan kalium yaitu 3,4 mmol/L. elektrolit.
16
Monitoring
Parameter Tujuan
Kondisi Umum Mengetahui efektifitas RL-D5, dan gelofusin untuk resusitasi cairan
Tekanan darah Mengetahui efektifitas waktu pemberian furosemid dan efek dari furosemid
Sesak Nafas Mengetahui efektifitas furosemid, nebul PZ dan Oksigen nasal dalam memperbaiki sesak nafas yang merupakan
manifestasi klinis dari efusi pleura
Rasa kembung dan Mengetahui efektifitas Ranitidin untuk mengurangi rasa kembung dan mual pada pasien
mual
Serum kalium dan Mengetahui apakah terjadi efek samping dari furosemid
natrium
17
Konseling
Materi Konseling Konseling
Informasi pada perawat : Informasi pada perawat : Pemberian furosemid membutuhkan perhatian pada rute dan penyimpanannya.
Furosemid IV Furosemid IV bolus diberikan lebih dari 1-2 menit. Paparan cahaya dapat membuat perubahan warna
sehingga jangan gunakan furosemid bila warna telah menjadi kuning dan jangan disimpan dalam lemari
pendingin karena dapat mengkristal. Sebaiknya diberikan pada pasien pagi/siang hari sehingga tidak
mengganggu waktu istirahat pasien (Trissel, 2009).
Konseling pada keluarga pasien : Suntikan Ranitidin digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan kembung
Konseling pada keluarga
di perut. Dengan pemberian secara suntik efek dari obat diharapkan dapat lebih cepat tercapai.
pasien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Center for Disease Control and Prevention, 2009. Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. Dengue Branch. p.1-4
Darwis, Darlan., 2003. Kegawatan Demam Berdarah Dengue pada Anak. Sari
Pediatri. Vol.4 No.4 p.156-162
Ikatan Dokter Indonesia, 2013. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.
Edhy, Angky Tri Rini Kumumaning., 1990. Hiperventilasi pada anak dengan
demam berdarah dengue. Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia
Fakultas Kedokteran.
19
Trissel, Lawrence A. 2009. Handbook on Injectable Drugs - 15th Ed. Maryland:
American Society of Health-System Pharmacist. Retrieved from html mode.
Index : Ranitidine, Furosemide
20